Ketersediaan Dana Masukan Input

internasional. Pembiayaan program TB paru saat ini masih mengandalkan pendanaan dari donor internasional. Dana dalam melaksanakan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Pijorkoling berasal dari dinas kesehatan. Dinas Kesehatan memperoleh dana dari APBD dan ATM. Dana ATM merupakan dana Global Fund berupa hibah bantuan secara internasional. Dana tersebut hanya dipergunakan untuk biaya mengantar slide ke PRM, pengobatan dan puskemas keliling. Dana khusus untuk penjaringan kasus dengan kunjungan ke rumah-rumah warga belum ada. Dari hasil wawancara dengan dinas kesehatan bahwa dana yang ada belum memadai dan tidak sebanding dengan pekerjaan, adanya pengurangan dana. Ketersediaan dana yang digunakan dalam melaksanakan program penanggulangan TB paru, dinas kesehatan telah mengusulkan dana khusus TB paru ke dalam anggaran APBD. Dana hibah Global Fund telah dikurangi dan diperkirakan akan berakhir pada tahun 2015, sehingga pendanaan program TB paru dialihkan ke anggaran APBD. Sebelum adanya dana Global Fund, sumber dana untuk TB paru berasal dari APBD. Dana dalam program TB paru masih minim, hal ini dikarenakan dana yang didapat dari APBD terbatas dan dipergunakan untuk supervisi dan penjaringan ke desa, sementara dana yang dari Global Fund sudah berkurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiman 2012 yang mengatakan bahwa pelaksanaan pengendalian tuberkulosis dari aspek ketersediaan dana sudah memadai, sumber dana terbesar berasal dari Global Fund. Kontribusi Global Fund sangat signifikan terhadap berjalannya kegiatan pengendalian TB di kota Padang, sedangkan sumber dana dari pemerintah kota sangat minim. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah kota Padang menganggap dana untuk kegiatan program sudah cukup besar dalam upaya pengendalian tuberkulosis di kota Padang. Penelitian Firdaufan dkk 2009 bahwa dukungan pemerintah daerah dan DPRD dalam pembiayaan program pengendalian TB masih rendah sehingga program TB tidak menjadi program prioritas kesehatan.

5.1.4 Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan program penanggulangan TB paru khususnya penemuan kasus dan pemeriksaan dahak tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung keberhasilan program tersebut. Sarana adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pelaksanaan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Pijorkoling diperlukan sarana dan prasarana seperti persediaan OAT Obat Anti Tuberkulosis, alat transpotasi, pot dahak, kaca sediaan, regensia, dan ruang khusus TB paru Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa Puskesmas Pijorkoling telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, namun tidak terdapat ruangan khusus TB paru dalam penanganan penderita TB paru. Ruangan TB paru bersamaan dengan ruangan P2M Pemberantasan Penyakit Menular. Persediaan OAT menjadi salah satu faktor terpenting dalam program TB paru. Puskesmas Pijorkoling sudah memiliki persediaan yang cukup. Puskesmas meminta persediaan obat ke PRM, sehingga Puskesmas Pijorkoling meminta obat ke Puskesmas Padangmatinggi. OAT diberikan oleh Instalasi Gudang Farmasi Kota Padangsidimpuan kepada 2 PRM yakni Puskesmas Sadabuan dan Puskesmas Padangmatinggi, dengan membuat permintan obat ke dinas kesehatan. Selanjutnya, dinas kesehatan juga membuat permintaan obat ke instalasi gudang farmasi.

5.2 Proses process

Aspek yang terdapat dalam proses pelaksanaan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Pijorkoling terdiri dari penemuan kasus, pemeriksaan BTA positif, dan penyuluhan.

5.2.1 Penemuan Kasus Tuberkulosis

Penemuan penderita TB merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB paru. Penemuan penderita TB paru secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat Kemenkes, 2011. Penemuan penderita TB paru dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka tersangka yang datang berkunjung ke puskesmas. Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu, pagi, sewaktu SPS.