Uji Heteroskedastisitas Kepercayaan Kesepakatan Jangka waktu Risiko

42 variabel independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10. Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi jika terjadi multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki korelasi yang tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel lainnya untuk membantu prediksi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas Ghozali, 2013:139. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID dimana Sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di studentized. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, menyebar kemudian menyempit mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 43

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autikorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series karena “pengganggu” pada seseorang individukelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individukelompok yang sama pada periode berikutnya Ghozali, 2013:110. Menurut Ghozali 2013:111-120. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi: a. Uji Durbin-Watson DW test Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept kostanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen. b. Uji Lagrange Multiplier LM test Uji autokorelasi dengan LM test terutama digunakan untuk sample besar diatas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan dibandingkan uji DW terutama bila sample yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey BG Test. c. Uji Statistics Q : Box-Pierce dan Ljung Box Uji Box-Pierce dan Ljung Box digunakan untuk melihat autokorelasi dengan lag lebih dari dua. d. Uji Run Test Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak sistematis. H0 : residual res_1 random acak. HA : residual res_1 tidak random. . 44

3.5.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Menurut Lubis, dkk 2007:45, “regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi berganda. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variable bebas yaitu Dana Pihak Ketiga , Loan to Deposit Ratio LDR, Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Retturn On Asset ROA, Suku Bunga SBI terhadap variable terikat yaitu Jumlah penyaluran kredit secara . Model persamaannya adalah sebagai berikut : Y = a+b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 +b 6 X 6 + e Keterangan : Y = Jumlah Penyaluran Kredit a = Konstanta b 1 , b 2 , b 3 = Koefisien Regresi, X 1 = Dana Pihak Ketiga DPK X 2 = Loan to Deposit Ratio LDR X 3 = Capital AdequacyRatioCAR X 4 = Non Performing Loan NPL X 5 = Retturn On Asset ROA X 6 = Suku Bunga SBI 45 e = Variabel residual tingkat error

3.5.3.1 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R 2 pada saat mengevalusi mana model regresi terbaik Ghozali, 2013:97.

3.5.3.2 Pengujian Signifikansi Parsial Uji t

“Uji statisttik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen” Ghozali, 2013:98. Tahap-tahap pengujian sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis statistik: Ho: � = 0, artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha: � ≠ 0, artinya terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. b. Menentukan taraf signifikansi Signifikansi atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari t rasio masing-masing variabel independen pada taraf uji α = 5. 46 c. Kriteria pengambilan keputusan • Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka Ho ditolak dan Ha diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen memiliki pengaruh signifikansi terhadap variabel dependen. • Jika probabilitas lebih besar daripada α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang memiliki arti bahwa variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dapat juga digunakan perbandingan signifikansi t hitung dengan ketentuan: Ho diterima jika t hitung t tabel Ha diterima jika t hitung t tabel

3.5.3.3 Pengujian Signifikansi Simultan Uji f

“Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependenterikat” Ghozali, 2013:98. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifkan atau tidak terhadap variabel dependen. Tahap-tahap pengujian sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis Ho : �1 = �2 = �3 = �4= �5= �6 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 terhadap variabel dependen Y. Ha : �1 = �2 = �3 = �4 = �5 = �6 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 terhadap variabel dependen Y. 47 b. Menentukan taraf signifikansi Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat probabilitas dari F rasio seluruh variabel independen pada taraf uji α = 5 . c. Kriteria pengambilan keputusan • Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka Ho ditolak dan Ha diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikansi terhadap variabel dependen. • Jika probabilit as lebih besar daripada α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang memiliki arti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dapat juga digunakan perbandingan signifikansi F hitung dengan ketentuan: Ho diterima jika F hitung F tabel ; Ha diterima jika F hitung F tabel 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi linier berganda. Langkah awal analisis data dimulai dengan input atau entry data data angka yang terdapat pada laporan keuangan yang dibutuhkan dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistical Package for Social Science. Adapun perangkat lunak SPSS yang digunakan adalah SPSS Statistics 21.0. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output- output sesuai metode analisis data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan yang sesuai kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel, terdapat 29 perusahaan setiap tahun dengan jumlah pengamatan 5 tahun sehingga jumlah sampel terdapat sebanyak 145 data perusahaan. Data yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan auditor independen yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id. 49

