Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

(1)

i

Koeksistensi Sistem Hukum dalam Pengelolaan Pendidikan

Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru

Kabupaten Aceh Tamiang

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh: RICHA MELIZA

110905006

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PERNYATAAN ORIGINALITAS

Koeksistensi Sistem Hukum dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi

Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya ataupendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses hukum dan meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juni 2015 Penulis


(3)

ii

ABSTRAK

Richa Meliza, 2015 judul skripsi: “Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 84 halaman, 1 gambar lokasi, 2 struktur organisasi, daftar pustaka, lampiran : daftar informan, interview guide dan surat penelitian.

Skripsi ini mendeskripsikan : “tentang koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan panti asuhan di Aceh”. Kajian ini menjelaskan tentang suatu keberadaan sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan panti asuhan, dimana panti asuhan tersebut dikelola oleh lembaga agama. Seiring dengan arus globalisasi terjadinya pertukaran pemilik yayasan yang perlahan-lahan sistem aturan dalam pengelolaan panti asuhan tidak hanya di atur oleh lembaga agama Islam saja akan tetapi adanya aturan-aturan lain dalam pengelolaan panti asuhan tersebut. Sehingga permasalahan yang dikaji pada skripsi ini adalah ingin mengetahui bagaimana koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Aceh Tamiang.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan aturan-aturan yang digunakan dalam pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim, mendeskripsikan koeksistensi berbagai sistem aturan hukum itu bekerja dalam suatu pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim dan melihat apakah dalam pengelolaan sistem hukum yang saling koeksistensi dalam Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut adanya suatu yang harmonis atau adanya suatu konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Peneliti mencari data dengan ikut langsung mengamati kegiatan informan selama waktu yang tidak ditentukan dengan harapan data yang didapati agar lebih akurat.

Penelitian menunjukkan bahwa secara ideal yang mengelola Panti Asuhan adalah lembaga agama terutama dikelola oleh agama Islam tetapi dalam penelitian ini adanya koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan di Panti Asuhan Al-Hakiim. Dalam Panti Asuhan tersebut adanya sistem-sistem aturan lain yang bermain di Panti Asuhan itu sendiri yaitu dari sistem aturan lembaga agama, sistem aturan lembaga organisasi, dan sistem aturan dari masyarakat. Ketiga itu merupakan donatur yang memberikan sumbangan kepada panti asuhan, setiap dari donatur memiliki hak untuk memberikan aturan dalam pengelolaan pendidikan di panti asuhan karena mereka memiliki power dalam panti asuhan tersebut.

Hasilnya Panti Asuhan Al-Hakiim dalam kehidupan sehari-hari adanya koeksistensi sistem-sistem aturan dalam pen gelolaan tersebut yang dapat saling mengisi antara satu aturan dengan aturan yang lain, atau malahan terjadinya konflik dan ketidakcocokan dari aturan-aturan. Akhirnya dapat melahirkan perpecahan dan konflik dalam Panti Asuhan, ketika sistem hukum itu dimaknai dan direspon dalam interaksi sosial.


(4)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang dan karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulisan ini masih belum bisa dikatakan sempurna, baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data.

Adapun penulisan ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu antropologi, dan dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Koeksistensi Sistem Hukum dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi, Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang terspesial kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan sangat penulis cintai, papa Sukardi dan mama Mariani. Terima kasih banyak karena telah mendidik penulis dari kecil hingga duduk di bangku perkuliahan, terima kasih juga atas dukungan doa, semangat, kesabaran, motivasi, dan materi yang telah diberikan kepada penulis, terlebih kasih sayangnya selama ini. Penulis sangat bangga memiliki orang tua seperti mama dan papa yang telah begitu gigih memperjuangkan kami selaku anak-anaknya dalam hal pendidikan demi masa depan kami yang cerah, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa di dalam hidup ini.


(5)

iv Terima kasih karena kalian telah menjadi penyemangat hidup penulis yang sejati.Penulis juga berterima kasih kepada adik penulis yang sangat penulis banggakan dan juga sangat penulis sayangi.Rauza adheilla dukungan dan kehadian kamu penulis bukanlah apa-apa di dalam hidup ini. Terima ksih buat nenek penulis yang sangat penulis sayangi Mak Jamillah, yang telah banyak menasehati dan memotivasi penulis dalam hal-hal yang positif dan terima kasih atas dukungannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.Spesial kepada bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Rytha Tambunan M,Si selaku dosen pembibing skripsi penulis. Beliau telah bersedia dan sangat banyak meluangkan waktu, memberikan ilmunya dan nasehat serta saran-saran selama dalam proses bimbingan skripsi, mulai dari awal hingga akhir. Sekali lagi Terima kasih banyak atas waktu, ilmu dan nasehat serta saran-saran yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Zulkifli, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bantuan, saran-saran serta masukan untuk kelancaran penyelesaian skripsi ini.


(6)

v Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sabariah Bangun Dra, M.Soc.Sc, selaku dosen penasehat akademik penulis, yang telah banyak membantu penulis baik dalam konsultasi, arahan dan waktu yang telah beliau luangkan untuk penulis dalam berbagai hal dalam urusan akademik.Terima kasih karena telah mendidik dan mengarahkan penulis di dalam perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan dekat penulis yang sudah hampir 8 (delapan) tahun bersama penulis Nurul Husna, Khairiyatul Munawarah, Habibul Ummi, terima kasih banyak untuk semuanya. Terima kasih juga kepada teman terdekat penulis yang sudah hampir 4 (empat) tahun menemani penulis baik senang maupun susah, Muhammad Syahrul dan kakak sepupu saya Nova Era Yanti, S.Kep, Ners yang selalu memberikan nasehat dan motivasi untuk selalu semangat dalam menjalani segala sesuatu yang akan di hadapan nanti.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada kerabat-kerabat penulis stambuk 2011 khusus kepada Sri mauliani, Rama Shita Husna, Rini Rezeki Utami, Suci wulansari, Jayanti PN Sihombing Muhammad Rifai, Denny Pratama putra, Asrul Wijaya Saragih, Wisnu Triwibowo dan juga kerabat-kerabat lain stambuk 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas hubungan persahabatan yang selama ini telah kita jalani bersama dengan baik di Departemen Antropologi. Terima kasih juga kepada abang dan kakak stambuk 2009/2010, terutama kakak Dina, kakak Desi, abang Samuel, dan lainnya yang


(7)

vi tidak dapat disebutkan satu persatu. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas semuanya selama ini.

Terima kasih buat informan dari pengurus dan pengasuh panti asuhan serta yang lain-lain atas kerjasamanya dalam membantu penulis di lapangan untuk keperluan penelitian skripsi seperti ibu Nova dan informan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih banyak semuanya.Kiranya tuhan senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Medan, Juni 2015 Penulis


(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Richa Meliza, lahir pada tanggal 11 November 1992 di Tualang Cut, Aceh Tamiang. Beragama Islam. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Sukardi dan Ibu Mariani. Mempunyai dua orang abang dan satu orang adik perempuan. Menyelesaikan pendidikan tamatan tahun 2004 di SD N.1 Tualang Cut, kemudian penulis menyelesaikan tamatan tahun 2008 di Tsanawiyah Madrasah Ulmul Qur’an Alue Pineung Langsa, lalu

menyelesaikan tamatan tahun. 2011 di Aliyah Madrasah Ulmul Qur’an Alue Pineung Langsa.Melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan lulus di Universitas Sumatera Utara, Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

Pernah berpartisipasi pada beberapa kegiatan diluar pendidikan formal seperti : 1. Peserta Inisiasi Antropologi pada tahun 2011

2. Peserta Training Of Fasilitator Tingkat Dasar angkatan IV tahun 2013 3. Panitia Inisiasi Antropologi pada tahun 2013

4. Panitia RAKERNAS JKAI USU 2015

5. Kursus Bahasa Inggris di Primagama English Jalan. Syailendra Medan.

Pengalaman Organisasi :

1. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 2. UKMI As-Siyasah (FISIP USU)

Ema


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dan segala pelengkap lainnya dalam memenuhi persyarakatn untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Atropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Judul Skripsi ini adalah Keoeksistensi Sistem Hukum dalam Pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim di Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

Skripsi ini tentang kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara penulis mengenai koesistensi sistem hukum dalam Panti Asuhan Al-Hakiim. Secara sistematis kajian ini berfokus pada aturan-aturan sistem hukum yang ada di dalam pengelolaan Panti Asuhan, baik itu aturan dari Panti Asuhan itu sendiri, aturan dari negara, aturan dari donatur lembaga tertentu dan donatur dari masyarakat.

Dalam hal ini dapat di jelaskan dari isi skripsi penelitian ini. Pertama Bab I berisi tentang bagaimana latar belakang permasalahan yang ada di panti asuhan tersebut, bagaimana rumusan masalahnya, tujuan dan manfaat dari penelitian ini, serta metode apa yang digunakan dalam penelitian ini dan juga satu lagi bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

Bab II menjelaskan tentang gambaran umum Panti Asuhan Al-Hakiim baik dari segi sejarahnya, lokasinya, strukturnya, maksud dan tujuan Panti Asuhan


(10)

ix Al-Hakiim, penghuni panti asuhan, pengajar panti asuhan dan sarana dan prasarananya. Bab III menjelaskan tentang visi dan misi panti asuhan dimana didalamnya terdapat visi dan misi panti asuhan, aturan dalam pengelolaan panti asuhan, sistem pengajaran, proses donatur dan proses pengelolaannya kemudian Bab IV menjelaskan dan menjawab kembali dari Bab I dan menyempurnakan Bab II dan Bab III yaitu dari pertanyaan Rumusan Masalah dan Tujuan dan Manfaat penelitian serta Kasus-kasus yang ada di Panti Asuhan Al-Hakiim.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mengalami kekurangan di sana sini karena bagi penulis “tak ada gading yang tak retak”. Demikian juga penulisan ini masih banyak mengalami kekurangan dan mungkin jauh dari kesempurnaan.Penulis sangat mengharapkan masukan, saran maupun kritik dari para pembaca yang bersifat membangun dari memperbaiki skripsi ini ke arah yang lebih membangun.Demikian pangantar dari penulis, semoga bermanfaat.

Medan, Juni 2015 Penulis


(11)

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 12

1.4 Lokasi Penelitian ... 13

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelititian ... 13

1.6 Metode Penelitian ... 14

1.7 Pengalaman Penelitian ... 19

BAB II GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL-HAKIIM DI ACEH TAMIANG 2.1 Sejarah Aceh Tamiang ... 25

2.2 Gambaran Umum Desa Paya Kulbi ... 29

2.2.1 Bahasa ... 30

2.2.2 Sarana Desa Paya Kulbi ... 31

2.2.2.1 Sarana Jalan dan Angkutan ... 31

2.2.2.2 Sarana Pendidikan ... 32

2.2.2.3 Sarana Ibadah ... 32

2.2.2.4 Keadaan Penduduk ... 33

2.3 Sejarah Awal Panti Asuhan di Indonesia ... 33

2.4 Sejarah Panti Asuhan Al-Hakiim Aceh Tamiang ... 37

2.5 Lokasi Panti Asuhan Al-Hakiim di Aceh Tamiang ... 39

2.6 Maksud dan Tujuan Panti Asuhan Al-Hakiim ... 40

2.7 Struktur Organisasi Panti Asuhan Al-Hakiim ... 41

2.7.1 Struktur Yayasan Panti Asuhan Al-Hakiim ... 41

2.7.2 Struktur Pengurus Panti Asuhan Al-Hakiim ... 42

2.8 Pengajar Panti Asuhan Al-Hakiim ... 43

2.9 Penghuni Panti Asuhan Al-Hakiim ... 44

2.10 Sumber Dana Panti Asuhan Al-Hakiim ... 46

2.11 Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Al-Hakiim ... 48

BAB III PANTI ASUHAN SECARA VISI DAN MISI 3.1 Visi dan Misi Panti Asuhan Al-Hakiim ... 50

3.2 Program Kerja Panti Asuhan Al-Hakiim ... 51


(12)

xi

3.3.1 Pendidikan Agama ... 53

3.3.2 Pendidikan Moral ... 55

3.3.3 Pendidikan Kedisiplinan ... 57

3.4 Proses Pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim ... 60

3.5 Proses Donatur Panti Asuhan Al-Hakiim ... 61

BAB IV SISTEM KOEKSISTENSI HUKUM DALAM PENGELOLAAN PANTI ASUHAN AL-HAKIIM 4.1Aturan-aturan dalam Panti Asuhan Al-Hakiim ... 64

4.1.1 Aturan Agama Islam di Panti Asuhan ... 64

4.1.2 Aturan Pengasuh Panti Asuhan ... 66

4.2 Sistem Hukum dalam Panti Asuhan Al-Hakiim ... 67

4.2.1 Dasar-dasar Ajaran di Panti Asuhan Al-Hakiim... 67

4.2.2 Dasar Hukum dalam Pengelolaan Pendidikan di Panti Asuhan Al-Hakiim ... 68

4.2.3 Sistem Aturan dari Donatur di Panti Asuhan Al-Hakiim .. 69

4.3 Kasus-kasus yang Saling Berkoeksistensi di dalam Panti Asuhan Al-Hakiim ... 74

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

1. DAFTAR INFORMAN

2. DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE) 3. SURAT PENELITIAN


(13)

ii

ABSTRAK

Richa Meliza, 2015 judul skripsi: “Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 84 halaman, 1 gambar lokasi, 2 struktur organisasi, daftar pustaka, lampiran : daftar informan, interview guide dan surat penelitian.

Skripsi ini mendeskripsikan : “tentang koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan panti asuhan di Aceh”. Kajian ini menjelaskan tentang suatu keberadaan sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan panti asuhan, dimana panti asuhan tersebut dikelola oleh lembaga agama. Seiring dengan arus globalisasi terjadinya pertukaran pemilik yayasan yang perlahan-lahan sistem aturan dalam pengelolaan panti asuhan tidak hanya di atur oleh lembaga agama Islam saja akan tetapi adanya aturan-aturan lain dalam pengelolaan panti asuhan tersebut. Sehingga permasalahan yang dikaji pada skripsi ini adalah ingin mengetahui bagaimana koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Aceh Tamiang.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan aturan-aturan yang digunakan dalam pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim, mendeskripsikan koeksistensi berbagai sistem aturan hukum itu bekerja dalam suatu pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim dan melihat apakah dalam pengelolaan sistem hukum yang saling koeksistensi dalam Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut adanya suatu yang harmonis atau adanya suatu konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Peneliti mencari data dengan ikut langsung mengamati kegiatan informan selama waktu yang tidak ditentukan dengan harapan data yang didapati agar lebih akurat.

Penelitian menunjukkan bahwa secara ideal yang mengelola Panti Asuhan adalah lembaga agama terutama dikelola oleh agama Islam tetapi dalam penelitian ini adanya koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan di Panti Asuhan Al-Hakiim. Dalam Panti Asuhan tersebut adanya sistem-sistem aturan lain yang bermain di Panti Asuhan itu sendiri yaitu dari sistem aturan lembaga agama, sistem aturan lembaga organisasi, dan sistem aturan dari masyarakat. Ketiga itu merupakan donatur yang memberikan sumbangan kepada panti asuhan, setiap dari donatur memiliki hak untuk memberikan aturan dalam pengelolaan pendidikan di panti asuhan karena mereka memiliki power dalam panti asuhan tersebut.

Hasilnya Panti Asuhan Al-Hakiim dalam kehidupan sehari-hari adanya koeksistensi sistem-sistem aturan dalam pen gelolaan tersebut yang dapat saling mengisi antara satu aturan dengan aturan yang lain, atau malahan terjadinya konflik dan ketidakcocokan dari aturan-aturan. Akhirnya dapat melahirkan perpecahan dan konflik dalam Panti Asuhan, ketika sistem hukum itu dimaknai dan direspon dalam interaksi sosial.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji mengenai koeksistensi sistem aturan Panti Asuhan.Maksudnya koeksistensi itu banyaknya keberadaan sistem aturan dalam panti asuhan, karena panti asuhan itu merupakan sebuah lembaga pengganti fungsi orang tua bagi anak-anak terlantar.Panti Asuhan memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak terlantar terutama kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak-anak asuh.Kebutuhan fisik disini berupa sandang, pangan, dan papan serta ditambah lagi dengan pendidikan supaya mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan menjadi generasi penerus cita-cita bangsa.

Pada tulisan ini, penulis akan memfokuskan mengenai koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan di Panti Asuhan. Kenapa mengambil koeksistensi dalam pengelolaan pendidikan panti asuhan?Alasan utama karena ketika penulis mengunjungi Panti Asuhan di daerah Aceh Tamiang, penulis melihat dan bertanya-tanya kepada anak-anak asuh panti asuhan tentang ajaran agama Islam tetapi sebahagian dari mereka kurang mengetahui. Anak-anak asuh lebih paham akan pendidikan formal seperti Bahasa Inggris, Matematika dan lainnya.

Panti asuhan ini adalah panti asuhan yang dikelola oleh lembaga agama. Serta telah ditetapkan aturan pengajaran pendidikan agama dalam satu hari ada


(15)

2 dua kali pertemuan diwaktu siang dan malam hari. Tetapi pelaksanaannya lebih kepada pendidikan formal yang diajarkan dari pada pendidikan agama.

Sehingga beberapa kali peneliti mengunjungi panti asuhan perlahan-lahan mengalami perubahan peraturan sistem aturandalam pengelolaan pendidikan maupun pengasuhan anak, mereka tidak mengelola Panti Asuhan sesuai dengan tata cara atau landasan hukum yang sudah diterapkan dalam undang-undang serta pengelola yayasan Panti Asuhan tetapi melakukan sesuai dengan peraturan yang mereka buat sendiri untuk mendidik dan melindungi anak-anak tersebut. Dari sinilah, awal penulis ingin meneliti mengenai aturan pengelolaan panti asuhan terutama dalam pendidikan.

Suatu proses yang benar mengenai Panti Asuhan tergantung bagaimana cara mereka mengelola Panti Asuhan tersebut. Panti Asuhan sebenarnya tidak ada yang ideal kecuali melihat cara mereka mengelolanya dengan baik, memiliki sarana dan prasarana yang cukup serta dapat memberikan pengasuhan yang layak untuk anak-anak yatim piatu dan terlantar tersebut.

Tetapi nyatanya hasil dari penelitian kementrian sosial, Save The Children dan UNICEF tahun 2006 dan 2007, mengatakan bahwa Panti Asuhan lebih berfungsi sebagai lembaga penyedia akses pendidikan daripada sebagai lembaga alternatif. Anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan 90% masih memiliki kedua orangtua dan dikirim ke Panti Asuhan dengan alasan utama untuk melanjutkan pendidikan.Jika dilihat lebih mendalam lagi, Panti Asuhan sebagai penyedia akses pendidikan dapat mengakibatkan anak harus tinggal lebih lama lagi di Panti


(16)

3 Asuhan sampai lulus SLTA.Mereka harus menjalani pembinaan di Panti Asuhan tersebut daripada pengasuhan yang seharusnya diterima dari orangtuanya.

Karena telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Sosial No 30/HUK/20011 tentang Standart Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, setiap lembaga yang bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial anak wajib memberikan laporan perkembangannya, begitu juga sebaliknya pemerintah dalam hal kesejahteraan sosial anak, Dinas Sosial setempat wajib melakukan pengawasan dan meminta laporan.

Serta Pasal 23 Ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak. Ditambah lagi dengan berbagai perangkat Undang-undang dan peraturan pemerintah yang terkait dengan kegiatan usaha kesejahteraan sosial anak seperti UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial.

Panti Asuhan yang ideal sebenarnya tidak ada tetapi berdasarkan hukum agama Islam, Panti Asuhan menurut Al-Quran surat Al-Mau’n dan Adh-Dhuha berbunyi seperti ini:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. (Al-Ma’un: 1-3)


(17)

4 “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu?Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk.Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan.Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang”. (Adh-Dhuha: 6-9)

Sehingga dijelaskan bahwa ada beberapa hak anak yatim piatu yaitu hak untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan, pendidikan, kecukupan atau nafkah dan biaya kehidupan. Serta Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bhukari, Rasulullah bersabda : “ Aku dan pemelihara anak yatim , disurga seperti ini.” lalu beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan di antara keduannya sedikit .

Salah satu kasus adanya koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan seperti Panti Asuhan Samuel di Gading Serpong, Tanggerang yang banyak diberitakan diberbagai media massa yang telah dilaporkan masyarakat ke pihak berwajib atas pelanggaran hak asasi anak. Pihak kepolisian menyatakan bahwa Panti Asuhan Sameul merupakan salah satu Panti Asuhan yang berlembagakan agama Kristen yang pemiliknya adalah suami-istri.Keduanya adalah pendeta yang seharusnya mengajarkan dan mendidik secara agama tetapi melakukan


(18)

5 penyiksaan, pelecehan seksual kepada anak-anak asuh panti serta mengeksploitasi 30 anak yang tinggal di Panti Samuel1

2. Tinjauan Pustaka .

Apa yang terjadi ini merupakan suatu koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan di Panti Asuhan, dimana menunjukkan adanya lebih dari satu sistem aturan hukum dalam mengatur suatu arena sosial seperti Panti Asuhan juga memiliki beberapa aturan dalam pengelolaan Panti Asuhan, tidak hanya aturan agama dari panti asuhan tetapi ada aturan lain yang mengatur dalam pengelolaan Panti Asuhan.

Sehingga dari latar belakang dalam penelitian pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut timbul beberapa hal, seperti Mengapa ini terjadi?Bagaimana koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan panti asuhan tersebut?Apakah koeksistensi sistem aturan panti asuhan dalam pengelolaan bisa berjalan dengan baik atau terjadi suatu konflik?Hal ini lah yang penulis coba ungkapkan melalui penelitian ini.

Dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas dari aturan-aturan yang tertulis maupun tidak tertulis, yang masing-masing mempunyai kekuatan tersendiri dengan aturan yang telah ditentukan.Peraturan-peraturan tersebut memiliki nilai-nilai, dan norma-norma yang termuat dalam aturan.Aturan-aturan

1 http:///Kasus Panti Asuhan Samuel, Negara Juga harus Bertanggung Jawab _ Kompasiana.com.htm (15/04/2014 , 22:03)


(19)

6 tersebut dapat menyelesaikan salah satunya tentang masalah sosial terkait tentang masalah anak.

Penyelesaian masalah sosial yang terkait dengan masalah anak, dalam hal ini pemerintah dalam menangani masalah-masalah sosial memerlukan partisipasi masyarakat.Pada umumnya dari masyarakat lembaga kesejahteraan sosial lebih dikenal sebagai jaminan sosial yang dasar hukumnya terformulasi secara jelas dalam sistem hukum negara2

Menurut Malinowski (dalam Ihromi 1993: 150) menyatakan bahwa setiap sistem hukum dalam masyarakat memiliki pengendalian sosial yang didalamnya

.

Hukum negara digunakan dalam menangani masalah-masalah sosial, karena hukum itu sendiri merupakan sesuatu yang mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kalangan masyarakat.Peraturan itu terkadang berisikan perintah atau larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.Seperti dalam kajian antropologi hukum disebutkan bahwa hukum yang aktual itu adalah hukum yang hidup dalam kalangan masyarakat dan hanya dapat dilihat jika adanya suatu permasalahan dalam suatu arena sosial.

