50
Mbak Gik adalah kakak angkat Sim yang selalu memberikan nasihat yang baik kepada Bapak Sim. Bang Udin adalah sosok selalu
memberi pinjaman utang kepada Ibuk dan percaya dengan janji Ibuk yang akan membayar utang.
2. Analisis Penokohan
“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain
sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan penciptaan citra tokoh.” Sudjiman, 2002: 58. Di bawah ini akan dibahas
mengenai penokohan tokoh utama dan penokohan tokoh tambahan. Dalam mewujudkan tokoh dengan berbagai perwatakannya, penulis menempuh
dua cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung. a. Ibuk
1 Penyayang Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada
keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
1 “Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira hlm. 42.
Pekerjaan rumah selalu dibantu oleh anak-anak. Nani mengepel lantai. Nani juga membersihkan got di rumah tengah hujan
deras. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
51
2 “Ni, sudah, Nduk Ayo, masuk rumah Nanti masuk angin pisan,” seru Ibuk hlm. 74.
Ibuk selalu tidak tega melihat anak-anaknya jatuh sakit. Oleh karena itu, Ibuk selalu menjaga mereka. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 3 “Setiap kali melihat anak yang sakit, hati Ibuk seperti
jatuh,” kata Ibuk hlm. 85. 4 “Melihat kalian sehat seperti ini adalah segalanya bagi
Ibuk,” lanjutnya hlm. 85. 5 “Mangan sik, Le,” pinta Ibuk lagi sambil menyusui Mira
hlm. 87. Ibuk berkeinginan agar anak-anaknya tidak seperti dirinya.
Beliau bertekad anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang melebihi beliau. Apa pun akan Ibuk lakukan, asal anak-anaknya bisa
sekolah tinggi. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
6 Aku ingin anak-anakku sama dengan anak-anak lain Tekad Ibuk hlm. 89.
7 “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk bersemangat hlm. 89.
Demi biaya kuliah Bayek, Ibuk rela menjual angkot kesayangan Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut: 8 “Iya, kita jual angkot untuk kuliah ke Bogor,” tegas Ibuk
lagi menyakinkan Bayek hlm. 133.
52
Ibuk tidak tega melihat anak laki-laki satu-satunya pergi kuliah ke Bogor. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut: 9 “Sebenarnya aku gak tego, Sa. Aku sing gak tego,” kata
Ibuk terisak-isak keluar wartel bersama Isa. “Anak itu…hlm. 135.
10 “Tapi kalau di Batu saja, mau jadi apa Bayek nantinya,” kata Ibuk, berjalan bersama putrinya menembus udara
dingin Batu hlm. 135. Ibuk selalu memperhatikan Bayek. Ibuk khawatir dengan
Bayek kalau-kalau dia lupa makan dan hanya bekerja terus. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
11 “Le, yang penting kamu makan yang bener, makan yang cukup. Meskipun kerjaan banyak, selalu luangkan…hlm.
140. Ke mana pun Bayek pergi, doa ibuk selalu menyertai Bayek.
Mereka selalu berkomunikasi meskipun hanya melalui telepon. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut: 12 Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia
berusaha membangun hidup baru. Tiga tahun penuh tantangan. Ibuk menjaga Bayek lewat doa. Benih yang
Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar hlm. 143.
Ketika Bayek berada di New York, Ibuk merasa khawatir dengan keadaan Bayek. Apalagi mendengar berita kalau di Amerika
sedang terjadi peristiwa runtuhnya gedung WTC. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
53
13 “Aduh, Le. Ibuk coba telpon kamu sepanjang hari. Isa Nani, semuanya mencoba telpon tapi tak bisa-bisa.
Seneng kamu sudah kasih kabar. Yang penting kamu selamat, Le,” kata Ibuk hlm. 160.
Ibuk selalu menemani Bayek. Ia selalu menguatkan Bayek saat Bayek berada jauh dari keluarganya. Berikut kutipan secara
langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut: 14 Adalah Ibuk yang senantiasa menemani Bayek lewat
obrolan sederhana dan bening. Adalah Ibuk juga yang selalu mengingatkan Bayek agar tidak terjebak manisnya
kota. Untuk tidak terseret dalam keceriaan yang hampa hlm. 174.
15 Seperti biasa, Ibuk selalu menguatkan Bayek, menenangkannya. Hampir tiap hari Nani atau Isa
menelepon Bayek untuk menanyakan kabarnya. Teman- teman Bayek di New York juga menjaganya hlm. 209.
16 “Wis, Le, kamu jangan nangis di jalan. Kamu bisa pulang kapan saja. Kamu tahu yang terbaik untuk hidupmu,”
pesan Ibuk sebelum mereka menutup telepon hlm. 220.
Ibuk selalu setia menemani Bapak setiap waktu, apalagi dalam keadaan sakit. Ibuk selalu berada di dekat Bapak. Berikut
kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 17 “Nah, temani aku ya? Temani aku, meskipun aku tinggal
tulang dan kulit saja,” bisik Bapak. 18 Ibuk mengangguk. Ia tak kuasa menjawab. Air matanya
menetes hlm. 257. Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Ibuk sangat setia
kepada Bapak. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
19 Cinta ibuk selalu terang untuk Bapak. Dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun lalu sampai kepergian sang
playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia,
54
dan belahan jiwanya. 40 tahun lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui
perjalanan yang saling mempercaya, memperkuat, dan melengkapi satu sama lain. Cinta mereka telah
melahirkan anak-anak yang penuh cinta hlm. 285.
20 Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang
perjalanan mereka hlm. 285. 21 Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga.
Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya hlm. 285.
2 Tegar dan Kuat Usaha keras Ibuk sangatlah tidak mudah. Saat melahirkan
kelima anaknya, Ibuk juga pernah mengalami keguguran. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
22 Lima orang sudah terlahir. Lima kali Ibuk melalui ambang batas antara hidup dan mati. Selain keguguran
yang dialami sekali, Ibuk bersyukur hamper semua kehamilannya berjalan lancar hingga persalinan.
Kelahiran Isa memberikan banyak pelajaran buat Ibuk dan kelahiran Mira mungkin yang paling menantang. Saat
itu Ibuk sudah tidak semuda dulu. Tenanganya sudah tak sekuat dulu hlm. 36.
