Optimasi Dan Analisis Kadar Campuran Amoksisilin Dan Kalium Klavulanat Dengan Metode Spektrofotometri Derivatif

(1)

OPTIMASI DAN ANALISIS KADAR CAMPURAN

AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HUSNAYANI SARAGIH

NIM 111501068

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

OPTIMASI DAN ANALISIS KADAR CAMPURAN

AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HUSNAYANI SARAGIH

NIM 111501068

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

(5)

PENGESAHAN SKRIPSI

OPTIMASI DAN ANALISIS KADAR CAMPURAN

AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

OLEH:

HUSNAYANI SARAGIH

NIM 111501068

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 1 Juni 2015

Disetujui oleh : Pembimbing I,

Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001

Pembimbing II,

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. NIP 195008281976032002

Panitia Penguji,

Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. NIP 195108161980031002

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. NIP 195008261974122001

Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. NIP 195401101980032001

Medan, Juni 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Optimasi dan Analisis Campuran

Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dengan Metode Spektrofotometri Derivatif”

disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih kepada Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas dan

masukan selama masa pendidikan dan penelitian, kepada Prof. Dr. Muchlisyam,

M.Si., Apt. dan Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama masa

penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis juga menyampaikan rasa

terima kasih kepada Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., Dra. Tuty Roida Pardede,

M.Si., Apt., dan Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini serta kepada Prof. Dr. Ginda

Haro, M.Sc., selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan

bimbingan selama masa pendidikan.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan

yang tulus kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Muhammad


(7)

teman-v

teman saya Nanda, Tari, Silvia, Arie, Eka, Tiwi, dan Fhatma atas doa dan

dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

farmasi.

Medan, Juni 2015

Penulis,

Husnayani Saragih


(8)

vi

OPTIMASI DAN ANALISIS KADAR CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

ABSTRAK

Saat ini banyak beredar sediaan obat dengan lebih dari satu komponen zat aktif. Salah satu kombinasi yang sering digunakan adalah amoksisilin dan kalium klavulanat yang tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan beredar dengan berbagai merek dagang. Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat merupakan

kombinasi antibakteri golongan β-laktam dan penghambat β-laktamase.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi metode analisis kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing dalam pelarut metanol.

Panjang gelombang analisis untuk menetapkan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat pada spektrum serapan derivat kedua masing-masing pada panjang gelombang 279,20 nm dan 338,40 nm.

Penentuan linieritas kurva kalibrasi menghasilkan koefisien korelasi, r = 0,9993 dengan persamaan regresi Y = (59X + 7).10-6 untuk amoksisilin dan r = 0,9999 dengan persamaan regresi Y= (160X – 1).10-6 untuk kalium klavulanat. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) untuk amoksisilin berturut-turut adalah 0,8608 mcg/ml dan 2,8694 mcg/ml sedangkan untuk kalium klavulanat adalah 0,0864 mcg/ml dan 0,2881 mcg/ml.

Hasil penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang dianalisis dalam tablet di pasaran menunjukkan bahwa semua memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan yang tertera pada USP 30 dan NF 25 (2007) dan Farmakope Indonesia Edisi V (2014). Hasil uji validasi yang dilakukan terhadap tablet memenuhi persyaratan validasi metode, untuk amoksisilin diperoleh % recovery = 99,93% dengan Relative Standard Deviation

(RSD) = 1,11% dan untuk kalium klavulanat diperoleh % recovery = 99,46% dengan RSD = 0,22%. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa spektrofotometri derivatif metode zero crossing dapat digunakan untuk analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat.

Kata-kata kunci : amoksisilin, kalium klavulanat, spektrofotometri derivatif, zero crossing, derivat kedua, validasi


(9)

vii

OPTIMIZATION AND DETERMINATION OF

AMOXICILLIN AND CLAVULANATE POTASSIUM MIXTURE USING DERIVATIVE SPECTROPHOTOMETRY METHOD

ABSTRACT

Nowadays many dosage form of drug which contain more than one active ingredient. One of combinations which is often used is amoxicillin and clavulanate pottasium in tablet form. The mixture of amoxicillin and clavulanate

pottasium is a combination of the β-lactam antibiotic and β-lactamase inhibitor. The purpose of this research is to optimize the method for determining amoxicillin and clavulanate pottasium mixture using derivative spectrophotometry with zero crossing method in methanol. Amoxicillin and clavulanate pottasium mixture were determined by measuring the second derivative ratio amplitudes, at 279.20 nm and at 338.40 nm respectively.

The determination of calibration curve linearity showed the correlation coefficient, r = 0.9993 with the regression Y = (59X + 7).10-6 for amoxicillin and r = 0.9999 with the regression Y = (160X – 1).10-6 for clavulanate pottasium. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of amoxicillin 0.8608 mcg/ml and 2.8694 mcg/ml. LOD and LOQ of clavulanate pottasium 0.0864 mcg/ml and 0.2881 mcg/ml.

The result of determination of amoxicillin and clavulanate pottasium mixture the requirement of the thirtieth edition United States Pharmacopoeia and the twenty fifth edition National Formulary (2007) and the fifth edition of

Farmakope Indonesia (2014). The validation test of tablet showed amoxicillin has % recovery = 99.93%, Relative Standard Deviation (RSD) = 1.11% and

clavulanate pottasium has % recovery = 99.46% with RSD = 0.22%. From the result above concluded that derivative spectrophotometry with zero crossing method can be used for analyzing in determination amoxicillin and clavulanate pottasium.

Keywords : amoxicillin, clavulanate pottasium, derivative spectrophotometry, zero crossing, second order, validation


(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Amoksisilin dan Kalium Klavulanat ... 5

2.1.1 Amoksisilin ... 5

2.1.2 Kalium Klavulanat ... 6

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel ... 7


(11)

ix

2.2.2 Pembagian Metode Analisis Spektrofotometri

Ultraviolet-Visibel ... 7

2.2.3 Proses Penyerapan Radiasi pada Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel ... 7

2.2.4 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel ... 10

2.2.5 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel ... 11

2.3 Spektrofotometri Derivatif ... 12

2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Derivatif ... 12

2.3.2 Metode Evaluasi Spektra pada Spektrofotometri Derivatif ... 14

2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Derivatif ... 15

2.4 Validasi Metode ... 16

2.4.1 Akurasi ... 17

2.4.2 Presisi ... 17

2.4.3 Spesifitas ... 18

2.4.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi ... 18

2.4.5 Linieritas ... 18

2.4.6 Rentang ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

3.2 Alat ... 19

3.3 Bahan ... 19

3.4 Pengambilan Sampel ... 19

3.5 Prosedur Penelitian ... 20

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Amoksisilin ... 20


(12)

x

3.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum

Amoksisilin ... 21

3.5.4 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Kalium Klavulanat ... 21

3.5.5 Pembuatan Larutan Standar Amoksisilin ... 21

3.5.6 Pembuatan Larutan Standar Kalium Klavulanat ... 21

3.5.7 Pembuatan Spektrum Serapan ... 22

3.5.8 Pembuatan Spektrum Serapan Derivat Pertama dan Kedua ... 22

3.5.9 Penentuan Zero Crossing ... 22

3.5.10 Penentuan Panjang Gelombang Analisis ... 22

3.5.11 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Amoksisilin ... 23

3.5.12 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Kalium Klavulanat ... 24

3.5.13 Penentuan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sediaan Tablet ... 24

3.5.14 Uji Validasi ... 25

3.5.14.1 Uji Akurasi ... 25

3.5.14.2 Uji Presisi ... 26

3.5.15 Analisis Data Penetapan Kadar secara Statistik ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Penentuan Kurva Serapan Maksimum ... 28

4.2 Penentuan Kurva Serapan ... 29

4.3 Penentuan Kurva Serapan Derivat ... 30


(13)

xi

4.3.2 Penentuan Kurva Serapan Derivat Kedua ... 30

4.4 Penentuan Zero Crossing pada Serapan Derivat ... 30

4.4.1 Penentuan Zero Crossing pada Serapan Derivat Pertama ... 30

4.4.2 Penentuan Zero Crossing pada Serapan Derivat Kedua ... 32

4.5 Penentuan Panjang Gelombang Analisis ... 33

4.6 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi ... 40

4.7 Penentuan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sediaan Tablet ... 41

4.8 Uji Validasi ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan antara transisi n→π* dan transisiπ→π* ... 10 Tabel 4.2 Data hasil serapan amoksisilin, kalium klavulanat, dan

campuran amoksisilin dan kalium klavulanat pada derivat kedua ... 40

Tabel 4.3 Data hasil perhitungan kadar obat setelah dilakukan uji statistik ... 41

Tabel 4.4 Data hasil pengujian perolehan kembali amoksisilin dan kalium klavulanat dengan metode penambahan baku (standard addition methode) pada tablet dagang Claneksi® .. 44