Hukum menurut Ihromi(2003) adalah dokumen antropologis yang hidup dalam masyarakat. Artinya bukan hanya undang-undang, tetapi termaksud juga hukum yang hidup dalam masyarakat berupa nilai-nilai, norma, pranatadan aturan yang berkaitan dengan agama, adat, kebiasaan-kebiasaan maupun kesepakatan antara masyarakat baik itu tertulis maupun tidak tertulis.

2 Irianto, 1992 : 239,” Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang Pluralisme Hukum”, Dalam Ihromi (Ed), Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.


(20)

7 ada respon dari masyarakat. Dimana sistem hukum terdiri atas komponen-komponen, bagian-bagian yang saling berinterkasi dan bersinggungan yang akan membentuk konfigurasi kemajemukan hukum.

Dalam suatu sistem hukum harus memenuhi syarat bila ada dua prinsip yaitu resiprositas dan publicity sebagai kriteria untuk mengatur hak dan kewajiban dalam kehidupan masyarakat yang keduanya memiliki kewajiban dan kekuatan. Dimana akan membentuk suatu kebiasaan yang digunakan masyarakat untuk keteraturan sosial.

Ditegaskan oleh Bohannan (dalam Ihromi, 2000: 44) bahwa hukum adalah double institutionalizatin dari kebiasaan-kebiasaan. Maksudnya hukum adalah perangkat kewajiban-kewajiban yang mengikat yang merupakan hak oleh suatu pihak, diakui sebagai kewajiban oleh pihak lain yang telah dilembagakan kembali kepada lembaga-lembaga hukum supaya masyarakat tersebut terus berfungsi dan berkembang.

Keduanya pendapat menyatakan bahwa proses pengendalian sosial harus ada agen-agen yang mengatur suatu lembaga dan juga harus adanya peran dalam masyarakat. Seperti dalam hal Panti Asuhan adanya suatu aktor-aktor yang mengendalikan jalannya suatu proses pengelolaan dalam hal mengasuhi dan mendidik anak-anak tersebut. Tidak hanya satu pihak saja yang mengelola tetapi berbagai pihak yang bersangkutan dengan Panti Asuhan serta masyarakat yang berada di sekeliling Panti Asuhan tersebut.

Menurut Griffith (1986: 38) low is and should be the law of the state, uniform for all persons, exclusive fall all other law, and administired by a single


(21)

8 set of state institutions. Sedangkan konsepsi pluralisme hukum menurutnya adalah lebih dari satu tatanan hukum dalam suatu arena “by legal pluralism’ I mean the presence in a social field of more an one legal order (Griffith 1986: 1). Sehingga Koeksistensi hukum adalah adanya lebih dari satu tatanan sistem hukum dalam suatu arena sosial, terjadi interaksi yang tidak dapat dihindari antara hukum negara dan hukum yang lain.

Pandangan lain menurut Griffith (dalam Ihromi, 1993:243) bahwa pluralisme hukum adalah adanya lebih dari satu tatanan hukum dalam suatu arena sosial, dengan ditandai adanya di dalam masyarakat terdapat dua atau lebih sistem aturan.Hal ini lebih kepada gagasan mengenai weak legal pluralism (pluralisme hukum yang lemah) dan strong legal pluralism (pluralisme hukum yang kuat).Weak legal pluralism menunjukkan suatu kenyataan bahwa dari bermacam-macam sistem hukum yang berlaku pada akhirnya hukum negara yang paling dominan atau berpengaruh. Sedangkan strong legal pluralism menunjukkan suatu kenyataan bahwa sistem hukum yang paling kuat atau dominan adalah norma yang muncul dari kepentingan masyarakat pribadi atau kelompok yang berhadapat dengan kondisi sosial yang berubah.

Menurut Sally Falk Moore (dalam Ihromi, 1993:150) bahwa pembentukan sistem hukum akan aturan dengan disertai kekuatan didalam kelompok-kelompok sosial atau dalam suatu arena sosial yang diberi lebel konsep bidang sosial semi atonom (semi autonomous sosial field)3

3Konsep bidang sosial semi otonom (semi autonomous sosial field) merupakan alat untuk mengambarkan arena sosial (sosial setting) yang disebut juga sebagai struktur sosial yang diasumsikan berada dalam kemajemukan hukum.Dimana struktur sosialnya


(22)

9 berbagai sistem pengaturan, menyebabkan tidak pernah ada bidang sosial atau arena sosial yang memiliki otonomi secara penuh. Sehingga keseluruhan sistem aturan hukum yang muncul dari masyarakat tertentu memiliki power atau kekuatan dalam mengatur sistem yang ada dalam suatu arena sosial.

Arena tempat berinteraksi menurut Sally Falk Moore (dalam Ihromi, 2000: 10) adalah terjadinya hubungan-hubungan sosial pada bidang sosial semi otonom yang berlapis-lapis.Bidang sosial semi otonom yang dipandang sebagai arena kemajemukan hukum tidaklah digambarkan sebagai satu unit sosial yang memiliki sifat-sifat organisasi yang terstruktur yang jelas.Sejumlah warga memiliki kepentingan tertentu dan memiliki kemampuan untuk menimbulkan aturan dan dapat memaksakan dan mendorong ketaatan pada aturan-aturannya.

Ketaatan kepada aturan itu terkait dengan berbagai ganjaran positif, sedangkan pengingkaran akan menghadapkan berbagai disinsetif. Ganjaran positif misalnya dapat berupa keuntungan material, perasaan diakui dan dihargai.Sedangkan bentuk disinsetif dapat berupa kehilangan atau loss seperti dipermalukan atau kehilangan gengsi.Sehingga kemampuan itu dapat menimbulkan berbagai aturan yang mendorong dan memaksakan ketaatan kepada sistem aturan tersebut.

Pandangan Griffith dan Moore sangat tepat dan sesuai yang ada di Panti Asuhan Al-Hakiim. Dimana yang memiliki Power atau yang kuat dalam suatu masing memiliki pengaturan sendiri (self regulation), dapat diartikan dalam satu lapangan sosial tidak ada hukum yang dominan. Suatu aturan hukum akan terpengaruh oleh hukum-hukum lain yang ada disekitarnya.


(23)

10 lembaga sosial akan berkuasa. Ini terjadi pada Panti Asuhan di saat adanya donatur tetap dan tidak tetap yang memberikan bantuan kepada Panti Asuhan yang mengatur sistem pengelolaan adalah donatur tersebut karena telah memberikan bantuan kepada Panti Asuhan dalam bentuk materi dan secara tidak langsung dapat mengatur jalannya roda sistem aturan dalam pengelolaan yang ada di Panti Asuhan tersebut.

Pengelolaan anak-anak di Panti Asuhan sebenarnya berada pada suatu lembaga tertentu yang mengatur sistem hukum akan keseluruhan tentang panti asuhan, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, perilaku, tingkah laku dan lain sebagainya. Semua dikelola oleh lembaga tertentu misalnya Panti Asuhan Al-Hakiim dikelola oleh Yayasan sendiri tetapi dibantu oleh lembaga agama, sehingga keseluruhan dikelola oleh mereka.

Anak-anak yang tidak memiliki keluarga dan tinggal di Yayasan Sosial atau Panti Sosial yang sebagian dari mereka anak terlantar dan yatim piatu, inilah nantinya yang akan menjadi tanggungan negara sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 BAB XIV Pasal 34, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara4

4 Lukman, Wahyuddin. Sosialisasi Panti Asuhan Dalam Membentuk Tingkah Laku (skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Hasanudin, Makassar , 2012), hal 14.

. Pasal 34 mengatakan bahwa pemerintah untuk memelihara anak terlantar dengan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat dan kemanusian.


(24)

11 Menurut Soeaidy dan Zulkhair (2001:196) Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui keputusan presiden No. 36/1990 tertanggal 25 agustus 1990, Indonesia secara teknis telah dengan sukarela mengikatkan diri pada ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak. Pemerintah juga mengeluarkan peraturan No 2 tahun 1988 tentang usaha kesejahteraan anak bagi anak yang mempunyai masalah.Anak yang mempunyai masalah adalah anak yang tidak mempunyai orang tua, anak terlantar, anak yang tidak mampu, anak yang mempunyai masalah kelakuan dan anak cacat.

Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak dalam pasal 1, anak adalah: “Seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum kawin”. Selama seseorang yang masih dikategorikan anak-anak, seharusnya masih dalam tanggung jawab orang tua wali ataupun negara tempat si anak tersebut menjadi warga negara tetap.

Pasal 2 Undang-undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 dirumuskan hak-hak anak sebagai berikut:

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbinganberdasarkan kasih sayang, baik di dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.


(25)

12 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang wajar.

Dalam penjelasan umum Undang-undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 antara lain dikatakan bahwa anak baik secara rohani, jasmani, maupun sosial belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, maka menjadi kewajiban bagi generasi terdahulu untuk menjamin, memelihara, dan mengamankan selayaknya dilakukan oleh pihak-pihak yang mengasuhnya.

Berdasarkan UU Peradilan Anak No. 3 Tahun 1997 tercantum dalam pasal 3 yang berbunyi perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

Dengan demikian peneliti ingin melihat pengelolaan pendidikan di Panti Asuhan Al-Hakiim yang memiliki suatu koeksistensi sistem hukum yang bergerak dalam suatu arena sosial. Seperti adanya sistem hukum agama, formal dan sistem aturan hukum dari donatur yang yang lebih kuat dalam mengatur pendidikan di Panti Asuhan tersebut, tidak terpaku lagi kepada visi-misi tetapi kepada siapa yang memiliki kekuatan untuk mengatur pengelolaan Panti Asuhan, itu lah yang dikatakan dengan Unnamed Law.


(26)

13 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh peneliti, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana koeksistensi sistem hukum dalam pengelolaan pendidikan di Panti Asuhan ?

2. Apakah Panti Asuhan yang koeksistensi berbagai sistem aturan hukum dapat membentuk suatu yang harmonis didalam pengelolaanatauakan terjadi suatu konflik dalam pengelolaannya ?

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini difokuskan di desa PayaKulbi Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.Alasan pemilihan lokasi ini disebabkan hanya ada satu Panti Asuhan yang berada di Aceh Tamiang yaitu Panti Asuhan AL-Hakiim.Panti Asuhan yang dikelola oleh lembaga Agama terutama dalam hal pengelolaan pendidikan yang menjadi kajian dalam tulisan ini.

Jalur yang digunakan untuk mencapai daerah ini yaitu: Medan-Kuala Simpang sekitar 4-5 jam dengan menggunakan angkutan umum seperti bus KUPJ dari terminal Pinang Baris dengan biaya relatif murah sekitar Rp.40.000,-. Dengan rincian biaya sebagai berikut dari Medan menuju terminal Pinang Baris Rp. 5000,- kemudian Pinang Baris-Kuala Simpang Rp.35.000,-. Tetapi karena saya sebagai peneliti memang tinggal di daerah tersebut dari kecil maka saya sebagai peneliti pulang dan kembali kerumah sendiri tidak tinggal di Panti Asuhan dengan diantar jemput oleh orangtua saya selama penelitian.


(27)

14

1.5 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasikan aturan-aturan yang digunakan dalam pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim.

2. Mendeskripsikan aturan agama dan non agama koeksistensi dalam suatu pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim

3. Mendeskripsikan koeksistensi berbagai sistem aturan hukum itu berkerja dalam suatu pengelolaan Panti Asuhan Al-Hakiim

4. Mendeskripsikan apakah dalam pengelolaan sistem hukum yang saling koeksistensi di dalam Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut adanya suatu yang harmonis atau adanya suatu konflik.