4.2 Analisis Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

“Statistik Deskriptif Desciptive Statistic adalah menu yang memberikan gambaran mengenai nilai Mean, Sum, Standar Deviasi, Variance, Range, Minimum, dan Maximum” Lubis, dkk 2007:25. Untuk data yang berupa kategori digunakan sub menu deskriptif frequancies . Variabel penelitian ini terdiri dari dana piha ketiga, loan to deposit ratio, capital adequacy ratio, non performing loan, return on asset dan suku bunga SBI sebagai variabel bebas independent variabel dan jumlah penyaluran kredit sebagai variabel terikat dependent variabel. Statistik deskriptif dari variabel bebas dan terikat pada sampel perusahaan perbankan selama periode 2009-2013 disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LN_DPK 145 21,43 33,95 29,2406 3,37674 LDR 145 8,11 889,26 84,0866 69,08342 CAR 145 3,29 48,00 17,4652 7,33237 NPL 145 ,14 27,90 3,1210 4,02934 ROA 145 -12,90 5,15 1,7486 2,13934 SBI 145 5,80 7,50 6,4600 ,59060 LN_KREDIT 145 21,19 33,79 28,9960 3,42658 Valid N listwise 145 Sumber: hasil pengolahan SPSS 50 Berdasarkan deskripsi data yang dihasilkan dari Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah observasi atau jumlah pengamatan perusahaan perbankan dalam hal ini Bank BUMN dan Bank Swasta sebanyak 145 data selama periode pengamatan 2009-2013. Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa Dana Pihak Ketiga DPK dalam transformasi logaritma natural memiliki nilai terendah 21.43, nilai tertinggi 33.95 dan rata-rata Dana Pihak Ketiga 29.2406. Standar deviasi jumlah dana pihak ketiga adalah 3.37674 Berdasarkan rata-rata yang dihasilkan dapat disimpukan bahwa pada umumnya perusahaan sampel memiliki Dana Pihak Ketiga perusahaan dibawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia BI yakni 32,00-42,00. Loan to Deposit Ratio LDR memiliki nilai terendah sebesar 8.11 dan yang tertinggi sebesar 889.26. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya LDR bank BUMN dan Bank Swasta di Indonesia, yaitu bekisar 80-100. Sedangkan rata-rata LDR adalah 84,0866 dengan niai standar deviasi 69,08342. Hal tersebut menunjukkan bahwa data variabel LDR mempunyai sebaran kecil karena standar deviasi lebih keci dari nilai rata-ratanya mean, sehingga simpangan data pada variabel LDR ini dikatakan baik. Capital Adequacy Ratio CAR memiliki nilai terendah sebesar 3.29 dan yang tertinggi sebesar 48.00. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya CAR Bank BUMN dan Bank Swasta di Indonesia sudah memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu minimal 10.00. Sedangkan nilai rata-rata CAR adalah 17.4652 dengan nilai standar deviasi sebesar 7.33237. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam variabel CAR mempunyai sebaran kecil karena standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya mean. Hasil ini Menunjukkan bahwa bank BUMN dan Bank Swasta 51 memiliki kecukupan modal minimal10.00 sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia, dapat dikatakan bahwa perusahaan perbankan secara umum memiliki kecukupan modal yang tinggi. Non Performing Loan NPL memiliki nilai terindah sebesar 0.14 dan yang tertinggi sebesar 27.90. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya NPL Bank BUMN dan Bank Swasta di Indonesia sudah melebihi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu di bawah 5.00 Sedangkan rata-rata NPL adalah 3.1210 dengan nilai standar deviasi sebesar 4.02934. Dapat dikatakan bahwa Bank BUMN dan Bank Swasta secara umum memiliki NPL yang rendah sehingga risiko kreditnya berkurang serta variabel NPL mempunyai sebaran besar karena standar deviasi lebih besar dari nilai rata-ratanya mean, sehingga simpangan data pada variabel NPL ini dapat dikatakan tidak baik. Return on Asset ROA memiliki nilai terendah -12.90, nilai tertinggi 5.15 . Dengan nilai rata-rata ROA sebesar 1,7486 yang lebih tinggi dari kriterianya sebesar 0,5 – 1,25, menunjukan bahwa perusahaan perbankan memiliki ROA yang tinggi. Sedangkan standar deviasi untuk ROA adalah sebesar 2.13934. Tingginya nilai standar deviasi dibandingkan dengan nilai rata-rata mean ROA mengindikasikan adanya penyimpangan yang sangat tinggi. SBI dalam hal ini merupakan bunga acuan bagi perbankan yang beroperasi di Indonesia.Nilai ini didasarkan pada tingkat setifikat bank Indonesia pada akhir tahun pada tahun 2009 – 2013 dimana diperoleh rata-rata SBI selama periode tersebut sebesar 6.46 . Dengan nilai rata-rata SBI sebesar 6.46 yang lebih rendah kriterianya sebesar 6,50 persen, dapat dikatakan bahwa Bank Indonesia mengeluarkan SBI yang rendah. Nilai standar deviasi menunjukan adanya penyimpangan sebesar 0,59 dari nilai rata-rata sebesar 6.46. Jumlah Penyaluran Kredit memiliki nilai terendah 21.19, nilai tertinggi 33.79 . rata-rata kredit dalam transformasi logaritma natural diperoleh sebesar 28.9960. Hal ini berarti bahwa 52 dana yang diperoleh bank sampel selama tahun 2009 – 2013 adalah sebesar 28.9960. Dengan nilai rata-rata Ln.Kredit sebesar 28.9960 yang rendah dari kriteria 70.00 - 80.00 dapat dikatakan bahwa perusahaan perbankan memiliki Ln.Kredit yang tinggi. Nilai standar deviasi menunjukan adanya penyimpangan sebesar 3.42658 dari nilai rata-rata sebesar 28.9960. . Tabel 4.2 Frequencies Penelitian Statistics Statistics DPK LDR CAR NPL ROA SBI KREDIT N Valid 145 145 145 145 145 145 145 Missing Sumber: hasil pengolahan SPSS Tabel 4.2 menunjukkan deskripsi untuk variabel nominal yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, SBI, Jumlah Kredit yang di Berikan. Dari data tersebut diatas dapat dideskripsikan bahwa data yang valid sah untuk diproses adalah 145 data dan missing hilang adalah nol. Hal ini berarti semua data telah diproses.