Metode Penyusutan Aktiva Tetap

g. Pemberian atau hibah

Seandainya aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diperoleh: Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia 2004:16.7 mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”. Contoh : Pada tanggal 20 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Gedung dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah : Tabel 2.4 Jurnal Pemberian atau Hibah Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit 20Mar2009 Tanah Gedung Modal Donasi Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000 Rp. 140.000.000

4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Universitas Sumatera Utara Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu: Faktor fisisk dan Faktor Fungsional. a. Faktor fisik Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika digunakan perusahaan tersebut. b. Faktor fungsional Faktor fungsional terjadi karena : ● Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan; ● Perubahan modal, mutu, dan lain-lain permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan; ● Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi, atau tidak sanggup bersaing. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2007:16.2 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusomo 2001:509 yaitu : “tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”. Universitas Sumatera Utara Masa manfaat menurut PSAK No.17 2004 : 17.2 adalah : 1. “Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau 2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu : Penyusutan, Deplesi, dan Amortisasi. 1. Penyusutan Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh gedung, pabrik, dan lain-lain. 2. Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulang- ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh lokasi tambang. 3. Amortisasi Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh paten, goodwill dan copy right. Melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan Universitas Sumatera Utara yang diakui setiap periode yaitu: Harga Perolehan, Nilai Residual, dan Masa Manfaat 1. Harga Perolehan Historical Cost Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai; 2. Nilai Residual atau nilai sisa Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. 3. Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : 17.2 dalam PSAK No.17 “masa manfaat adalah: “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang digunakan perusahaan. Ketiga istilah adalah sebagai berikut: 1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan; 2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi dikenal dengan deplesi; 3. Untuk aktiva tidak berwujud, proses alokasi biaya disebut amortisasi. Dalam buku Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia 2004:17.3, metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Berdasarkan waktu ● Metode garis lurus straight-line-depreciation Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode kecuali ada penyesuaian-penyesuaian. Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut. Untuk perhitungan metode garis lurus didasarkan pada hal- hal sebagai berikut : 1. Kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun, 2. Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Untuk menentukan besarnya beban penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tahun dalam Umur Estimasi Sisa Nilai - Perolehan Harga d n 100 Persentase dalam Atau = = Residu Nilai - Akuisisi Biaya x d D Penyusutan = Universitas Sumatera Utara Contoh : PT .X membeli mesin dengan harga Rp. 20.000.000-. taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur 5 tahun, maka beban penyusutan dihitung sebagai berikut : Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai - Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = 5 00 Rp.2.000.0 - 20.000.000 Rp. = 00,- Rp.3.600.0 = Tabel 2.5 Penyusutan berdasarkan Metode Garis Lurus Thn Harga perolehan Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 1 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp.16,400,000 2 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp.12,800,000 3 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 5 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000 Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena penghapusan selalu sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyusutan mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah. Universitas Sumatera Utara ● Metode pembebanan menurun decreasingt-charge-depreciation: − Metode-jumlah-angka Tahun sum-of-the-year-digit method Metode ini beban penyusutan akan menurun secara tetap dari tahun ke tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 15 2 1 n 2 1 n r = + = + = Contoh : PT X membeli peralatan Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun, nilai sisa ditaksir sebesar Rp.2.000.000,- Harga Perolehan Historical cost : Rp.20.000.000,- Nilai Sisa Akhir tahun ke lima : Rp. 2.000.000,- Nilai Buku : Rp.18.000.000,- Universitas Sumatera Utara