Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
memapar pekerja rata-rata melebihi waktu paparan yang diperbolehkan dengan kondisi kebisingan mesin berjalan selama 24 jam.
Data Laporan Pengendalian Kebisingan Triwulan I Tahun 2014 oleh bagian LK3 menunjukkan bahwa intensitas kebisingan di area Turbin dan Boiler
rata-rata mencapai 90 dBA. Perusahaan telah menerapkan upaya pengendalian secara teknik namun belum maksimal. Upaya pengendalian kebisingan yang telah
diterapkan adalah penggunaan alat pelindung telinga APT dan pengendalian secara administratif, diantaranya pemasangan rambusign bahaya dan monitoring
lingkungan kerja. Apabila kebisingan tersebut memapar pekerja dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keluhan maupun gangguan terhadap pekerjaan,
keselamatan dan kesehatan. Berdasarkan survei awal, beberapa pekerja merasakan ketidaknyamanan kerja karena mengalami kesulitan berkomunikasi saat bekerja
tanpa alat bantu komunikasi, bahkan setelah bekerja pekerja masih merasakan interupsi dari kebisingan sehingga saat berkomunikasi masih harus mengulang
atau mengeraskan suara agar pesan dapat diterima dengan baik. Kebanyakan dampak non auditory kebisingan tidak disadari oleh pekerja.
Kebisingan yang muncul dari lingkungan kerja berpotensi menimbulkan beberapa gejalagangguan kesehatan yang sifatnya kronik diantaranya gangguan fisiologis
maupun psikologis. Tentunya gangguan tersebut memiliki tingkat keparahan sesuai dengan tingkat kebisingan yang memapar dan lamanya terpajan kebisingan.
Selain itu dampak kebisingan dapat dilihat dari keluhan subyektif yang dialami oleh pekerja di area turbin dan boiler.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan intensitas kebisingan dengan keluhan subyektif non auditory
effect pada pekerja di area Turbin dan Boiler PT.A