Tinjauan Hukum Mengenai Perusakan Situs Resmi Instansi Pemerintah Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

  

INSTANSI PEMERINTAH DIHUBUNGKAN DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

  

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

LEGAL VIEW ABOUT WEBSITE OF STATE AGENCY

DESTRUCTION RELATED WITH LAW NUMBER 11/ 2008

ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION

  

Skripsi

  Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

  

Oleh :

Wildan Sholihan

3.16.04.046

  Dibawah Bimbingan :

Hetty Hassanah, S.H., M.H.

  

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2010

  

ABSTRACT

  Wildan Sholihan Nowadays, information technology has rapidly grown. It can be proven by the growth of every life aspects, such as economic, culture, law, religion and politic, so a requirement of adjustment is needed to conform the condition of recent globalization era. Internet has presented a new reality of human life. It eases people s activities, especially in public service area, where people who needs the goverment s service does not have to come to where the agency office is. People can access the agency s website to get the service by using internet. In the other hand, the utilization of information technology done by the society gives opportunities for the criminals to make website destruction or hacking. This condition, of course, can cause various law problems like the destruction case happened to the Election Commission (KPU). This condition causes the problem emersion of how the law protection about the ownership of website is and how the law enforcement to handle the constraints is.

  The ability of investigators and computer forensics has not fully been obtained yet by the related agencies.

  This study employs a descriptive analytic method and yuridis normatif approach. The writer uses yuridis kualitatif to analyze the research data. It means a law regulation may not contradict with other regulations. The writer also regards the hierarchy and the due process of law.

  Website of State Agency destruction through internet, in the civil-law, can be subjected by Article 1365 about the breaking law act, whereas it is regulated on Article 32 Paragraph (1) law Number 11/2008 about Information and Electronic Transaction in the criminal law. However, there are still few problems caused by the inability of the investigators and computer forensics in the application, where those fields have not fully been obtained by the related agencies.

  DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan Surat Pernyataan Kata Pengantar .................................................................................. i Daftar Isi ............................................................................................. v Abstrak ............................................................................................... vii Abstract .............................................................................................. viii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................... 3

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ................................... 3

D. Kegunaan Penelitian .................................................. 4

E. Kerangka Pemikiran ................................................... 4

F. Metode Penelitian ...................................................... 8

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG SITUS INTERNET DAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN SITUS A. Teori-Teori Mengenai Situs Internet ........................... 11 B. Ketentuan Hukum Mengenai Perusakan Situs ........... 21 BAB III PERUSAKAN SITUS RESMI INSTANSI PEMERINTAH YANG DILAKUKAN MELALUI MEDIA INTERNET A. Modus Perusakan Situs Resmi Instansi

  

B. Kasus Mengenai Perusakan Situs Resmi Instansi

Pemerintah Melalui Media Internet ........................... 38

  BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PERUSAKAN SITUS INSTANSI PEMERINTAH YANG DILAKUKAN MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan Hukum Mengenai Perusakan Situs Instansi Pemerintah Yang Dilakukan Melalui Media Internet .................................................................................... 41

  B. Kendala-Kendala Dihadapi Dalam Proses Penegakan Hukum Atas Perusakan Situs Resmi Instansi Pemerintah Yang Dilakukan Melalui Media Internet ..................................................................................... 48

  BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...................................................................... 59 B. Saran ........................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 61 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  

INSTANSI PEMERINTAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK

Abstrak

  

Wildan Sholihan

  Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum, agama dan politik, sehingga dibutuhkan suatu tuntutan untuk menyesuaikan dengan keadaan di era globalisasi sekarang ini. Internet telah menghadirkan realitas kehidupan baru kepada umat manusia. Internet telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas. Melalui media internet orang dapat melakukan berbagai aktifitas yang lebih mudah, terutama dalam hal pelayanan publik, yang mana seseorang yang membutuhkan pelayanan pemerintah tidak harus datang ke tempat di mana instansi tersebut berada, tetapi tinggal mengakses situs milik instansi pemerintah tersebut. Pemanfaatan teknologi informasi yang dilakukan masyarakat dapat memberikan kesempatan bagi para pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya, terutama dalam hal perusakan situs internet atau hacking. Pada kondisi seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan berbagai permasalahan hukum, seperti yang terjadi pada kasus perusakan situs KPU. Permasalahan seperti ini menyebabkan timbulnya permasalahan tentang bagaimana perlindungan hukum mengenai kepemilikan situs internet dan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penegakan hukumnya, dimana dari sisi kemampuan penyidik dan dari sisi kemampuan komputer forensik belum sepenuhnya dikuasai atau dimiliki para pihak yang terkait.

  Penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Data hasil penelitian dianalisis secara yuridis kualitatif, dimana peraturan perundang-undangan yang satu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, serta memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan, dan menjamin kepastian hukum.

  Perusakan situs internet instansi pemerintah melalui media internet secara perdata dapat dijerat Pasal 1365 mengenai perbuatan melawan hukum, sedangkan secara pidana telah diatur pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mana sanksi-sanksinya diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, meskipun pada kenyataannya masih terdapat beberapa kendala, yakni dari sisi kemampuan penyidik dan dari sisi kemampuan komputer forensik, dimana kedua hal tersebut belum sepenuhnya dikuasai atau dimiliki para pihak yang terkait. ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum, agama dan politik, sehingga dibutuhkan suatu tuntutan untuk menyesuaikan dengan keadaan di era globalisasi sekarang ini. Internet telah menghadirkan realitas kehidupan baru kepada umat manusia. Internet telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas, melalui medium internet orang dapat melakukan berbagai aktifitas

  1 yang lebih mudah.

  Teknologi memberikan manfaat untuk mengetahui informasi yang dapat diakses melalui media internet ini, juga dipergunakan tidak hanya oleh para ahli saja tetapi juga dapat digunakan oleh semua masyarakat. Teknologi informasi telah mengubah perilaku manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas, selain itu juga telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung sangat cepat. Pemanfaatan teknologi informasi yang dilakukan masyarakat dapat memberikan kesempatan bagi para pelaku kejahatan untuk melakukan perusakan situs resmi instansi pemerintah, dan bahkan dalam teknologi informasi dapat dijadikan sebagai perusak semua jaringan situs-situs yang ada di Indonesia, oleh karena itu akan berpengaruh bagi masyarakat luas. Kejahatan melalui media internet telah berlangsung hampir di semua bidang kehidupan manusia, Perbuatan yang menimbulkan akibat hukum beranekaragam serta bermacam-macam serta merupakan kegiatan sehari-hari.

  Perkembangan internet sangat luas bagi kalangan masyarakat dan pemerintah. Pemanfaatan teknologi untuk bidang pemerintahan disebut E-

  Government di mana pemerintah dalam memberikan pelayanan publik

  dapat menggunakan sarana ini. Adanya situs tertentu, maka pemerintah dapat memberikan informasi tentang kebijakan pemerintah mulai regulasi sampai program-program, sehingga dapat diketahui publik, untuk

  2 mewujudkan clean government dan good governance.

  Tindak pidana perusakan situs resmi instansi pemerintah dapat merusak program pemerintah untuk melaksanakan pelayanan publik melalui media ini. Masalah perusakan situs resmi instansi pemerintah diatur oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, akan tetapi dalam perusakan situs resmi instansi pemerintah yang dilakukan melalui media internet masih sulit untuk diungkap oleh para penegak hukum karena berbagai kendala, seperti yang terjadi pada situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada hari Sabtu, 15 Maret 2009 pukul 20.15, dimana dalam halaman berita, sang pengganggu (hacker) menambah berita dengan kalimat I Love You Renny Yahna Octaviana. Renny How Are You There? . Pengganggu juga mengacak- acak isi berita kpu.go.id.

  Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis mencoba melakukan penelitian dengan mengambil judul: TINJAUAN HUKUM MENGENAI

  PERUSAKAN SITUS RESMI INSTANSI PEMERINTAH DI HUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

  B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur tentang perusakan situs resmi instansi pemerintah yang dilakukan melalui media internet?

  2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penegakan hukum atas perusakan situs resmi instansi pemerintah yang dilakukan melalui media internet?

  C. Maksud Dan Tujuan Penelitian

  Adapun maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur tentang Perusakan Situs Resmi Instansi Pemerintah yang dilakukan melalui media internet.

  2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penegakan hukum atas perusakan situs resmi instansi pemerintah

  D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian yang didapat antara lain:

  1. Kegunaan Secara Teoritis Dari segi teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam perkembangan bidang ilmu hukum mengenai masalah kejahatan perusakan situs resmi instansi pemerintah yang dilakukan melalui media internet.

  2. Kegunaan Secara Praktis Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para penegak hukum untuk melakukan proses penegakan hukum dalam masalah perusakan situs resmi instansi pemerintah yang dilakukan melalui media internet.

  E. Kerangka Pemikiran

  Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat berbunyi: Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

  Berdasarkan hal diatas pemerintah harus memberikan perlindungan hukum kepada seluruh masyarakat sebagai pencerminan pemerintahan masalah mengenai perusakan situs resmi instansi pemerintah yang dilakukan melalui media internet.

  Pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Pasal tersebut memberikan penjelasan bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat), dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Konsekuensi dari Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, terdapat 3 (tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu supremasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan

  3 hukum.

  Pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang dimaksud dengan Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

  Adapun pada Pasal 1 ayat (4) dijelaskan bahwa Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

  Pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyebutkan mengenai beberapa perbuatan yang dilarang termasuk perusakan suatu situs, dalam hal ini situs instansi pemerintah yakni apabila seseorang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik milik orang lain atau milik publik.

  Pasal di atas menegaskan bahwa bilamana seseorang dengan sengaja mengubah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik atau yang lebih dikenal sebagai situs , merupakan salah satu perbuatan yang dilarang karena telah melanggar isi pasal tersebut.

  Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tersebut adalah :

  1. Setiap orang

  2. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

  3. Dengan cara apapun, mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi,merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik milik orang lain atau publik.

  Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka setiap orang yang mengalami kerusakan suatu Informasi Elektronik yang dilakukan oleh seseorang dengan cara melawan hukum atau tanpa hak, dapat menggunakan pasal ini untuk menjerat setiap pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dengan cara melawan hukum tersebut.

  Pada pembangunan nasional, diperlukan suatu bagian yang menunjang dan terlebih lagi membantu tercapainya visi dan misi pembangunan nasional, dalam hal ini Situs Resmi Suatu Instansi Pemerintah merupakan salah satu bagian yang dapat membantu tercapainya visi dan misi tersebut. Masalah Perusakan Situs Resmi Instansi Pemerintah, diatur oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, khususnya dalam Pasal 32 ayat (1) Juncto Pasal 48 ayat (1) yang menyatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja mengubah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

  Uraian di atas menegaskan bahwa bilamana seseorang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum/ menambah/ merusak suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik, akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. F. Metode Penelitian Penelitian dalam karya tulis ini dilakukan berdasarkan metode penelitian, sebagai berikut:

  1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah secara deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian dilakukan dengan cara melukiskan dan menggambarkan fakta-fakta, baik data sekunder bahan hukum primer seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli dan data sekunder bahan hukum tertier yakni data-data yang didapat melalui majalah dan brosur yang berhubungan dengan masalah pidana.

  2. Metode Pendekatan Metode pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu metode hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas atau dogma-dogma. Pada penelitian ini, Penulis mencoba melakukan penafsiran hukum gramatikal yakni penafsiran yang dilakukan berdasarkan bunyi undang-undang dengan berpedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama lain pada kalimat yang dipakai dalam undang-undang tersebut atau melihat arti kata dari kamus hukum, penafsiran hukum sistematis susunan kata-kata yang berhubungan dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang itu sendiri maupun dalam undang-undang lainnya, serta penafsiran hukum otentik yang dimana penafsiran tersebut dilakukan berdasarkan kata-kata, istilah dan pengertian dalam peraturan yang ditetapkan oleh pembuat peraturan itu sendiri dalam peraturan yang bersangkutan.

  3. Tahap penelitian

  a. Studi kepustakaan (Library Research); Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data berupa: 1) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang antara lain: Undang-Undang

  Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang 2) Data sekunder bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum berupa doktrin atau pendapat para ahli hukum terkemuka. 3) Data sekunder bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan informasi-informasi berupa artikel, majalah, makalah serta brosur.

  b. Studi lapangan Penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan wawancara secara terstruktur dengan pihak-pihak terkait dan melalui Situs- situs yang membahas hasil penelitiannya.

  4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data yang diperoleh dari perundang-undangan, buku-buku teks, hasil penelitian, majalah, artikel dan lain-lain, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait dan mengunjungi situs internet.

  5. Metode Analisis Data Data yang diperoleh Penulis, dianalisis secara yuridis kualitatif untuk mencapai kepastian hukum, agar peraturan perundang-undangan yang satu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, dengan memperhatikan hirarki peraturan perundang- undangan, serta menggali hukum yang hidup dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis.

  6. Lokasi Penelitian

  a. Perpustakaan: 1) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur No. 112 Bandung.

  2) Perpustakaan Hukum Universitas Padjajaran.

  b. Situs-situs Internet: 1) 2)

  3)

  4) www.legalitas.org 5) 6) Adapun dalam Situs-Situs ini termasuk kedalam kasus Perusakan Situs Resmi Instansi Pemeritah

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG SITUS INTERNET DAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN SITUS A. Teori-Teori Mengenai Situs Internet Internet adalah jaringan informasi komputer yang berkembang sangat

  pesat dan pada saat ini dapat dikatakan sebagai jaringan informasi terbesar di dunia, sehingga sudah seharusnya para profesional mengenal manfaat apa yang dapat diperoleh melalui jaringan ini.

  Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung dalam beberapa rangkaian.

  Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan

  1 kaedah ini dinamakan internetworking.

  Internet dapat diartikan sebagai gabungan dari jaringan-jaringan komputer dalam skala luas dan besar yang mana masing-masing komputer dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya menggunakan sebuah bahasa jaringan, sedangkan secara kata per kata internet berarti jaringan antara atau penghubung. Internet menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu sama lain sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berkomunikasi. Sistem apa yang digunakan pada masing-masing jaringan tidak menjadi masalah.

  Internet mengatasi perbedaan berbagai sistem operasi dengan menggunakan bahasa yang sama oleh semua jaringan dalam pengiriman data. Pada dasarnya inilah yang menyebabkan besarnya dimensi Internet. Dengan demikian, Internet ialah tiada lain sebagai jaringannya jaringan, dengan menciptakan kemungkinan komunikasi antar jaringan di seluruh dunia tanpa bergantung kepada jenis komputernya.

  Selain itu, internet yang merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya yang mana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit).

  Sebuah situs web sendiri adalah sebutan bagi sekelompok halaman

  

web (webpage), yang umumnya merupakan bagian dari suatu nama

domain (domain name) atau subdomain di World Wide Web (WWW) di

  Internet. WWW terdiri dari seluruh situs web yang tersedia kepada publik. Halaman-halaman sebuah situs web diakses dari sebuah URL yang menjadi "akar" (root), yang disebut homepage (halaman induk; sering diterjemahkan menjadi "beranda", "halaman muka"), dan biasanya disimpan dalam server yang sama. Tidak semua situs web dapat diakses dengan gratis. Beberapa situs web memerlukan pembayaran agar dapat menjadi pelanggan, misalnya situs-situs yang menampilkan pornografi,

  2

situs-situs berita, layanan surat elektronik (e-mail), dan lain-lain. Oleh

  karena itu, situs pemerintah adalah sekelompok halaman web milik pemerintah, yang merupakan bagian dari suatu nama domain atau subdomain di World Wide Web di Internet.

  Secara terminologi, website adalah kumpulan dari halaman-halaman

  

situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain,

yang tempatnya berada di dalam World Wide Web (WWW) di Internet.

  Sebuah halaman web adalah dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup Language), yang hampir selalu bisa diakses melalui

  

HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan informasi dari server website

  untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web browser. Semua publikasi dari website-website tersebut dapat membentuk sebuah jaringan informasi yang sangat besar.

  Halaman-halaman dari website akan bisa diakses melalui sebuah

  

URL yang biasa disebut Homepage. URL ini mengatur halaman-halaman

situs untuk menjadi sebuah hirarki, meskipun, hyperlink-hyperlink yang ada

  di halaman tersebut mengatur para pembaca dan memberitahu mereka sususan keseluruhan dan bagaimana arus informasi ini berjalan.