Adapun manfaatnya adalah sebagai rekomendasi terhadap panti asuhan dalam sistem pengelolaan agar menjadi lebih baik. Menambah pengetahuan akan kajian tentang sistem hukum khususnya di Panti Asuhansetelah Tsunami dan Banjir Bandangdi Aceh Tamiang dan mengetahui akan aturan-aturan yang ada dalam Panti Asuhan.


(28)

15 Dalam hal ini terkait dengan metodepenelitian antropologi 5 yaitu mendeskriptif suatu permasalahan dengan menggunakan pendekatan kualitatif6

1. Dokumen atau Data Awal

dan bersifat etnografi.Etnografi itu sendiri merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan, yang tujuannya untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli yang terdapat dalam penelitian antropologi.

Etnografi sebagai suatu cara atau metode yang mengacu pada kerja lapangan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan observasi partisipasi. Dimana peneliti harus bisa tinggal bersama dan hidup seperti orang yang ditelitinya dalam kurung waktu tertentu. Dalam penelitian ini saya mengumpulkan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjawab persoalan dari suatu permasalahan. Untuk memperolah data-data tersebut, saya sebagai penelitimenggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Pertama sekali saya meneliti di panti asuhan ini adalah karena keprihatinan saya terhadap panti asuhan setelah terjadinya tsunami dan banjir bandang yang melanda Aceh Tamiang.Saya mereka perlahan-lahan aturan Agama Islam tersebut berubah dan menghilang dari panti asuhan tersebut.Serta banyaknya panti asuhan yang berlembagakan agama terungkap melanggar aturan yang kemudian berkasus.

5Metode penelitian antropologi adalah suatu penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat etnogarafi dalam mendeskripsikan suatu permalahan yang akan di teliti.

6Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang masalah-masalah sosial melalui data-data yang dikumpulkan baik berupa kata-kata maupun gambar-gambar dalam suatu penelitian.


(29)

16 Oleh sebab itu maka yang saya lakukan pertama kali untuk melihat Panti Asuhan Al-Hakiim yang berada di Aceh Tamiang adalah dengan mencari informasi tentang dokumen-dokumen atau data tentang Panti Asuhan Al-Hakiim dari sumber internet dan informasi dari Dinas Sosial yang berada di Aceh Tamiang.

Informasi awal tentang segala hal yang ada di Panti Asuhan Al-Hakiim.Baik dari segi pemilik panti asuhannya, berapa anak asuh yang berada di Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut, bagaimana kondisi panti asuhan tersebut dan sebagainya untuk data awal kemudian yang saya lakukan adalah observasi.

2. Observasi

Dalam observasi 7

Dalam pengamatan ini saya sebagai peneliti juga membangun Rapport

ini peneliti mengamati langsung bagaimana pengelolaan pendidikan dipanti asuhan dengan terbentuknya suatu perilaku dan karakter seorang anak dalam berinteraksi di kehidupan masyarakat. Serta dalam pengamatan tersebut saya juga melihat keadaan sekitar bagaimana cara mereka berinteraksi dengan sesama teman Panti dan masyarakat sekitar, dengan cara saya ikut berinteraksi dengan anak-anak dan masyarakat di sekeliling Panti Asuhan.

8

7 Observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala atau tingkah laku dan peristiwa dengan cara mengamati. observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang panti asuhan dan aturan dalam pengelolaan Panti Asuhan atau keadaan sekilas tentang Panti Asuhan tersebut. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, dimana mengamati suatu gejala dengan melibatkan peneliti untuk ikut serta dalam kegiatan sosial dari masyarakat yang akan diteliti.

8Rapport adalah proses menjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan masyarakat yang akan diteliti sehingga tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya.


(30)

17 pengajar Panti Asuhan tersebut. Peneliti akan ikut dengan kegiatan yang berlansung di Panti Asuhan. Agar tidak sulit untuk mendapatkan dokumentasi tentang Panti Asuhan.Setelah saya mengobservasi beberapa kali ke Panti Asuhan tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara.

3. Wawancara

Selain observasi, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data dalam hunian mereka dengan panduan interview guide sebagai bahan untuk mendapatkan data yang lengkap.

Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan wawancara yang tidak terstruktur dan mendalam.Wawancara ini mengali informasi secara mendalam, terbuka, tegas, bebas tetapi dengan tetap memperhatikan fokus dalam penelitian.Untuk menjaga agar wawancara berjalan dengan lancar dan sesuai dengan struktur interview guide.Sehingga dapat menemukan jawaban-jawaban atau informasi yang diperlukan untuk mempertajam data yang dicari.

Penelitian disini penelitiakan ikut berpartisipasi menjadi pengasuh di Panti Asuhan tersebut dan staf pengajar untuk mereka. Saya akan berpartisipasi dengan mereka dalam segala hal yang memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang bersangkutan dengan Panti Asuhan tersebut.

Selain menggunakan pedoman wawancara seperti interview guide, peneliti juga dalam penelitiannya menggunakan kamera digital dan recorder atau perekam suara.Penggunaan ini bertujuan untuk mencegah kurang tertangkapnya informasi


(31)

18 pada saat berlangsungnya wawancara sehingga dapat membantu penelitian untuk mencegah kelupaan serta kamera digital untuk menangkap gambar sebagai penguat data dari hasil wawancara dan observasi.

4. Informan penelitian

Sebelum melakukan wawancara mendalam peneliti akan mencari dahulu beberapa informan untuk mendapatkan informasi tentang Panti Asuhan Al-Hakiim.Dimulai dengan penentuan informan yang tepat dan mampu memberikan informasi yang tepat untuk menentukan lancarnya pengumpulan data.

Penentuan informan biasa, dilakukan secara berantai dari satu informan ke informan yang lain. Pencarian informan dihentikan ketika wawancara yang dilakukan sudah merasa mendapatkan data yang jenuh dan tidak bervariasi lagi.

Dalam Panti Asuhan ini peneliti memiliki informan yang harusdiwawancarai.Panti Asuhan ini adalah Panti Asuhan yang terstruktur dan memiliki bagian masing-masing dalam mengatur pengelolaan Panti Asuhan itu sendiri.Dimana bagian-bagian tersebut memiliki tugas masing-masing dan tanggung jawab masing-masing di dalam Panti Asuhan.

Awalnya mewawancarai pemilik Panti Asuhan sebagai informan kuncinya 9

9 Informan kunci adalah informan yang paling mengetahui akan data yang kita perlukan dalam penelitian dan yang paling kompeten dalam menjawab semua pertanyaan yang akan kita ajukan dalam wawancara

. Setelah itu untuk menambah informasi tentang Panti Asuhan mewawancarai informan pokok lainnya di Panti Asuhan Al-Hakiim, antara lain Pengasuh Panti Asuhan, Donatur Panti Asuhan, lembaga yang bersangkutan


(32)

19 dengan Panti Asuhan serta masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar Panti Asuhan Al-Hakiim.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara disetiap saat ketika ada kesempatan mengunjungi Panti Asuhan tersebut.peneliti sering bercerita-cerita dan bergosip dengan pemilik Panti Asuhan dan juga staf pengasuh di Panti Asuhan tersebut untuk memperoleh informasi yang lebih dalam lagi tentang Panti Asuhan Al-Hakiim.

Disaat peneliti tidak dapat mengunjungi Panti Asuhan tersebut, pemilik Pantiterus menerus memberikan informasi kepada peneliti melalui alat komunikasi.Komunikasi antara kami sangatlah baik, Karena pengurus Panti Asuhan tersebut telah menganggap saya sebagai anak dan pengasuh Panti Asuhan.

Peneliti disini walaupun tidak mendatangi Panti Asuhan tersebut akibat dari sesuatu yang berhalangan, tetapi pemilik Panti masih terus memberikaninformasi dan menghubungi peneliti untuk menambahkan informasi lagi tentang Panti Asuhan tersebut. Semuanya akibat dari pendekatan yang baik dengan pemilik Panti Asuhan dan pemilik Panti Asuhan tersebut juga sudah menganggap peneliti sebagai anak asuhnya sendiri serta keluarga dari Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut.

1. Pengalaman Penelitian

Pengalaman penelitian pada saat pengumpulan data pertama kali di lakukan di lokasi Panti Asuhan Al-Hakiim yang berada di desa Paya Kulbi Aceh Tamiang.Sangat mudah mendapatkan Panti Asuhan di Indonesia, dimana-mana


(33)

20 panti memiliki Panti Asuhan.Khususnya di Aceh sangat banyak Panti Asuhan yatim piatu dan anak terlantar.Hampir di setiap kabupaten memiliki Panti Asuhan, karena di daerah Aceh masih banyak anak yang terlantar dan kekurangan dibagian perekonomian serta anak yatim yang membutuhkan bantuan dari kita.

Pelaksaan pengumpulan data dilapangan dilakukan secara intensif selama 6 atau 7 bulanan, kira dari bulan September sampai Februari 2015.Secara umum pengetahuan awal tentang PantiAsuhan sudah berlansung selama Maret 2014, tetapi sebenarnya hanya mengetahui sekedarnya saja tentang Panti Asuhan Al-Hakiim.

Dalam pengamatan selama ini peneliti pulang balik setiap hari ke Panti Asuhan, karena tidak memungkinkan untuk tinggal di Panti Asuhan tersebut. Padahal penelitian antropologi dalam melakukan pengamatan dan mencari data seseorang peneliti akan tinggal bersama masyarakat yang diteliti. Tinggal dirumah mereka, memahami perilaku dan gagasan mereka, cara mereka berpakaian, cara makan.

Tetapi dalam pengumpulan data ini saya tidak tinggal langsung tapi saya mengusahakan untuk selalu datang dan melihat keseluruhan kegiatan mereka, baik cara makan, tingkah laku, cara berpakaian, dan lain sebagainya yang bersangkutan dengan Panti Asuhan Al-Hakiim.

Pengalaman pertama disaat saya mendatangi Panti Asuhan saya disambut dengan ramah dan sopan. Saya mengucapkan salam di depan pintu Panti Asuhan. Seperti ini “assalamualaikum”,, setelah itu ada ibu-ibu yang keluar dan menjawab dengan tegas “waalaikumsalam silakan masuk, ada keperluan apa adek


(34)

21 kesini?”Kemudian saya menjawab “saya perkenalkan saya Richa, saya ingin bertemu dengan pengurus Panti Asuhan bisa?”Kemudian ibu tersebut menjawab “bisa, saya sendiri, saya ibu Nova ada perlu apa dek?”Setelah itu saya menjawab “lagi saya dari USU ingin melakukan penelitian di Panti Asuhan ini bisa?”Kemudian ibu tersebut menjawab “dalam rangka apa adek penelitian disini?” balas menjawab “dalam rangka untuk penelitian skripsi buk”.

Setelah bercerita panjang lebar berkenalan dan segala hal ditanyakan.Saya diberikan izin untuk penelitian di panti asuhan tersebut.Sampai keesokan harinya saya kembali dan disambut dengan senyuman oleh ibu Nova.Beliau sangat tertarik dengan saya, belum apa-apa di sudah menjelaskan kepada saya tentang Panti Asuhan Al-Hakiim tersebut.

Buk Nova menjelaskan banyak hal tentang Panti Asuhan Al-Hakiim, dari awalnya panti ini berdiri sampai pengajar yang ada di panti diberitahunya. Pada saat itu jam 13.20 WIB, waktunya anak-anak asuh pulang dari sekolah. Saya dikenalkan kepada mereka satu persatu dari yang masik duduk di sekolah SD sampai sekolah SMA.Mereka semuanya sangan senang menerima kedatangan saya.