Saat Ibuk akan mengambil rapor Bayek, uang Ibuk belum cukup untuk membayar uang tunggakan. Sehingga Ibuk hanya
melihat sebentar nilai Bayek. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
23 “Bu, boleh saya lihat nilai anak saya? Sebentar saja. Uang saya belum cukup untuk membayar tunggakan, kata Ibuk
hlm. 62. Saat Ibuk hamil Rini, Ibuk ikut membantu mangangkat air di
dua ember. Walaupun demikian, Ibuk tidak pernah mengeluh.
55
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
24 “Mboten nopo-nopo, Mbah. Sudah tiap hari seperti ini,” kata Ibuk menarik napas panjang hlm. 81.
Ibuk berusaha tegar dan kuat dalam menjalani hidupnya. Ibuk sempat menangis sesunggukan di dapur. Ibuk sedih karena beliau
tidak bisa bekerja mencari nafkah tambahan. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
25 “Gak papa, Le,”jawab Ibuk singkat sembari menarik tangan Bayek. “Ikut Ibuk yuk, Le.” hlm. 116.
26 “Wis, Le, jangan ikut menangis,” pinta Ibuk sembari mendekap Bayek. hlm. 117.
3 Ulet Ibuk memperlakukan anak-anaknya agar hidup sederhana dan
berhemat. Mulai dari pemakaian lampu dan televisi yang harus dimatikan bila tidak perlu. Anak-anak pun harus makan seadanya
dan harus berbagi lauk. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
27 “Ini dua telor ceplok untuk kita bertujuh,” kata Ibuk menghidangkan nasi goreng yang masih panas dari
penggorengan hlm. 40. 28 “Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk
hlm. 47. 29 “Gini dong Buk, masak empal. Mosok tempe mulu” ujar
Bayek 30 “Eh, tempe juga sehat. Bikin kamu kuat” tukas Ibuk.
31 “Empat sehat lima sempurna dong, Buk,” timpal Rini. hlm. 47.
32 Sepatu jebol “Nan, coba minta lem ke Bapakmu Jik iso digawe iku”
33 “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu
56
mesti kuat Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk hlm. 60.
Ibuk selalu menyuruh anak-anaknya untuk berhemat. Seperti mematikan lampu yang tidak terpakai. Berikut kutipan secara tidak
langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut: 34 “Matiin lampu dapur ya, Nduk,” pinta Ibuk. Isa bergegas
menutup pintu setelah mematikan lampu 5 watt di dapur. hlm. 61.
35 “Kalau selesai mandi, naruh sabun yang benar Jangan sampai terendam air hlm. 100.
36 “Sing ati-ati yo, Nduk. Semoga gak cepat rusak lagi pesan Ibuk.
37 “Pilih yang kamu suka, Yek. Tapi jangan yang putih itu. Terlalu mahal,”pesan Ibuk.
Ibuk sebisa mungkin mengatur uang untuk kebutuhan sehari- hari. Sampai harus hutang kepada Bang Udin. Berikut kutipan secara
tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 38 “Ini cicilan untuk hari ini Bang,” kata Ibuk, memberikan
uang seribu lima ratus rupiah hlm. 88. Ibuk harus menasehati berulang kali kepada anak-anak agar
mereka hidup sederhana dan tidak boros. Semuanya harus diatur sesuai dengan kebutuhan, mulai dari memakai sabun sampai makan
pun semua anak-anak harus saling berbagi. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
39 “Rinso secukupnya saja. Air jangan banyak-banyak,” pesan Ibuk kepada Isa yang sedang mencuci sepatu hlm.
101. 40 “Tempe cukup satu-satu dulu hari ini. entar kalau ada
rejeki, bisa makan tempe lebih. Nasi jangan sampai ada yang tersisa,’ pesan Ibuk saat makan siang hlm. 101.
41 “Yek, sini celanamu yang robek Ibuk tambal dulu Selagi masih cukup kita tidak perlu membeli seragam yang baru,
57
ya,” kata Ibuk melihat Bayek yang merengek minta celana seragam baru hlm. 101.
42 “Nan, kalau keluar dapur, jangan lupa mematikan lampu. Yek, kamu juga, kalau mau tidur TV jangan dibiarkan
menyala,” pesan Ibuk sebelum masuk ke kamar tidur hlm. 101.
43 “Tidak bisa kurang tah, Mbak? Cabe kok mahal gini. Kalau beli seperempat kilo, bisa dapat tiga suing bawang
putih gak, Mbak?” tawar Ibuk ketika berbelanja hlm. 101.
44 “Rin, pakai buku pelajaran bekas kakakmu. Masih bagus kok. Masih bisa dibacakan?” saran Ibuk kapada Rini yang
meminta dibelikan buku PMP hlm. 101. 45 “Gak usah apik-apik rautan pensilnya hlm. 101.
46 “Ini uang jajanmu. Jangan dibandingkan dengan…hlm. 102.
47 “Berapa pun uang yang kamu miliki, jangan pernah berlebihan. Nabung Kamu bisa jatuh sakit…hlm. 102.
48 “Halah Yek, biaya sekolah saja masih belum cukup, kok sudah minta beli sepatu Entar kalau sudah masuk SMP,
nabung dan beli sepatu baru ya,” kata Ibuk hlm. 119. 49 “Le, selalu nabung ya. Sedikit-sedikit. Buat masa
depanmu. Kalau…hlm. 140. Ibuk selalu mengutamakan pendidikan anak-anaknya.
Walaupun ia tidak lulus SD, ia mempunyai tekad kalau anak- anaknya harus mengeyam pendidikan lebih tinggi daripada beliau.
Sehingga beliau harus menjual apa saja yang dimilikinya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
50 Lulus SD, Isa dengan mudah masuk ke sekolah menengah pertama paling bagus di Batu. Ibuk menjual cincin emas
satu-satunya untuk membayar uang pangkal hlm. 65. 51 Giliran tahun depan, Naniku yang perkasa akan masuk
SMP. Ini juga harus bisa Lamun Ibuk hlm. 66. Ibuk menangis ketika mengalami kesulitan ekonomi
keluarga. Beliau kasihan melihat ayah yang bekerja mencari uang
58
sendiri. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
52 “Coba aku bisa kerja membantu keluarga. Sekarang kita sabar dulu. Rejeki itu… rejeki itu…,” kata Ibuk terbata-
bata dan tak sanggup melanjutkan kata-kata. Air mata mengalir di pipi Ibuk. Ia tak tega melihat wajah Bapak
yang terlihat capek. Ia tak tega melihat Bapak harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia
tak tega harus melihat anaknya ke sekolah besok dan tak bisa membayar SPP hlm. 116.
