SEKILAS GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. SEKILAS GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1. Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan pembangunan tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada pemerataan pendapatan. Ini berarti tujuan dari pembangunan erat kaitannya dengan usaha mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu kebijakan pembangunan yang dijalankan bertumpu pada triologi pembangunan. Urbanisasi menjadi salah satu faktor yang telah menyumbang cukup besar proses pertumbuhan penduduk dan kompleksitas masyarakat perkotaan. Frekuensi arus urbanisasi cukup tinggi dan tidak sebanding dengan kesigapan pemerintah kota untuk mengatasi suatu keadaan yang terjadi, hal ini hampir terjadi di sebagaian besar kota di negara berkembang. Akibatnya, penduduk migran sangat padat di daerah perkotaan yang kumuh atau tinggal di pemukian liar, sebagaian besar dari mereka memasuki sektor informal, karena relevan dengan jumlah kapasitas dan kualifikasi sumber daya yang mereka miliki. Dalam memperoleh akses kerja, mereka harus bersaing dengan penduduk miskin lain atau golongan menengah kota. Data SUSENAS tahun 1993 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di perkotaan cenderung meningkat, sedangkan di pedesaan mengalami penurunan. 59 Ada indikasi bahwa, sejak lebih dari sepuluh tahun terakhir penduduk miskin di desa telah bermigrasi ke kota. Upaya pemerintah untuk mengatasi kemiskinan penduduk baik yang dilakukan melalui program sektoral dan terutama yang dilakukan melalui intervensi khusus telah menurunkan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1984-2009 Sumber : BPS Indonesia Gambar 4.1 menunjukan selama periode 1984 sampai 1996, usaha pemerintah untuk pengetasan kemiskimnan di Indonesia cukup berhasil. Keberhasilan ini ditandai dengan menurunnya jumlah dan persentase kemiskinan dari 35.00 juta jiwa 21,60 persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 1984 menjadi 11,30 persen pada tahun 1996. 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 KM KM 60 Krisis ekonmi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menyebabkan jumlah penduduk dan persentase penduduk miskin meningkat derastis. Akibat krisis ekonomi yang dibarengi dengan kerisis sosial-politik. Jumlah penduduk miskin naik menjadi 49,50 juta jiwa atau 24,23 persen dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1998. Peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 49,50 juta jiwa pada akhir tahun 1998 bukan sepenuhnya terjadi akibat dampak kerisis ekonomi, tetapi juga karena penyempurnaan standar kemiskinan yang digunakan. Pada tahun 1998 BPS melakukan penyempurnaan standar perhitungan kemiskinan yang meliputi perluasan cakupan komoditi yang diperhitungkan dalam kebutuhan dasar. Disamping itu penyempurnaan juga dilakukan dengan mempertimbangkan keterbandingan antar daerah dan antar waktu yang disebabkan adanya standar kemiskinan ini diharapkan dapat mengukur tingkat kemiskinan secara lebih realistis. Sesudah mengalami kerisis ekonomi dan politik, Indonesia mencoba bangkit. Secara umum. Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 1998-2000 menunjukan kecenderungan menurun. Dari 49.50 juta jiwa 24,23 persen pada tahun 1998 menjadi 38,70 juta jiwa 19,14 persen dari jumlah penduduk indonesia. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun menjadi 38,70 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta jiwa pada tahun 2005. secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persn tahun 2005. namun pada tahun 2006, 61 terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup derastis, yaitu dari 35,10 juta menjadi 39,30 juta pada tahu 2006. peningkatan jumlah penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan BBM yang menyebabkan naiknya harga berbagai barang barang sehingga inflasi mencapai 15,95 persen selama tahun 2005-2006. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilan berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta turun 2,13 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan 2006. meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada tahun 2007 masih lebih tinggi dibandingkan keadaan tahun 2005, dimana persentase penduduk miskiin sebesar 15,97 persen. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 34,96 juta jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yaitu berjumlah 37,17 juta jiwa berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta jiwa. Dan pada tahun 2009 penurunan jumlah penduduk terus dirasakan menjadi 32,53 juta jiwa atau menjadi 14.15 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

2. Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB

Produk Domestik Bruto PDB dapat diartikan sebagai nilai-nilai barang- barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju ataupun berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. 62 5E+10 1E+11 1.5E+11 2E+11 2.5E+11 1984 19861988 1990 19921994 1996 1998 20002002 2004 2006 2008 PDB PDB Variabel yang digunakan adalah nilai barang dan jasa yang dihasikan oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga negara asing yang berada di Indonesia dalam tahun tertentu. Nilai barang dan jasa yang diukur adalah berdasarkan harga konstan, yaitu sebagai berikut : GDP Rill = GDP Nominal GDP Defelator • GDP nominal merupakan nili produk dihitung berdasarkan harga yang berlaku ketika produk itu dihasilkan. GDP nominal dihitung dengan mengalikan kuantitas dengan harga pasar setiap tahun yang berubah-ubah • GDP rill merupakan nilai produk dihitung berdasarkan harga tahun tertentu yang ditetapkan sebagai tahun dasar. • GDP defelator merupakan nilai produk berdasarkan indeks harga. GDP defelator dihitung dengan cara membagi GDP nominal dengan GDP rill. Gambar 4.2 Perkembangan PDB di Indonesia pada tahun 1984-2009. Sumber : BPS Indonesia. 63 Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa PDB pada tahun 1984-1996 cenderung stabil dan meningkat, namun adanya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997-1998 yang disebabkan oleh beberapa faktor antar lain stok utang luar negri swasta yang sangat besar yang umumnya berjangka pendek, banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia, serta dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik. Menyebabkan kondisi perekonomian mengalami penurunan. Dalam perkembangan pada tahun 2000 menunjukan proses pemulihan ekonomi nampak semakin kuat beberapa faktor seperti membaiknya permintaan domestik, serta situasi ekonomi dunia yang membaik. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mulai membaik, terutama disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat, membaiknya iklim investasi dan tingginya permintaan dunia terhadap ekspor Indonesia. Pada sisi penawaran, kinerja pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan pada hampir seluruh sektor ekonomi. Namun iklim yang kondusif tersebut tidak dapat bertahan lama, karena harga minyak semakin meroket ditambah dengan krisis subprime mortage di AS dan gejala resesi dunia serta gejala krisis pangan dunia. Hal ini nampak terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2008.

3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK

Tenaga kerja sangat mutlak diperlukan dalam kegiatan pembangunan suatu wilayah, karena tenaga kerja merupakan penggerak dan pelaksana pembangunan ekonomi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas serta 64 10 20 30 40 50 60 70 80 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 TPAK TPAK memiliki keinginan untuk berusaha merupakan modal utama bagi terciptanya pembangunan yang aktif terhadap perekonomian. Semakin banyak tenaga kerja yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, semakin terpenuhinya kebutuhan produksi oleh pasar, semakin banyak tenaga kerja yang bekerja, semakin tinggi kebutuhannya pula akan konsumsi, sehingga baik langsung maupun tidak langsung, berpengaruh terhadap pertumbuhan PDB dan menyebabkan output yang lebih tinggi dan berkurangnya tingkat kmiskinan. Tetapi pada negara berkembang seperti Indonesia umumnya yang memiliki jumlah penduduk yang padat dan memiliki kota besar, terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja masih terganjal oleh hal-hal dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih pesat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, ditambah lagi dengan imigran dari pedesaan yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar, sehingga masih banyak angkatan kerja yang tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dikarenakan kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Terkecuali jika mereka berwiraswasta. Tetapi hal itu pun terkadang terbatas oleh usaha yang dibutuhkan. Garmbar 4.3 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 1984-2009 65 Sumber : BPS Indonesia Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 Perkembangan tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia dari tahun 1984 sampai 1993 cenderung setabil , dan pada tahun 1993 mengalami penurunan. Dan meningkat kembali pada tahun 1996 menjadi 10.3 sampai dengan tahun 2008 kondisi partisipasi angkatan kerja cenderung stabil meskipun mengalami penurunan yang tidak terlalu banyak. Menurut pakar ekonomi hal tersebut masih dalam batas wajar, dimana hal tersebut dapat diakibatkan oleh belum mampunya pemerintah dalam menyeimbangkan antara kesediaan lapangan pekerjaan dengan penawaran tenaga kerja, perkembangan yang terjadi dalam jumlah angkatan kerja AK tidak bisa dilepaskan dari perkembngan jumlah pnduduk. Perkembangan tersebut diakibatkan oleh faktor kelahiran dan kematian, migrasi juga pergeseran usia karena waktu. Besarnya TPAK menggambarkan dari seluruh penduduk usia kerja 15-64 tahun di suatu wilayah yang siap dan bersedia untuk bekerja. Sementara yang lainnya lebih memilih untuk melakukan aktifitas lain seperti bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Tinggi rendahnya angka TPAK yang terjadi tergantung dari prioritas pilihan penduduk usia kerja akan beraktifitas yang akan dilakukan, antara lain bekerja, bersekolah, mengurus rumah tangga atau aktifitas lainnya Menurunnya TPAK dapat juga terjadi akibat kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah dalam sistem pendidikan yang meningkatkan standar kelulusan dalam rangka penekanan supply tenaga kerja, dan perusahaan 66 yang meningkatkan standar kualifikasi karyawan, sehingga mempersulit penerimaan karyawan baru pada perusahaan yang bersangkutan, dan lain-lain yang dapat mengurangi fluktuasi partisipasi angkatan kerja di Indonesia.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN