540
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
mengemukakan paralelisme
membantu memberikan
kejelasan dalam
unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-
bagian yang sederajat dalam konsrtuksi yang sama. Dalam puisi, paralelisme adalah suatu
cara yang digunakan penyair lisan untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikan
kepada penonton agar dapat dipahami dan diingat secara cepat dan tepat.
2.2.5 Formula Bunyi
Formula bunyi dalam karya sastra terdiri dari rima, asonansi dan aliterasi serta irama.
Rima adalah paduan bunyi konsonan yang sama, diawali oleh bunyi vokal yang sama
pada akhir larik yang berbeda tetapi berurutan. Asonansi adalah pengulangan
bunyi vokal sedangkan aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan Aminuddin,
1995, hlm. 142-144. Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas
baik berupa alunan keras lunak, tinggi rendah, panjang pendek, dan kuat lemah
yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa
makna tertentu.
2.3 Konteks Penuturan
Mantra disampaikan secara lisan. Karena kelisanan ini maka mantra dari sisi
ungkapan disampaikan dari mulut ke mulut. Menurut Sibarani 2012, hlm. 8-9, sebagai
mana ia mengutip dari Lord 1976 kelisanan disampaikan terutama dengan
mengandalkan faktor
ingatan. Penutur
mengingat, tidak menghapal apa yang disampaikannya. Faktor ingatan ini akan
menjadi faktor
penyebab perubahan-
perubahan dalam tradisi lisan di samping bentuk-bentuknya yang tetap. Yang selalu
tetap adalah formula. Konteks penuturan berhubungan dengan keadaan penuturan
yang berkaitan dengan interaksi komunikasi. Lebih jauh tentang komunikasi tentunya
tidak dapat dipisahkan dari penutur, mitra tutur audiens, tempat dan waktu serta
tujuan penuturannya. Sibarani 2012, hlm. 323-325 mengemukaan bahwa dalam
mengkaji tradisi lisan dapat dilihat dari sisi konteks budaya, konteks sosial, konteks
situasi, dan konteks ideologi.
2.4 Proses Penciptaan
Menurut Perry-Lord, proses penciptaan sastra lisan dapat dicermati dari cara mereka
memanfaatkan persediaan formula yang siap pakai sesuai dengan konfensi sastra yang
dipakai. Struktur sastra selalu berubah-ubah, lincah dan hidup karena selalu diciptakan
dan dihayati kembali sesuai dengan daya cipta pembawa maupun penikmatnya. Jika
disimpulkan, teori
Parry-Lord tentang
penciptaan sastra lisan mencakup formula dan ungkapan formulaik, tema-tema atau
kelompok gagasan Taum, 2011, hlm. 100- 101. Lebih lanjut, berkenaan dengan
penciptaan puisi, Lord 2000, hlm. 36 mengemukakan
bahwa dalam
penciptaannya, seorang
penyaji tidak
541
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
menghafal, ia hanya memahami formulanya saja.
2.5 Nilai, Fungsi dan Karakter
Setiap tradisi lisan memiliki nilai budaya yang sebagian besar dimanfaatkan pada
generasi muda masa kini demi masa depan yang sejahtera dan bermartabat, tetapi juga
membutuhkan ahli
untuk menggali,
menginterpretasi, dan menerapkan nilai budaya itu dengan baik. Nilai luhur yang
dimaksudkan disini adalah tradisi lisan yang menjadi pedoman hidup komunitas pada
zaman itu Sibarani, 2012, hlm. 16. Nilai- nilai
dalam tradisi
lisan sebenarnya
berorientasi pada pembentukan karakter. Dikatakan
demikian karena
bentuk pewarisannya adalah gagasan, nilai-nilai
luhur, kebijaksanaan, tata krama dan sopan santun dan kearifan lokal yang mengacu
pada kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan seperti pertanian, peternakan,
kelautan, konstruksi bangunan dan lain-lain.
2.6. Bahan Ajar
Menurut National Centre for Competency Based Training 2007, bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Menurut Yuniwati Maspuri, 2013, hlm. 49 handout adalah salah satu
bentuk bahan ajar cetak. Menurut Majid 2013, hlm. 175 handout adalah bahan
tertulis yang dipersiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik. Bentuk dan isi handout, secara sistematis terdiri dari pendahuluan yang
berisi pemahaman umum, topik dan tema, tujuan,
kegunaan, serta
petunjuk mempelajari bahan ajar. Dan sistematika
yang sesuai dengan kurikulum.
C. METODE PENELITIAN .
Penelitian ini
menggunakan metode
kualitatif. Menurud Jane Richie Moleong, 2005. hlm. 6 penelitian kualitatif adalah
upaya untuk menyajikan dunia sosial dan prespektifnya dalam dunia, dari segi
konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan manusia yang diteliti. Endraswara 2009,
hlm. 82 mengemukakan bahwa pendekatan yang sesuai dengan metode penelitian
kualitatif salah satunya adalah pendekatan naturalistik.
Pendekatan ini
berupaya memotret fenomena sosial budaya dari sisi
si pelaku sendiri. Data dalam penelitian ini diambil dari ungkapan yang disampaikan
oleh masyarakat Ngada etnis Bajawa khususnya Desa Sobo dan Rakalaba
Kecamatan Golewa Barat pada saat reba acara
su‘i uwi dilangsungkan. Data dikumpulkan melalui proses wawancara,
perekaman, catatan-catatan, serta observasi.
Pengumpulan data menggunakan handycam, kamera, dan alat tulis.
Peneliti juga adalah instrumen
dalam pengumpulan
data. Analisis data dilakukan dengan cara
mengkategorian, sintesa,
menyusun