Ibuk menginginkan agar anak-anaknya tidak bernasib sama dengan ibunya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut: 53 Minggu depan, Bayek yang lulus SD akan melanjutkan
sekolah SMP Negeri 1 Batu. Bayek satu sekolah dengan Nani yang akan lulus SMP tahun depan. Dalam
genggamannya, Ibuk tak akan membiarkan anak-anaknya tidak berpendidikan seperti dia.
54 Cukup aku saja yang tidak lulus SD, tekad Ibuk hlm. 124.
4 Setia Ibuk selalu melayani Bapak ketika Bapak pulang narik
angkot. Ibuk menyiapkan minum, makanan untuk Bapak, air hangat untuk mandi Bapak. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut: 55 Ibuk langsung menuju dapur, menyalakan kompor
minyak dan memanaskan lauk buat makan malam Bapak. Tak lupa Ibuk membuat kopi panas hlm. 68.
Ibuk selalu setia dengan Bapak dan anak-anaknya. Beliau tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan sehari-harinya. Beliau
selalu melayani Bapak dan anak-anaknya, seperti memasak dan
59
mengurus anak-anak dan Bapak ketika pulang narik angkot. Beliau sangat setia dengan Bapak. Bahkan ketika Bapak sedang sakit, beliau
selalu menjaganya hingga akhirnya Bapak tiada. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
56 “Aku sudah masak air buat mandi, ya. Sekarang taknyusuin Mira.”hlm. 68.
“Wah kok sudah pulang, Pak? Sambut Ibuk. 57 “Mau the panas tah? Atau kopi?” tanya Ibuk hlm. 115.
Ibuk selalu memberi semangat kepada Bapak, saat angkot mulai mogok. Ibuk tidak pernah mengeluh dan selalu bersabar.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
58 “Sing sabar sik. Sing sabar,” kata Ibuk menghibur Bapak. “ Itu tehnya diminum dulu.” hlm. 116.
Ketika pekerjaan Bayek menumpuk dan Bayek merasa capek. Bayek selalu menelepon Ibuk. Berikut kutipan secara langsung dari
pengarang yang mendukung pernyataan tersebut: 59 Hampir setiap hari, setiap langkah, Bayek selalu ingin
Ibuk menemainya, meskipun hanya lewat telapon. Suara Ibuklah yang bisa memberikan kesejukan hati hlm. 139.
Ketika pekerjaan Bayek menumpuk dan Bayek merasa capek. Bayek selalu menelepon Ibuk. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut: 60 “Le, yang penting kamu makan yang bener, makan yang
cukup. Meskipun kerjaan banyak, selalu luangkan waktu untuk makan. Jangan lupa makan sayur” pesan Ibuk lagi
hlm. 140.
60
Ketika Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menemani dan menjaganya sampai akhirnya Bapak meninggal dunia. Berikut
kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut:
61 Ibuk duduk di sudut ranjang, tak tega melihat Bapak yang kini tidak bisa memandang dengan dua bola matanya.
Tatapan Bapak begitu melankolis hlm. 253. 62 Bapak masih meraung kesakitan dan memegang kening
bagian kanan, di atas telinga. Ibuk memijat tangan Bapak. Ia tak berani memijat kepala Bapak. bapak masih
memegang kepalanya dengan erat. Air mata menetes di pipinya. Ia terus mengerang kesakitan. Ibuk tak tahu
harus berbuat apa. Mata Ibuk berkaca-kaca. Ibuk kemudian menelepon Nani hlm. 252.
Saat Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menjaga dan merawat Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut: 63 “Biar Ibuk saja yang masak. Biar Ibuk ada kegiatan hlm.
244. 64 Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk sambil
memijat kaki Bapak hlm. 251. 65 “Wah, nasi putihnya sudah habis Pak. Aku masakkan
sebentar ya?” tanya Ibuk hlm. 266. 66 Sesampai di rumah sakit, Ibuk, Nani, Isa, dan Rini
memindahkan jasad Bapak dari kamar rawat ke kamar jenazah. Ibuk mengelus-elus rambut Bapak. Air matanya,
tak berhenti mengalir. Isa dan Nani mengelus-elus kaki Bapak hlm. 272.
67 Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak. menjaga belahan dirinya. Pagi, siang, dan malam
hlm. 254. Ibuk selalu setia mendampingi Bapak dan keluarganya. Ibuk
selalu mendoakan anak-anaknya agar dapat menjalani hidup yang tidak seperti dirinya dulu. Beliau ingin anak-anaknya mendapatkan
61
pendidikan yang semestinya. Hal ini ditunjukkan pada kutipan 1 sampai 67. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas terbukti bahwa
Ibuk memiliki sifat penyayang, tegar dan kuat, ulet, serta setia. b. Bayek
1 Penyendiri dan Cengeng Bayek kecil adalah anak penyendiri. Namun, sebenarnya
Bayek adalah anak yang tekun, pandai, dan pantang menyerah. Berikut kutipan secara langsung yang menggambarkan sosok Bayek:
68 Bayek anak penyendiri. Ia selalu merasa takut akan dunia di luar sana. Rumahnya begitu nyaman. Ia merasa
terlindungi oleh kehangatan saudara dan orangtuanya. Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas.
Dari balik jendela, Ibuk melihat anak lelaki satu-satunya duduk di antara sekitar 40 anak berseragam merah putih.
Mira terlelap dalam gendongannya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, melamunkan nasib anaknya.
Akankah Bayek hanya bisa sekolah sampai di SD ini saja? Seperti dirinya dulu? hlm. 43.
Bayek masih sering merengek bila minta sesuatu kepada Ibuk. Padahal saat itu, Ibuk harus membelikan sepatu untuk Nani.
Karena sepatu Nani sudah jebol. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
69 “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk bersemangat.
“Wah, aku juga ya, Buk. Sepatuku juga hamper jebol,” pinta Bayek.
“Nanti, Le, kalau cicilan sepatu untuk Mbak Nani sudah lunas,” kata Ibuk.
“Bener, Buk, sepatuku sudah mau jebol,” Bayek merengek.
“Sabar, Le. Sabar,” jawab Ibuk sambil melipat baju terakhir yang disetrika. Mira masih tidur pulas hlm. 89.
62
70 “Yek, kalau belum bisa beli sepatu baru, coba pinjam sepatu temanmu, biar kelihatan sama dengan teman-
teman di paduan suara ya?” saran Bu Guru ketika Bayek akan mengikuti lomba paduan suara. Bayek malu. Ia telah
meminta Ibuknya. Tapi meman uang tidak ada hlm. 91.
Bayek tidak ingin menjadi sopir angkot seperti ayahnya. Ia selalu bersikeras untuk mengejar cita-citanya. Berikut kutipan secara
tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 71 “Malang, Pak Malang, Mbak Malang, Mas” teriak
Bayek. Ia mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Angin meniup-niup rambut Bayek.
“Ati-ati, Le. Ayo, pastikan pintu sudah terkunci,” pesan Bapak.
“Yek, kalau kamu besar, bantuin Bapak narik angkot ya’ lanjut Bapak.
“Pak, aku mau sekolah sing pinter saja. Aku mau jadi orang pinter” balas Bayek hlm. 103-104.
2 Tekun dan Cerdas Empat tahun di Bogor. Empat tahun penuh dengan kerinduan,
keprihatinan, dan usaha keras. Bayek akhirnya lulus. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
72 “Buk, IPK-ku 3,52” seru Bayek lewat telepon. “Wah, kok 3,52? Kok gak 8 atau 9?” tanya Ibuk.
Ibuk tidak pernah menanyakan IP Bayek selama kuliah. Ia bahkan tidak tahu IP itu apa. Yang penting Bayek bisa
mengerjakan ujian dengan lancar hlm. 135.
73 “Dan, lulusan terbaik Jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari Jurusan Statistika dengan IPK 3,52” seru pembawa
acara memanggil Bayek hlm. 136. 3 Patuh
Bayek selalu minta doa restu kepada Ibuk, Bapak, bahkan kepada Bapak Mun dan Mak Gini. Bayek tidak hanya meminta doa
ketika ujian tiba. Bayek juga meminta doa ketika akan naik gunung,
63
lomba paduan suara, lomba baca puisi, pementasan teater, lomba menyanyi keroncong, dan ketika akan berpuasa. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 74 “Buk, doakan lancar ya, Buk. Doakan Bayek dapat
kerjaan. Minta Bapak doain juga Buk. Bapak Mun, Mak Gini juga. Semuanya Buk, semuanya ya. Doakan lancar,”
pinta Bayek lima menit sebelum wawancara kerja dimulai hlm. 139.
Tiga tahun sudah Bayek bekerja di Jakarta dengan penuh usaha keras. Akhirnya Bayek mendapat kesempatan tawaran kerja di
New York. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi Bayek. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut: 75 “Inilah saatnya, aku membangun hidupku dan
keluarganya. Apa pun itu New York, akan aku hadapi. Bapak dan Ibuk telah memberikan segalanya. Hidupnya.
Kini saatnya aku berjuang seperti mereka tekad Bayek hlm. 143-144.
Bayek selalu berdoa untuk Isa agar cepat dapat jodoh. Mereka saling menguatkan perjalanan masing-masing. Bayek dan
keempat saudara perempuannya, hidup dalam satu tekad dan satu usaha keras hidup. Beriku kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut: 76 “Wis, Le, doa kamu sudah didengar. Mbakmu sekarang
sudah mendapat jodoh. Jangan nangis,” kata Ibuk di telepon. Ibuk tak tega melihat anak laki-laki satu-satunya
tidak berada di antara semua saudaranya. Air matanya semakin tumpah saat sesi foto bersama. Semua anaknya
di sana kecuali Bayek hlm. 149.
64
Walaupun kemampuan berbicara Bahasa Inggris Bayek kurang fasih, namun Bayek berusaha belajar giat. Bayek
membuktikan kalau dia bisa bersaing di kantor. Akhirnya ia menerima penghargaan “Employee of the Month”. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 77 “Nah, tuh, kan. Kamu bisa Le” kata Ibuk membesarkan
hati. “Buk, aku juga barusan transfer. Buat bayar hutang ke
Tante Bewah, uang yang aku pakai untuk berangkat ke sini. Sisanya buat Ibuk dan Bapak ya, “ kata Bayek hlm.
152-153.
Semangat Bayek sedikit menurun setelah dia dirampok pada tanggal 4 Juli 2001 ketika memasuki stasiun kereta api Fleetwood di
Westchester. Saat itu ia akan melihat pesta kembang api di Manhattan. Tiba-tiba dua orang menghentikan langkahnya. Bayek
tidak berani memberitahu keluarganya hingga beberapa bulan kemudian. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut: 78 “Aduh, Ni. Gak iso mbayangno aku. Yo opo adikmu iku
Ni?” tanya Ibuk tersedu-sedu setelah Nani menceritakan kejadian itu. Bayek tak berani memberitahu langsung.
“Yang penting Bayek selamat Buk,” hibur Nani sambil mengelus-elus pundak Ibuk hlm. 154.
“Kok tega ya, Ni. Si Bayek iku cilik. Kok masih dipukulin. Atine nang endi?” Ibuk terisak-isak. “Ni, anter
Ibuk ke wartel saiki…” “Sudah Buk, telepon dari rumah saja. Jangan khawatir
jam segini sudah ada diskon SLJJ,” bujuk Nani kemudian mencoba menghubungi adiknya.
“Aduh, Le… kok gak bilang-bilang ke Ibuk?” tanya Ibuk. “Wis, Buk, tenang ae… aku pas apes, Buk. New York iku
aman kok Buk,” ujar Bayek. Nani di samping Ibuk mendengarkan percakapan mereka.
65
“Kamu itu sendiri di sana Le. Pulang saja, Le. Pulang saja. Cari kerjaan deket-deket sini saja,” ratap Ibuk.
