Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta Secara Berkelanjutan

MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN
PANTAI UTARA JAKARTA SECARA BERKELANJUTAN

Sapto Supono

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang tertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang
berjudul: Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta
Secara Berkelanjutan adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.


Bogor,

Mei 2009

Sapto Supono

ABSTRAK
Sapto Supono. 2009. Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara
Jakarta Secara Berkelanjutan. Dibimbing oleh: Hariadi Kartodihardjo sebagai
ketua, Bambang Pramudya N, dan Siti Nurbaya Rusli sebagai anggota.
Kawasan Pantai Utara (Pantura) Jakarta ditetapkan sebagai sebagai kawasan
strategis nasional dalam wilayah Jabodetabekpunjur. Di kawasan ini telah
berkembang berbagai kegiatan jasa, perdagangan dan usaha, serta
perhubungan laut dan udara. Tujuan penelitian adalah memformulasikan model
pengembangan kawasan Pantura Jakarta secara berkelanjutan yang meliputi: (1)
Menganalisis status keberlanjutan pengembangan kawasan Pantura Jakarta, (2)
Menganalisis nilai ekonomi total kawasan hutan mangrove di Pantura Jakarta, (3)
Mengidentifikasi kebutuhan stakeholder dalam pemanfaatan ruang kawasan
Pantura Jakarta, (4) Menganalisis keterkaitan antar aspek ekologi, ekonomi, dan
sosial di kawasan Pantura Jakarta, dan (5) Menyusun arahan kebijakan

pengembangan kawasan Pantura Jakarta yang berkelanjutan. Penelitian ini
dilakukan dengan lima tahapan yaitu: (1) mengkaji kondisi dan potensi kawasan
Pantai Utara Jakarta dan mengidentifikasi status keberlanjutan kawasan Pantai
Utara Jakarta berdasarkan empat dimensi pembangunan yakni ekologi, ekonomi,
sosial, dan kelembagaan, (2) melakukan valuasi nilai ekonomi total kawasan
Pantura, (3) mengidentifikasi kebutuhan stakeholder yang terkait dengan
pengembangan kawasan Pantai Utara Jakarta, (4) menganalisis kecenderungan
pengembangan kawasan secara dinamik, dan (5) menyusun arahan kebijakan
dan merumuskan strategi implementasinya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) pembangunan kawasan Pantura Jakarta belum berkelanjutan ditinjau
dari aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan, (2) kawasan
mangrove di Pantura Jakarta memiliki nilai ekonomi taotal yang relatif tinggi
sehingga perlu dilestarikan, (3) kebutuhan stakeholder dalam kaitan dengan
pengembangan kawasan Pantura Jakarta adalah kelestarian kawasan,
peningkatan kesejahteraan masyarakat, jaminan investasi, dan pelibatan
stakeholder dalam pembangunan, (4) pengembangan ekonomi memiliki
kecenderungan yang tinggi namun tidak diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan cenderung mengancam kelestarian kawasan
mangrove, (5) prioritas kebijakan pembangunan kawasan Pantura Jakarta adalah
konservasi kawasan lindung, perluasan lahan mangrove, dan pengembangan

ekonomi lokal melalui pemberdayaan masyarakat dalam usaha jasa dan
pariwisata
Kata kunci : model, kebijakan, penggunaan lahan, berkelanjutan, Pantura
Jakarta.

Abstract
Sapto Supono. 2009. Sustainable Development Policy Model of Pantai Utara
Jakarta Area. Under the direction of Hariadi Kartodihardjo sebagai ketua,
Bambang Pramudya N, and Siti Nurbaya Rusli.
Pantai Utara Area (Pantura) of Jakarta has been known as national
strategic area within Jabodetabekpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, and Cianjur). This area has been developed many services activities,
trading also sea and air transportation. The purpose of this research is to make
sustainability development model in Pantura Jakarta. There are 5 step is this
research, which are: (1) studying the condition and potention of Pantura Jakarta
area and identify sustainability status of Pantura Jakarta which area based on 4
point of development dimensions, such as: ecology, economic, social and
organization; (2) calculating Total economic score valuation of Pantura area; (3)
identify stakeholder needs which related with development of Pantura Jakarta
area; (4) analyze the tendency of dynamic area development; and (5) proposed

the policy draft and determined the implementation strategy. There are five main
result of this research. First, development of Pantura Jakarta area has yet
sustainable if we saw from ecology, economic, social, technology, and
organization aspects. Second, mangrove area in Pantura Jakarta is relatively
high in total economic value. Third, stakeholder needs related with development
of Pantura Jakarta area such as area conservations, increasing in social welfare,
investment guarantee, and stakeholder involvement in development. Fourth,
economic development has high movement but has yet followed by increasing in
social welfare. The economic development, however threatening the existance of
of mangrove area. Last, priority of Pantura Jakarta area‘s in its development
policy are conservation area and mangrove field expansion and development of
local economic through society empowerment in services and tourism business.

Key words: model, policy, spatial use, sustainability, Pantura Jakarta.

RINGKASAN
Sapto Supono. 2009. Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara
Jakarta Secara Berkelanjutan. Dibawah bimbingan Hariadi Kartodihardjo sebagai
ketua, Bambang Pramudya N, dan Siti Nurbaya Rusli sebagai anggota.
Sejak tahun 1994 kawasan Pantai Utara (Pantura) Jakarta ditetapkan

