SIKAP SUPORTIF

5.2.2. SIKAP SUPORTIF

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, atau tidak empatik. Sudah jelas, dengan sikap defensif, komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi dirinya dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

Jack Gibb (1961) menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu:

Table 5.1.

IKLIM DEFENSIF

IKLIM SUPORTIF

2. Orientasi Masalah

Penelitian Gibb mengungkapkan bahwa makin sering seseorang menggunakan perilaku iklim defensif, makin besar kemungkinannya komunikasi akan berjalan defensif. Sebaliknya komunikasi defensif akan berkurang apabila seseorang tersebut menggunakan perilaku iklim suportif.

a. Evaluasi vs Deskripsi

Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam. Dalam evaluasi kita mempersoalkan nilai atau motif orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif.

Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada evaluasi umumnya menggunakan kata-kata sifat (contoh:salah, ngawur, bodoh), sementara pada deskripsi, biasanya anda menggunakan kata-kata kerja (contoh: anda tidak mengikuti perkembangan Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada evaluasi umumnya menggunakan kata-kata sifat (contoh:salah, ngawur, bodoh), sementara pada deskripsi, biasanya anda menggunakan kata-kata kerja (contoh: anda tidak mengikuti perkembangan

Kita bisa saja melakukan evaluasi, sepanjang terbatas pada gagasan yang diajukan dan bukan pada pribadi seseorang, meskipun banyak orang yang

gagasannya dipermasalahkan. Deskripsi dapat terjadi juga pada saat kita mengevaluasi gagasan orang lain, orang “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai individu yang patut dihargai)

merasa pribadinya

b. Kontrol vs Orientasi Masalah Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya,

pandangan, serta tindakannya. Melakukan kontrol juga berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Itu berarti kita tidak bisa menerima orang tersebut apa adanya.

mengubah

sikap,

Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain. Kita ingin menetukan perilaku yang kita senangi. Karena itu kontrol orang lain kita tolak. Sebaliknya, orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah anda tidak mendiktekan pemecahan, anda mengajak orang lain bersama- sama untuk menetapkan tujuan dan merumuskan bagaimana mencapainya.

c. Strategi vs Spontanitas Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Anda menggunakan strategi bila orang menduga anda mempunyai motif-motif tersembunyi.

Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif.

d. Netralitas vs Empati Netralitas berarti sikap impersonal, yaitu memperlakukan orang lain tidak sebagai personal melainkan sebagai obyek. Bersikap netral bukan d. Netralitas vs Empati Netralitas berarti sikap impersonal, yaitu memperlakukan orang lain tidak sebagai personal melainkan sebagai obyek. Bersikap netral bukan

Lawan netralitas adalah empati. Tanpa empati orang seakan-akan mesin yang tanpa perasaan dan tanpa perhatian.

e. Superioritas vs Persamaan

Superioritas artinya sikap menunjukkan anda lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, kecantikan. Superioritas akan melahirkan sikap defensif.

Persamaan adalah memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam persamaan, anda tidak mempertegas perbedaan. Status anda boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi anda tidak vertikal. Anda tidak menggurui tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.

f. Kepastian vs Provisionalisme

Dekat dengan superioritas adalah kepastian. Orang yang memiliki kepastian (certainity) bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

Provisionalisme, sebalikya, adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adala tempat kesalahan, karena itu wajar juga apabila pendapat atau keyakinan kita suatu saat bia berubah (provisional dalam bahasa inggris berarti bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti lengkap).