Tabel 2.6 Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun Thn Dasar Penyusutan Beban Penyusutan Akumu-lasi Penyusu-tan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp.18,000,000 Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 2 Rp.18,000,000 Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 3 Rp.18,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 4 Rp.18,000,000 Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp.18,000,000 Rp.1,200,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000 − Metode-saldo-menurunSaldo-menurun-ganda decliningdouble declining-balance-method Metode saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan mempergunakan rumus sebagai berikut : n c s - 1 r = Keterangan : r = persentase per tahun s = nilai sisa n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan Universitas Sumatera Utara Contoh : PT.XYZ membeli mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut : 5 n 000 Rp.20.000. 00 Rp.2.000.0 - 1 r c s - 1 r = = dibulatkan 37 r 63 , 1 r = − = Tabel 2.7 Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Thn Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 37 x 20.000.000-2.000.000 = Rp.6,660,000 Rp. 6,660,000 Rp.13,340,000 2 37 x 20.000.000-8.660.000 = Rp.4,195,800 Rp.10,855,800 Rp. 9,144,200 3 37 x 20.000.000-12.856.622 = Rp.2,643,049 Rp.13,498,849 Rp. 6,501,151 4 37 x 20.000.000-15.499.671 = Rp.1,665,121 Rp.15,163,970 Rp. 4,836,030 5 37 x 20.000.000-17.164.792 = Rp.1,049,026 Rp.16,212,996 Rp. 3,787,004 Beban penyusutan dengan metode ini maka setiap tahun akan semakin kecil demikian seterusnya sampai akhir tahun ke lima. Metode diatas tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa. Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan cara mengalikan dua Universitas Sumatera Utara persentase tarif penyusutan yang digunakan untuk menghitung penyusutan tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah : 2 x 100 : 5 = 2 x 20. Contoh : PT. XYZ membeli mesin dengan seharga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur 5 tahun dengan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut : Tabel 2.8 Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Ganda Thn Nilai Buku Aktiva Awal Tahun Tarif Saldo Menurun Ganda Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp. 20,000,000-2000.000 40 Rp.7,200,000 Rp. 7,200,000 Rp.12,800,000 2 Rp .20,000,000-7.200.000 40 Rp.5,120,000 Rp.12,320,000 Rp. 7,680,000 3 Rp. 20.000.000- 12.320.000 40 Rp.3,072,000 Rp.15,392,000 Rp. 4,638,000 4 Rp. 20.000.000-15.392.000 40 Rp.1,843,200 Rp.17,235,200 Rp. 2,764,800 5 Rp. 20.000.000-17.235.200 40 Rp.1.105,920 Rp.18,341,120 Rp. 1,658,880 Beban penyusutan pada tahun terakhir tahun ke lima terbatas hanya pada Rp. 1.105,920,- sehingga nilai buku sebesar Rp. 1,658,880 maka akumulasi penyusutan akhir tahun ke lima sebesar Rp.18,341,120 maka sebaiknya akumulasi penyusutan tahun ke lima sebaiknya dibulatkan, sehingga nilai buku ahir tahun ke lima Rp. 20.000.000 – Rp. 18.000.000 = Rp. 2.000.000. Universitas Sumatera Utara b. Berdasarkan penggunaan : ● Metode-jam-jasa service-hour-method Metode diatas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode diatas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa Jumlah Jam Jasa Contoh : PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp.200.000.000,- nilai sisa 10. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam. Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut : jam 180.000 jam 1000 000 Rp.20.000. - .000 Rp.200.000 Penyusutan = = Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100 jam x 180.000 jam = Rp. 18.000.000,- Universitas Sumatera Utara Tabel 2.9 Penyusutan berdasarkan Jam Jasa Tahun Jam kerja Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp. 200,000,000 1 100,000 Rp. 18,000,000 Rp. 18.000.000 Rp. 182,000,000 2 200,000 Rp. 36.000,000 Rp. 54.000.000 Rp. 146,000,000 3 200,000 Rp. 36.000,000 Rp. 90.000.000 Rp. 110,000,000 4 400,000 Rp. 72.000,000 Rp. 162.000.000 Rp. 38,000,000 5 100,000 Rp. 18.000.000 Rp.180.000.000 Rp. 20,000,000 ● Metode-jumlah-unit-produksi productive-output-method Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaanya pada metode sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut : Output Sisa Nilai - Perolehan Harga Penyusutan = Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi setahun x besarnya penyusutan per unit. Contoh : PT. XYZ membeli mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran produksi sebesar 1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut : Unit Rp.18 Unit 1.000.000 00 Rp.2.000.0 - 000 Rp.20.000. Penyusutan = = Universitas Sumatera Utara Maka pada tahun pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18unit = Rp.2.160.000,- Tabel 2.10 Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn. Unit Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000 1 100,000 Rp. 1,800,000 Rp. 1.800.000 Rp. 18,200,000 2 100,000 Rp. 1,800,000 Rp. 3,600,000 Rp. 16,400,000 3 400,000 Rp. 7,200,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 300,000 Rp. 5,400,000 Rp.16,200,000 Rp. 3,800,000 5 100,000 Rp. 1,800,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000 c. Berdasarkan kriteria lainnya : ● Metode-berdasarkan kelompok dan gabungan combaine and group method Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan dihubungkan dengan aktiva individual dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang terpisah. Praktik ini disebut dengan penyusutan perunit. Dari sudut pandang praktis, dimungkinkan untuk menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva seolah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van perusahaan dan penyusutan gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan. Universitas Sumatera Utara Dalam pembahasan berikut, istilah penyusutan kelompok mengacu pada kedua macam jenis penyusutan tersebut. Prosedur penyusutan kelompok memperlakukan sekumpulan aktiva sebagai satu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyustan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut. Penyusutan kelompok biasanya dihitung sebagai adaptasi dari metode garis lurus, dan contoh ini mengasumsikan pendekatan ini. Tarif penyusutan kelompok ditentukan dengan menganalisis berbagai aktiva atau kelompok aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata dari penyusutan garis lurus tahunan sebagai berikut : Tabel 2.11 Penyusutan berdasarkan Metode Kelompok dan Gabungan Aktiva Harga Nilai sisa Biaya yang Estimasi yang Beban yang Perolahan disusutkan dapat disusutkan penyusutan Tahunangaris lurus A ...... 2.000 120 1.880 4 70 B ...... 6.000 300 5.700 6 950 C ...... 12.000 1.200 10.800 10 1.080 20.000 1.620 18.380 2.500 Tarif 12,5 digunakan pada harga perolehan aktiva yang ada, yaitu sebesar 20.000, menghasilkan penyusutan tahunan sebesar 2.500. Penyusutan tahunan sebesar 2.500 akan terakumulasi menjadi 18.380 dalam waktu 7352 tahun : 7352 Universitas Sumatera Utara adalah umur rata-rata aktiva. Setelah tarif kelompok sebesar 12,5 ditetapkan, persentase tersebut digunakan untuk menghitung penyusutan tahunan dari seluruh aktiva dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, jika aktiva D dibeli dengan harga 5.000 maka total harga perolehan dalam kelompok tersebut menjadi 25.000 2.000 + 6.000 + 12.000 + 5.000 dan beban penyusutan tahunan adalah 3.125 25.000 x 12,5. Persentase persen kelompok biasanya akan selalu sama jika tidak ada perubahan umur aktiva dalam kelompok tersebut. Diasumsikan bahwa jika aktiva ditarik maka akan digantikan dengan aktiva yang sejenis. Tarif kelompok perlu diperhitungkan kembali secara periodik untuk memastikan bahwa tarif tersebut masih tepat untuk digunakan atas kelompok aktiva tersebut. Karena akun akumulasi penyusutan pada prosedur kelompok ditetapkan atas seluruh aktiva dalam kelompok tersebut, maka akun itu tidak mengacu pada aktiva tertentu. Dengan demikian, tidak ada nilai buku yang dapat dihitung untuk suatu aktiva tertentu, dan tidak ada aktiva yang disusutkan secara penuh. Tidak ada laba atau rugi yang diakui pada saat aktiva ditarik. ● Metode-anuitas annuity-method Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang Universitas Sumatera Utara akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut : i , n, PVIF Sisa Nilai Value Present - Perolehan Harga Penyusutan = Contoh : PT. X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut 10 , 5, 10 , 5, PVIF Rp.134.776 PVIF - 00 Rp.1.600.0 Penyusutan = 7,581574 0,1241842 x Rp.134.776 - 00 Rp.1.600.0 = 7,581574 Rp.83.668 - 00 Rp.1.600.0 = 000 . 00 Rp.4 = Melalui perhitungan diatas diketahiu bearnya beban penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10 dari nilai buku. Iktisar Universitas Sumatera Utara beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.12 Penyusutan berdasarkan Metode Anuitas Thn Penyusutan Implisit Interest Revenue 10 Akumulasi Penyusutan tahun Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp.1,600,000 1 Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 2 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 Rp.1,096,000 3 Rp. 400,000 Rp.109,600 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600 4 Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 5 Rp. 400,000 Rp. 48,616 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776 Tahun I Beban penyusutan Rp.400.000,- Interest Revenue Rp.160.000, Akumulasi Penyusutan Rp.240.000,- Tahun II Beban penyusutan Rp.400.000,- Interest Revenue Rp.136.000,- Akumulasi Penyusutan Rp.264.000,- Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih biaya perusahaan yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunkan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing. Universitas Sumatera Utara ● Sistem-persediaan inventory-system Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti perkakas, peralatan dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak pula rasionil. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.

5. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan