7
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Diantara usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak adalah dengan mengoptimalkan proses dalam penyelenggaraan pajak itu
sendiri. Dalam hal ini, seperti Pajak Pertambahan Nilai PPN. Pajak Pertambahan Nilai PPN yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah
mengalami perubahan yang cukup pesat dalam perpajakan Indonesia, sehingga mampu memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan Negara dari sektor
pajak. Melihat system Pajak Pertambahan Nilai begitu terkait dengan berbagai pihak, yakni dalam hal terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak BKP, atau
Jasa Kena Pajak JKP atau Import Barang Kena Pajak, terlebih lagi bagi kalangan Pengusaha Kena Pajak PKP atau bukan. Adapun pengertian Pengusaha Kena
Pajak PKP menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 5 adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena PajakBKP dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak JKP yang di kenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai UU PPN Tahun 1983 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha kecil yang batasannya di tetapkan Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
Universitas Sumatera Utara
8
Suatu hal yang penting dalam PPN adalah pada saat kapan suatu penyerahan yang terjadi, baik itu penyerahan atas Barang Kena Pajak maupun
penyerahan Jasa Kena Pajak, dinyatakan sebagai saat terutang, demikian juga pada saat kapan akan dilakukan pembayaran atas pajak yang terutang tersebut.
Hal ini penting diketahui agar pihak yang memungut, menyetorkan atau melaporkan terjadinya utang pajak itu sehingga terhindar dari pelanggaran
peraturan perpajakan yang berlaku, demikian juga dari pengenaan sanksi perpajakan. Penetapan saat terutang dan saat pembayaran PPN ini sebagai salah
satu perwujudan kepastian hokum dari perpajakan, sehingga masyarakat tidak ragu-ragu lagi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Salah satu sarana penting dalam Pajak Pertambahan nilai PPN yang berguna baik untuk Pengusaha Kena Pajak PKP sendiri, maupun juga bagi
Direktorat Jendral Pajak adalah apa yang disebut dengan Faktur Pajak. Menurut undang-undang PPN nomor 42 Tahun 2009, Pasal 1 angka 15, bahwa Pengusaha
Kena Pajak PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan atas Barang Kena pajak dan atau Jasa kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-
undang ini. Faktur Pajak sebagai salah satu sarana penting dalam transaksi
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak atau import barang kena pajak adalah sebagai bukti pemungutan. Berdasarkan pasal 13
Undang-Undang PPN Nomor 42 Tahun 2009, ditetapkan bahwa setiap Pengusaha
Universitas Sumatera Utara
9
Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut.
PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali pengusaha kecil. Pada
setiap penyerahan kena pajak, yaitu penyerhan barang kena pajak atau jasa kena pajak ini harus diterbitkan faktur pajak, dimana faktur pajak ini bagi pengusaha
kena pajak yang merupakan bagi pembeli adalah bukti pajak masukan PM dan bagi pengusaha kena pajak adalah bukti pajak keluaran PK. Sedangkan jumlah
PPN yang harus disetor setiap bulan adalah selisih antara pajak masukan dan pajak keluaran. Setiap pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan maka
selisihnya harus disetor ke kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan kalau pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, maka selisihnya
berupa kelebihan bayar dan dapat diperhitungkan dengan diminta kembali, yang disebut restitusi.
Untuk Pajak Pertambahan Nilai atas import dipungut oleh Direktur Bea dan Cukai di pelabuhan import. Bukti Pemberitahuan Masukan Untuk Dipakai
PPUD merupakan faktur pajak bagi importir dan berfungsi sebagai pajak masukan bagi importir yang bersangkutan. Pengusaha yang dikenakan PPN wajib
melaporkan usahanya kepada Direktorat Jendral Pajak di tempat pengusaha itu bertempat tinggal atau berdomisili untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak PKP. Direktorat Jendral Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan mengeluarkan surat keputusan pengukuhan. Pengusaha ken pajak yang tidak
Universitas Sumatera Utara
10
dikukuhkan karena tidak melapor akan dikenakan sanksi berupa kewaiban menyetorkan PPN yang terutang olehnya ditambahkan denda.
Setiap PKP wajib membuat dan menyampaikan faktur pajak pada saat penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang tidak membuat dan
menyampaikan faktur pajak akan dikenakan sanksi atau denda. Selain itu PKP wajib membuat catatan dalam pembukuannya. Adapum yangwajib dicatat adalah
semua pembalian termasuk import bila ada dan harga pembelian dan penjualan, nama dan juml;ah satuannya. Dengan adanya faktur pajak itu, syarat adanya
penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak secara sah akan menjdi lebih diakui keberadannya dalam PPN apabila timbul kewajiban perpajakan untuk PPN.
Misalnya para pengusaha kena pajak yang hendak melakukan pengkreditan pajak masukan, maka untuk mendapatkan hal itu seharusnya didukung oleh adanya
faktur pajak. Namun tidak semua pengusaha kena pajaksecara bebas dapat membuat dan menerbitkan faktur pajak, melainkan hanya terbatas pada mereka
yang telah dilakukuhkan oleh kantor pelayanan pajak sebagai pengusaha kena pajak. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, juga
sanksi apabila yang tidak berhak atas penerbitannya ternyata membuat faktur pajak. Selanjutnya untuk menghindari penyalahgunaa maupun pembuatan faktur
pajak sewenang-wenang, dilakukan monitoring secara adminidtratif oleh kantor pelayanan pajak, yang dilakukan yakni melalui nomor seri faktur pajak yang
diterbitkan. Dengan adanya faktur pajak yang dibuat, maka syarat untuk sahnya penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak atau import barang kena pajak
Universitas Sumatera Utara
11
akan lebih kuat untuk kepentingan PPN. Sebelum Pengusaha Kena Pajak menerbitkan faktur pajak haruslah terlebih dahulu melaporkan nomor seri faktur
pajak yang akan diterbitkan kepada kantor pelayanan pajak di tempat pengusaha kena pajak dikukuhkan.
Dalam hal pengisian faktur pajak, maka pengusaha kena pajak harus memahami tentang tatacara pengisian faktur pajak sebagaimana yang diatur
berdasarkan penjelasan pasal 13 ayat 5 Undang-Undang PPN Tahun 1984 Jo. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 ditegaskan bahwa faktur pajak harus diisi
lengkap, jelas, benar dan baik secara formal maupun materiil serta ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang ditunjuk oleh pengusaha kena pajak. Faktur pajak
yang tidak diisi menurut ketentuan ini disebut faktur pajak cacat, yang akan berakibat PPN yang tercantum di dalam faktur pajak tersebut diperlakukan
sebagai pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan. Bagi penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui dan bisa mempraktikkan secara langsung teori yang sudah dipelajari sebelumnya tentang pemeriksaan pengisian
atas laporan faktur pajak yang disampaikan oleh wajib pajak dan tata cara pembetulan atas faktur pajak yang salah, baik dalam penulisan ataupun dalam
perhitungan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan tertarik membuat
Laporan Tugas Akhir dengan judul : “PENELITIAN PEMERIKSAAN FAKTUR PAJAK YANG DISAMPAIKAN WAJIB PAJAK WP KEPADA
Universitas Sumatera Utara
12
FISKUS DI KANTOR PELAYANAN PAJAKKPP PRATAMA MEDAN BELAWAN”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI