PEMBAHASAN Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian infusum daun sirih bertujuan untuk membukt ikan daya hambat bahan ini terhadap pertumbuhan Candida albicans dan melihat perbedaan daya hambat antara infusum daun sirih dengan etanol 96 serta aquades yang digunakan sebagai kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar. Pengukuran zona hambat dilakukan setelah 48 jam media berada di dalam inkubator menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Pada penelitian ini, infusum daun sirih disediakan dengan menggunakan metode perebusan menggunakan uap air panas sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi ke-IV. Daun sirih dimasukkan kedalam aquades dan dipanaskan diatas uap sehingga suhu mencapai 90 o C. Metode ini dipilih karena mudah dilakukan dan sering digunakan masyarakat. Pembuatan infusum daun sirih adalah dengan merebus daun sirih menggunakan uap air panas. 27 Pada pra-penelitian pertama, konsentrasi infusum daun sirih yang digunakan adalah rendah yaitu 5, 10 dan 20 dan hasil yang didapat menunjukkan daya hambat terhadap Candida albicans pada konsentrasi 5 dan 10 terlalu kecil dan tidak signifikan. Oleh karena itu, konsentrasi dinaikkan 20, 30 dan 40. Pemilihan Etanol 96 sebagai kontrol adalah karena sifat antijamurnya dan dapat menjadi kontrol positif dalam penelitian ini. Kontrol negatif pula dilakukan dengan menggunakan aquades dimana pertumbuhan Candida albicans tidak dapat dihambat. Hasil penelitian menunjukkan adanya daya hambat pada kesemua infusum daun sirih dan etanol 96. Bagaimanapun hasil daya hambat infusum daun sirih lebih rendah bila dibandingkan Universitas Sumatera Utara dengan etanol 96. Hal ini mungkin disebabkan etanol yang digunakan berkonsentrasi tinggi dan mempunyai efek antifungal yang kuat. Eugenol sebagai bahan aktif dalam infusum daun sirih pula mungkin memiliki konsentrasi yang kecil karena hasil perebusan daun sirih juga mengandung bahan lain selain eugenol. Daya hambat infusum daun sirih dengan konsentrasi 20, 30 dan 40 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Semakin tinggi konsentrasi infusum daun sirih, semakin besar daya hambat yang ditunjukkan. Ini karena apabila semakin tinggi konsentrasi infusum, maka semakin tinggi konsentrasi eugenol yang dikeluarkan menjadikan aktivitas antifungal semakin meningkat. Penelitian Adeltrudes B. Caburian dan Marina O. Osi mendapati minyak atsiri daun sirih diperoleh kadar hambat minimal 250 µgmL terhadap Candida albicans dan zona hambat adalah 90 mm. 7 Bila dibandingkan dengan penelitian ini, pada konsentrasi infusum daun sirih 40 diperoleh daya hambat terhadap Candida albicans hanyalah 10,42 mm, jauh lebih kecil dari 90 mm. Adeltrudes B. Caburian dan Marina O. Osi menggunakan minyak atsiri daun sirih yang mempunyai kandungan eugenol yang lebih tinggi sedangkan infusum daun sirih yang mempunyai kadar eugenol rendah. Atiek Soemati dan Berna Elya telah melakukan penelitian untuk mengetahui efek antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans dan mendapati diameter zona hambat infusum daun sirih 250 mgml 20 adalah 10,43 mm, 500 mgml 33 adalah 12,33 mm dan 1000 mgml 50 adalah 16,80 mm. 9 Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Atiek Soemati dan Berna Elya mungkin karena alat yang digunakan sewaktu pembuatan infusum daun sirih kurang tepat bacaannya sehingga menghasilkan konsentrasi infusum yang tidak tepat. Universitas Sumatera Utara Henny 2008 telah melakukan penelitian mengenai efek antibakteri sediaan daun sirih, obat kumur minyak essensial dan povidone iodine 1 terhadap Streptoccus mutans. Henny telah menggunakan 2 kelompok, kelompok pertama daun sirih diblender kemudian dipanaskan sehingga suhu mencapai 70 o C. Kelompok kedua pula daun sirih diblender dan kemudian dipanaskan sehingga volume air berkurang menjadi separuh dari volume asal. Hanya pada kelompok ke dua ditemukan efek antibakteri yaitu pada konsentrasi 25 dan 50 dengan diameter zona hambat 7,21 mm dan 8,44 mm pada masing-masing konsentrasi. 11 Penelitian ini pula menunjukkan daun sirih dengan konsentrasi 20 sudah menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan diameter daya hambat 8,48 mm. Dibandingkan dengan penelitian Henny, daun sirih dengan konsentrasi 25 menunjukkan diameter daya hambat yang lebih kecil yaitu 7,21 mm. Ini mungkin karena eugenol mempunyai sifat antijamur yang lebih kuat terhadap Candida albicans bila dibandingkan dengan karvikol dengan sifat antibakterinya terhadap Streptoccus mutans. Disamping itu cara pembuatan sediaan daun sirih juga berbeda antara penelitian ini dengan penelitian Henny. Penelitian ini menggunakan metode perebusan untuk mengasilkan infusum sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi ke-IV. Sedangkan Henny mengunakan perebusan yang menghasilkan volume separuh dari volume awal. Bagaimanapun, kedua hasil penelitian pada konsentrasi daun sirih 5 menunjukkan hasil yang sama dimana tidak dijumpai daya hambat terhadap masing-masing mikroorganisme uji yaitu Candida albicans dan Streptococcus mutans. Muhammad Naim 2009 telah melakukan penelitian mengenai efek daya hambat infusum daun sirih terhadap Staphylococcus aureus dan didapatkan bahwa infusum daun sirih Universitas Sumatera Utara 20 mempunyai zona hambat paling besar 19,70 mm diikuti infusum daun sirih 10 16,6 mm dan infusum daun sirih 5 13,30 mm. 12 Cara pembuatan sedian daun sirih antara penelitian Naim dengan penelitian ini adalah sama yaitu dengan menggunakan metode perebusan untuk menghasilkan infusum. Pada konsentrasi daun sirih 20 Naim mendapatkan diameter daya hambat terhadap Staphylococcus aureus adalah 19,70 mm, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan efek terhadap Candida albicans pada konsentrasi yang sama yaitu hanya 8,48 mm. Ini membuktikan pada konsentrasi yang sama daun sirih mempunyai efek antibakteri yang lebih besar terhadap Staphylococcus aureus bila dibandingkan dengan efek antijamur terhadap Candida albicans. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan daya hambat antara penelitian ini dengan penelitian Henny dan Naim adalah struktur dinding sel yang berbeda antara Candida albicans, Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif dan mempunyai dinding yang lebih tipis bila dibandingkan dengan dinding sel Candida albicans sehingga bahan aktif dalam daun sirih lebih sukar menembus dan merusak dinding sel Candida albicans. 28 Universitas Sumatera Utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN