Karakteristik Informan HASIL PENELITIAN

yang merupakan orang tua penderita TB paru yang berusia 50 tahun dengan pendidikan SMA dan 1 informan penderita TB paru yang sembuh berusia 26 tahun dengan pendidikan S1.

4.3 Wawancara Program Penanggulangan TB Paru Di Puskesmas

Pijorkoling Tahun 2015 4.3.1 Pernyataan Informan tentang Komitmen Politis dalam Program Penanggulangan TB paru Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Komitmen Politis dalam Program Penanggulangan TB Paru Informan Pernyataan Informan 1 Dinas Kesehatan Pernah. Ya, karena penyakit TB paru ini kan penularannya tinggi. Jadi kalau dia gak diobati, nanti dia akan menularkan. Satu penderita saja bisa menularkan 10 sampai 15 orang dalam setahun. Bicara soal dana, masih kuranglah dananya karena dana Global fund sudah berkurang. Dana APBD itu terbatas juga untuk penjaringan dan supervisi. Sebenarnya dana yang didapat tidak sebanding dengan pekerjaannya. Kadang- kadang kita harus turun ke puskesmas, menanyakan data penderita, nomor lab nya, tanggal berapa sembuhnya. Terkadang saat kita turun ke puskesmas, datanya belum lengkap. Jadi mau tidak mau harus kita yang turun. Kadang kita pastikan juga petugasnya itu memang ada di puskesmas atau diluar. Kadang petugasnya diluar puskesmas jadi butuh uang buat beli pulsa. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa informan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan menganggap masalah TB paru dianggap penting. Masalah TB paru dianggap penting karena 1 penderita bisa menularkan 10 sampai 15 orang dalam setahun. Ketersediaan dana yang disampaikan oleh informan Dinas Kesehatan masih minim karena dana global fund sudah berkurang, sementara dana APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang didapat hanya untuk penjaringan dan supervisi.

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Pendanaan Program Penanggulangan

TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Pendanaan dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Informan Pernyataan Informan 1 Dinas Kesehatan Pada saat ini dananya dari APBD, dana untuk penjaringan ke desa dari APBD. Penjaringan untuk TB dari APBD. Untuk supervisi dananya ada dari APBD, ada juga yang dari GFATM. GFATM itu dana hibah internasional. Dana bantuan dari global fund, orang luarlah yang memberi. Dananya berupa hibah. Informan 2 Kepala Puskesmas Saya gak tahu, saya masih baru. Saya belum bisa mengatakan sumber dana. Biasanya dari dinas. Informan 3 Petugas TB Kalau gak salah berasal dari internasional ya. WHO atau apa, lupa saya. Mungkin ada dana dari pemerintah tapi pokoknya internasional ada. Kalau persenannya, saya lupa. Gak tau jumlahnya karena gak pernah ditanya. Dana operasional untuk TB itu hanya untuk mengantar slide TB positif, untuk pengobatan dan kalau kita pergi puskel. Dan untuk penjaringan saja. Kalau penjaringan kita kumpul masyarakat. Kita kasih penyuluhan. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui staf bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit Dinas Kesehatan mengatakan bahwa dana TB paru berasal dari dana APBD dan GFATM Global Fund AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria. Dana untuk melakukan penjaringan berasal dari APBD, dana untuk supervisi berasal dari APBD dan ATM. Dana ATM berasal dari dana internasional berupa hibah. Hal yang sama dikatakan oleh petugas TB bahwa dana berasal dari dana internasional dan dana tersebut dipergunakan untuk mengantar slide, pengobatan dan saat puskesmas keliling, namun jumlah dana yang ada tidak diketahui. Informan kepala puskesmas Pijorkoling mengatakan bahwa dana berasal dari Dinas Kesehatan.