Skirining Toksisitas Beberapa Fraksi Metanol Dari Daun Lantana Camara L.

Skrining toksisitas beberapa fraksi metanol (Rumondang Bulan Nasution)
SKIRINING TOKSISITAS BEBERAPA FRAKSI METANOL DARI DAUN Lantana camara L.

Rumondang Bulan Nasution Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155

Abstrak

Telah dilakukan skirining toksisitas terhadap beberapa fraksi ekstrak etanol daun Lantana camara L. Fraksinasi terhadapekstrak etanol daun L. camara L. dilakukan dengan kromatografi kolom menggunakan adsorben silika gel G 60, eluen campuran benzen dan etanol. Setiap fraksi dikontrol dengan kromatografi lapis tipis, dan fraksi yang memiliki harga Rf yang sama dikelompokkan menjadi satu. Terhadap masing-masing fraksi dilakukan skirining toksisitas secara in vitro dengan menggunakan sel leukemia L1210. Toksisitas ditentukan dengan metode Fujimoto berdasarkan nilai IC50
Kata kunci: Ekstrak metanol, Lantana camara L., sel leukemia L1210, toksisitas.

PENDAHULUAN
Sejak dahulu masyarakat Indonesia terutama penduduk di pedesaan mengenal dan memakai tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya jauh sebelum pelayanan formal dan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan mengenai tanaman berkhasiat ini merupakan pengalaman turun temurun yang diwarisi dari generasi dahulu ke generasi berikutnya (Wijayakusuma et al, 1995)
Salah satu tumbuhan yang sudah lama digunakan masyarakat sebagai ramuan obat tradisional untuk berbagai penyakit adalah tumbuhan Lantana camara L. Menurut informasi yang diperoleh (Soedigdo S., 1995) daun tumbuhan L. camara L. dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit menahun dengan cara menempelkan daun segar yang dihaluskan ke tempat yang sakit.
Ahmed menyatakan ekstrak etanol daun L. camara L. antara lain adalah

menurunkan tekanan darah dan meningkatkan respirasi (Ahmed et al, 1972) Daun L. camara L. selain digunakan sebagai obat juga pernah digunakan untuk pengendalian hama penggerek umbi kentang di dalam gudang penyimpanan (Setiawati dan Sastrosiswoyo, 1986)
Selain efek positif yang telah diusebutkan di atas, tumbuhan L. camara L. dapat menimbulkan efek negatif yaitu dapat menyebabkan keracunan pada hewan memamah biak. Misalnya di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, tumbuhan L. camara L. dilaporkan dapat menyebabkan keracunan pada sapi. Keracunan biasanya terjadi 24 jam setelah ternak memakan L. camara L. dalam jumlah cukup banyak dengan gejala-gejala antara lain lesu dan gelisah, nafsu makan hilang, peradangan mata, kulit menjadi peka terhadap sinar matahari dan terjadinya luka pada kulit sapi, pada beberapa kasus setelah 2 atau 3 hari ternak tersebut akan mati (Anonimous, 1993; Anonimous, 2002)

51


Menurut De vita (1982) dan juga Alberts et al., (1994), obat yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker biasanya toksik untuk sel-sel normal. Mengingat adanya efek farmakologi dan toksisitas dari tumbuhan L. camara L. maka ada kemungkinan komponen yang bersifat toksik dari daun L. camara L. apabila digunakan dalam dosis yang tepat dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit kanker.
BAHAN DAN METODA
Bahan
Daun L. camara L. yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari daerah Soreang Bandung, metanol, benzen, etanol, kloroform, dimetil sulfoksida, larutan biru tripan, nitrogen cair, medium MEM eagle’ glutamine, larutan fortal calf serum, indikator universal, silika gel G 60, lapisan silika kiesel gel 60 F254 akuades dan sel leukemia L1210.
Metoda
Penyediaan Bahan Daun Lantana camara L. setelah
diambil, dibersihkan dan hanya daunnya saja yang digunakan untuk penelitian. Kemudian dikeringkan pada suhu kamar dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering, dihaluskan dengan mesin penggiling hingga menjadi serbuk. Diayak dengan ayakan untuk mendapatkan serbuk berukuran –40+60 mesh. Serbuk yang diperoleh disimpan di tempat kering dalam botol coklat. Sel leukemia L1210 yang digunakan untuk uji toksisitas berasal dari Jepang.