sebagai kawasan andalan, yaitu kawasan yang mempunyai nilai strategis
dipandang dari sudut ekonomi dan perkembangan kota (PemDKI Jakarta, 1995).
Dalam RTRWN tahun 2008 ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional
dalam wilayah Jabodetabekpunjur (PP 26/2008; Keppres 54/2008). Penetapan
kawasan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di kawasan ini telah tumbuh
dan berkembang berbagai kegiatan jasa, perdagangan dan usaha, serta
perhubungan laut dan udara. Selain itu, kawasan ini juga memiliki aspek-aspek
historis yang memungkinkan menjadi pusat pariwisata yang potensial.
Pengembangan Pantura Jakarta dapat pula dikaitkan dengan upaya
meningkatkan kondisi lingkungan di daratan pantai dan menyiapkan lokasi dalam
rangka menjadikan Jakarta sebagai Kota Pelayanan.
Kebijakan mengembangkan wilayah utara yang berupa pesisir dilakukan
melalui Kepres No. 52 Tahun 1995, yang akan mereklamasi wilayah pantai utara
Jakarta ke arah laut 1,5 km dari bibir pantai dengan kedalaman sampai 8 meter.
Pelaksanaan reklamasi kawasan pantai utara (Pantura) Jakarta dimaksudkan
untuk mendapatkan lahan reklamasi seluas 2.700 ha dan akan dipadukan
dengan rencana revitalisasi daratan pantai utara Jakarta seluas 2.500 ha yang
mempunyai kualitas yang sangat kurang memadai dalam suatu Rencana Tata
Ruang. Kawasan daratan pantai utara yang akan direvitalisasi pada banyak
bagian terdapat kawasan pemukiman kumuh yang dihuni oleh masyarakat

berpenghasilan rendah.
Pengembangan Sentra Primer Timur dan Sentra Primer Barat untuk
menggerakan poros timur – barat dan menahan perkembangan arah selatan
yang diperuntukkan sebagai daerah resapan, membuat wilayah utara mengalami
penetrasi yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan.
Kedudukan Jakarta sebagai pintu gerbang internasional yang harus
berkompetisi dalam pertarungan global, memerlukan kebijakan pengembangan
untuk mendapatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan memperbaiki kualitas
lingkungan. Pengembangan kota untuk keberlanjutan kota adalah merupakan
prinsip dan etik, sehingga diperlukan perekonomian yang mantap, lingkungan
yang harmonis, kesetaraan/keadilan dalam kehidupan sosial, peran serta
masyarakat yang tinggi, dan konservasi energi yang terkendali. Kecenderungan
perkembangan dan pembangunan kota jangan sampai merusak sistem daya
dukung lingkungan dan komunitas warganya dan perlu pengendalian agar kotakota memiliki masa depan (Hall, 1991).
Namun demikian, kawasan Pantura Jakarta saat ini mengalami
penurunan kualitas lingkungan, dan dengan geomorfologi kawasan yang tidak
solid (lunak) membuat daya dukung tanah rendah dan intrusi air laut tinggi.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah pesisir ini juga
memprihatinkan. Meskipun kondisi lahan untuk bermukim dan bekerja sangat
terbatas, tetapi pertumbuhan penduduk sukar dibatasi, bahkan telah mencapai

tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan kepadatan penduduk 8.451
jiwa/km2. Sebagian besar masyarakat di kawasan ini adalah pendatang yang

bermukim secara berkelompok dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang
rendah. Angka pencari kerja di kawasan ini adalah 56.159 orang sedangkan
kesempatan kerja yang tersedia hanya 6.740 orang (BPS Jakarta, 2008)
sehingga umumnya penduduk bekerja sebagai buruh, pedagang sektor informal,
jasa angkutan, dan pegawai rendahan.
Di sisi lain, kawasan pantai semakin menarik bagi pertumbuhan
permukiman modern dan tempat rekreasi serta bisnis sehingga berlangsung
usaha-usaha reklamasi pantai yang tidak tertata dan mempersempit keberadaan
pantai bagi kepentingan masyarakat. Perubahan penggunaan lahan terus
berlangsung dan cenderung intensif khususnya di bagian barat laut dan timur
laut. Sementara itu tingkat pelayanan infrastruktur seperti jalan, air minum, listrik,
dan telepon di kawasan pantai belum memadai.
Saat ini terdapat berbagai institusi, baik pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun swasta yang mengelola bagian-bagian kawasan Pantura
Jakarta secara sendiri-sendiri dengan mekanisme yang tumpang tindih. Kegiatan
yang ada seperti pembangunan industri, rekreasi, perumahan dan sebagainya
belum menujukkan keterpaduan sebagaimana persyaratan pembangunan

wilayah pesisir sebagai ekosistem yang kompleks.
Dalam rangka pengembangan kawasan Pantura Jakarta guna
mendukung keberlanjutan kota Jakarta diperlukan kebijakan pengembangan
pusat dan jasa perdagangan, pembanguan perumahan beserta fasilitasnya,
sarana wiasata bahari, preservasi obyek-obyek sejarah, peremajaan kota, dan
pengembangan areal kegiatan pelabuhan samudera, sekaligus merevitalisasi
kawasan daratan seluas 2.500 ha. Kebijakan tersebut hendaknya juga dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melalui mengatasi
degradasi kawasan pesisir dan masalah sosial yang dapat timbul sebagai
dampak dari kegiatan ekonomi.
Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Utara Jakarta meliputi wilayah
administrasi Jakarta Barat dan wilayah administrasi Jakarta Utara. Alasan
pemilihan lokasi ini adalah karena wilayah Pantura Jakarta mengalami
perubahan lahan yang signifikan setelah dilakukannya reklamasi. Penelitian
lapang dilakukan selama 6 bulan, mulai Nopember 2008 - April 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan lima tahapan yaitu: (1) mengkaji kondisi
dan potensi kawasan Pantai Utara Jakarta dan mengidentifikasi status
keberlanjutan kawasan Pantai Utara Jakarta berdasarkan empat dimensi
pembangunan yakni ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan, (2) melakukan
valuasi nilai ekonomi total kawasan Pantura, (3) mengidentifikasi kebutuhan

stakeholder yang terkait dengan pengembangan kawasan Pantai Utara Jakarta,
(4) menganalisis kecenderungan pengembangan kawasan secara dinamik, dan
(5) menyusun arahan kebijakan dan merumuskan strategi implementasinya.
Pada penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melaui observasi dan wawancara langsung
di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Pengumpulan
data sekunder dilakukan melalui penelusuran berbagai pustaka, hasil penelitian,
jurnal yang ada di berbagai instansi pemerintah dan swasta, seperti di
Pemerintah DKI Jakarta (Dinas Perikanan, Dinas Tata Kota, Bappeda, Badan
Pengembangan Pantura, BPLHD, Dinas Kehutanan), Departemen Kelautan dan
Perikanan, Ditjen Perhubungan Laut, Badan Pusat Statistik, dan Lembaga
Oceanografi.
Teknik penentuan responden dalam rangka menggali informasi dan
pengetahuan dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan karakterisitik data
yang dibutuhkan dan respondennya. Responden penelitian dikelompokkan
menurut jenis data yang dibutuhkan. Preferensi stakeholder ditentukan secara

sengaja (purposive sampling). Untuk responden masyarakat dan pengusaha
dilakukan dengan metode cluster random sampling.
Model analisis pengembangan kawasan pantai utara Jakarta yang

digunakan pada penelitian ini adalah analisis kondisi keberlanjutan
menggunakan multi dimensional scaling dan analisis kebutuhan stakeholder
dengan metode need assesment, perhitungan nilai ekonomi total kawasan
dengan menggunakan total economic valuation, analisis sistem dinamik, dan
analytical hierarchy process untuk menentukan prioritas kebijakan.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh beberapa
kesimpulan. Pembangunan kawasan pantura Jakarta belum mencapai kondisi
keberlanjutan. Dari 5 dimensi yang dianalisis, hanya dimensi kelembangaan yang
telah mencapai status berkelanjutan sedangkan dimensi ekologi, ekonomi, sosial,
dan teknologi belum berkelanjutan. Dari 54 atribut keberlanjutan yang digunakan,
terdapat 18 faktor pengungkit yang perlu diperhatikan dalam mencapai
keberlanjutan pembangunan kawasan Pantura Jakarta.
Nlai ekonomi total kawasan pesisir Pantura Jakarta adalah sebesar
Rp10,47 trilyun. Nilai ini diperoleh dari nilai ekowisata, nilai ekonomi air, nilai
ekonomi penyerapan karbon, dan nilai keberadaan. Nilai ini termasuk cukup
besar jika dibandingkan dengan panjang pesisirnya yang hanya 35 km dan luas
hutan yang hanya 305,49 ha. Dalam penentuan penggunaan lahan kawasan
Pantura Jakarta, kawasan mangrove perlu tetap dilestarikan status dan fungsinya
sebagai kawasan lindung.
Beberapa faktor kunci pemenuhan kebutuhan stakeholder di masa

mendatang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan pembangunan kawasan
Pantura Jakarta. Pelibatan masyarakat dan pengusaha dalam penentuan
kebijakan pengembangan kawasan Pantura Jakarta, pemanfaatan lahan yang
sesuai dengan rencana tata ruang di kawasan Pantura Jakarta dalam rangka
menjamin keberlanjutan usaha dan investasi, jaminan kepastian hukum dalam
berinvestasi dan berusaha di kawasan Pantura Jakarta, peningkatan akses
masyarakat terhadap kegiatan ekonomi produktif di kawasan Pantura yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, keterpaduan pengelolaan
sumberdaya air dari hulu hingga hilir guna mengantisipasi bencana banjir dan
instrusi air laut, dan peningkatan kualitas lingkungan melalui penambahan ruang
terbuka hijau, kawasan konservasi mangrove, dan sistem tata ruang yang
terpadu.
Hasil simulasi sistem dinamik menujukkan bahwa perubahan suatu faktor
mempengaruhi nilai faktor lainnya. Pertumbuhan ekonomi kawasan Jakarta Utara
mendorong pertumbuhan penduduk Jakarta Utara yang pesat. Hal ini
mengakibatkan tingginya permintaan terhadap lahan untuk usaha dan
permukiman. Permintaan terhadap lahan ini memicu terjadinya alih fungsi lahan
tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Kondisi ini semakin mengancam
keberadaan lahan mangrove dan tambak dan sekitar Pantura Jakarta.
Arahan kebijakan pembangunan kawasan berdasarkan prioritas berturutturut adalah: (1) Konservasi kawasan lindung dan perluasan lahan mangrove; (2)
Pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan masyarakat dalam usaha
jasa dan pariwisata; (3) Pengelolaan DAS dalam sistem tata air secara terpadu;
(4) Pelibatan masyarakat, pengusaha, dan sektoral dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan; dan (5) Mendorong sektor usaha dalam
pengembangan kegiatan usaha unggulan di kawasan Pantura Jakarta.
Kata-kata kunci:

model, kebijakan,
Pantura Jakarta

pemanfaatan

ruang,

berkelanjutan,

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009
Hak cipta dilindungi
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN
PANTAI UTARA JAKARTA SECARA BERKELANJUTAN

Oleh:

Sapto Supono
P062040294

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Disertasi : Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara
Jakarta Secara Berkelanjutan
Nama
: Sapto Supono
NIM
: P062040294
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, M.S.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N.,M.Eng.
Anggota

Ketua Program Studi PSL

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S.

Tanggal ujian:

Dr. Ir. Siti Nurbaya Rusli, M.Sc.
Anggota

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal lulus:

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
semua

rahmat

dan

karunia-Nya

yang

telah

diberikan,

penulis

dapat

menyelesaikan disertasi ini dengan baik. Disertasi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, M.S.
sebagai ketua komisi pembimbing; Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N., M.Eng.
dan Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc. masing-masing sebagai anggota komisi
pembimbing, yang telah berkenan membimbing, memberikan masukan kepada
penulis serta memberikan dorongan moril mulai dari perencanaan, pelaksanaan
penelitian hingga selesainya disertasi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Khairil A.
Notodiputro, M.S. dan Prof. Dr. Ir. Marimin, M.S. selaku Dekan dan Sekretaris
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. selaku
Ketua Program Studi PSL-IPB, serta para dosen di lingkungan PSL dan Sekolah
Pascasarjana IPB atas dorongan, bekal ilmu, arahan, dan segala masukan yang
diberikan guna penyusunan disertasi ini.
Terimakasih juga disampaikan kepada jajaran Pemerintah DKI Jakarta,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Ditjen
Tata

Ruang

Departemen

Pekerjaan

Umum,

Ditjen

Perhubungan

Laut

Departemen Perhubungan, Bappeda Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI
Jakarta, Bappeda Jakarta Utara, Dinas Kehutanan Jakarta Utara, Dinas
Pariwisata Jakarta Utara, Dinas Tata Kota Jakarta Utara, Dinas Perikanan
Jakarta Utara, Badan Pusat Statistik Jakarta Utara, BP Pantura, Lembaga
Oceanografi, Camat Penjaringan, Camat, Pademangan, Camat Koja, Camat
Tanjung Priok, Camat Cilincing, PT Pembangunan Jaya, para nelayan dan
masyarakat di Pantai Utara Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian di kawasan Pantai Utara Jakarta dan telah banyak
membantu memberikan data dan
penelitian.

informasi, selama penulis melakukan

Akhirnya kepada semua pihak yang telah begitu banyak memberikan
dukungan dan kontribusi, baik secara laungsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu kepada penulis, tiada balasan yang
dapat disampaikan melainkan doa tulus semoga Allah SWT membalas amal dan
budi baik yang diberikan agar semuanya senantiasa berada dalam lindunganNya. Amin.
Tiada kesempurnaan melainkan kesempurnaan-Nya, demikian halnya
dengan disertasi ini. Penulis mengharapkan saran dan koreksi yang kiranya
dapat menjadi masukan untuk penyempurnaan disertasi ini.
Bogor,

Mei 2009

Sapto Supono

RIWAYAT HIDUP
Sapto Supono lahir di Sukoharjo pada tanggal 4 Nopember 1955. Penulis
mengikuti pendidikan SD dan SMP di Sukoharjo, SMA di Surakarta, serta S1
pada jurusan Teknik Teknik Sipil di ITB Bandung (1981). Selanjutnya pendidikan
S2 pada jurusan Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Satyagama Jakarta
(2000), dan pendidikan S3 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan di IPB (2005 - sekarang). Selain itu penulis juga mengikuti
pendidikan informal/diklat antara lain: SEPADYA (1994) dan SPAMEN (1999),
Training of Trainer Kewidyaiswaraan Tingkat Dasar (2002).
Riwayat penugasan dan jabatan penulis ketika berdinas antara lain:
;
!
'&
!

"

#

$
) "

$

;

"%
(;

$ &
)

" *

%* *

!

"

&

"
+ '

(

, ; dan Direktur Pejabat Negara Ditjen Otonomi Daerah Depdagri (2007 sekarang).
Karya

ilmiah

yang

dipublikasikan

adalah

Mewujudkan

Kawasan

Megapolitan Jabodebekjur bagi Keberlanjutan dan Pengembangan Kota yang
dimuat dalam Majalah Media Praja (2006), kontribusi dalam pembuatan buku
Kinerja Analisis dan Proyeksi Strategi Nasional: Memperkokoh Demokrasi untuk
Keadilan, Kemakmuran, dan Persatuan (2009).
Penulis menikah dengan Iswara Dewi tanggal 26 Maret 1982 dan
dikaruniai 2 orang putri yaitu Yasalini Kusuma Dewi dan Destra Kusmaningdyah.

Bogor, Mei 2009
Sapto Supono

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
I.

PENDAHULUAN .................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Kerangka Pemikiran......................................................................
1.3 Perumusan Masalah .....................................................................
1.4 Tujuan Penelitian .........................................................................
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................
1.6 Ruang Lingkup ..............................................................................
1.7 Novelty..........................................................................................

1
1
6
10
12
13
13
13

II.

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1 Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan........................................
2.2 Aspek Peraturan Pemanfaatan Ruang ..........................................
2.3 Pengembangan Wilayah ..............................................................
2.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir ........................................................
2.5 Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Alam ............................
2.6 Partisipasi Masyarakat .................................................................
2.7 Kebijakan Publik............................................................................

14
14
18
20
30
34
30
44

III.

METODE PENELITIAN ......................................................................
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
3.2 Tahapan Penelitian .......................................................................
3.3 Metode Pengumpulan Data ..........................................................
3.4 Teknik Penentuan Responden ......................................................
3.5 Metode Analisis Data ...................................................................

50
50
50
51
52
53

IV.

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .........................................
4.1 Kondisi Geografis dan Iklim ..........................................................
4.2 Penggunaan Lahan.......................................................................
4.3 Sosial Budaya ...............................................................................
4.4 Perekonomian ...............................................................................
4.5 Sarana dan Prasarana .................................................................
4.6 Potensi Kawasan .........................................................................
4.7 Rencana Tata Ruang Wilayah ......................................................

69
69
69
71
78
81
86
89

V.

KEBERLANJUTAN
PEMBANGUNAN
KAWASAN
PANTURA
JAKARTA ............................................................................................
94
5.1 Pendahuluan.................................................................................
94
5.2 Status Keberlanjutan Pembangunan Kawasan Pantura ................
96
5.3 Faktor Pengungkit Keberlanjutan ................................................. 101
5.4 Kesimpulan ................................................................................... 121

VI.

VALUASI NILAI EKONOMI TOTAL KAWASAN PANTURA
JAKARTA............................................................................................. 123
6.1 Pendahuluan ................................................................................ 123

6.2 Analisis Nilai Ekonomi Total .......................................................... 124
6.3 Pembahasan Nilai Ekonomi Total Kawasan Pantura Jakarta ........ 138
6.4 Kesimpulan .................................................................................. 144
VII. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN PANTURA
JAKARTA.............................................................................................
7.1 Pendahuluan ................................................................................
7.2 Kebutuhan Stakeholder.................................................................
7.3 Model Pengembangan Kawasan Pantura ....................................
7.4 Arahan Kebijakan ........................................................................
7.5 Strategi Implementasi ..................................................................
7.6 Kesimpulan .................................................................................