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik untuk melihat normalitas data yang dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik Kolmogrov-Smirnov K-S. Analisis grafik dengan histogram: 53 Gambar 4.1 Histogram Pada histogram tersebut Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa bentuk kurva cenderung di tengah dan tidak condong skweness ke kiri maupun ke kanan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Analisis grafik normal P-Plot Gambar 4.2. Garfik Normal P.Plot 54 Pada gambar 4.2 data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sehingga menurut analisis grafik histogram dan P-Plot data telah terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati melihatnya. Secara visual kelihatan normal, pada secara statistik bisa saja sebaliknya. Oleh sebab itu, selain cara di atas peneliti menggunakan analisis statistik uji K-S untuk memperoleh hasil pengujian yang lebih akurat. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, sedangkan bila nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N 78 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,12498977 Most Extreme Differences Absolute ,128 Positive ,090 Negative -,128 Kolmogorov-Smirnov Z 1,132 Asymp. Sig. 2-tailed ,154 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: hasil pengolahan SPSS 55 Tampak bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,154 0,05 yang menunjukkan bahwa nilai residual telah terdistribusi secara normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel dependen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikoliniearitas. Uji ini dilihat dari nilai Tolerance dan VIF-nya.Model regresi yang baik jika nilai Tolerance 0,1 dan VIF 10. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant DPK ,609 1,641 LDR ,934 1,071 CAR ,491 2,036 NPL ,495 2,019 ROA ,732 1,366 SBI ,753 1,328 Sumber: hasil pengolahan SPSS Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat satupun variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang kurang dari 0.1 dan VIF yang lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak satupun variabel memiliki persoalan multikolinearitas antara variabel independennya 56 Tabel 4.5 Koefisien Korelasi Antar Variabel Correlations Correlations Control Variables DPK LDR CAR NPL ROA SBI KREDIT LN_KREDIT DPK Correlation 1,000 -,055 ,024 -,087 ,415 ,385 ,996 Significance 2-tailed . ,637 ,838 ,449 ,000 ,001 ,000 Df 75 75 75 75 75 75 LDR Correlation -,055 1,000 ,136 ,143 ,057 ,037 -,026 Significance 2-tailed ,637 . ,237 ,215 ,622 ,751 ,821 Df 75 75 75 75 75 75 CAR Correlation ,024 ,136 1,000 ,698 -,147 ,026 ,065 Significance 2-tailed ,838 ,237 . ,000 ,202 ,820 ,573 Df 75 75 75 75 75 75 NPL Correlation -,087 ,143 ,698 1,000 -,120 ,055 -,041 Significance 2-tailed ,449 ,215 ,000 . ,298 ,635 ,724 Df 75 75 75 75 75 75 ROA Correlation ,415 ,057 -,147 -,120 1,000 -,064 ,428 Significance 2-tailed ,000 ,622 ,202 ,298 . ,580 ,000 Df 75 75 75 75 75 75 SBI Correlation ,385 ,037 ,026 ,055 -,064 1,000 ,415 Significance 2-tailed ,001 ,751 ,820 ,635 ,580 . ,000 Df 75 75 75 75 75 75 KRE DIT Correlation ,996 -,026 ,065 -,041 ,428 ,415 1,000 Significance 2-tailed ,000 ,821 ,573 ,724 ,000 ,000 . Df 75 75 75 75 75 75 a. Dependent Variable: Audit.Delay Sumber: hasil pengolahan SPSS 57 Melihat hasil besaran korelasi antara variabel independen, variabel return on asset memiliki nilai korelasi yang paling tinggi sebesar 0,415 atau 41,5. Oleh karena korelasi ini masih dibawah nilai standar korelasi sebesar 0,95 atau 95, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya heterokdastisitas adalah dengan meihat pola grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah: a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka terjadi heterokedastisitas b. Jika tidak ada pola jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas 58 Sumber: hasil pengolahan SPSS Gambar 4.3 Sccaterplot Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas sumbu 0 maupun di bawah sumbu 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Adr anya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yag lain disebabkan karena adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi lainnya.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada penelitian ini uji autokorelasi 59 yang digunakan adalah uji Durbin-Watson DW Test, uji Lagrange Multiplier LM Test, dan run test.

a. Uji Durbin-Watson DW Test

Berikut ini adalah tabel pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi Ghozali, 2013:111: Tabel 4.6 Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi dengan k=5 dan n=145: No Hipotesis Nol Keputusan Jika 1 Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0ddl 2 Tidak ada autokorelasi positif No Desicion dl ≤d≤du 3 Tidak ada korelasi negative Tolak 4-dld4 4 Tidak ada korelasi negative No Desicion 4-du ≤d≤4-dl 5 Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tidak Tolak dud4-du Tabel 4.7 Uji Autokorelasi DW Test Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 ,983 a ,966 ,964 1790015574 0083,24000 1,827 a. Predictors: Constant, SBI, CAR, ROA, LDR, DPK, NPL b. Dependent Variable: KREDIT Sumber: hasil pengolahan spss Dari tabel 4.9 di atas menunjukkan nilai D-W sebesar 1,827. Selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5, jumlah sampel 145 n=145, dan variabel independen 6 k=6. Maka dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai batas bawah dl adalah sebesar 1,560 dan batas bawah du adalah sebesar 1,778. 60 Oleh karena nilai D-W 1,827 lebih besar dari batas atas du 1,778 dan kurang dari 4 – 1,778 = 2,222 4 – du, maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi positif atau negatif du d 4 – du atau 1,778 1.827 2,222 atau dengan kata lain terdapat autokorelasi

b. Uji Lagrange Multiplier LM Test

Uji LM test lebih tepat digunakan dibandingkan uji DW terutama bila sampel yang digunakan relatif besar. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey BG Test. Untuk menguji BG Test langkah awal yang harus dilakukan ialah mendapatkan nilai residual. Setelah nilai residual diperoleh, kemudian membentuk variabel Lag residual Ut dengan cara melakukan transformasi data. Adapun tampilan output BG Test yang diperoleh peneliti dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.8 Uji Autokorelasi LM Test P e n g a m Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Std. Error Beta 1 Constant 28,262 1,882 15,020 ,000 DPK 1,069E-013 ,000 ,577 4,849 ,000 LDR ,028 ,009 ,303 3,156 ,002 CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224 NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122 ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189 SBI -,269 ,280 -,103 -,959 ,341 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual 61 Pada tampilan output terlihat bahwa koefisien parameter untuk variabel Auto Lag menunjukkan probabilitas signifikan 0.341 di atas 0.05. Dalam hal ini berarti data tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Run Test

Metode ini diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametrik dengan tanda positif dan negatif. Kaidah keputusan dalam metode ini adalah; tidak menolak hipotesis nol jika taksiran R berada pada jarak interval, dan menolak hipotesis nol jika taksiran R di luar batas interval. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak sistematis. H0 : residual res_1 random acak HA : residual res_1 tidak random Ghozali, 2013:120. Dibawah ini adalah tampilan output SPSS mendeteksi autokorelasi dengan Run Test. Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Value a ,19015 Cases Test Value 39 Cases = Test Value 39 Total Cases 78 Number of Runs 34 Z -1,368 Asymp. Sig. 2- tailed ,171 a. Median 62 Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 0.19015 dengan probabilitas 0.171. signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual adalah random acak atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. Beberapa pengujian di atas telah dilakukan oleh peneliti untuk mendeteksi terdapat atau tidaknya autokorelasi. Dan hasilnya menunjukkan bahwa melalui ketiga pengujian tersebut tidak ditemukan terjadi autokorelasi pada data sehingga data dapat digunakan ke pengujian selanjutnya. Beberapa pengujian di atas telah dilakukan oleh peneliti untuk mendeteksi terdapat atau tidaknya autokorelasi. Dan hasilnya menunjukkan bahwa melalui ketiga pengujian tersebut tidak ditemukan terjadi autokorelasi pada data sehingga data dapat digunakan ke pengujian selanjutnya.

4.2.3 Analisis Regresi

Dari hasil uji asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak dilakukan analisis regresi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan program SPSS Statistics 21.0. Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear dilakukan dalam beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Suku Bunga SBI terhadap Jumlah Penyaluran Kredit. Berikut ini adalah hasil regresi yang disajikan dalam bentuk tabel. 63 Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 28,262 1,882 15,020 ,000 DPK 1,069E-013 ,000 ,577 4,849 ,000 LDR ,028 ,009 ,303 3,156 ,002 CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224 NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122 ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189 SBI -,269 ,280 -,103 -,959 ,341 a. Dependent Variable: LN_KR Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 28,262 + 1,069X1 + 0.28X 2 – 0,32X 3 + 0.87X 4 – 0.84X 5 – 2.69X 6 + ε Keterangan: 1. Konstanta sebesar 28,262 menunjukkan bahwa apabila tidak variabel independen Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Suku Bunga SBI = 0 maka Jumlah Kredit yang yang di berikan oleh Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI adalah sebesar Rp 28,262. 2. β 1 sebesar 1,069 dan X 1 adalah Dana Pihak Ketiga, menunjukkan bahwa DPK memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI 3. β 2 sebesar 0,28 dan X 2 adalah Loan to Deposit Ratio, menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI 64 4. β 3 sebesar -0,32 dan X 3 adalah Capital Adequacy Ratio, menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit pada BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI 5. β 4 sebesar 0,87 dan X 4 adalah Non Performing Loan, menunjukkan bahwa NPL memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI 6. β 5 sebesar -0,84 dan X 5 adalah Return On Asset, menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit pada BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI 7. β 6 sebesar -2,69 dan X 6 adalah Suku Bunga SBI, menunjukkan bahwa Suku Bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit pada BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di BEI

4.2.4 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk menguji keempat hipotesis penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t t test dan uji F F test.

4.2.4.1 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien dete rminasi R Square R 2 menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah dari nol sampai satu. Nilai R square yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi 65 yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan R square adalah setiap penambahan variabel independen kedalam model maka R square pasti meningkat meskipun variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R square saat mengevaluasi model regresi yang terbaik. Dibawah ini akan ditampilan hasil analisis koefisien determinasi yang diperoleh peneliti. Tabel 4.11 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Summary b Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,983 a ,966 ,964 1790015574 0083,24000 a. Predictors: Constant, SBI, CAR, ROA, LDR, DPK, NPL b. Dependent Variable: LN_KR Sumber: hasil pengolahan SPSS Pada tabel diatas, model summary besarnya adjusted R square adalah 0,983, hal ini berarti bahwa 98,3 dari variasi atau perubahan dalam Jumlah Penyaluran Kredit dapat dijelaskan oleh variabel independennya Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Suku Bunga SBI, sedangkan sisanya 1,7 dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 66

4.2.4.2 Uji Regresi Parsial Uji t

Uji statistik t dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependennya secara individu. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik t uji t. Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 28,262 1,882 15,020 ,000 DPK 1,069E-013 ,000 ,577 4,849 ,000 LDR ,028 ,009 ,303 3,156 ,002 CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224 NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122 ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189 SBI -,269 ,280 -,103 -,959 ,341 a. Dependent Variable: LN_KREDIT Sumber : Hasil Pengolahan SPSS a. Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel Dana Pihak Ketiga X 1 sebesar 4,849 dengan nilai signifikansi 0,000. T tabel adalah 1,976, sehingga t hitung t tabel 4,849 1,976 . Signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka yang lebih kecil dari 0,05 0.000 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan DPK X 1 berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y yang mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi DPK yang di peroleh maka semakin tinggi pula Jumlah Penyaluran Kredit, begitu juga sebaliknya 67 b. Dari tabel regresi dapat dilihat bahwa besarnya t hitung untuk variable Loan To Deposit Ratio X 2 sebesar 3,156 dengan nilai signifikansi 0,02, sedangkan t tabel adalah 1,976, sehingga t hitung t tabel 3,156 1,976. Signifikansi penelitian ini menunjukkan angka yang lebih kecil dari 0,05 0,02 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Loan to Deposit Ratio X 2 berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y yang mengidentifikasikan bahwa semaikin tinggi LDR yang di peroleh maka semakin tinggi pula Jumlah Penyaluran Kredit Y. c. Dari tabel dapat dilihat bahwa besarnya t hitung untuk variabel Capital Adequacy Ratio X 3 sebesar -1.227 dengan nilai signifikansi 0,224. Hasi uji statistik tersebut menunjukkan bahwa t hitung adalah 1,227 dimutlakkan, sedangkan t tabel adalah 1,976 sehingga t hitung t tabel 1,227 1,976. Signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 0,224 0,05, maka dapat disimpulkan Ho diterima bahwa Capital Adequacy Ratio X 3 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. d. Dari tabel dapat dilihat bahwa besarnya t hitung untuk variabel Non Performing Loan X 4 sebesar 1,566 dengan nilai signifikansi 0,122. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa t hitung adalah 1,566, sedangkan t tabel adalah 1,976 sehingga t hitung t tabel 1,566 1,976. Signifikansi penelitian ini menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 0,122 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima bahwa Non Performing Loan X 4 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y e. Dari tabel dapat dilihat bahwa besarnya t hitung untuk variabel Return on Asset X 5 sebesar -1,326 dengan nilai signifikansi 0,189. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan 68 bahwa t hitung adalah 1,326 dimutlakkan, sedangkan t tabel adalah 1,976 sehingga t hitung t tabel 1,326 1,976. Signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 0,189 0,05, maka dapat disimpulkan H0 diterima bahwa Return On Asset X 5 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. f. Dari tabel dapat dilihat bahwa besarnya t hitung untuk variabel Suku Bunga SBI X 6 sebesar -0,959 dengan nilai signifikansi 0,341. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa t hitung adalah 0,959 dimutlakkan, sedangkan t tabel adalah 1,976 sehingga t hitung t tabel 0,959 1,976. Signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 0,341 0,05, maka dapat disimpulkan H0 diterima bahwa Suku Bunga SBI X 6 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y.

4.2.4.3 Uji Regresi Simultan Uji f

Uji signifikan simultan yang sering disebut dengan uji F ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan variabel independen yang ada dalam model terhadap variabel dependennya. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 17, maka diperoleh hasil sebagai berikut : 69 Tabel 4.13 Hasil Uji f ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1254652601 7011420000 0000000000 0,000 6 2091087669 5019035000 0000000000, 000 652,617 ,000 b Residual 4421734942 1654425000 000000000,0 00 138 3204155755 1923494000 0000000,000 Total 1298869951 1227964000 0000000000 0,000 144 a. Dependent Variable: KREDIT b. Predictors: Constant, SBI, CAR, ROA, LDR, DPK, NPL Hasil uji ANOVA atau F test menunjukkan F hitung sebesar 652,617dengan tingkat signifikansi 0,000, sedangkan F tabel sebesar 2,0986 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak , artinya bahwa dana pihak ketiga X 1 , loan to deposit ratio X 2 , capital adequacy ratio X 3 , non performing loan X 4 , return on asset X 5 , dan suku bunga SBIX 6 secara Ba simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y karena F hitung F tabel 652,617 2,0986 dan signifikansi penelitian lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05. 70

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji variabel secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata Jumlah Penyaluran Kredit Y adalah 28,9960 dengan nilai minimum 21,19 dan maksimum 33,79. 2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga X 1 terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y adalah variabel ukuran perusahaan dengan nilai β1 sebesar 4,849 menunjukkan hubungan yang searah, dimana setiap bertambahnya dana pihak ketiga yang di terima oleh perusahaan perbankan X 1 maka akan memperbanyak Jumlah Penyaluran Kredit Y. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga X 1 berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta . 3. Pengaruh Loan to Deposit Ratio X 2 terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y adalah variabel Loan to Deposit Ratio dengan nilai β2 sebesar 3,156 menunjukkan hubungan yang searah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio X 2 berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. Hal ini dikarenakan bahwa nilai LDR semakin tinggi maka menunjukkan kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga semakin tinggi guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih 2011 dan Yuwono 2012 LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan 71 4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio X 3 terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y adalah variabel Capital Adequacy Ratio dengan nilai β3 sebesar –1,227 menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. Hal ini dikarenakan jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti 2010 dan Oktaviani 2012 CAR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan.