Bayek terdiam sebentar. Ibuk masih terisak-isak. “Insya Allah, aku bisa jaga diri Buk. Jangan khawatir.”
“Wis, Le. Bener ya, kalau tidak aman di sana pulang saja.” hlm. 154-155.
4 Peduli Bayek peduli dengan keadaan keluarganya. Oleh karena itu
Bayek membantu keluarganya dengan mengirimi uang. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
79 “Le, sudah cukup kamu membantu keluarga. Sekarang waktumu. Waktumu untuk membangun hidupmu….hlm.
219. 80 “Buk, mungkin aku di sini setahun dulu ya. Pingin
nabung dulu sebelum pulang,” kata Bayek hlm. 220. 5 Pantang Menyerah
Bayek pernah mengalami mati suri. Mbah Carik yang memberitahukan tentang hal ini. Ia memberitahukan bahwa kelak
Bayek akan membahagiakan hidup Ibuk dan keluarganya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
81 Azan pun bergema. Isak tangis semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba Bayek membuka mulut. Beberapa detik
kemudian membuka mata. Seperti tak pernah terjadi apa- apa sebelumnya. Seperti ketika ia bangun pagi. Ibuk
memeluk erat Bayek dan memberinya minum susu sapi segara hlm. 84. Sampai saat ini tidak ada yang tahu apa
yang sebenarnya terjadi pada Bayek. Mbah Carik hanya memberi tahu kalau Bayek mati suri. ibuk masih tak tahu
mati suri itu apa hlm. 85.
Bayek mendapatkan PMDK di IPB, namun Ibuk bingung mencari biaya untuk Bayek. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
66
82 Dua tahun kemudian Bayek lulus SMA dan mendapatkan PMDK di Jurusan Statistik IPB. Ada kelegaan buat Bayek
yang selalu takut menjadi sopir angkot seperti Bapak. Demikian juga Ibuk, hatinya besar melihat anak lelaki
satu-satunya mendapatkan undangan untuk di Bogor. Bayek akan pergi kuliah hlm. 132.
83 Berita penerimaan PMDK Bayek di IPB disambut dengan kebahagiaan juga air mata. Mereka belum tahu,
bagaimana Ibuk dan Bapak akan mengirim Bayek ke Bogor. Membiayai Nani saja sudah terasa sangat berat
hlm. 132.
Dengan menjual angkot Bapak, akhirnya Bayek pergi ke Bogor untuk kuliah. Tidak menjadi sopir angkot seperti Bapak tetapi
menjadi mahasiswa. Anak lelaki Ibuk meninggalkan rumah kecilnya. Anak pertama yang keluar merantau jauh. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 84 Ada air mata di sudut mata Bayek. Ia diam. Hening di
ruang tamu. Bayek dan kakak adiknya tahu bagaimana angkot itu. Usaha keras gigih Ibuk menyisakan uang
belanja demi angkot itu. Bayek tahu, betapa besar cinta Bapak untuk angkotnya. Kini Bapak harus menjual
angkotnya hlm. 134.
Rekan kerja Bayek mulai tidak setia bekerja di perusahaan tempat Bayek bekerja. Namun, Bayek tetap bertahan di sana. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 85 Rekan kerja di kantor datang dan pergi tapi Bayek tetap
bertahan. Bayek merasa telah tumbuh dan diberikan kesempatan besar untuk mengubah hidupnya
diperusahaan ini. bayek ingin mengabdi lewat pelayanan terbaik hlm. 194.
Bayek kembali memberikan kejutan kepada semua saudaranya. Sekarang giliran Rini. Berikut kutipan secara langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
67
86 Di musim semi ketujuh, Bayek kembali memberikan kejutan untuk keluarganya. Kali ini untuk Rini hlm.
216. Bayek adalah anak ketiga dan anak laki-laki satu-satunya dari
keluarga Bapak dan Ibuk. Bayek adalah anak satu-satunya yang berhasil pergi ke New York untuk bekerja. Tantangan demi
tantangan telah ia hadapi demi mengubah hidupnya dan hidup keluarganya. Berkat doa dari Ibuk, Bayek berhasil mengubah
hidupnya dan hidup keluarganya. Hal ini terbukti pada kutipan 68 sampai 86. Dapat disimpulkan bahwa sifat Bayek adalah anak yang
penyendiri, cengeng, tekun, patuh, setia dan pantang menyerah. c. Bapak
1 Pekerja Keras dan Tanggung Jawab Bapak bekerja sebagai seorang sopir angkot dan ibuk menjadi
ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
87 Bapak segera mengantar Ibuk ke tempat praktek bidan desa yang berjarak 15 menit dari rumah Mbak Gik hlm.
30. 88 Bapak terkadang juga memakai uang tabungan Ibuk ini
untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi hlm. 46.
89 …Usaha keras hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar
dengan gagah. Buat anak-anaknya hlm. 51-52.
Ketika angkot mulai rusak, Bapak pulang hampir tengah malam. Bapak agak kesal dengan keadaan tersebut. Berikut kutipan
secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
68
90 Wajah bapak muram, ia menghabiskan makan malamnya. Tangannya masih berlepotan oli. Rambutnya kumuh.
Mukanya hitam terbakar panas matahari hlm. 68. Bapak mengeluh kepada Ibuk bahwa angkot mulai rusak.
Bapak pulang hampir tengah malam. Bapak agak kesal dengan keadaan tersebut. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut: 91 “Aduh Nah, capek sekali badan ini Angkot rusak
lagi.uang habis buat benerin angkot. aduh Nah, yo opo iki? keluh Bapak hlm. 68.
Saat lebaran tiba, Bapak dan Ibuk tidak pernah membeli baju baru. Namun, mereka memastikan anak-anaknya dapat memakai
baju lebaran. Agar mereka semua sama dengan anak-anak lain. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut: 92 Ibuk dan Bapak baru membeli baju baru ketika ada rezeki
lebih. Kadang hanya tiga tahun sekali hlm. 102. 2 Pantang Menyerah
Berkat kerja keras Bapak, keuletan Ibuk untuk hidup prihatin, dan uang receh yang dikumpulkan tiap hari. Akhirnya Bapak bisa
membeli angkot baru dan anak sulungnya bisa sekolah SMA. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut: 93 Akhirnya Sesuatu yang Bapak impikan sejak lama
tercapai. Bapak narik angkot miliknya sendiri hlm. 103.