(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus struktur amoksisilin ... 5

Gambar 2. Rumus struktur kalium klavulanat ... 6

Gambar 3. Spektrum serapan normal sampai derivat keempat ... 13

Gambar 4. Kurva aplikasi metode evaluasi spektrum derivatif ... 14

Gambar 5. Kurva sederhana aplikasi zero crossing ... 15

Gambar 6. Kurva serapan amoksisilin 18 mcg/ml ... 28

Gambar 7. Kurva serapan kalium klavulanat 100 mcg/ml ... 28

Gambar 8. Kurva tumpang tindih serapan maksimum amoksisilin dan kalium klavulanat ... 29

Gambar 9. Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin ... 29

Gambar 10. Kurva tumpang tindih serapan kalium klavulanat ... 30

Gambar 11. Zero crossing amoksisilin pada serapan derivat pertama .. 31

Gambar 12. Zero crossing kalium klavulanat pada serapan derivat pertama ... 31

Gambar 13. Zero crossing amoksisilin pada serapan derivat kedua ... 32

Gambar 14. Zero crossing kalium klavulanat pada serapan derivat kedua ... 33

Gambar 15. Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin dan kalium klavulanat ... 34

Gambar 16. Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat ... 35

Gambar 17. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama amoksisilin dan kalium klavulanat ... 35


(16)

xiv

Gambar 18. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran

amoksisilin dan kalium klavulanat ... 36

Gambar 19. Kurva tumpang tindihserapan derivat kedua amoksisilin dan kalium klavulanat ... 36

Gambar 20. Kurva tumpang tindihserapan derivat kedua amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat ... 37

Gambar 21. Zero crossing amoksisilin ... 37

Gambar 22. Zero crossing kalium klavulanat ... 38

Gambar 23. Panjang gelombang analisis untuk amoksisilin ... 38


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran1. Kurva Serapan Amoksisilin dan Kalium Klavulanat pada

Derivat Pertama ... 49

Lampiran 2. Kurva tumpang tindih Amoksisilin dan Kalium Klavulanat pada Derivat Kedua ... 50

Lampiran 3. Kurva Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis .. 51

Lampiran 4. Kurva Kalibrasi Amoksisilin dan Kalium Klavulanat ... 53

Lampiran 5. Perhitungan Regresi Kalibrasi Amoksisilin ... 54

Lampiran 6. Perhitungan Batas Deteksi/Limit of Detection (LOD) dan Batas Kuantitasi/Limit of Quantitation (LOQ) Amoksisilin ... 55

Lampiran 7. Perhitungan Regresi Kalibrasi Kalium Klavulanat ... 56

Lampiran 8. Perhitungan Batas Deteksi/Limit of Detection (LOD) dan Batas Kuantitasi/Limit of Quantitation (LOQ) Kalium Klavulanat ... 57

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat ... 58

Lampiran 10. Kurva Serapan Penetapan Kadar Tablet Coamoxiclav® ... 60

Lampiran 11. Kurva Serapan Penetapan Kadar Tablet Claneksi® ... 63

Lampiran 12. Kurva Serapan Penetapan Kadar Tablet Augmentin® ... 66

Lampiran 13. Data Kadar Amoksisilin dalam Tablet ... 69

Lampiran 14. Data Kadar Kalium Klavulanat dalam Tablet ... 70

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Amoksisilin pada Tablet Coamoxiclav® ... 71

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Kalium Klavulanat pada Tablet Coamoxiclav® ... 73


(18)

xvi

Lampiran 18. Perhitungan Statistik Kalium Klavulanat pada Tablet

Claneksi® ... 77

Lampiran 19. Perhitungan Statistik Amoksisilin pada Tablet

Augmentin® ... 79

Lampiran 20. Perhitungan Statistik Kalium Klavulanat pada Tablet

Augmentin® ... 81

Lampiran 21. Contoh Perhitungan Persentase Perolehan Kembali

(%Recovery) ... 83

Lampiran 22. Kurva Serapan Claneksi® pada Uji Perolehan Kembali .... 88

Lampiran 23. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Amoksisilin pada Tablet Dagang Claneksi® dengan Metode Penambahan

Baku (Standard Addition Methode) ... 93

Lampiran 24. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Kalium Klavulanat pada Tablet Dagang Claneksi® dengan Metode

Penambahan Baku (Standard Addition Methode) ... 94

Lampiran 25. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Relatif Standar Deviasi Perolehan Kembali Amoksisilin pada

Tablet Claneksi® ... 95

Lampiran 26. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Relatif Standar Deviasi Perolehan Kembali Kalium Klavulanat

pada Tablet Claneksi® ... 96

Lampiran 27. Daftar Distribusi Nilai T ... 97

Lampiran 28. Sertifikat Bahan Baku Amoksisilin BPFI dan Kalium

Klavulanat (Phiexia Company) ... 98

Lampiran 29. Daftar Sertifikasi Sampel ... 100


(19)

vi

OPTIMASI DAN ANALISIS KADAR CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

ABSTRAK

Saat ini banyak beredar sediaan obat dengan lebih dari satu komponen zat aktif. Salah satu kombinasi yang sering digunakan adalah amoksisilin dan kalium klavulanat yang tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan beredar dengan berbagai merek dagang. Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat merupakan

kombinasi antibakteri golongan β-laktam dan penghambat β-laktamase.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi metode analisis kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing dalam pelarut metanol.

Panjang gelombang analisis untuk menetapkan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat pada spektrum serapan derivat kedua masing-masing pada panjang gelombang 279,20 nm dan 338,40 nm.

Penentuan linieritas kurva kalibrasi menghasilkan koefisien korelasi, r = 0,9993 dengan persamaan regresi Y = (59X + 7).10-6 untuk amoksisilin dan r = 0,9999 dengan persamaan regresi Y= (160X – 1).10-6 untuk kalium klavulanat. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) untuk amoksisilin berturut-turut adalah 0,8608 mcg/ml dan 2,8694 mcg/ml sedangkan untuk kalium klavulanat adalah 0,0864 mcg/ml dan 0,2881 mcg/ml.

Hasil penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang dianalisis dalam tablet di pasaran menunjukkan bahwa semua memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan yang tertera pada USP 30 dan NF 25 (2007) dan Farmakope Indonesia Edisi V (2014). Hasil uji validasi yang dilakukan terhadap tablet memenuhi persyaratan validasi metode, untuk amoksisilin diperoleh % recovery = 99,93% dengan Relative Standard Deviation

(RSD) = 1,11% dan untuk kalium klavulanat diperoleh % recovery = 99,46% dengan RSD = 0,22%. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa spektrofotometri derivatif metode zero crossing dapat digunakan untuk analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat.

Kata-kata kunci : amoksisilin, kalium klavulanat, spektrofotometri derivatif, zero crossing, derivat kedua, validasi


(20)

vii

OPTIMIZATION AND DETERMINATION OF

AMOXICILLIN AND CLAVULANATE POTASSIUM MIXTURE USING DERIVATIVE SPECTROPHOTOMETRY METHOD

ABSTRACT

Nowadays many dosage form of drug which contain more than one active ingredient. One of combinations which is often used is amoxicillin and clavulanate pottasium in tablet form. The mixture of amoxicillin and clavulanate

pottasium is a combination of the β-lactam antibiotic and β-lactamase inhibitor. The purpose of this research is to optimize the method for determining amoxicillin and clavulanate pottasium mixture using derivative spectrophotometry with zero crossing method in methanol. Amoxicillin and clavulanate pottasium mixture were determined by measuring the second derivative ratio amplitudes, at 279.20 nm and at 338.40 nm respectively.

The determination of calibration curve linearity showed the correlation coefficient, r = 0.9993 with the regression Y = (59X + 7).10-6 for amoxicillin and r = 0.9999 with the regression Y = (160X – 1).10-6 for clavulanate pottasium. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of amoxicillin 0.8608 mcg/ml and 2.8694 mcg/ml. LOD and LOQ of clavulanate pottasium 0.0864 mcg/ml and 0.2881 mcg/ml.

The result of determination of amoxicillin and clavulanate pottasium mixture the requirement of the thirtieth edition United States Pharmacopoeia and the twenty fifth edition National Formulary (2007) and the fifth edition of

Farmakope Indonesia (2014). The validation test of tablet showed amoxicillin has % recovery = 99.93%, Relative Standard Deviation (RSD) = 1.11% and

clavulanate pottasium has % recovery = 99.46% with RSD = 0.22%. From the result above concluded that derivative spectrophotometry with zero crossing method can be used for analyzing in determination amoxicillin and clavulanate pottasium.

Keywords : amoxicillin, clavulanate pottasium, derivative spectrophotometry, zero crossing, second order, validation


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat merupakan kombinasi

antibakteri yang terdiri dari senyawa turunan β-laktam dan penghambat

β-laktamase. Kombinasi ini diberikan untuk mengatasi bakteri yang dapat

merusak β-laktam (penghasil β-laktamase). Asam klavulanat biasanya diberikan dalam bentuk garamnya yaitu kalium klavulanat bila diberikan secara oral

(Sweetman, 2009).

