Penemuan Kasus Tuberkulosis Kegiatan Program TB Paru

Penemuan penderita TB paru secara pasif adalah penjaringan tersangka TB hanya dilaksanakan pada orang yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan puskesmas. Dalam penemuan kasus secara pasif didukung dengan promosi aktif, yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan secara aktif sehingga masyarakat mengetahui gejala penyakit TB paru. Dengan adanya promosi aktif dapat meningkatkan cakupan penemuan tersangka, hal ini disebut dengan penemuan kasus secara pasif dengan promosi aktif. Pelibatan semua layanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan. Penemuan penderita TB paru secara aktif adalah penjaringan tersangka TB paru dilakukan dengan mengunjungi rumah yang dianggap sebagai sebagai tersangka. Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap a. Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan HIV orang dengan HIV AIDS. b. Kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan para narapidana, mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA postif. c. Pemeriksaaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pencegahan Kemenkes, 2011.

2.4.2 Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis

Diagnosis pasti TBC melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak. Pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih lama paling cepat sekitar 6 minggu dan mahal. Pemeriksaan 3 spesimen SPS dahak secara mikroskopis langsung nilainya identik dengan pemeriksaan dahak seara kultur atau biakan. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah dan murah, dan hampir semua unit laboratorium dapat melaksanakan. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis bersifat spesifik dan cukup sensitif. Tujuan pemeriksaan dahak yaitu 1 menegakkan diagnosis dan menentukan klasifikasitipe, 2 menilai kemajuan pengobatan, dan 3 menentukan tingkat penularan Depkes, 2002. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang beurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS. a. S Sewaktu: dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. b. P Pagi: dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Fasyankes. c. S Sewaktu: dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Pengambilan 3 spesimen dahak masih diutamakan dibanding dengan 2 spesimen dahak mengingat masih belum optimalnya fungsi sistem dan hasil jaminan mutu eksternal pemeriksaan laboratorium Kemenkes, 2011.

2.4.3 Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis TB paru dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. I. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. II. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan dahak diulang. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas misalnya Kotrimoksasol atau Amoksilin selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS. I. Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif II. Kalau hasil SPS negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB. i. Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif. ii. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.