69
Sudah empat hari angkot mogok, Bapak mulai mengeluh. Apalagi anak-anak sangat membutuhkan biaya hidup. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 94
“Aku capek, Nah. Iki godaan datang terus. Aku berangkat lagi, ya Gak bisa liat anak-anak seperti ini.
Saaken” hlm. 116. Bapak akan menjual angkotnya dan Bapak akan menjadi
sopir truk di tetangga sebelah. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
95 Beberapa saat kemudian Bapak menimpali, “Bapak akan kerja di tetangga sebelah menjadi sopir truk. Mereka lagi
butuh sopir untuk membawa makanan ternak dan Batu ke Surabaya. Angkot sudah ada yang mau membeli.” hlm.
134.
Sejak Bayek sudah bisa bekerja sendiri dan sering mengirimi uang kepada keluarganya di Kota Batu. Bapak berhenti menjadi
sopir truk. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
96 Bapak akhirnya berhenti jadi sopir truk untuk membantu pembangunan kos. Bapak bolak-balik Batu-Yogyakarta
hlm. 187. Kebahagian mulai terasa. Bapak dan Ibuk tinggal menikamti
masa tuanya dengan anak dan cucunya mereka. berikut kutipan secara langsung
yang mendukung pernyataan tersebut: 97 Hidup Bapak dan Ibuk semakin meriah dengan hadirnya
cucu dan menantu. Meskipun anak-anaknya sudah mempunyai rumah sendiri-sendiri, rumah Ibuk selalu
ramai dengan kunjungan cucu-cucu hlm. 242.
70
Baru saja menikmati kebahagian. Bapak malah sering sakit- sakitan. Beriku kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut: 98 Kondisi Bapak semakin lemas. Ia banyak menghabiskan
waktu di kamar. Dari jendela kaca yang membatasi kamar dan dapur, Ibuk selalu memantau Bapak sembari
memasak. Kadang menawarkan teh hangat atau pisang goreng. Ibuk tak pernah jauh dari tempat tidur Bapak
hlm. 256.
Bapak yang sedang sakit sudah mulai bosan karena hanya tiduran di kamar. Bapak sudah tidak sabar ingin bermain dan
mengantarkan sekolah cucu-cucnya. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
99 “Nah, aku wis gak sabar ngantar cucu-cucu ke sekolah. Wis bosen ndik kamar terus,” kata Bapak yang sedang
rebahan di kamarnya hlm. 251. Kondisi terakhir Bapak saat sakit sangat parah. Bapak tidak
ingin Bayek pergi jauh-jauh. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
100 “Le, jangan pergi jauh-jauh ya,” pesan Bapak singkat. Bayek kemudian mencium pipi Bapak dan berangkat.
Ada gundah di hati Bayek hlm. 263. Setelah bertahan beberapa bulan. Bapak akhirnya
menghembuskan napas terakhir. Ibuk merasa sangat kehilangan orang yang menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
101 Bapak meninggalkan istri, anak, dan cucunya. Malam itu
71
Bapak belum sempat memakai baju hem putih yang dibelikan Nani tempo hari hlm. 271.
102 Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak hlm. 271.
Bapak sebagai kepala keluarga bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya. Bapak bekerja sebagai sopir angkot. angkot
sering rusak tak membuat ia putus asa. Walaupun angkot sampai harus dijual untuk biaya kuliah Bayek di Bogor, Bapak tetap bekerja
sebagai sopir truk milik tetangga. Beliau tidak ingin anak-anaknya tidak makan. Maka ia terus bekerja dan bekerja. Hal terbukti pada
kutipan 87 sampai 102. Dapat disimpulkan bahwa Bapak memiliki sifat pekerja keras, pantang menyerah, dan tanggung
jawab. d. Mak Gini
1 Sederhana Mak Gini hidup dalam kesederhanaan. Mereka makan
seadanya. Kalau kurang, Mak Gini menjual apa yang ia punya. Berikut kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung
pernyataan tersebut: 103 Hidup begitu sederhana. Mereka makan bersama di dapur
berlantai tanah, di depan tungku perapian yang menjadi tempat memasak, juga untuk menghangatkan diri dari
udara dingin Kota Batu. Di dapur inilah kebersamaan itu tumbuh. Rezeki yang di dapat hari ini untuk makan besok.
Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang hlm. 30.
72
2 Perhatian Ketika Ibuk sudah berumah tangga, Mak Gini selalu memberi
nasehat kepada Ibuk agar memberikan kacang ijo dan beras merah agar anak-anak kelak menjadi cerdas. Berikut kutipan secara
langsung maupun tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
104 Saat Isa menginjak enam bulan, ia mulai bisa makan bubur beras merah. Mak Gini mengajari Ibuk membuat bubur
dari beras merah yang saat itu masih mudah didapatkan di pasar sayur Batu hlm. 32.
“Biar anak-anakmu pinter kalau besar nanti,” kata Mak Gini hlm. 32.
Mulai saat itu, bubur beras merah tak bisa terlupakan Ibuk ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Ibuk mulai membayangkan mereka pergi ke sekolah dengan sepatu kecil, dengan seragam merah putih. Lulus
SD Tidak seperti ia dulu hlm. 32-33.
Ketika rumah Ibuk masih baru, belum ada isinya. Mak Gini meminjamkan kursi dan meja untuk mengisi ruang tamu. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 105 Mak Gini meminjamkan dua kursi kayu dan satu meja
yang kita taruh di ruang tamu selama tiga bulan hlm. 79. Mak Gini adalah ibuknya Ibuk. Rumah beliau berdekatan
dengan rumah Ibuk. Terkadang Ibuk diberi nasehat-nasehat oleh Mak Gini. Waktu rumah Ibuk belum ada kursi, Mak Gini
meminjamkan kursi untuk rumahnya. Berdasarkan kutipan 103 sampai 105 dapat disimpulkan bahwa Mak Gini memiliki sifat suka
membantu, hidupnya sederhana, dan peduli terhadap anaknya yaitu Ibuk.
73
e. Mbok Pah 1 Peduli
Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak umur 16 tahun Ibuk sudah ikut berdagang baju bersama neneknya. Mboh berjualan daster
batik, baju sekolah, jarik, sampai sarung. Mbok Pah mengajari dari cara membuka kios, melipat baju, sampai tawar-menawar. Berikut
kuipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 106 “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus
kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah hlm. 2. 2 Tanggung Jawab
Saat Ibuk akan memilih jodoh, Mbok Pah sering menasehati Ibuk. Mbok Pah memiliki beberapa pilihan lelaki untuk Ibuk, namun
Ibuk tetap memilih Sim Bapak. Namun, Mboh Pah tidak bisa memaksakan kehendak Ibuk. Berikut kutipan secara langsung
maupun tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 107 “Gini Nah, sudah lama Mbok Pah mau ngomongini, tapi
ora enak. Sudah beberapa minggu ini ada yang nanyain kamu terus. Namanya Lek Hari. Mungkin seumuran sama
Sim. Dia sudah punya rumah sendiri. Mencetak batu bata,” jelas Mbok Pah.
Tinah diam sejenak. Ia melirik Mbok Pah yang sedang menggantungkan baju-baju di depan kios.
“Yah… masa’ kamu gak mau orang yang sudah mateng dan sebaik dia?” kata Mbok Pah meyakinkan. Apa kamu
masih pilih Sim itu? Ganteng iya, tapi Mbok rasa dia belum mateng, Nah. Belum siap. Masa’ kamu mau
nunggu?” hlm. 21-22.
74
Sampai akhirnya Tinah Ibuk memilih Sim Bapak dan menikah dengan Sim Bapak, Mbok Pah meninggal seminggu
sebelum acara pernikahan itu. Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak Ibuk tidak lulus SD,
Ibuk membantu Mbok Pah berjualan pakaian di pasar Batu. Awalnya Mbok Pah ingin menjodohkan Ibuk kepada beberapa pemuda
pilihannya. Namun, hati Ibuk tetap memilih Bapak. Berdasarkan kutipan 106 dan 107 tersebut dapat disimpulkan bahwa Mbok
Pah memiliki sifat peduli dan tanggung jawab. Hal terbukti ketika Ibuk akan menikah, Mbok Pah memberi sedikit uang untuk
membantu pernikahan Ibuk. f. Mbak Gik
1 Baik Hati Mbak Gik sering menasehati Sim Bapak saat akan berumah
tangga. Mbak Gik menasehati agar jangan terburu-buru untuk berumah tangga, karena berumah tangga itu tidak mudah. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 108 “Sim, orang berumah tangga itu nggak gampang. Kamu
sudah siap tah punya istri dan anak kelak? Kamu kan baru saja bisa narik angkot sendiri?” tanya Mbak Gik.
“Si Ngatinah iki wonge apikan. Gak macem-macem. Bisa hidup susah seperti aku,” jawab Sim.
“Lah Ya jangan sampai diajak hidup susah Sim…,” timpal Mbak Gik.
“Cari rejeki bareng maksudku. Berjuang bareng. Anaknya gak manja. Mau kerja keras juga,” jelas Sim hlm. 23.
75
2 Peduli Dahulu, Bapak tinggal bersama Mbak Gik di Jalan Darsono,
Desa Ngaglik. Saat malam pertama, Ibuk dan Bapak berada di rumah Mbak Gik. Mereka belum bisa membuat rumah. Mereka sudah tidak
enak kalau harus numpang lama-lama di rumah Mbak Gik. Ada keinginan mereka untuk membuat rumah, tetapi memang mereka
belum punya uang yang mencukupi. Ketika mereka sudah mempunyai lima anak pun, mereka
masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 109 Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan
setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang
Buntu hlm. 36.
Mbak Gik adalah kakak angkat Bapak. Ketika Bapak dan Ibuk baru menikah, mereka tinggal di rumah Mbak Gik. Sampai
ketika anak mereka lahir, Mbak Gik ikut membantu Ibuk mengajak bermain anak-anak momong. Setelah kelima anaknya lahir, Bapak
dan Ibuk mulai membangun rumah kecil dan sederhana. Berdasarkan kutipan 108 dan 109 dapat disimpulkan bahwa Mbak Gik
memiliki sifat baik hati dan peduli.
76
g. Isa 1 Tekun dan Peduli
Besar harapan Ibuk agar Isa bisa lulus SMA. Akhirnya Isa bisa lulus SMA. setelah Isa lulus SMA, ia kursus komputer di
Malang. Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa masih memberi les privat. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut: 110 “Sekarang, aku ingin memastikan Mira bisa kuliah.
Demikian juga Rini dan Isa. Mereka harus bisa kuliah seperti Bayek dan Nani. Mereka harus kuliah. Isa memang
sudah lama lulus SMA tapi tidak ada kata terlambat Tekad Ibuk hlm. 140.
Puluhan tahun yang lalu di usia yang hampir sama dengan Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa. Rambutnya sama. Gaya
berjalannya sama. Jalan hidupnya saja berbeda. Semenjak lulus SMA Isa telah bekerja untuk membantu Nani dan Bayek kuliah. Di
balik kelembutannya, Isa adalah perempuan kuat yang berjuang untuk “membuka” jalan buat adik-adiknya. Berkat bantuan Bayek,
Isa bisa kuliah dan kini Isa telah lulus sarjana dan menjadi guru SD. Isa adalah pertama Ibuk dan Bapak. Isa adalah anak
pertama yang sering membantu adik-adiknya ketika masih kecil. Membantu adik-adiknya mengerjakan PR sampai memandikan adik-
adiknya. Berdasarkan kutipan 110 dapat disimpulkan bahwa Isa adalah anak yang tekun dan peduli. Ia peduli dengan adik-adiknya
dan Ibuk bertekad agar Isa bisa kuliah.