145
145
146
149
180
187
200

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 201
8.1 Kesimpulan .................................................................................. 201
8.2 Saran ............................................................................................ 202
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 204
LAMPIRAN ................................................................................................... 215

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Halaman
Perubahan luas peruntukan lahan di kawasan Muara Angke ...............
10
Tipologi peninjauan kembali rencana tata ruang ..................................
28
Tahap penelitian, jenis data, dan sumbr data .......................................
51
Tahap penelitian, responden, dan teknik penentuan responden ..........
52
Variabel yang dikaji dalam sistem dinamik ............................................ 64
Skala perbandingan berpasangan ........................................................
67
Luas kawasan hutan kota 2006 ...........................................................
70
Laju perkembangan jumlah penduduk dan kepala keluarga ................
72
Luas wilayah dan distribusi penduduk berdasarkan kecamatan...........
72
Penduduk 15 tahun keatas berdasarkan kegiatan utama ....................
73
Penduduk berumur 10 tahun keatas menurut lapangan pekerjaan
umum ..................................................................................................
74
Jumlah sekolah, siswa, dan mahasiswa di jakarta utara ......................
76
Ketersediaan tenaga medis dan tempat layanan kesehatan ................
77
Indikator derajat kesehatan di Jakarta Utara........................................
77
Distribusi Persentase PDRB menurut lapangan usaha ........................
79
Realisasi penerimaan pendapatan daerah berdasarkan jenis dan
sumber pajak di Jakarta Utara .............................................................
80
Jenis dan jumlah bangunan perumahan di Jakarta Utara ....................
81
Jumlah bangunan bukan perumahan di Jakarta Utara.........................
81
Penyebaran kawasan permukiman kumuh di Kotamadya Jakarta
Utara ...................................................................................................
82
Hasil dua parameter statistik MDS keberlanjutan pembangunan
kawasan Pantura Jakarta .....................................................................
99
Hasil analisis monte carlo untuk nilai masing-masing dimensi
pengeloolaan kawasan lingkungan kawasan Pantura Jakarta ............. 100
Sarana pengumpulan/pengangkutan sampah tahun 2006................... 102
Persentase penggunaan lahan di kawasan Pantura Jakarta................ 105
Jumlah taman di setiap kawasan di Pantura Jakarta ........................... 106
Agregat PDRB dan pendapatan per kapita tahu 2002-2006 ................ 108
Pertumbuhan PDRB menurut sektor tahun 2005-2006 ........................ 109
Jumlah nelayan menurut jenis dan status di Jakarta Utara .................. 112
Armada perikanan tangkap di Jakarta Utara........................................ 116
Faktor pengungkit keberanjutan pembangunan untuk setiap dimensi.. 121
Distribusi kesediaan membayar responden untuk mempertahankan
keberadaan kawasan Pantura Jakarta................................................. 138
Nilai ekonomi total kawasan Pantura Jakarta....................................... 138
Nilai ekonomi total hutan mangrove di berbagai lokasi penelitian ....... 140
Stakeholder pembangunan kawasan Pantura Jakarta ......................... 147
Kebutuhan stakeholder dalam kaitan dengan pembangunan kawasan
Pantura Jakarta ................................................................................... 148
Proyeksi penduduk Jakarta Utara ......................................................... 166
Proyeksi PDRB per sektor di Jakarta Utara ......................................... 170
Proyeksi penggunaan lahan kawasan Jakarta Utara ........................... 172
Perbandingan prioritas kebijakan pembangunan kawasan Pantura
Jakarta .................................................................................................. 186

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Halaman
Kerangka pikir ...................................................................................
9
Segitiga konsep pembangunan berkelanjutan (Munasinghe, 1993)...
16
Tahapan penelitian............................................................................
50
Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS.........................
54
Tahapan pemodelan sistem dinamik .................................................. 62
Diagram analisis pengembangan kawasan Pantura Jakarta .............
68
Perkembangan PDRB per kapita di jakarta utara ..............................
78
Status keberlanjutan pembangunan kawasan Pantura Jakarta .........
99
Atribut ekologi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan
pembangunan kawasan Pantura Jakarta .......................................... 101
Atribut ekonomi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan
pembangunan kawasan Pantura Jakarta .......................................... 107
Atribut sosial budaya yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan
pembangunan kawasan Pantura Jakarta .......................................... 111
Atribut teknologi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan
pembangunan kawasan Pantura Jakarta .......................................... 115
Atribut kelembagaan yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan
pembangunan kawasan Pantura Jakarta .......................................... 120
Distribusi responden berdasarkan rata-rata biaya untuk wisata di
kawasan Pantura Jakarta.................................................................. 127
Distribusi biaya perjalanan pengunjung menurut penggunaannya..... 128
Distribusi responden berdasarkan perlu tidaknya kawasan hutan
mangrove pantura jakarta dan berapa lama harus dipertahankan..... 137
Distribusi responden berdasaarkan kesediaan membayar untuk
mempertahankan kawasan hutan mangrove pantura Jakarta ........... 137
Diagram black-box sistem pengembangan kawasan Pantura
Jakarta .............................................................................................. 150
Diagram lingkar sebab akibat pengembangan kawasan Pantura
Jakarta .............................................................................................. 152
Diagram lingkar sebab akibat subsistem ekologi ............................... 154
Struktur submodel ekologi .................................................................. 155
Diagram lingkar penggunaan lahan................................................... 156
Diagram alir submodel ekologi (penggunaan lahan).......................... 157
Diagram lingkar sebab akibat submodel ekonomi ............................. 159
Diagram alir submodel ekonomi ........................................................ 160
Diagram lingkar sebab akibat submodel sosial.................................. 162
Diagram alir submodel sosial ........................................................... 163
Perkembangan penduduk Jakarta Utara ........................................... 185
Proyeksi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di
Pantura Jakarta .................................................................................. 167
Proyeksi PDRB ................................................................................. 169
Proyeksi PDRB per kapita................................................................. 169
Proyeksi perkembangan PDRB per sektor di Jakarta Utara .............. 170
Hasil simulasi perubahan penggunaan lahan kawasan ..................... 171
Potensi lahan mangrove dan nilai ekonomi total dengan adanya
kebijakan rehabilitasi dan penanaman mangrove ............................. 173
Kondisi kualitas air di kawasan Pantura Jakarta................................ 174
Kecenderungan perkembangan kawasan hasil analisis sistem
dinamik ............................................................................................... 176

37
38
39
40

Faktor yang diperhatikan dalam perumusan arahan kebijakan yang
diperoleh dari berbagai analisis.........................................................
Bobot faktor-faktor pada setiap level penentuan kebijakan................
Prioritas kebijakan pengembangan kawasan Pantura Jakarta...........
Diagram model kebijakan pengembangan kawasan Pantura Jakarta

181
184
185
199

DAFTAR LAMPIRAN
1
1A
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Halaman
Luas wilayah kecamatan dan jumlah kelurahan di Jakarta Utara ......... 216
Luas kawasan hutan kota tahun 2006 ................................................... 217
Ketersediaan tenaga medis dan tempat layanan kesehatan ................ 218
Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta .......................... 219
Penggunaan lahan Kecamatan Penjaringan ........................................ 220
Penggunaan lahan Kecamatan Pademangan ...................................... 221
Penggunaan lahan Kecamatan Tanjung Priok ..................................... 222
Penggunaan lahan Kecamatan Koja .................................................... 223
Penggunaan lahan Kecamatan Cilincing.............................................. 224
Kuesioner MDS.................................................................................... 225
Hasil analisis MDS ............................................................................... 239
Kuesioner TEV..................................................................................... 244
Distribusi responden analisis TEV........................................................ 250
Kuesioner AHP .................................................................................... 255
Hasil analisis AHP................................................................................ 269

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jakarta dengan penduduk 9.709.796 jiwa dan luas wilayah 66.183 ha
mempunyai pantai sepanjang 32 km dan dilalui 13 sungai serta diapit oleh dua
sungai, Cisadane dan Citarum. Pengembangan Jakarta sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah DKI Jakarta Tahun 1995 – 2010, memacu pertumbuhan poros
Timur – Barat melalui pengembangan Sentra Primer Timur dan Sentra Primer
Barat. Sementara pengembangan Sentra Primer Timur dan Sentra Primer Barat
berlangsung, ternyata perkembangan fisik Jakarta

ke arah selatan yang

sebetulnya diperuntukkan sebagai kawasan konservasi dan resapan juga
berlangsung. Pada saat yang bersamaan, kawasan pantai utara

(Pantura)

Jakarta yang merupakan awal pertumbuhan kota Jakarta cenderung dalam
kondisi yang relatif statis dengan kondisi kualitas lingkungan yang sangat kurang
memadai.
Desakan pertambahan penduduk yang pesat, meningkatnya kebutuhan
lahan, sulitnya proses pembebasan tanah guna mendapatkan lahan bagi
pengembangan kota Jakarta, serta keuntungan yang menjanjikan bagi para
investor atas reklamasi laut menjadi lahan baru untuk kepentingan ekonomi,
telah

mendorong

Pemerintah

DKI

Jakarta

membuat

kebijakan

untuk

mengembangkan wilayah utara bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk menopang keberlanjutan kota dan untuk
mendorong Jakarta sejajar dengan kota-kota besar di lingkungan dunia
internasional.
Kebijakan mengembangkan wilayah utara yang berupa pesisir dilakukan
melalui Kepres No. 52 Tahun 1995, yang akan mereklamasi wilayah pantai utara
Jakarta ke arah laut 1,5 km dari bibir pantai dengan kedalaman sampai 8 meter.
Pelaksanaan reklamasi kawasan pantai utara (Pantura) Jakarta dimaksudkan
untuk mendapatkan lahan reklamasi seluas 2.700 ha dan akan dipadukan
dengan rencana revitalisasi daratan pantai utara Jakarta seluas 2.500 ha yang
mempunyai kualitas yang sangat kurang memadai dalam suatu Rencana Tata
Ruang.

Kawasan daratan pantai utara yang akan direvitalisasi pada banyak

2
bagian merupakan kawasan pemukiman kumuh yang dihuni oleh masyarakat
berpenghasilan rendah.
Pengembangan kawasan Pantura Jakarta seluas 5.200 ha yang terdiri
dari hasil reklamasi dan areal revitalisasi tersebut merupakan delineasi ruang
yang mencakup daratan pantai lama dan ruang laut yang akan direklamasi.
Secara administratif, kawasan Pantura Jakarta berada pada sebagian wilayah
Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, dan Cilincing
berbatasan dengan Laut Jawa (sebelah utara), Daerah Kabupaten Bekasi
(sebelah Timur), Daerah Kabupaten Tangerang (sebelah Barat), dan selatan
dengan Kecamatan Kelapa Gading Kotamadya Jakarta Pusat dan Kotamadya
Jakarta Timur.
Kawasan Pantura Jakarta meliputi tiga sub kawasan, yaitu: (1) sub
kawasan barat, meliputi sebagian daratan Kecamatan Penjaringan dan areal
reklamasi bagian barat; (2) sub kawasan tengah, meliputi sebagian daratan
Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, dan Kecamatan Tanjung
Priok, dan areal reklamasi bagian tengah; dan (3) sub kawasan timur, meliputi
sebagian daratan Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan
Cilincing, dan areal reklamasi bagian timur.
Kondisi yang ada di wilayah pantai tersebut meliputi: enam pelabuhan,
yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan empat Pelabuhan
Ikan (Muara Baru, Muara Angke, Cilincing, Kamal Muara); kawasan industri dan
perdagangan; kawasan perumahan; kawasan pariwisata; kawasan pemukiman
nelayan; PLTU dan PLTGU; rawa-rawa dan hutan mangrove; muara dari 13
sungai yang melewati Jakarta; dan terumbu karang, berbagai jenis ikan, dengan
ekosistem laut; serta terdapat berbagai obyek peninggalan sejarah, yang
berlokasi di kawasan Pantura yang memerlukan pemugaran untuk melestarikan
cagar budaya yang bersangkutan sekaligus sebagai obyek wisata.
Pengembangan wilayah Pantura Jakarta dimaksudkan untuk: (1)
Mengembangkan areal reklamasi dan kawasan daratan secara terpadu yang
secara bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan; (2)
Pengembangan kawasan Pantura Jakarta untuk menciptakan pusat kegiatan
baru bagi kota Jakarta di bidang perekonomian, finansial, dan sosial, budaya
berskala nasional/internasional; (3) Pengembangan kawasan Pantura Jakarta
untuk memelihara ekosistem dan kelestarian kawasan cagar alam, hutan lindung,
dan biota laut; (4) Pengembangan kawasan Pantura Jakarta yang menjamin