Kondisi optimum pada penentuan kadar amoksisilin dengan metode

kromatografi cair kinerja tinggi dan dideteksi oleh spektrofotometer ultraviolet

pada panjang gelombang 230 nm diperoleh dengan perbandingan pelarut dapar

posfat pH 5-asetonitril (96:4) (Harianto, dkk., 2006).

Campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang telah ditentukan

kadarnya dengan metode spektrofotometri ultraviolet nonderivatif dan derivatif

dengan menggunakan pelarut air diperoleh pada derivatif pertama pada panjang

gelombang masing-masing 244,9 nm dan 272 nm (Huong dan Hoang, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan Martina (2010), hasil optimasi pelarut

campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan metode

kromatografi cair kinerja tinggi dan dideteksi oleh spektrofotometer ultraviolet

pada panjang gelombang 220 nm diperoleh dengan perbandingan dapar posfat

pH-4,4-metanol (91:9). Penggunaan kromatografi cair kinerja tinggi ini

membutuhkan waktu analisis yang lama dan biaya yang relatif mahal sehingga


(22)

2

dan biaya dengan variabel pelarut dan panjang gelombang deteksi

(Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri derivatif adalah salah satu metode

spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran beberapa zat

secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu walaupun

dengan panjang gelombang yang berdekatan. Fasilitas ini memungkinkan analisis

multikomponen dalam campuran yang spektranya saling tumpang tindih

(Nurhidayati, 2007).

Metode zero crossing adalah prosedur yang paling umum untuk menentukan

campuran biner yang spektranya saling tumpang tindih. Metode zero crossing

dapat digunakan pada derivatif pertama dan kedua dengan pemilihan panjang

gelombang untuk pengukuran (Nurhidayati, 2007).

Beberapa keuntungan dari spektrum derivatif antara lain spektrum derivatif

memberikan gambaran struktur yang terinci dari spektrum serapan dan gambaran

ini makin jelas dari spektra derivatif pertama ke derivatif keempat. Selain itu,

dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam campuran dengan

bahan yang panjang gelombangnya saling berdekatan. Bila dibandingkan dengan

kromatografi cair kinerja tinggi, metode spektrofotometri derivatif relatif lebih

sederhana, alat dan biaya operasionalnya relatif lebih murah dan waktu

analisisnya lebih cepat (Nurhidayati, 2007).

Metode spektrofotometri derivatif telah diaplikasikan secara luas di dalam

kimia analisis kuantitatif, farmasetik, klinik, forensik, biomedik, dan industri

(Skujins dan Varian, 2006). Beberapa contoh aplikasinya antara lain penetapan


(23)

3

2011), penetapan kadar amoksisilin dan kloksasilin dalam kapsul (Giang Do dan

Hoang Vu, 2010), analisis kadar benzofenon dan fenitoin dalam tablet (Walash,

dkk., 2011), dan penetapan kadar campuran triprolidina hidroklorida dan

pseudoefedrina hidroklorida dalam tablet (Hayun, dkk., 2006).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan optimasi

spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing dalam pelarut metanol

dalam penetapan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah pelarut metanol dapat digunakan untuk analisis kadar campuran

amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan spektrofotometri

derivatif pada panjang gelombang zero crossing ?

2. Apakah kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sediaan

tablet yang ditetapkan dengan metode spektrofotometri derivatif pada

panjang gelombang zero crossing memenuhi persyaratan kadar yang

ditetapkan USP 30 dan NF 25 (2007) dan Farmakope Indonesia Edisi V

(2014) ?

3. Apakah metode spektrofotometri derivatif yang digunakan memenuhi

persyaratan validasi metode ?

1.3 Hipotesis

1. Pelarut metanol dapat digunakan untuk analisis kadar campuran

amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan spektrofotometri


(24)

4

2. Kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sediaan tablet

yang ditetapkan menggunakan spektrofotometri derivatif pada panjang

gelombang zero crossing memenuhi persyaratan USP 30 dan NF 25

(2007) dan Farmakope Indonesia Edisi V (2014).

3. Metode yang digunakan memenuhi persyaratan validasi metode.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Melakukan analisis kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat

dengan pelarut metanol menggunakan spektrofotometri derivatif pada

panjang gelombang zero crossing.