5. Pengaruh tingkat Non Performing Loan X

4 terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y adalah variabel Non Performing Loan dengan nilai β4 sebesar 1,566 menunjukkan hubungan yang searah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit Y. Hal ini dikarenakan jika NPL searah dengan jumlah penyaluran kredit akan terlihat jelas bahwa kredit yang disalurkan tersebut memiliki tingkat resiko kredit gagal bayar yang tinggi sehingga ini akan membuat laba perusahaan perbankan terkhusus Bank BUMN dan Bank Swasta akan mendapatkan laba sedikit. 6. Pengaruh Return On Asset X 5 terhadap jumlah penyaluran kreditY adalah variabel Return On Asset dengan nilai β5 spebesar – 1,326 menunjukkan hubungan yang berlawanan 72 arah . Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa reputasi Return On Asset X 5 berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit Y. Hasil ini menunjukkan semakin kecil ROA maka semakin kecil pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank, dan artinya semakin tidak baik pula posisi dana tersebut sebagai penggunaan asset. Dengan kata lain bank tersebut tidak optimal dalam penggunan aktivanya untuk memperoleh pendapatan. Sebaiknya kegiatan kredit yang dilakukan oleh bank harus dilakukan secara optimal untuk memperoleh pendapatan yang optimal. 7. Pengaruh tingkat suku bunga SBI X 6 terhadap jumlah penyaluran kredit adalah variabel suku bunga SBI dengan nilai β6 sebesar -0,959 menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suku bunga SBI X 6 berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit Y. Hal ini menunjukkan bahwa jika suku bunga SBI rendah maka penyaluran kredit perbankan akan meningkat, serta sebaliknya. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil perhitungan dan analisis yang telah diperoleh menunjukkan bahwa terdapat tujuh kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: 1. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga X 1 secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. 2. Loan to Deposit Ratio LDR X 2 secara parsial berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. 3. Capital Adequacy Ratio CAR X 3 secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y 4. Non Performing Loan LDR X 4 secara parsial berpengaruh secara positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. 5. Retrun On Asset ROA X 5 secara parsial berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. 6. Suku Bunga SBI X 6 , secara parsial berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Y. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran, antara lain: 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian lainnya dan memperpanjang periode penelitian sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat lagi. 74 2. Penelitian selanjutnya dapat lebih menjelaskan secara spesifik tentang kecukupan modal,karena penelitian yang telah dilakukan langsung kepada cadangan modal CAR kurang menjelaskan pada cadangan modal inti dan cadangan modal pelengkap 3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank metode CAMEL, dalam penelitian ini hanya melakukan penelitian pada capital , earnings dan liquidity . Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat melanjutkan dari segi asset dan management pada perusahaan perbankan yang akan diteliti. 4. Bagi manajemen bank agar dapat memperhatikan data-data yang dimasukkan ke dalam BEI agar data-data tersebut dapat sinkron dengan faktor-faktor yang lain. Sehingga data tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan penulis. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Bank

Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara sehingga kemajuan sesuatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara tersebut. Bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya. Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990.Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan 1999: 31.1 adalah, bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihakpihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan 11 melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpundan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang Febryani dan Zulfadin, 2003. Berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis bank, yaitu: 1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannnya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakasanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum adalah bank yang kegiatan usahanya menghimpun dana berupa simpanan dalam bentuk giro dan deposito, rekening koran, dan juga memberikan kredit jangka pendek. Untuk Indonesia sendiri, bank umum disebut juga dengan bank komersial yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing Triasdini, 2010.

2.1.2 Kredit

Kegiatan bank setelah melakukan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan tabungan, deposito dan giro adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pemberian pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit. 12 Menurut Undang-Undang yang tertera dalam pasal 1 ayat 11 UU No.101998 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibakan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “credere” yang mempunyai arti kepercayaan kreditur terhadap debitur yang artinya bahwa kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan dana yang telah dipinjam beserta bunga yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak yang bekerja sama.Sedangkan Dendawijaya 2003 mengemukakan bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80- 90 dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70 - 80 dari kegiatan usaha bank. Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan dengan baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit, nasabah tersebut tentu harus dapat dipercaya. Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan. Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit. Berdasarkan pernyataan- pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian fasilitas kredit terdapat berbagai unsur yang terkadung di dalamnya antara lain Kasmir, 2011:

1. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan bank sebagai pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

13 Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit yang dituangkan dan ditandatangani dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban masing-masingpihak.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berupa jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.

4. Risiko

Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka akan semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Risiko ini akan menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.

5. Balas jasa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

6 110 108

Pengaruh Capital Adequwacy Ratio (CAR),Retrn On Asset (ROA), Retrn On Equwacy (ROE), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Price EarningRatio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1 41 115

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi

0 3 132

Analisis Pengaruh Retum oh Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi kasus pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI)

0 4 128

Analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Loan Deposit Ratio (LDR) dan non performing loan (NPL) terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka tiga bulan: studi kasus pada Bank Persero di Indonesia Tahun 2004 - 2012

0 6 100

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets dan Loan to Asset Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank Umum Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 5 139

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Ef

0 1 9