  Beberapa website membutuhkan subskripsi (data masukan) agar para user bisa mengakses sebagian atau keseluruhan isi website tersebut.

  Contohnya, ada beberapa situs-situs bisnis, situs-situs e-mail gratisan, yang membutuhkan subkripsi agar kita dapat mengakses situs tersebut.

  Hacker atau Peretas itu sendiri adalah orang yang mempelajari,

  menganalisa, dan selanjutnya bila menginginkan, bisa membuat, memodifikasi, atau bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat seperti perangkat lunak komputer dan perangkat keras komputer seperti program komputer, administrasi dan hal-hal lainnya,

  3 terutama keamanan.

  4 Adapula istilah-istilah yang dikenal dalam dunia hacker, antara lain:

  1. White hat hacker adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada peretas yang secara etis menunjukkan suatu kelemahan dalam sebuah sistem komputer.

  White hat secara umum lebih memfokuskan aksinya kepada

  bagaimana melindungi sebuah sistem, yang bertentangan dengan black hat yang lebih memfokuskan aksinya kepada bagaimana menerobos sistem tersebut. Topi putih atau peretas putih adalah pahlawan atau orang baik, terutama dalam bidang komputer, yang mana disebut etika hacker atau penetrasi penguji yang berfokus pada mengamankan dan melindungi IT sistem.

  White hat hacker atau peretas suci, juga dikenal sebagai "good hacker," yaitu ahli keamanan komputer, yang berspesialisasi

  dalam penetrasi pengujian, dan pengujian metodologi lain, untuk memastikan bahwa perusahaan sistem informasi yang aman. Pakar keamanan ini dapat memanfaatkan berbagai metode untuk melaksanakan uji coba mereka, termasuk rekayasa sosial taktik, penggunaan alat-alat hacking, dan upaya untuk menghindari keamanan untuk mendapatkan masuk ke daerah aman.

  2. Black hat hacker adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada para peretas yang menerobos keamanan sistem komputer tanpa izin, umumnya dengan maksud untuk mengakses komputer-komputer yang terkoneksi ke jaringan tersebut.

  Cybercrime atau kejahatan internet dapat diartikan sebagai kegiatan

  ilegal dengan perantara komputer yang dapat dilakukan melalui jaringan elektronik global. Teknologi, internet selain memberi manfaat juga menimbulkan dampak negatif dengan terbukanya peluang penyalahgunaan teknologi tersebut. Hal itu terjadi pula untuk data dan informasi yang dikerjakan secara elektronik. Pada jaringan komputer seperti internet, masalah kriminalitas menjadi semakin kompleks karena ruang lingkupnya yang luas. Kriminalitas dalam internet atau cybercrime pada dasarnya adalah suatu tindak pidana yang berkaitan dengan cyberspace, baik yang menyerang fasilitas umum di dalam cyberspace ataupun kepemilikan pribadi.

  J.E. Sahetapy menyatakan bahwa kejahatan erat kaitannya dan bahkan menjadi bagian dari hasil budaya itu sendiri, artinya semakin tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin modern

  5 pula kejahatan itu bentuk, sifat dan cara pelaksanaannya.

  Kejahatan dalam bidang teknologi informasi secara umum dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, kejahatan biasa yang menggunakan teknologi informasi sebagai alat bantunya. Pada kejahatan ini terjadi peningkatan modus operandinya dari semula menggunakan peralatan biasa, sekarang telah memanfaatkan teknologi informasi. Dampak kejahatan biasa yang telah menggunakan teknologi informasi ternyata cukup serius, terutama jika dilihat dari jangkauan dan nilai kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan tersebut. Pencurian uang dengan cara pembobolan bank atau pembelian barang menggunakan kartu kredit curian melalui media internet dapat menimbulkan korban di wilayah hukum negara lain. Kedua, kejahatan yang muncul setelah adanya internet, yang mana sistem komputer sebagai korbannya. Kejahatan yang menggunakan aplikasi internet adalah salah satu perkembangan dari kejahatan teknologi informasi. Jenis kejahatan dalam kelompok ini makin bertambah seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Contoh dari kejahatan kelompok ini adalah perusakan situs internet, pengiriman virus atau program-program komputer yang tujuannya merusak sistem kerja komputer.