77
h. Nani 1 Tahan Banting
Nani adalah anak Ibuk yang paling gagah, seringkali ia membersihkan got di depan rumah saat hujan tiba. Kebiasaan Nani
sama halnya dengan kebiasaan Isa. Sehabis pulang sekolah, Nani biasanya membersihkan rumah dulu yaitu menyapu lantai dan
mengepel. Setelah itu Nani makan siang. Nani juga membantu berjualan makanan kecil. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 111 Nani mulai belajar berdagang. Ia menjual pisang goreng,
keripik, atau citos di sekolah hlm. 118. 2 Pantang Menyerah
Berkat bantuan Isa dan Bayek, akhirnya Nani bisa kuliah. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut: 112 Anak kedua Ibuk, Nani, lulus SMA setahun kemudian dan
kuliah di Universitas Brawijaya hlm. 132. Isa membantu membayar biaya kuliah dan keperluan sehari-
hari Nani. Begitu juga Bayek yang telah membantu Nani kuliah dan bisa menjadi guru SD.
Nani adalah anak perempuan Ibuk yang gagah. Nani membantu banyak dalam keluarganya. Nani berjualan makanan
ringan. Berdasarkan kutipan 111 dan kutipan 112 dapat
78
disimpulkan bahwa Nani adalah anak yang tahan banting dan pantang menyerah.
i. Rini 1 Peduli dan Setia
Dalam novel ini, Rini juga membantu merawat Bapak saat sakit. Rumah Rini tidak jauh dari rumah Ibuk sehingga bisa
membantu Ibuk untuk merawat Bapak. Saat jasad Bapak disalatkan, Rini tak sanggup menahan kesedihannya. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 113 Kain hijau menutupi keranda dengan rangkaian melati di
atasnya. Jasad Bapak telah disalatkan sebelum Bayek datang. Rini di samping Ibuk menagis, berteriak, dan
akhrinya, tak sadarkan diri. Ia dibawa ke kamar Ibuk hlm. 275.
Rini adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ketika Bapak sakit Rini turut merawat Bapak. Sampai akhirnya Bapak meninggal,
Rini tak kuasa menahan kesedihannya. Berdasarkan kutipan 113 terbukti bahwa Rini memiliki sifat peduli dan setia.
j. Mira 1 Peduli
Saat Bayek bekerja Jakarta, Mira baru kelas 2 SMA. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli rumah di Karawang. Berikut
kutipan secara secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
114 “Mir, Masmu mau bantu beliin rumah buat kamu…,” kata Ibuk hlm. 221.
79
115 “Wah, matur suwun, Buk. Mas Bayek sendiri sudah punya tabungan, tah? Kok bolak-balik transfer ke rumah? hlm.
221. Mira adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Ketika bayek
sudah bekerja, Bayek membantu membelikan rumah di Karawang untuk Mira. Ketika masih kecil, Mira jarang rewel dan tidak
menyusahkan orang tuanya. Berdasarkan kutipan 114 dan 115 dapat disimpulkan bahwa Mira memiliki sifat peduli.
k. Bang Udin 1 Baik Hati dan Peduli
Dari Bang Udin, Ibuk selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk membayar dengan cicilan setiap hari. Mulai dari belanja dandang,
bak kecil untuk mandi, sampai penggorengan. Terkadang Ibuk meminjam uang lagi, walaupun cicilan yang lalu belum lunas.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
116 “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk
menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta
Ibuk dengan sungkan. “Insya Allah ada, Mbak Nah. Butuh berapa?” tanya Bang
Udin. Ada sedikit kelegaan di wajah Ibuk. “Lima belas ribu ya,
Bang.” hlm. 88.
Bang Udin adalah tukang jualan alat-alat rumah tangga. Ia terkadang juga menawari Ibuk untuk meminjam uang. Walaupun
cicilan Ibuk yang lalu belum lunas, Bang Udin tidak bersikeras
80
menagihnya. Ia malah menawarkan utang lagi kepada Ibuk. Berdasarkan kutipan 116 dapat disimpulkan bahwa Bang Udin
memiliki sifat baik hati dan peduli terhadap keadaan ekonomi keluarga Ibuk.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, terdapat 1 tokoh utama yaitu Ibuk, dan 10 tokoh tambahan yaitu Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini,
Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Penokohanwatak tokoh Ibuk antara lain: penyayang, tegar dan kuat, ulet, serta setia. Sifat
penyayang ditunjukkan dari kutipan 1 sampai kutipan 21. Sifat tegar dan kuat ditunjukkan dari kutipan 22 sampai kutipan 26. Sifat ulet
ditunjukkan dari kutipan 27 sampai kutipan 54. Sifat setia ditunjukkan dari kutipan 55 sampai 67. Sementara itu, seluruh tokoh tambahan
memiliki sifat-sifat membantu Ibuk berjuang menyekolahkan anak-anak dan membahagiakan keluarganya. Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam
kutipan 68 sampai kutipan 116. Berdasarkan kutipan 68 dan 86 dapat disimpulkan bahwa tokoh Bayek memiliki karakter atau watak
penyendiri, cengeng, tekun, patuh, setia dan pantang menyerah. Berdasarkan kutipan 87 sampai 102 tokoh Bapak memiliki watak
memiliki sifat pekerja keras, pantang menyerah, dan tanggung jawab. Berdasarkan kutipan 103 sampai 105 dapat disimpulkan bahwa tokoh
Mak Gini memiliki sifat suka membantu, hidupnya sederhana, dan peduli terhadap anaknya yaitu Ibuk.
81
Berdasarkan kutipan 106 dan 107 tokoh Mbok Pah memiliki watak peduli dan tanggung jawab. Berdasarkan kutipan 108 dan 109
dapat disimpulkan bahwa tokoh Mbak Gik memiliki sifat baik hati dan peduli. Berdasarkan kutipan 110 dapat disimpulkan bahwa tokoh Isa
memiliki watak yang tekun dan peduli. Berdasarkan kutipan 111 dan kutipan 112 dapat disimpulkan bahwa tokoh Nani memiliki watak tahan
banting dan pantang menyerah. Berdasarkan kutipan 113 terbukti bahwa tokoh Rini memiliki sifatwatak peduli dan setia. Berdasarkan kutipan
114 dan 115 dapat disimpulkan bahwa tokoh Mira memiliki sifatwatak peduli. Berdasarkan kutipan 116 dapat disimpulkan bahwa tokoh Bang
Udin memiliki sifat baik hati dan peduli terhadap keadaan ekonomi keluarga Ibuk.
3. Alur atau Plot