Jurnal Sains Kimia Vol 7, No.2, 2003: 51-54
1. Pembuatan dan pemisahan ekstrak metanol
Ekstrak metanol diperoleh dengan cara ekstraksi panas dengan pelarut metanol di dalam labu Soxhlet (direfluks), sampai tetes sari dari pipa samping labu kelihatan jernih. Untuk setiap 50 g serbuk digunakan 500 mL metanol. Selanjutnya sari metanol diuapkan pada tekanan yang direduksi dengan rotavapor (Vaccum evaporation) pada suhu 50 0C, sehingga diperoleh larutan jenuh metanol. Larutan jenuh metanol diuapkan di atas penangas air sampai diperoleh Zat padat yang disebut sebagai ekstrak kasar.
Fraksinasi ekstrak metanol (ekstrak kasar) dilakukan secara kromatografi kolom gravitasi dengan menggunakan adsorben silica gel G 60 (-70+230 mesh) dengan perbandingan berat sampel dan adsorben 1 : 60. Elusi dilakukan dengan eluen Campuran benzen dan etanol (4:1 v/v). Silika gel G 60 ditimbang 90 g, ditambahkan sedikit demi sedikit larutan campuran benzen dan etanol (4:1 v/v), campuran diaduk hingga rata kemudian dimasukkan ke dalam kolom. Sebanyak 1,5 g ekstrak kasar dilarutkan dalam pelarut campuran benzen dan etanol (4:1 v/v) dan dimasukkan ke dalam kolom dengan menggunakan pipet tetes dielusi dengan campuran benzen dan etanol (4:1 v/v). Setiap fraksi ditampung sebanyak 2,5 sampai 3,0 mL dengan laju elusi 0,40 mL/ menit. Tiap fraksi yang diperoleh dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan adsorben silica kiesel gel 60 F254 dengan penampak noda uap iodium. Fraksi-fraksi dengan Rf yang sama dikumpulkan dan diuapkan dengan gas nitrogen. Diperoleh 5 fraksi yaitu fraksi FI, F-II, F-III, F-IV, dan F-V.

52

Skrining toksisitas beberapa fraksi metanol (Rumondang Bulan Nasution)
2. Skrining Toksisitas dengan Sel Leukemia L1210
a. Pengujian sampel Masing fraksi F-I, F-II, F-III, F-IV,
dan F-V dilarutkan dalam metanol dengan kadar 1 mg /mL Uji toksisitas ekstrak methanol, fraksi F-I, F-II, F-III, F-IV, dan F-V terhadap sel leukemia L1210 dilakukan secara in vitro menurut prosedur yang digunakan oleh Fujimoto. Uji toksisitas dilakukan dalam multiwell plate tissue culture (1,00 mL sel setiap lubang dengan kapasitas 20 x 105 sel /mL). Ke dalam sel tersebut ditambahkan ekstrak metanol sebanyak 10 µl dengan variasi konsentrasi 10,00; 7,50; 5,00; dan 2,50 µg/mL. Sebagai kontrol digunakan 10µl methanol. Kemudian diinkubasi dalam incubator CO2 pada suhu 37 0C, selam 48 jam. Setelah diinkubasi, jumlah sel dihitung di bawah mikroskop dengan menggunakan Haemocytometer Fuch Rosenthal (0,200 mm; 0,0625 mm2). Percobaan dilakukan secara duplo. Hal yang sama dilakukan terhadap fraksi F-I, F-II, F-III, F-IV, dan F-V.
b. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan

menghitung IC50. Harga IC50< 4 µg/mL dinytakan toksik dan berpotensi sebagai antikarsinogenik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Ekstraksi dan Kromatografi Kolom Dari 1 kg serbuk daun yang diektraksi
diperoleh 64,52 g (6,45 %) ekstrak kasar. Untuk pemisahan selanjutnya, setelah dilakukan berbagai percobaan KLT terhadap ekstrak tersebut ternyata

diperoleh system KLT yang paling sesuai yaitu dengan adsorben silika gel G60 dan eluen campuran benzen dan etanol (4:! v/v). Berdasarkan analisis dengan KLT, fraksi hasil kromatografi kolom dapat dikelompokkan ke dalam 5 bagian menurut harga Rf masing-masing fraksi. Kelima fraksi tersebut adalah F-I, F-II, F-III, F-IV, dan F-V. Hasil pemisahan kromatografi kolom terdapat pada Tabel I.
Fraksi 1 hingga 6 (F-I) merupakan zat padat berwarna hijau tua dengan harga Rf 0,66 dan 0,78; fraksi 7 hingga 16 (F-II) merupakan zat padat berwarna hijau coklat dengan harga Rf 0,55; 0,66 dan 0,78; fraksi 17 hingga 25 (F-III) merupakan zat padat hijau coklat dengan endapan putih kehijauan dengan harga Rf 0,32 dan 0,55; fraksi 26 hingga 50 (F-IV) merupakan zat padat warna coklat tua sedangkan fraksi methanol (F-V) merupakan zat padat warna coklat tua. F-III mengindikasikan senyawa triterpenoida yang ditunjukkan dengan munculnya warna ungu dengan pereaksi Salkowsky. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa di dalam tumbuhan L. camara L. terdapat senyawa triterpenoida.
2. Skirining Toksisitas dengan Sel Leukemia L1210. Tingkat toksisitas dari ekstrak
tumbuhan tersebut ditentukan berdasarkan nilai IC50nya. Suatu senyawa disebut bersifat toksik bila aktivitasnya terhadap
sel uji mempunyai nilai IC50