  Jenis-jenis kejahatan dalam internet terbagi dalam berbagai versi. Salah satu versi menyebutkan bahwa kejahatan ini terbagi dalam dua jenis, yaitu kejahatan dengan motif intelektual. Biasanya jenis yang pertama ini tidak menimbulkan kerugian dan dilakukan untuk kepuasan pribadi. Jenis kedua adalah kejahatan dengan motif politik, ekonomi atau kriminal yang berpotensi menimbulkan kerugian bahkan perang informasi. Versi lain membagi cybercrime menjadi tiga bagian yaitu pelanggaran akses,

  6 pencurian data, dan penyebaran informasi untuk tujuan kejahatan.

  6

  Adapun ruang lingkup kejahatan komputer terbagi menjadi empat

  7

  bagian, diantaranya:

  1. Komputer sebagai instrumen untuk melakukan kejahatan tradisional, seperti digunakan untuk melakukan pencurian, penipuan, dan pemalsuan melalui internet, di samping kejahatan lainnya seperti pornografi terhadap anak-anak, prostitusi online, dan lain-lain.

  2. Komputer dan perangkatnya sebagai objek penyalahgunaan, yang mana data-data dalam komputer yang menjadi objek kejahatan dapat saja diubah, dimodifikasi, dihapus, atau diduplikasi secara tidak sah.

  3. Penyalahgunaan yang berkaitan dengan komputer atau data, yang dimaksud dengan penyalahgunaan disini pada saat komputer dan data-data yang terdapat dalam komputer digunakan secara ilegal atau tidak sah.

  4. Unauthorized acquisition, disclosure or use of information and

  data, yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan hak akses dengan cara-cara yang ilegal.

  8 Selain ruang lingkup, dikenal pula tipe-tipe cybercrime, yaitu: 1. Joy computing, yaitu pemakaian komputer orang lain tanpa izin.

  Hal ini termasuk pencurian waktu operasi komputer;

  2. Hacking, yaitu mengakses secara tidak sah atau tanpa izin 7 dengan alat suatu terminal;

  3. The Trojan Horse, yaitu manipulasi data atau program dengan jalan mengubah data atau instruksi pada sebuah program, menghapus, menambah, menjadikan tidak terjangkau dengan tujuan untuk kepentingan pribadi pribadi atau orang lain;

  4. Data Leakage, yaitu menyangkut bocornya data ke luar terutama mengenai data yang harus dirahasiakan. Pembocoran data komputer itu bisa berupa berupa rahasia negara, perusahaan, data yang dipercayakan kepada seseorang dan data dalam situasi tertentu;

  5. Data Diddling, yaitu suatu perbuatan yang mengubah data valid atau sah dengan cara tidak sah, mengubah input data atau

  output data;

  6. To frustate data communication atau penyia-nyiaan data computer;

  7. Software piracy yaitu pembajakan perangkat lunak terhadap hak cipta yang dilindungi HAKI.

  Berdasarkan ketujuh tipe cybercrime tersebut, nampak bahwa inti

  

cybercrime adalah penyerangan di content, computer system dan

communication system milik orang lain atau umum di dalam cyberspace.

  Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas wilayah dan tidak diperlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan, dapat dipastikan dengan sifat global internet, semua negara yang melakukan kegiatan internet

  Pengertian Hacking itu sendiri adalah memasuki, memodifikasi atau merusak homepage (hacking). Istilah hacker biasa dipakai untuk menyebut seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang komputer. Seorang

  hacker mampu berpikir dan bekerja dengan efektif dan efisien dan sering

  kali menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan metode yang out of the box , di luar pemikiran yang biasa digunakan orang.

  9 Pengertian Hacker dan Cracker itu sendiri adalah sebagai berikut:

  1. Hacker adalah sebutan untuk orang atau sekelompok orang yang memberikan sumbangan bermanfaat untuk dunia jaringan dan sistem operasi, membuat program bantuan untuk dunia jaringan dan komputer. Hacker juga dapat dikategorikan sebagai perkerjaan yang dilakukan untuk mencari kelemahan suatu sistem dan memberikan ide atau pendapat yang dapat memperbaiki kelemahan sistem yang di temukannya.

  2. Cracker adalah sebutan untuk orang yang mencari kelemahan sistem dan memasukinya untuk kepentingan pribadi dan mencari keuntungan dari sistem yang dimasuki seperti: pencurian data, penghapusan, dan banyak yang lainnya.

  Hacker juga mempunyai tingkatan-tingkatan, tiap tingkatan dibedakan

  10

  dengan kemampuan dan ilmu yang dimiliki hacker, antara lain:

  1. Elite, ciri-cirinya adalah mengerti sistem operasi luar dan dalam, sanggup mengkonfigurasi dan menyambungkan jaringan secara global, melakukan pemrograman setiap harinya, efisien 9 dan trampil, menggunakan pengetahuannya dengan tepat, tidak menghancurkan data-data, dan selalu mengikuti peraturan yang ada. Tingkat Elite ini sering disebut sebagai suhu .

  2. Semi Elite, ciri-cirinya adalah lebih muda dari golongan elite, mempunyai kemampuan dan pengetahuan luas tentang komputer, mengerti tentang sistem operasi (termasuk lubangnya), kemampuan programnya cukup untuk mengubah program eksploit.

  3. Developed Kiddie, ciri-cirinya adalah umurnya masih muda dan masih sekolah, mereka membaca tentang metoda hacking dan caranya di berbagai kesempatan, mencoba berbagai sistem sampai akhirnya berhasil & memproklamirkan kemenangan ke lainnya, umumnya masih menggunakan Grafik User Interface (GUI) dan baru belajar basic dari UNIX tanpa mampu menemukan lubang kelemahan baru di sistem operasi.

  4. Script Kiddie, ciri-cirinya adalah seperti developed kiddie dan juga seperti Lamers, mereka hanya mempunyai pengetahuan teknis networking yang sangat minimal, tidak lepas dari GUI,

  hacking dilakukan menggunakan trojan untuk menakuti dan menyusahkan hidup sebagian pengguna internet.

  5. Lammer, ciri-cirinya adalah tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tapi ingin menjadi hacker sehingga lamer sering disebut sebagai wanna-be hacker, penggunaan komputer mereka terutama untuk main game, IRC, tukar menukar

  software private, mencuri kartu kredit, melakukan hacking menyombongkan diri melalui IRC channel, dan sebagainya. Karena banyak kekurangannya untuk mencapai elite, dalam perkembangannya mereka hanya akan sampai level developed

  kiddie atau script kiddie saja.

  Sedangkan Cracker tidak mempunyai hirarki khusus karena sifatnya hanya membongkar dan merusak.

  Komunitas hacker di Indonesia kebanyakan terdiri dari siswa dan mahasiswa yang memiliki ketertarikan di bidang keamanan jaringan komputer. Kelompok ini memiliki banyak waktu luang untuk mencari informasi mengenai bagaimana cara-cara yang bisa dipakai untuk memanfaatkan kelemahan yang ada pada jaringan komputer milik orang lain.

  Informasi seperti ini banyak tersedia di internet. Kadang-kadang cara yang biasa dipakai untuk masuk ini sudah disediakan dalam bentuk script yang tinggal diambil dan dijalankan, layaknya menjalankan aplikasi komputer biasa. Orang-orang yang masuk ke dalam kelompok ini sering disebut sebagai script kiddies (sebuah istilah yang menggambarkan bahwa anak kecil pun bisa melakukannya). Apa yang Orang-orang butuhkan hanyalah informasi awal mengenai produk perangkat lunak apa dan versi berapa yang dipakai di server yang akan mereka rusak.

  Indonesia, di antara jenis kejahahatan internet yang populer dan sering terjadi adalah hacking yang bahkan mengalahkan carding dimana sangat tinggi. Tetapi tidak semua orang dapat melakukan hacking, karena

  

hacker biasanya mempunyai pengetahuan dan keahlian khusus di bidang

  komputer dan internet, seperti penguasaan ilmu komputer, programming dan akses internet. Disamping itu, pelaku juga harus mempunyai akses, baik dalam kepemilikan maupun infrastruktur TI.