Saat itu ada satu orang anak asuh yang melihat saya sambil tersenyum dan ketawa-ketawa, sampai ibu pengasuh Bertanyak kenapa si anak “kenapa kamu ketawa?”ia menjawab “tidak buk, jarang-jarang ada kakak cantik datang kesini, terus pake jelbab, cantik kali kakak ini”. Jadinya aku teringat kakak aku yang udah meninggal buk”.


(35)

22 Kemudian saya berkata “jangan sedih ah dek, kalau adek teringat sama kk adek, boleh kok adek anggap kakak ini sebagai kakaknya adek sendiri.” Setelah itu ibu pengasuh juga mengatakan “dengar kak rika bilang apa? Jangan sedih lagi, dedek boleh anggap kak rika sebagai kakaknya dedek.”Sehingga yang ada dipikiran saya saat itu juga yang membuat terharu dan tersenyum adalah anak yang masih kecil itu bisa berbicara seperti itu dengan kepolosannya dan senyumannya.Tanpa ragu mengatakan sesuatu hal yang ada dibenak pikirannya sampai anak-anak asuh yang lainnya tertawa melihat dia berkata seperti itu.

Kemudian keesokan harinya lagi saya kembali ke Panti Asuhan danmencari informasi dan bertanya-tanya tentang Panti Asuhan tersebut.Pada saat saya bertanya-tanya tentang informasi Panti Asuhan, saya jugabercerita-cerita dan sambilan bergosip-gosip dengan ibu pengasuh tersebut.Sebab di Panti Asuhan Al-Hakiim tidak mempunyai anak asuh perempuan yang bisa di ajak cerita dan bergosip, karena rata-rata yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hakiim adalah anak asuh laki-laki.

Pengalaman kedua dalam penelitian saya yang berkesan ketika ibu asuh menganggap saya jadi anaknya, ibu pengasuh menceritakan semuanya tentang kehidupan saat dia masih muda dulu. Dia mengatakan waktu muda dia Hampir sama dengan saya. Suka pakai jelbab terus dulu ibu juga pernah masuk asrama. Sambilan ibu pengasuh membuat minuman dan bercerita dengan saya.

Setelah ibu membuatkan saya minuman, ibu kembali bercerita.Sebenarnya saya agak segan karena beberapa hari saya kemari dia selalu baru pulang kerja.“Itulah kakak, ibu kepengen kali punya anak perempuan tapi mau


(36)

23 bagaimana lagi, ibu belum punya anak sampai sekarang”, ujar buk Nova. “Mungkin belum waktunya kali buk, tapi kan walaupun ibu gak punya anak kandung tapi ibu banyak anak asuhnya cowo lagi semuanya”, balas saya sambil meminum teh manis yang telah disediakan. Sejenak terdiam dan sama-sama tersenyum. “Ibu mau mengasuh anak perempuan tapi ribet harus dijaga ketat kalau laki-laki semuanyakan enak ngurusinya”, ujar buk Nova. Kemudian saya menjawab “Iya sih buk”,

Pendapat ibu Nova lebih mengatakan bahwa lebih mudah mengurus anak asuh laki-laki dari pada mengurusi anak asuh perempuan. Bagi ibu Nova, anak laki-laki walaupun ditinggal dan terkadang nakal lebih mudah diatur. Sedangkan anak perempuan lebih susah untuk dijaga dan dididik serta banyak hal yang harus di pertimbangkan jika panti menerima anak perempuan.

Setelah itu keesokan harinya lagi saya datang dan diminta lagi oleh ibu pengurus untuk menjadi pengasuh ana-anak panti asuhan.Saya diminta untuk mengajar anak-anak tersebut dan memberikan motivasi kepada mereka agar tidak jenuh untuk berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi walaupun merekatidak memiliki orang tua tetapi harus tetap semangat menjalani hidup.

Disaat saya memberikan suatu seperti nasehat-nasehat kecil dari anak-anak tersebut ada yang bertanya tentang hal-hal yang pribadi kepada saya.Ada anak yang mengatakan“kakak udah punya pacar”?Disaat itu pula saya tertawa kecil dan bertanya kembali kepada anak tersebut dengan mengatakan, “siapa nama adek? Kenapa adek nanyak kayak gitu”?Setelah itu anak tersebut mengatakan“saya Arief kak, mau tau aja kak mungkin kakak mau jadi pacar


(37)

24 saya”.Setelah mendengar jawabnya saya tertawa dan kembali menasehati mereka, walaupun nyatanya saya sudah mempunyai seorang temat dekat.

Setelah berbincang-bincang memberikan motivasi kepada anak asuh panti asuhan, saya pun pamit untuk pulang kerumah karena sudah sore. Saat itu saya dijemput oleh orang tua saya, sampai ibu pengasuh panti bertanya “kenapa gak bawa kereta sendiri aja kasian bapak jemput kakak terus menurus?”sambil tertawa saya bisikkan sama ibu pengasuh “biasa buk gak dilepas bawa kereta sendiri, masih dianggap anak kecil”. Sampai akhirnya ibu Nova tertawa mendengar dan melihat tingkah saya.

Kemudian saya kembali lagi ke Panti Asuhan tersebut sampai data yang saya kumpulkan sudah jenuh dan lengkap.Disaat saya membutuhkan informasi lagi saya dapat berkomunikasi lewat telepon karena anggapan ibu Nova saya kasian pulang dan pergi Medan-Aceh.Sampai akhirnya sekarang saya dengan ibu tersebut menjadi seorang ibu dan anak yang memiliki hubungan yang sangat dekat seperti layaknya anak dengan mama.


(38)

25

BAB II

GAMBARAN UMUM

PANTI ASUHAN AL-HAKIIM DI ACEH TAMIANG

1. Sejarah Aceh Tamiang

Tamiang pada masa lalu pernah terpecah dua hingga menjadi dua kerajaan yakni Kerajaan Karang dan Kerajaan Benua Tunu.Tapi kedua kerajaan itu tetap tunduk pada negeri Karang.Dalam buku Tamiang Dalam Lintas Sejarah yang dikarang Ir Muntasir Wan Diman secara ringkas disebutkan bahwa Kerajaan Tamiang dijadikan dua kerajaan otonom.

Pada masa pemerintahan Raja Proomsyah yang kimpoi (memperkarsai) dengan Puteri Mayang Mengurai anak Raja Pendekar Sri Mengkuta tahun 1558 menjadi Raja Islam kedelapan dengan pusat pemerintahan di Desa Menanggini.Sementara itu Raja Po Geumpa Alamsyah yang kimpoi dengan Puteri Seri Merun juga anak Raja Pendekar Sri Mengkuta memerintah di Negeri Benua sebagai Raja Muda Negeri Simpang Kiri Raja Benua Tunu.

Diuraikan Muntasir bahwa Kerajaan Karang muncul setelah Tan Mudin Syari (Raja Islam Tamiang ke 10) wafat, lalu diganti kemanakannya yang bergelar “Tan Kuala” (Raja Kejuruan Karang I) yaitu putera dari Raja Kejuruan Tamiang Raja Nanjo (Banta Raja Tamiang).Raja Kejuruan Karang Tan Kuala memerintah 1662 -1699 merupakan pengganti turunan Suloh.

Setelah Raja Tan Kuala meninggal dunia digantikan Raja Mercu yang bergelar Raja Kejuruan Mercu yang merupakan Raja Kejuruan Karang II.Pusat


(39)

26 pemerintahan Raja Kejuruan Karang II di Pente Tinjo.Raja Kejuruan Karang II berdaulat 1699-1753 berlangsung aman dan tenteram.

Penggantinya Raja Kejuruan Banta Muda Tan egia berdaulat 1753-1800 merupakan Kerajaan Karang III. Selanjutnya Raja Karang III diganti Raja Sua yang bergelar Raja Kejuruan Sua (Raja Karang IV) memerintah 1800-1845 . Raja Sua diganti Raja Achmad Banta dengan gelar Raja Ben Raja Tuanku di Karang sebagai Raja Kejuruan Karang V yang memerintah 1845-1896 .

Pada masa raja ini-lah terjadi peperangan Aceh dengan Belanda 1873-1908 dan melalui peperangan itu, Raja Kejuruan Karang V meninggal dunia dalam tawanan Belanda.

Penggantinya adalah anak dia sendiri bernama Raja Muhammad bergelar Raja Silang sebagai Raja Kejuruan Karang ke VI.Raja Silang memerintah setelah lepas dari tawanan Belanda sejak tahun 1901-1925.Setelah Raja Silang meninggal dunia dimakamkan di belakang Masjid Desa Tanjung Karang.Makamnya saat ini dari pantauan Serambi terawat bersih dan sudah dipugar pihak Dinas Kebudayaan Provinsi NAD setahun lalu.

Pengganti Raja Silang adalah Tengku Muhammad Arifin sebagai Raja Kejuruan Karang ke VII yang merupakan Raja Kejuruan Karang terakhir memerintah tahun 1925-1946. Pada masa pemerintahan Tengku Muhammad Arifin dia membangun Istana Karang yang saat ini dikuasai pihak Pertamina Rantau karena sebelumnya keluarga Raja Kejuruan Karang telah menjualnya kepada seorang pengusaha yang bernama Azis.Tapi sekitar tahun 1999 terjadi


(40)

27 bencana alam menyemburnya gas panas akibat dari pengeboran gas yang dilakukan pihak Pertamina.

Pemilik istana Azis disebut-sebut meminta ganti rugi kepada Pertamina.Karena sudah diganti rugi oleh pihak Pertamina sehingga istana tersebut dikuasai Pertamina.Belakangan kabarnya istana itu telah dihibahkan Pertamina kepada Pemkab Aceh Tamiang.Karenanya sekarang istana tersebut dijadikan Kantor Perpustakaan dan Arsip Pemkab Aceh Tamiang sebagian dan sebagian lagi dijadikan Kantor Penghubung Kodim 0104 Aceh Timur. Sementara halaman istana tersebut saat ini selalu dibuat acara seremonial keramaian masyarakat.Jika melewati Aceh Tamiang, istana tersebut bisa dilihat karena letaknya persis sekitar 30 meter dari jalan Negara Medan-Banda Aceh yang masuk wilayah Desa Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru.

Kini turunan Tengku Muhamad Arifin salah seorangnya yang masih hidup adalah H. Helmi Mahera Almoejahid anggota DPD/MPR-RI yang berkantor di Gedung MPR-RI Jakarta.Ibundanya Hj. Tengku Mariani adalah putri Tengku Muhammad Arifin Raja Kejuruan Karang VII. Tengku Hj. Mariani dipersunting sebagai isteri salah seorang pelaku sejarah Aceh pada zaman DI/TII yang bernama Tengku H. Amir Husin Almoejahid (kedua ibunda dan ayahanda H. Helmi Mahera Almoejahid) telah meninggal dunia dan saat ini H. Helmi berdomisili di Istana Kecil Kerajaan Karang VII bersama keluarga dan turunan Raja Kejuruan Karang.

Lintas sejarah mengenai Raja Karang berakhir sampai dengan Tengku Muhammad Arifin yang menyisakan sebuah istana yang kini tak jelas siapa


(41)

28 pemiliknya.Sebab meskipun kabarnya sudah dihibahkan Pertamina, tapi berita acara serah terimanya tidak ada di daftar kepemilikan asset Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang.Karena itu bukti sejarah tentang istana Raja Silang harus segera ditelusuri pihak Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang.

Kemudian lintasan Kerajaan Benua Tunu diceritakan dalam buku yang sama di karang Ir. Muntasir Wan Diman bahwa pada saat Raja Benua dikuasai Raja Muda Po Gempa Alamsyah sebagai Raja Benua Tunu yang pertama yang diberi gelar Raja Muda Negeri Sungai Kiri Benua Tunu I yang memerintah 1558-1588. Setelah wafat Raja Muda Po Gempa Alamsyah berturut-turut akhirnya hingga Raja Benua Tunu III yang dikenal Raja Muda Po Perum sebagai Raje Benua Tunu terakhir yang berdaulat 1629-1669.Setelah Raja Benua Tunu III wafat, kekuasaan kembali dipegang Raja Tan Kuala yang berarti Kerajaan Tamiang sudah tidak terpecah kembali.

Belakangan setelah Benua Tunu dikuasai Raja Tan Kuala sekitar tahun 1669 datanglah Raja Po Nita bersama rombongan yang menggugat tentang silsilah bahwa beliau adalah keturunan Raja Muda Sedia (Raja Islam Tamiang yang pertama) dengan bukti menunjukkan surat dan sislsilah yang lengkap.Akibatnya terjadi perang saudara antara rakyat Tanjong Karang dengan yang mengakui Raja Tan Kuala sebagai Raja Tamiang dan rakyat di Benua Tunu mendukung Raja Penita (Po Nita) sebagai Raja Tamiang, sehingga perang saudara pecah dan banyak memakan korban jiwa.

Kelanjutan dari kekuasaan antara Raja Tan Kuala dengan Raja Penita berakhir dengan campur tangannya Sultan Aceh yang pada saat itu dipimpin


(42)

29 seorang ratu yang bernama Ratu Kemalat Syah.Hasil dari intervensi ratu tersebut diputuskan negeri Tamiang dipecah menjadi dua daerah lagi. Raja Tan Kuala sebagai raja yang berkuasa di daerah Sungai Simpang Kanan dan Raja Penita berkuasa di wilayah Sungai Simpang Kiri.

Banyak peristiwa lanjutan dari kedua kerajaan tersebut hingga masa penjajahan Belanda sampai merdeka. Belakangan Negeri Tamiang menjadi bagian dari Wilayah Aceh Timur yang berstatus Pembantu Bupati Wilayah III yang pusat pemerintahannya Kota Kuala Simpang.Selanjutnya 11 Maret 2002 Wilayah Tamiang disyahkan DPR-RI menjadi Kabupaten Aceh Tamiang melalui Undang-undang no 4 Tahun 2002 tentang pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang.10

2. Gambaran Umum Desa Paya Kulbi

Secara administrasinya desa Paya Kulbi terletak dalam wilayah dengan batas-batas wilayah terdiri dari:

1. Sebelah Utara : Saptamarga

2. Sebalah Selatan : Paya Bujok

3. Sebalah Timur : Paya Awe

4. Sebelah Barat : Perkebunan PTP I

Desa Paya Kulbi terdiri dari beberapa dusun yaitu, Dusun Tualang dan Dusun Rambutan.Dusun Rambutan agak terpisah dari dusun tualang karena


(43)

30 terhalang oleh sekolah, perkebunan kelapa sawit dan lapangan.Desa Paya Kulbi sendiri terdapat di Dusun Rambutan.

Sumber: Foto Richa Meliza, 2015. Suasana Perjalanan ke Desa Paya Kulbi

Ketika pertama kali masuk desa Paya Kulbi maka akan melihat perkebunan kelapa sawit yang terbentang sangat luas di sepanjang perjalanan menuju desa Paya Kulbi dusun Rmbutan. Jalan untuk menuju ke desa Paya Kulbi baik tetapi sedikit berdebu karena belum di aspal serta jalan menuju desa masih ditimbun dengan tanah liat dan batuan-batuan kecil.

2.2.1 Bahasa

Bahasa merupakan sarana yang digunakan untuk manusia untuk berkomunikasi.Bahasa merupakan satu unsur penting dalam kebudayaan. Indonesia sendiri sangat banyak memiliki keberagamanbudaya yang dipersatukan dengan bahasa nasional adalah bahasa indonesia. Meskipun seperti itu masih banyak di daerah-daerah pedalam atau daerah-daerah tertentu di tanah air masih


(44)

31 banyak suku bangsa menggunakan daerah mereka masing-masing sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama mereka.

Di daerah penelitian ini, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa nasional tetapi dengan sesama suku mereka baru menggunakan bahasa kedaerahannya. Bahasa yang paling sering peneliti dengar di daerah desa tersebut adalah bahasa melayu, karena sebagian besar penduduknya orang Melayu (Tamiang).Penduduk di desa Paya Kulbi terdapat beberapa suku yang tinggal di desa tersebut, yaitu suku Aceh, Jawa, dan Melayu (bahasa Tamiang).Hal ini dikarenakan penduduk desa Paya Kulbi merupakan pendatang dari berbagai tempat dan daerah.

1. Sarana Desa Paya Kulbi 2.2.2.1 Sarana Jalan dan Angkutan

Sarana jalan di daerah penelitian ini berada dalam kondisi yang baik hanya saja ketika hujan turun ada beberapa titik yang tergenang air karena jalan yang berlubang.Dari data hasil lapangan yang diketahui tidak terdapat sarana apapun untuk masuk ke daerah desa Paya Kulbi.Hanya saja untuk transportasi keluar dan masuk desa tersebut hanya dengan menggunakan kendaraan sepeda motor.

Alat transportasi yang digunakan penduduk sekitar adalah sepeda motor. Sepeda motor merupakan hal yang penting bagi mereka karena untuk menuju keluar desa Paya Kulbi jaraknya sedikit jauh dengan jalan raya ke kota Kuala Simpang dan desa-desa yang lain. Bagi anak-anak di desa Paya Kulbi untuk transportasi ke sekolah mereka ada yang diantarkan


(45)

32 oleh orang tuanya dan ada juga yang menyewakan becak untuk mengantarkan anak-anaknya ke sekolah mereka masing-masing.

2.2.2.2 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.Penduduk desa Paya Kulbi juga demikian, orang tua mereka sangat sadar dengan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Buktinya anak-anak mereka sebahagian besar disekolahkan sampai di desa, kota dan ada juga di provinsi. Hal ini disebabkan mereka orang tuanya juga sebahagian memiliki pendidikan tinggi dan memiliki perekonomian yang cukup untuk kehidupan mereka.

Daerah desa Paya Kulbi memiliki sarana pendidikan berupa gedung sekolah.Sarana pendidikan tersebut hanya terdapat 1 SD Negeri Paya Kulbi.Semantara bagi yang ingin melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi yaitu melanjutkan ke pendidikan SMP dan SMA mereka harus sekolah di luar desa.Umumnya mereka bersekolah di Dusun Tualang atau di Kecamatan Karang Baru.

1. Sarana Ibadah

Sarana ibadah yang terdapat di desa Paya Kulbi terdapat 1 unit bangunan ibadah yaitu 1 mushalla atau biasa penduduk itu menyatakan meunasah. Meunasah ini adalah salah satu tempat beribadah bagi umat muslim dan sebahagian penduduknyan juga beragama muslim. Setiap desa hanya diperbolehkan memiliki bangunan mushalla atau meunasah hanya satu dan tidak diperbolehkan lebih dari pada satu.Sebab kalau memiliki


(46)

33 dua bangunan dalam satu desa menurut penelitian di lapangan penduduk tidak bisa mengikuti jamaah mana untuk beribadah.

2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk desa Paya Kulbi dusun Rambutan cukup beragam dengan tingkat perekonomian sebagian penduduk lumayan tinggi.Di desa ini sebagian masyarakatnya bertaraf kehidupan menengah keatas.Di desa ini bangunan rumahnya sebagian besar permanen dan ada juga yang semi permanen dengan fasilitas lengkap bahkan seluruh penduduknya memiliki kendaraan bermotor.Keadaan ini dikarenkan oleh sebagian besar dari penduduk di desa Paya Kulbi adalah pendatang dari berbagai daerah, yang membeli tanah di desa tersebut dan membangun rumah.Penduduk di desa Payakulbi sebagian bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di luar desa.

5. Sejarah Awal Panti Asuhan di Indonesia

Panti Asuhan tertua di Indonesia adalah Panti Asuhan Desa Putera yang berdiri sejak Tahun 1947. Ketika itu Indonesia baru saja merdeka dan belum banyak yang bisa dilakukan oleh sebuah Negara yang belum genap berumur 2 tahun untuk membenahi segala sesuatu yang porak poranda akibat perang pada tahun-tahun sebelumnya, baik itu dalam hal politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, masih belum tertata dengan baik. Di banyak negara di dunia, perang juga membawa dampak yang selalu sama yaitu banyak kehilangan tempat tinggal, kehilangan anggota keluarga dan anak-anaklah yang paling menderita


(47)

34 karena keadaan ini, banyak diantaranya kehilangan orang tua akibat perang-perang tersebut.

Di Indonesia, Batavia dan sekitarnya saja sudah ribuan anak yang terlantar. Kebanyakan dari mereka kehilangan orang tua sehingga terpaksa hidup gelandangan dan mengemis di jalan-jalan dengan tubuh telanjang. Kondisi memprihatinkan ini menggugah hati Mr. J.E.Ysebaert, Residen Batavia. Ia ingin agar anak-anak yang sebagian besar telanjang itu mendapat tempat penampungan. Keinginannya itu lalu dibicarakan dengan Mgr.Willekens, Vikaris Apostolik Batavia karena panti-panti asuhan yang ada tidak dapat menampung mereka lagi. Keinginan Mr. Ysebaert ini disampaikan oleh Mgr. Willekens kepada Mr. A. Bogaardt, Pimpinan Panti Asuhan Vincentius. Mr. A. Bogaardt bersedia menampung anak-anak itu asalkan disediakan tempat penampungan dan tenaga untuk mengurusnya.Selama kurang lebih dua bulan, usaha mendirikan sebuah tempat penampungan untuk anak-anak terlantar sudah menampakkan bentuknya, yaitu sebuah Rumah Yatim Piatu.

Kemudian dipilihlan sebuah nama untuk menamai rumah penampungan itu. Akhirnya disepakati, Rumah Yatim Piatu Lenteng Agung diubah menjadi “Desa “ dan “Pemuda “ menjadi “ Putera”. Pada tanggal 30 Juni 1947 Desa Putera diresmikan, dihadiri oleh pengurus Vincentius, para pendirinya, pejabat pemerintahan, Ny. Van Mook, wakil instansi dan Palang Merah, Jawatan Sosial, Pendidikan, Kesehatan, Tentara, juga Lurah Srengseng Sawah.

Di Desa Putera, anak-anak itu belum punya kegiatan apa-apa. Sepanjang hari anak-anak yang masih kecil hanya bermain-main. Tentu saja keadaan seperti


(48)

35 ini tidak akan dibiarkan. Mereka diberi latihan kerja agar nantinya bisa mandiri.Sedikit demi sedikit sarana latihan kerja dibangun.Pada bulan Juli, mulai didirikan bengkel untuk pertukangan besi dan kayu. Dibawah Pimpinan Br Mattheus, dibuka pula latihan menjilid buku.

Usaha peternakan juga dimulai dengan memelihara satu ekor sapi, dua ekor kuda, 25 ekor itik dan sepuluh ekor ayam. Sementara itu lewat Palang Merah, dari Cilendek, Bogor didatangkan sebanyak 109 anak. Mereka ini bukan anak-anak kecil.Mereka sudah terlalu lama hidup bebas gelandangan tanpa aturan seperti yang dianut oleh masyarakat pada umumnya.Sehingga aturan-aturan yang diterapkan di Desa Putera dirasakan sebagai beban yang membuat hidup mereka tidak nyaman.

Oleh karena itu banyak diantara mereka yang melarikan diri pada malam hari sambil membawa barang-barang apa saja yang bisa dibawa. Sebagian dari mereka juga mencuri di rumah-rumah penduduk sekitar. Hal ini membuat penduduk merasa tidak tenang dan tidak senang dengan adanya Desa Putera.Tetapi keadaan seperti ini tidak berlangsung lama.

Bersamaan dengan pembenahan yang terus menerus dilakukan, diusahakan pula pendidikan untuk mereka, baik dalam hal membaca, menulis dan pengetahuan lain diajarkan kepada mereka oleh Br Gerrad. Diantara anak-anak yang diajar, ada yang sudah pernah bersekolah. Anak-anak yang sudah pernah sekolah ini setiap hari mendapat “refreshing“ untuk mengingat kembali pelajaran yang pernah mereka peroleh.


(49)

36 Setelah itu merekalah yang menjadi guru bagi anak lain yang belum pernah sekolah. Kelas-kelas mulai dibangun, setiap hari anak-anak itu belajar dikelas yang sudah ada atau mana saja di tempat-tempat yang terbuka. Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dari bengkel dan pertukangan kayu dibuatlah peralatan belajar dan bangku-bangku dari bambu. Selain itu usaha melatih anak-anak untuk bekerja masih terus ditambah.

Pada bulan Oktober mulai dibuka perkebunan, yaitu perkebunan kelapa dan jeruk.Setiap pagi anak-anak pergi ke kebun dengan membawa cangkul untuk berkebun. Awal bulan April 1947, Mr. Ysebaert menemui Prof. Dr.P.M. Van Wulfften Palthe, Pimpinan Persatuan Perawat Orang Sakit Jiwa untuk meminjam sebidang tanah yang ada bangunannya. Oleh Prof. Van Wulfften diusahakan sebuah tempat di desa Srengseng Sawah, Lenteng Agung yang berupa bangsal-bangsal yang dulunya untuk merawat orang sakit jiwa.

Dalam mendapatkan tenaga pengelola, Mgr. Willekens kemudian menghubungi Kongregasi Budi Mulia dan didatangkanlah Br Corbinianus untuk menjadi Direktur dan Br Mattheus sebagai pembantu. Di bawah Pimpinan dan sumber dana dari Vincentius, sebuah tempat penampungan untuk anak-anak terlantar sedikit demi sedikit mulai dibangun. Bangunan dari bambu untuk tempat tinggal para Bruder mulai didirikan.

Tak lama setelah tempat dan tenaga pengelola tersedia, pada tanggal 17 Juni didatangkanlah 100 anak, yang diambil dari jalanan dan dari tempat hubian pengemis di Rustenburg. Mereka ini penghuni pertama tempat penampungan yang baru. Selain anak-anak itu juga didatangkan pakaian bekas, selimut dan bahan


(50)

37 makanan, Dari pakaian bekas itu, penduduk sekitar desa Srengseng Sawah membantu mendaur ulang sehingga menjadi pakaian anak-anak.11

1. Sejarah Panti Asuhan Al-Hakiim Aceh Tamiang

Panti Asuhan adalah suatu lembaga yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuia dengan ajaran agama Islam.

Panti Asuhan berdiri dilatarbelakangi masih banyaknya anak-anak yatim dan terlantar yang masih kurang mendapatkan perawatan dari keluarganya, banyak anak-anak yatim dan terlantar tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena tidak mampu atau tidak mempunyai biaya dan kehidupan anak yatim yang terlantar.

Harapannya dengan ada Panti Asuhan anak-anak yatim dan anak terlantar dapat hidup layak. Selain itu juga sebagai umat muslim menjalankan perintah Allah SWT dalam surat Al-Maun yaitu perintah untuk menyantunin anak yatim. Dalam surat Al-Maun 1-7 yang artinya:

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin, maka celakalah bagi orang-orang yang sholeh yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna”.

11http://www.Sejarah Panti Asuhan di Indonesia - Lembaga Bina Yatim Dhuafa Direktory Panti Asuhan.html (17 Februari 2015 jam 19:22 )


(51)

38 Panti Asuhan satu-satunya yang berada di Aceh Tamiang adalah Panti Asuhan Nasrullah yang berdiri tahun 1998 dengan pendiri Yayasan Bpk Hj. Syahuddin OK. Gagasan Berdirinya Panti Asuhan Nasrullah adalah Banyaknya anak Aceh Tamiang yang tidak sekolah, yang tidak memiliki pendidikan dan tempat tinggal karena orang tua yang tidak mampu membiaya kebutuhan hidup mereka baik dari segi pendidikan dan ekonomi sehari-hari sehingga ia membangun Panti Asuhan tersebut.

Pada tahun 2006 Aceh Tamiang dilanda Banjir bandang yang meluluh lantakkan 80% keseluruhan wilayah sebahagian besar kawasan Aceh Tamiang termasuk Panti Asuhan Nasrullah. Karena kondisi yang memprihatinkan dan tidak memungkinkan untuk menjadi tempat tinggal, Panti Asuhan Nasrullah berpindah tangan ke yayasan lain yang bernama Yayasan Al-Hakiim dengan pendirinya yaitu Bpk Drs H. Ahmad As’adi.

Bapak Ahmad adalah pembina dari Yayasan Panti Asuhan Al-Hakiim dengan ibu Novalita selaku pengurus Panti Asuhan tersebut. Landasan berdirinya Panti Asuhan Al-Hakiim ini adalah dengan berdasarkan akta pendirian Yayasan Al-Hakiim Aceh Tamiang no 3 dengan Notaris Dicky Kurniawan, SH. Serta mempunyai legalisasi menteri hukum Ham RINo-C 4137.HT.01.02.TH 2007 oleh Dr. Syamsudin Manan Sinaga SH,MH di Jakarta.

Pada saat kejadian banjir bandang tersebut maka anak-anak Panti Asuhan Nasrullah dipindahkan ke Yayasan Al-Hakiim. Akibat kurangnya dana serta tempat yang masih tidak memungkinkan untuk membawa semua anak panti ke yayasan Al-Hakiim, maka tidak semua anak bisa ditolongnya atau di asuh.


(52)

39 Mereka hanya mampu membantu sebanyak 20 orang, selebihnya anak-anak tersebut terpaksa dipulangkan dan ada yang masuk ke Panti Asuhan di Tanjung Pura ada ada pula yang diambil keluarganya.

Sumber: Foto Richa Meliza, 2015. Bentuk Bangunan Panti Asuhan Al-Hakiim di Desa PayaKulbi dari Sudut Kiri dan Kanan Bangunan.

Panti Asuhan Al-Hakiim memiliki bangunan rumah yang baik dan layak untuk ditinggal oleh anak-anak tersebut.Disini dapat kita lihat bahwa bangunannya permanen dan nyaman.Panti Asuhan ini berada paling ujung dari bagian lingkungan sekitar tempat tinggal penduduk. Jarak antara setiap bangunan rumah tidak begitu jauh dari satu rumah ke rumah yang lain. Sekitar Panti Al-Hakiim masih ada tanah yang kosong yang sebagian penduduknya digunakan untuk beternak sapi.

2. Lokasi Panti Asuhan Al-Hakiim di Aceh Tamiang

Panti Asuhan Al-Hakiim merupakan Panti Asuhan yang terletak di Desa Paya Kulbi Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang (± 12 km dari


(53)

40 Karang Baru). Secara administrasinya Panti Asuhan Al-Hakiim terletak dalam Wilayah Desa PayaKulbi dengan peta dan batas-batas sebagai berikut:

Gambar 1. Peta Wilayah Daerah di Panti Asuhan Al-Hakiim

Desa Paya Kulbi terdiri dari beberapa dusun yaitu, Dusun Tualang danDusun Rambutan.Panti Asuhan Al-Hakiim terletak di Dusun Rambutan agak terpisah dari dusun Tualang karena terhalang oleh sekolah, perkebunan kelapa sawit dan lapangan.

3. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan Al-Hakiim Aceh Tamiang

Maksud dan tujuan didirikannya Panti Asuhan Al-Hakiim bagi anak-anak tersebut adalah seperti:

1. Panti Asuhan memberikan pelayanan berdasarkan pekerjaan sosial anak-anak yatim, terlantar dengan cara membantu dan agar dapat dibimbing sesuai dengan ajaran agama Islam. Sehingga menjadi anak yang dapat hidup layak,


(54)

41 mandiri, dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

2. Dengan adanya pelayanan sosial, salah satunya panti asuhan dapat bertujuan untuk meratakan kesejahteraan bagi kelompok sosial yang kurang mampu dapat hidup mandiri.

3. Serta dengan adanya Panti Asuhan seperti ini maka akan mengatasi dan mengurangi angkat pengangguran yang ada di Aceh Tamiang.

1. Struktur Organisasi Panti Asuhan Al-Hakiim Aceh Tamiang

Dalam menjalankan aktivitasnya Panti Asuhan Al-Hakiim Aceh Tamiang menggunakan struktur organisasi.Dimana dalam struktur organisasi tersebut terdapat hubungan dan mekanisme kerja antara Yayasan dengan Panti Asuhan serta pengurus panti, pengasuh dan staff/pagawai. Dalam hal ini adanya 2 (dua) struktur organisasi dalam Panti Asuhan, yaitu seperti:

1. Struktur Yayasan Panti Asuhan Al-Hakiim

Dalam struktur Yayasan Al-Hakiim memiliki pembina, ketua umum, ketua I, sekretaris, bendahara, serta bagian Panti Asuhan yang masing-masing memiliki tugasnya untuk menjalankan atau mengelola Panti Asuhan agar lebih baik.


(55)

42

STRUKTUR YAYASAN AL-HAKIIM KEC. KARANG BARU – KAB. ACEH TAMIANG

Gambar 2. Struktur Yayasan Al-Hakiim

2. Struktur Pengurus Panti Asuhan Al-Hakiim

Dalam Susunan pengurus Panti Asuhan terdiri dari kepala pengurus, bendahara, sekretaris, bagian pendidikan umum, bagian pendidikan agama, bagian perlengkapan dan bagian dapur umum. Pengurus dalam Panti Asuhan memilki hak dan kewajiban sebagai berikut: 1. Pengurus wajib aktif dalam melakukan tindakan pengurusan dan

tindakan pemilikan, mempertahankan, memelihara, dan mengelola serta mengembangkan panti asuhan dibidang material dan non material.

PEMBINA Drs. AHMAD AS. ADI

KETUA UMUM Dra. AMINAH

SEKRETARIS BUNYAMAN

KETUA I NOVALITA FITRI, S.Ag

BENDAHARA SALAWATI

BAGIAN PANTI ASUHAN NOVALITA FITRI, S.Ag


(56)

43 2. Mengawasi, mendidik dan membina anak-anak asuh dalam Panti

Asuhan.

3. Mentaati dan melakukan keputusan musyawarah.

Dibawah ini adalah struktur pengurus panti asuhan yang mengelola panti asuhan baik dari semua bagian, seperti:

STRUKTUR PENGURUS PANTI ASUHAN AL-HAKIIM KEC. KARANG BARU – KAB. ACEH TAMIANG

Gambar 2. Struktur Pengurus Panti Asuhan Al-Hakiim

1. Pengajar Panti Asuhan Al-Hakiim

Panti Asuhan Al-Hakiim memiliki 5 orang pengajar untuk mendidik anak-anak asuh di panti tersebut.Dimana mereka dipilih lansung oleh Yayasan Al-Hakiim untuk menjadi tenaga pengajar dan tambahan dari donatur yang memberikan sumbangan ke Panti Asuhan Al-Hakiim. Tenaga pengajar Al-Hakiim ada yang berasal dari pasantren 2 orang, penyuluh non PNS 1 orang yaitu dari STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa dan 2 orang mahasiswa dari UNSAM di Kota Langsa.

KEPALA NOVALITA FITRI, S.Ag

BENDAHARA SALAWATI SEKRETARIS

BUNYAMAN

BAGIAN PERLENGKAPAN FATIMAH

BAGIAN PENDIDIKAN UMUM YUSLIANA

BAGIAN PENDIDIKAN AGAMA UST. SYAMSUDDIN

BAGIAN DAPUR UMUM IRENE


(57)

44 Masing-masing pengajar tersebut memiliki bidang pengajaran tersendiri dalam mengajar anak-anak asuh panti asuhan. Dalam bidang agama ada 2 orang yang berasal dari pasantrean bernama Ustadz Syamsuddindan Ustazah Marhamah, setelah itu dalam bidang pendidikan formal seperti Bahasa Inggris, Matematika dan lain awalnya hanya 1 orang bernama Yusliana tetapi kemudian ditambah 2 orang lagi untuk membantu mengajarkan anak asuh di Panti Asuhan bernama Kiki dan Arif.

Dari semua pengajar bekerja sama dalam mendidik dan memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak asuh di Panti Asuhan Al-Hakiim. Agar anak-anak tersebut tidak menjadi anak minder karena status mereka sebagai anak Panti Asuhan tetapi merak harus menjadi anak-anak yang pintar dan dapat berguna bagi dia sendiri dan orang banyak.

2. Penghuni Panti Asuhan Al-Hakiim

Anggota penghuni Panti Asuhan adalah anak-anak yatim, anak-anak piatu, anak-anak yatim piatu dan anak dari keluarga yang tidak mampu serta anak-anak terlantar.Selain itu penghuni panti asuhan juga memberikan bantuan kepada anak yang berekonomi sangat lemah.Bantuan yang diberikan kepada anak-anak asuhnya berupa seperti kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan dan papan), alat-alat sekolah, biaya pendidikan dan uang saku.

Dalam Panti Asuhan Al-Hakiim tidak semua anak dapat tinggal dan di asuh oleh pengurus panti asuhan tersebut.Panti Asuhan Al-Hakiim ini hanya menerima anak laki-laki yang dapat tinggal dan di asuh oleh mereka. Panti


(58)

45 Asuhan memiliki syarat-syarat bagi anak yang ingin menjadi penghuni yaitu seperti :

1. Beragama Islam

2. Anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu dalam hal perekonomian keluarga.

3. Usia sekolah atau tingkatan sekolah yaitu TK, SD, SMP, SMA.

4. Bersedia mentaati tata tertib dan peraturan Panti Asuhan.

Sumber: Foto Richa Meliza, 2014. Anak-anak Penghuni Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi.

Anggota penghuni Panti Asuhan pada tahun 2012 sebanyak 20 orang penghuni.Pada tahun 2014-2015 tinggal sebanyak 12 orang yang menjadi penghuni Panti Asuhan Al-Hakiim.Anak-anak penghuni Panti Asuhan semuanya terdari dari laki-laki yang tingkatan umurnya 8-16 tahun. Panti Asuhan Al-Hakiim tidak menerima anak perempuan untuk di asuh, pengurus Panti Asuhan menyatakan bahwa:


(59)

46 Panti Asuhan ini hanya mengasuh anak laki-laki dan tidak mengasuh perempuan, karena bagi pengurus panti asuhan anak laki-laki lebih enak di didik dan dijaga dari pada perempuan.Anak laki-laki lebih bisa ditinggal dan diperbolehkan bermain di luar Panti Asuhan.(9 Agustus 2014)

Bagi yang lanjut usia misalnya tamatan SMA, Panti Asuhan tidak menyediakan tempat tinggal akan tetapi hanya memberikan santunan dan sebagian dari mereka kembali ke Panti Asuhan untuk mengasuh dan mendidik anak-anak untuk mengajar. Hubungan alumni dengan Panti Asuhan sangat dekat, selaku pengurus Panti Asuhan berkata:

Hubungan anak-anak panti yang sudah tamat SMA sangat dekat dengan panti ini.Mereka terkadang pada saat tidak sibuk sering main kesini untu mengajari adik-adiknya yang masih tinggal di panti asuhan.Apalagi pada saat lebaran mereka ramai-ramai membuat acara kecil-kecilan di panti asuhan agar adik-adiknya tidak mereka jenuh dan bosan. (9 Agustus 2014)

Panti Asuhan Al-Hakiim dari sejak berdiri hingga sekarang sangat sedikit menerima anak-anak yang tinggal dan diasuh oleh Panti Asuhan tersebut.Dikarenakan daya tampung Panti Asuhan yang sedikit dan kurang lebih hanya 30 anak yang dapat tinggal di Panti Asuhan tersebut.

2.10 Sumber Dana Panti Asuhan Al-Hakiim

Sumber dana yang digunakan Panti Asuhan sebagai pemenuhan kebutuhan berasal dari berbagai sumber dan sumbangan. Sumbangan ini adalah sebuah pemberian yang pada umumnya bersifat secara fisik oleh perorangan atau badan hukum, pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan, walaupun pemberian donasi dapat berupa makanan,


(60)

barang-47 barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan akan tetapi tidak selalu sedemikian. Sumbangan panti asuhan juga dapat berupa uang atau materi lainnya.

Dalam Panti Asuhan ini sumber dananya berasal dari: 1. Donatur tetap

1. Sumbangan tetap per-tahun dari Pemerintahan Daerah Aceh Tamiang.

2. Sumbangan tetap tiap bulan dari Kanwil Kementrian Agama Aceh Tamiang.

3. Sumbangan dari masyarakat yang menjadi donatur tetap.

4. Sumbangan dan bantuan dari Departemen Sosial.

5. Sumbangan dan bantuan dari Dinas Kesejahteraan Sosial Aceh Tamiang.

6. Sumbangan dan bantuan dari lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi serta perorangan yang sukarela dan tidak mengikat baik berupa uang, barang-barang, perlengkapan maupun fasilitas-fasilitas, makanan dan lainnya.

7. Penerimaan harta waqaf, hibah, sedekah, zakat, infaq dan wasiat.

Sumber dana yang berasal dari donatur suatu lembaga, masyarakat dan semuanya itu digunakan untuk membayar uang pendidikan anak-anak asuh panti asuhan, untuk membelikan perlengkapan pendidikan dan keseharian mereka di panti asuhan baik itu dalam hal pangan, papan ataupun sandang. Semuanya itu dibeli dengan menggunakan uang yang disumbangkan ke Panti Asuhan.


(1)

91 Data anak asuh

Nama :

Usia :

Pertanyaan kepada informan

• ANAK ASUH

1) Bagaimana pendapat adek tentang peraturan dan tata tertib yang ada di panti? 2) Bagaimana adek bersosialisasi dengan masyarakat sekitar?

3) Apakah adek nyaman tinggal di panti asuhan? 4) bagaimana pengajarannya terutama tentang agama? 5) apa yang adek lakukan sehari-hari di panti asuhan? 6) apakah ada jam-jam tertentu untuk bermain?


(2)

92 INTERVIEW GUIDE

Data Informan

Data teman dilingkungan panti asuhan dan masyarakat sekitar panti asuhan

Nama :

Usia :

Pertanyaan kepada informan

 TEMAN & MASYARAKAT DI LINGKUNGAN ANAK YATIM

1. Sepengetahuan anda, apakah aktivitas A sehari-hari?

2. Adakah perubahan perilaku yang terjadi setelah A keluar dari panti asuhan?

3. Bagaimana perilaku A ketika dia bersosialisasi di lingkungan masyarakat?

4. Menurut anda, apakah si A mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu?

5. Jika ya, bagaimana A memanfaatkan keahlian tersebut? 6. Apakah A aktif dalam organisasi masyarakat?

7. Bagaimana anda melihat A dalam menyelesaikan masalah? 8. Pernahkah A menceritakan masalahnya kepada anda?

9. Menurut anda, bagaimana tanggung jawab A kepada keluarganya? 10. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan A untuk kehidupan ekonomi


(3)

93 Data masyarakat

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Pertanyaan kepada informan

 MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PANTI ASUHAN

1) Bagaimana pendapat anda tentang anak asuh panti?

2) Bagaimana anak asuh bersosialisasi dengan lingkungan sekitar? 3) Apakah semua anak berperilaku sesuai yang diharapakan?


(4)

94 INTERVIEW GUIDE

Data Informan

Data pemimpin dan pengasuh panti asuhan

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Pertanyaan kepada informan

 PEMIMPIN PANTI ASUHAN

1. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap panti asuhan? 2. Bagaimana cara merekrut anak asuh yatim?

3. Bagaimana cara merekrut pengasuh?

4. Darimana biaya atau donator bagi panti asuhan?

5. Bagaimana tindakan-tindakan pengasuhan yang dilakukan dalam rangka sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar?

6. Siapa yang membuat tata tertib dan aturan dalam panti asuhan? 7. Bagaimana konsekuensi atas pelanggaran tata tertib dan aturan?

8. Bagaimana program kerja panti asuhan.. ada jangka panjang dan pendeknya

9. Bagaimana pengasuh menjalin hubungan dengan anak asuh yatimnya? 10. Bagaimana pendidikan dan ketrampilan yang diberikan dalam panti? 11. Apakah pernah terjadi cek-cok antara pengasuh dengan anak asuh

yatimnya?

12. Bagaimana hubungan yang terjadi antara anak-anak asuh yatim? 13. Apakah tugas sehari-hari anak asuh yatim selain belajar?

14. Bagaimana pembagian tugas sehari-hari?

15. Apakah pernah terjadi cek-cok antara anak-anak asuh yatim?

16. Apakah faktor-faktor yang menjadi hambatan bagi anak asuh yatim dalam menyesuaikan diri di panti asuhan


(5)

95

• Lingkungan

1) Bagaimana hubungan anak asuh dengan lingkungan sekitar? 2) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap anak asuh panti? 3) Bagiamana anak asuh bersosialisasi dengan lingkungan sekitar?

• Pola Asuh

4) Bagaimana anda mendidik anak asuh yatim? 5) Nilai-nilai seperti apa yang anda ajarkan? 7) Apakah anda terlalu melindungi anak?

8) Apakah anda pernah memaksakan kehendak anda kepada anak asuh yatim anda?

9) Bagaimana tindakan-tindakan pengasuhan yang dilakukan dalam rangka sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar?

10) Bagaimana cara pengasuh menanamkan nilai-nilai dan aturan-aturan yang ada dalam panti asuhan?

11) Selama ini apakah ada hambatan-hambatan terhadap pengasuhan dan pengelolaan anak?

12) Apakah faktor-faktor yang menjadi hambatan bagi anak asuh yatim dalam menyesuaikan diri di panti asuhan?

• Pendidikan

13) Bagaimana anda memperhatikan pendidikan sekolah anak asuh yatim? 14) Apakah anak asuh yatim selalu mendapat ranking di kelas?

15) Apakah anda setiap hari mengharuskan anak asuh yatim untuk belajar? 16) Bagimana anda membantu anak asuh yatim dalam belajar?

• Interaksi Sosial

17) Apakah anak asuh minder/takut dengan para tetangga? 18) Apakah anak asuh sering berdiam diri di panti?


(6)

96 20) Bagaimana tingkat komunikasi anak asuh yatim anda dengan keluarga,

teman sebaya, dan tetangga?

21) Bagaimana pengasuh menjalin hubungan dengan anak asuh yatim? 22) Apakah pernah terjadi cek-cok antara pengasuh dengan anak asuh

yatim?

23)Apakah pernah terjadi cek-cok antara anak-anak asuh yatim? 24) Bagaimana hubungan yang terjadi antara anak-anak asuh yatim?


Dokumen yang terkait

Dukungan Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan Program UKS pada SD Negeri di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh

2 41 60

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 16 142

MAKNA MAHAR DALAM PERKAWINAN ETNIK ACEH TAMIANG DI DESA TANAH TERBAN KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG.

4 15 26

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 12

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 2

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 14

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 27

BAB II GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL-HAKIIM DI ACEH TAMIANG 1. Sejarah Aceh Tamiang - Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 24

Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 12