3
pemanfaatan pantai untuk kepentingan umum, kepentingan kehidupan nelayan,
kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah, terselenggaranya dan
berfungsinya

proyek-proyek

vital

di

kawasan

Pantura

Jakarta;

(5)

Pengembangan kawasan Pantura Jakarta yang menjamin meningkatnya fungsi
pelabuhan Tanjung Priok, pelabuhan Sunda Kelapa, dan pelayaran masyarakat;
dan (6) Pengembangan kawasan Pantura Jakarta yang menjamin pemanfaatan
ruang rekreasi dan wisata dengan memperhatikan nilai budaya bangsa dan
kebutuhan wisata nasional dan internasional.
Kebijakan pengembangan kota di wilayah Pantura Jakarta bagi
keberlanjutan kota guna mendapatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan
meningkatkan kualitas lingkungan, diperlukan mengingat kedudukan Jakarta
sebagai pintu gerbang internasional bagi Negara Indonesia yang harus mampu
berkompetisi

dalam

pertarungan

ekonomi

global.

Dalam

konsepsi

pengembangan wilayah kota dalam menyongsong abad ke-21, Research
Triangle Institute (1996), mensyaratkan kaidah 5 faktor yang bersifat holistik dan
berskala global, yaitu ekonomi (tenaga kerja), lingkungan (ekologi), keadilan,
engagement, dan energi.

Pengembangan kota untuk keberlanjutan kota

merupakan prinsip dan etik, sehingga diperlukan perekonomian yang mantap,
lingkungan yang harmonis, kesetaraan/ keadilan dalam kehidupan sosial, peran
serta masyarakat yang tinggi, dan konservasi energi yang terkendali.

Hall

(1991),

dan

mengatakan

bahwa

bila

kecenderungan

perkembangan

pembangunan kota yang merusak sistem daya dukung lingkungan dan
komunitas warganya dibiarkan tanpa pengendalian yang ketat, kota-kota itu tidak
memiliki masa depan.
Sejak tahun 1994 kawasan Pantai Utara (Pantura) Jakarta ditetapkan
sebagai kawasan andalan, yaitu kawasan yang mempunyai nilai strategis
dipandang dari sudut ekonomi dan perkembangan kota. Penetapan kawasan ini
sebagai kawasan andalan didasarkan pada pertimbangan bahwa di kawasan ini
telah tumbuh dan berkembang berbagai kegiatan jasa, perdagangan dan usaha,
serta perhubungan laut dan udara. Selain itu, kawasan ini juga memiliki aspekaspek historis yang memungkinkan menjadi pusat pariwisata yang potensial.
Pengembangan

Pantura

Jakarta

dapat

pula

dikaitkan

dengan

upaya

meningkatkan kondisi lingkungan di daratan pantai dan menyiapkan lokasi dalam
rangka menjadikan Jakarta sebagai Kota Pelayanan (PemDKI Jakarta, 1995).

4
Namun demikian, kawasan Pantura Jakarta saat ini mengalami
penurunan kualitas lingkungan antara lain dengan indikator kemacetan lalu lintas,
berkembanganya permukiman kumuh, rawan banjir, buruknya sistem sanitasi,
buruknya sistem drainase, turunnya lapisan tanah, intrusi air laut, dan
menurunnya kualitas air tanah (Parawansa, 2007). Menurunnya kualitas air tanah
berkaitan dengan penurunan lapisan tanah dan salinasi. Hal ini disebabkan oleh
pemanfaatan air tanah dan merembesnya limbah cair yang belum diolah ke
dalam aquifer. Di samping itu, geomorfologi kawasan ini tidak solid (lunak)
sehingga daya dukung tanah rendah dan proses intrusi air laut tinggi. Hidrologi
laut dan pengaruh angin musim barat telah menimbulkan abrasi pantai dan
pencemaran di wilayah pesisir.
Kondisi

sosial

ekonomi

masyarakat

di

wilayah

pesisir

ini

juga

memprihatinkan. Meskipun kondisi lahan untuk bermukim dan bekerja sangat
terbatas, tetapi pertumbuhan penduduk sukar dibatasi, bahkan telah mencapai
tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan kepadatan penduduk 8.451
jiwa/km2. Sebagian besar masyarakat di kawasan ini adalah pendatang yang
bermukim secara berkelompok dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang
rendah. Angka pencari kerja di kawasan ini pada tahun 2003 adalah 56.159
orang sedangkan kesempatan kerja yang tersedia hanya 6.740 orang (BPS
Jakarta, 2003) sehingga umumnya penduduk bekerja sebagai buruh, pedagang
sektor informal, jasa angkutan, dan pegawai rendahan. Tingginya tingkat
perputaran uang dan aktivitas ekonomi serta luasnya skala pelayanan aktivitas
ekonomi