  Hacking dapat dilakukan dari tempat terpisah dan bersifat borderless

  (tanpa batas wilayah) bahkan transnasional (lintas batas wilayah), dan yang terjadi di Indonesia, para hacker kebanyakan adalah remaja, seperti kasus hacking website Komisi Pemilihan Umum (KPU), April 2004, dengan terpidana Dani Firmansyah, serta kasus hacking website Partai Golkar baru-baru lalu oleh Iqra Syafaat. Keduanya termasuk kedalam usia remaja.

  Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, tidak ada ketentuan hukum yang secara khusus mengatur kejahatan cyber termasuk tindak pidana hacking. Namun dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, maka sudah ada ketentuan yang menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan kepada masyarakat, khususnya bagi mereka yang memanfaatkan TI serta mencegah terjadinya kejahatan berbasis TI. keberadaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

  Informasi Dan Transaksi Elektronik belum mampu mengatur semua kejahatan internet. Kesiapan hakim sendiri dalam menyelesaikan kasus- kasus yang terkait dengan TI, belum siap secara rata-rata. Namun Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 perlu disosialisasikan, termasuk kepada para hakim, sebab undang-undang tanpa sosialisasi tidak akan berlaku efektif.

  Perusakan situs resmi suatu instansi pemerintah telah diatur dalam

  Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik. Pasal di atas menegaskan bahwa bilamana seseorang dengan sengaja mengubah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik atau yang lebih dikenal sebagai situs , merupakan salah satu perbuatan yang dilarang karena telah melanggar isi pasal tersebut.

  Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut adalah :

  1. Unsur Objektif Setiap orang, dimana manusia oleh hukum diakui sebagai penyandang hak dan kewajiban, sebagai subyek hukum atau sebagai orang.

  2. Unsur Subjektif Melawan hukum/ menambah/ merusak, dimana dalam undang- undang diatur bahwa pada perbuatan tersebut seseorang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri. Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka setiap orang yang mengalami kerusakan suatu Informasi Elektronik yang dilakukan oleh seseorang dengan cara melawan hukum atau tanpa hak, dapat menggunakan pasal ini untuk menjerat setiap pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dengan cara melawan hukum tersebut.

  Pada Pasal tersebut dinyatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja mengubah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dapat dipidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi:

  Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

  Uraian di atas menegaskan bahwa bilamana seseorang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum/ menambah/ merusak suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik, akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. komunitas komersial menjadi bagian terbesar, dan terpesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara. Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia dapat diketahui selama 24 jam. Melalui dunia internet atau disebut juga cyberspace, apapun dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya ini merupakan ciri perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia, namun dampak negatif pun tidak dapat dihindari.

  Cyberspace sebagai wahana komunikasi yang berbasis komputer

  (computer mediated communication), banyak menawarkan realitas baru dalam berinteraksi di dunia maya. Adanya interaksi antar pengguna

  cyberspace telah banyak terseret ke arah terjadinya penyelewengan

  hubungan sosial berupa kejahatan yang khas yang memiliki karakteristik berbeda dengan tindak pidana konvensional yang selama ini telah dikenal.

  Namun ada juga yang berpandangan bahwa kejahatan melalui internet (cybercrime) memiliki kesamaan bentuk dengan kejahatan yang ada di

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA ERUSAKAN SITUS PEMERINTAH OLEH CRAKER BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 3 16

Tinjauan Hukum Mengenai Game Online Counter Strike yang Mengandung Kekerasan di Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 12 1

Tinjauan Hukum Terhadaop Perbuatan Melawan Hukum atas Pembobolan Akses Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 4 1

Tinjauan Hukum Mengenai Pembayaran Dengan Menggunakan Digital Cash Dihubungkan Dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 3 1

Tinjauan Hukum Mengenai Praktik Prostitusi yang Dilakukan Melalui Media Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 2 1

Tinjauan Hukum Mengenai Informasi Lowongan Kerja Pada Internet Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 7 91

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Data pribadi Pengguna Internet Melalui Monitoring Aktivitas Komputer Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 26 92

PERETASAN SITUS RESMI LEMBAGA PERLINDUNGAN ANAK JAWA BARAT BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 1

SITUS LAYANAN PEMBUNUH BAYARAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

0 0 16