Latar Belakang Masalah Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan perusahaan sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan perusahaan untuk menambah modal. Melalui pasar modal ini, perusahaan memperoleh modal dengan menjual sebagian kepemilikan perusahaan dalam bentuk instrumen keuangan kepada masyarakat luas investor yang dikenal dengan penawaran umum go public Hartono, 2000. Go Public adalah suatu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan atau pengembangan perusahaan dimana sumber pendanaannya adalah dengan mengeluarkan sekuritas. Perusahaan dapat menerbitkan sahamobligasi yang akan diperjualbelikan di pasar modal agar mendapatkan dana dari investor. Salah satu syarat yang ditetapkan pengawas pasar modal untuk perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana di pasar modal initial public offering IPO adalah dokumen prospektus. Prospektus berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual Hartono, 2000. Prospektus tersebut disiapkan oleh perusahaan untuk keperluan registrasi dan didistribusikan kepada publik dan didistribusikan untuk setiap investor. Salah satu informasi yang disajikan dalam prospektus adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan ini memiliki fungsi yang penting, baik bagi issuer, penjamin emisi maupun investor Hartono, 2000. Bagi issuer dan penjamin emisi, laporan keuangan penting karena merupakan salah satu sumber informasi utama untuk menilai penentuan harga saham dalam proses penawaran saham perdana. Laporan keuangan juga penting bagi para investor karena merupakan sumber informasi dalam menetapkan keputusan investasinya Belkaoui 1993 dalam Dwi Apriani 2006. Laporan keuangan merupakan suatu sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Seluruh bagian laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting yang saling melengkapi. Bagian dari laporan keuangan tersebut dapat dipakai sebagai salah satu parameter untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Statement of Financial Accounting Concept SFAC No. 1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba tersebut membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang Financial Accounting Standard Board. Menurut Chariri dan Ghozali 2001, informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan: a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian rate of return on invested capital. b. Sebagai pengukur prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. d. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran. h. Sebagai dasar pembagian deviden. Pada prakteknya yang banyak menjadi perhatian investor dan calon investor dalam laporan keuangan hanya terpusat pada laba earning perusahaan Riduwan 2001 dalam Dwi Apriani 2006 karena pada dasarnya laba yang dilaporkan oleh manajemen merupakan sinyal bagi para pengguna laporan keuangan terutama investor mengenai laba perusahaan di masa datang. Oleh karena itu, pengguna laporan keuangan dapat memprediksi laba yang akan datang berdasarkan sinyal yang disediakan oleh manajemen melalui laba yang dilaporkan pada periode berjalan. Perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba earnings management. Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dengan memanfaatkan pos-pos akrual yang ada dalam laporan keuangan dengan menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Hal ini dapat terjadi karena dalam akuntansi menggunakan dasar akrual yang mewajibkan perusahaan mengakui pendapatan dan biaya yang telah menjadi hak dan kewajiban dalam periode sekarang meskipun transaksi kas-nya baru terjadi dalam periode berikutnya. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat kepada pengguna laporan keuangan. Dasar akrual tidak hanya memberikan informasi atas transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu periode dapat mengandung unsur kas dan akrual. Penerapan konsep akrual inilah yang memicu kesempatan manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi. Pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mendeteksi ada atau tidaknya manajemen laba. Transaksi akual memiliki pengaruh terhadap pendapatan dan biaya, namun tidak tampil pada arus kas. Misalnya, amortisasi dan depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan masa manfaatnya, sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan pada biaya sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada laba bersih yang diinginkan. Total akrual merupakan selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi Jones, 1991. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa keinginan untuk mempengaruhi keputusan pasar dalam mengalokasikan dana dapat memicu perusahaan untuk memperbesar laba pada saat penyusunan laporan keuangan di seputar penawaran saham perdana Lilis Setiawati 2001. Teoh et al.1998 dalam Dwi Apriyani 2006 membuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi laba hasil rekayasa pada saat penawaran saham perdana. Konsekuensi lebih lanjut dari kegagalan investor menentukan nilai perusahaan dengan tepat pada saat penawaran saham perdana adalah terjadinya kesalahan alokasi dana dari perusahaan yang benar- benar prospektif ke perusahaan yang tidak prospektif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wolk dan Tearney dalam Dwi Apriyani 2006 mengindikasikan bahwa perubahan metode akuntansi, sekalipun berdampak terhadap laba tidak mengakibatkan distorsi informasi bagi investor. Ihalauw dan Ummi Arifa Afni 2002 dalam Dwi Apriyani 2006 melakukan penelitian pada perusahaan yang melakukan emisi di BEI dalam periode 1998-2000 untuk menguji apakah perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba dengan meninggikan laba. Hasil penelitiannya tidak menemukan bukti yang cukup kuat bahwa perusahaan yang go public di BEI periode 1998-2000 melakukan manajemen laba dengan motivasi untuk mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gumanti 2001 dan Saiful 2002, dimana mereka tidak menemukan bukti yang cukup kuat mengenai adanya manajemen laba dalam laporan keuangan sebelum perusahaan go public. Reaksi investor terhadap manajemen laba ditunjukkan dengan return saham setelah penawaran saham perdana. Ritter dalam Dwi Apriyani 2006 menyatakan bahwa return saham menurun beberapa periode setelah penawaran saham perdana sedangkan penelitian Teoh et al.1998 menunjukkan bahwa perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana akan melaporkan laba melebihi cash flows dengan mengambil akrual yang positif dan kinerja saham akan menurun selama tiga tahun setelah penawaran saham perdana. Investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Perusahaan besar cenderung lebih beresiko daripada perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil. Ini tentu akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut. Candra Fitrianasari 2007 menganalisis pengaruh ukuran perusahaan dan risiko terhadap return saham terhadap 25 perusahaan yang aktif di Bursa Efek Jakarta pada periode 2004-2005. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return, namun tidak signifikan, sedangkan resiko memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham investor. Apriliani Triani dan Nikmah 2006 dalam penelitiannya mengenai reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, persentase penjamin emisi, ukuran perusahaan dan fenomena underpricing dalam studi pada BEJ, menyimpulkan bahwa investor mempertimbangkan besarnya ukuran perusahaan dalam melakukan investasi. Riset-riset di bidang finansial menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan seperti growth, ukuran perusahaan, efisiensi, dll bermanfaat dalam memprediksi harga saham di masa depan. Walau begitu tidak banyak penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan secara langsung terhadap harga saham. Ukuran perusahaan lebih banyak dihubungkan dengan expected return, atau variabel dependen lainnya, dimana pada akhirnya akan berpengaruh juga pada harga saham. Ini menjadi motivasi bagi penulis untuk menambah referensi penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris apakah perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan manajemen laba dan ukuran perusahan di sekitar penawaran saham perdana dan menganalisis pengaruhnya terhadap harga saham.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Set Kesempatan Investasi, Laba Per Saham, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 61 93

Pengaruh Laba Per Lembar Saham dan Nilai Perusahaan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Tekstil dan Garment yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 35 71

ANALISIS PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA(BEI).

0 4 24

EARNING MANAGEMENT DALAM PENAWARAN SAHAM PERDANA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 6

ANALISIS LABA PER SAHAM DAN DIVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 72

Pengaruh Set Kesempatan Investasi, Laba Per Saham, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba a. Pengertian Manajemen Laba - Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Burs

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010

0 0 9

ANALISIS LABA PER SAHAM DAN DIVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16