ternyata

belum

mampu

meningkatkan

tingkat

sosial

ekonomi

masyarakat setempat sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh pada kondisi
sosial masyarakat.
Di sisi lain, kawasan pantai semakin menarik bagi pertumbuhan
permukiman modern dan tempat rekreasi serta bisnis sehingga berlangsung
usaha-usaha reklamasi pantai yang tidak tertata dan mempersempit keberadaan
pantai bagi kepentingan masyarakat. Perubahan penggunaan lahan terus
berlangsung dan cenderung intensif khususnya di bagian barat laut dan timur
laut. Sementara itu tingkat pelayanan infrastruktur seperti jalan, air minum, listrik,
dan telepon di kawasan pantai belum memadai.
Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 1995 – 2010 menetapkan
beberapa pusat pengembangan yang memiliki potensi dan nilai strategis bagi
wilayah sekitarnya dan perkembangan kota secara keseluruhan, diantaranya

5
Sentra Primer Timur dan Sentra Primer Barat untuk menggerakkan poros TimurBarat. Di lain pihak, berlangsung kecenderungan perkembangan fisik ke arah
Selatan yang dicadangkan sebagai wilayah peresapan air tanah bagi kota
Jakarta. Kecenderungan tersebut berlawanan dengan arah perkembangan awal
kota Jakarta, di mana kawasan Pantura Jakarta menjadi pusat pertumbuhan
kota. Bersamaan dengan berlangsungnya invasi perkembangan permukiman ke
arah

Selatan,

kawasan

Pantura

Jakarta

mengalami

penetrasi

yang

mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan secara serius.
Proses tersebut berlangsung dalam situasi tumbuhnya tuntutan untuk
membuka

investasi

dan

usaha

di

kawasan

Pantura

Jakarta

dengan

mempertimbangkan posisinya yang strategis. RTRW DKI Jakarta tahun 19952010 yang menetapkan Jakarta sebagai kota pelayanan jasa juga meletakkan
landasan bagi Jakarta dalam memposisikan diri diantara kota-kota besar lainnya
di dunia internasional. Oleh karenanya RTRW DKI Jakarta 1995-2010
menetapkan kawasan Pantura Jakarta sebagai kawasan andalan bagi kegiatan
ekonomi

prospektif

berskala

nasional/internasional.

Untuk

melaksanakan

ketetapan ini, pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 52 tahun 1995 yang
memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta untuk mengadakan reklamasi kawasan Pantura Jakarta.
Kajian lanjutan dituangkan dalam Perda Nomor 8 tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura
Jakarta. Kebijakan pelaksanaan reklamasi kawasan Pantura Jakarta ditujukan
untuk mewujudkan lahan hasil reklamasi seluas 2.700 Ha dan memanfaatkannya
sesuai dengan rencana tata ruang daerah serta dilaksanakan secara terpadu
dengan penataan kembali (revitalisasi) daratan Pantura Jakarta seluas 2.500 ha
untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Kawasan Pantura Jakarta seluas
5.200 ha meliputi areal reklamasi serta revitalisasi sebagian wilayah Kecamatan
Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, dan Cilincing. Dalam kawasan
ini selain lahan yang akan dihasilkan melalui reklamasi, juga meliputi daerah
daratan pantai lama yang telah dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti
permukiman, industri, pergudangan, perdagangan, jasa, perikanan, konservasi
dan preservasi.
Di kawasan yang ada saat ini terdapat berbagai institusi, baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, maupun swasta yang mengelola bagian-bagian
kawasan Pantura Jakarta secara sendiri-sendiri dengan mekanisme yang

6
tumpang tindih. Kegiatan yang ada seperti pembangunan industri, rekreasi,
perumahan dan sebagainya belum menujukkan keterpaduan sebagaimana
persyaratan pembangunan wilayah pesisir sebagai ekosistem yang kompleks.
Untuk itu pengembangan kawasan Pantura Jakarta dalam rangka
mendukung keberlanjutan kota Jakarta diperlukan arahan pemanfaatan ruang
bagi pengembangan pusat dan

jasa perdagangan, pembanguan perumahan

beserta fasilitasnya, sarana wiasata bahari, preservasi obyek-obyek sejarah,
peremajaan kota, dan pengembangan areal kegiatan pelabuhan samudera,
sekaligus merevitalisasi kawasan daratan seluas 2.500 ha. Arahan pemanfataan
ruang hendaknya juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan
dan melalui mengatasi degradasi kawasan pesisir dan masalah sosial yang
dapat timbul sebagai dampak dari kegiatan ekonomi.
1.2 Kerangka Pemikiran
Penetapan

kawasan

Pantura

Jakarta

sebagai

kawasan

andalan

didasarkan pada pertimbangan bahwa di kawasan ini telah tumbuh dan
berkembang berbagai kegiatan jasa, perdagangan dan usaha, perhubungan laut
dan udara, dan memiliki aspek historis yang potensial menjadi pusat pariwisata.
Dengan penetapan kawasan Jabodetabekpunjur sebagai kawasan strategis
nasional, menjadikan kawasan Pantura yang merupakan bagian dari kawasan
Jabodetabekpunjur

sebagai

primadona

dalam

pembangunan

nasional.

Mengingat letaknya di kawasan hilir dari sistem DAS dan pintu masuk kawasan
dari transportasi laut, dan sangat relevan untuk dikembangkan secara terpadu.
Walaupun Pemerintah DKI Jakarta memacu pengembangan Sentra
Primer Timur dan Sentra Primer Barat untuk menggerakkan poros Timur-Barat,
namun tidak terelakkan invasi perkembangan permukiman ke arah Selatan yang
sebetulnya untuk daerah resapan, dan kawasan Pantura Jakarta mengalami
penetrasi yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan secara serius.
Dalam pada itu tumbuh tuntutan membuka investasi dan usaha kawasan Pantura
Jakarta dalam rangka menopang Jakarta sebagai kota pelayanan jasa (service
city