2. Membandingkan hasil yang diperoleh pada penetapan kadar campuran

amoksisilin dan kalium klavulanat mengunakan spektrofotometri derivatif

pada panjang gelombang zero crossing dengan persyaratan USP 30 dan

NF 25 (2007) dan Farmakope Indonesia Edisi V (2014).

3. Melakukan uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif yang

digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah untuk memperoleh panjang gelombang zero

crossing dalam menetapkan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat

dalam sediaan tablet menggunakan spektrofotometri derivatif yang dapat


(25)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amoksisilin dan Kalium Klavulanat

Amoksisilin dan kalium klavulanat merupakan kombinasi antibakteri oral

yang terdiri dari senyawa turunan β-laktam dan penghambat β-laktamase (Bebrone, dkk., 2010). Kalium klavulanat melindungi amoksisilin agar tidak

terhidrolisis oleh enzim β-laktamase sehingga dapat mengatasi kerja amoksisilin (Sweetman, 2009).

Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat dapat digunakan untuk

mengatasi infeksi pada saluran pernafasan seperti sinusitis, bronkopneumonia,

faringolaringitis, dan tonsilitis (Kuroki, dkk., 2013; Wald, dkk., 2008). Selain itu

juga dapat digunakan untuk membantu dalam mengobati otitis media akut, ulkus

peptik, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Casey, dkk., 2012; Sweetman, 2009).

Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat dapat menimbulkan gangguan

fungsi hati seperti hepatitis serta gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,

nyeri perut, dan diare (Sweetman, 2009).

2.1.1 Amoksisilin


(26)

6

Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5S.3H2O dengan berat

molekul 419,45. Pemeriannya berupa serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau,

stabil pada pH 3,5-6,0. Senyawa ini sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut

dalam benzena, dalam karbon tetraklorida, dan dalam kloroform (Ditjen BKAK,

2014; USP 30 dan NF 25, 2007).

Amoksisilin merupakan turunan penisilin berspektrum luas yang bekerja

dengan menghambat biosintesis dinding sel (Mutschler, 1986). Amoksisilin

digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi pada saluran pernafasan, saluran

cerna, dan saluran kemih (Sweetman, 2009).

2.1.2 Kalium Klavulanat

Gambar 2. Rumus Struktur Kalium Klavulanat (USP 30 dan NF 25, 2007)

Kalium klavulanat memiliki rumus molekul C8H8KNO5 dengan berat

molekul 237,25. Pemeriannya berupa serbuk putih, berasa pahit, stabil pada pada

pH 5,5-8. Senyawa ini mudah larut dalam alkohol dan air (Ditjen BKAK, 2014;

Gelone dan O’Donnel, 2005; USP 30 dan NF 25, 2007).

Kalium klavulanat merupakan bentuk garam dari asam klavulanat. Asam

klavulanat mempunyai kerja antimikroba yang sangat lemah, tetapi dapat


(27)

7

gram negatif dengan mengikat pusat aktif enzim tersebut. Oleh karena itu,

senyawa ini digunakan dalam kombinasi bersama antibiotik β-laktam yang tidak stabil terhadap β-laktamase (Mutschler, 1986; Sweetman, 2009).

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

2.2.1 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Spekrofotometri ultraviolet-visibel merupakan salah satu teknik analisis

spektrofotometri yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar

ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer

(Rohman, 2007). Sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang antara

200-400 nm sedangkan sinar tampak memiliki panjang gelombang antara

400-800 nm (Moffat, dkk., 2005).

2.2.2 Pembagian Metode Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Spektrofotometri ultraviolet-visibel dibagi atas empat metode analisis yaitu

analisis zat tunggal, analisis multikomponen, spektrofotometri perbedaan

(Difference Spectrophotometry), dan spektrofotometri derivatif

(Moffat, dkk., 2005).

2.2.3 Proses Penyerapan Radiasi pada Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel Radiasi di daerah ultraviolet atau visibel diserap melalui eksitasi elektron

yang terlibat dalan ikatan antara atom-atom pembentuk molekul (Rohman, 2007;

Watson, 2005).

Jika suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel maka intensitas

sinar radiasi yang diteruskan dapat diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh

cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan


(28)

8

dapat terjadi jika radiasi yang mengenai larutan sampel memiliki energi yang

sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan perubahan energi.

Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan

pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan hal ini sangat kecil dibandingkan

dengan proses penyerapan (Rohman, 2007).

Sinar ultraviolet dan sinar tampak (visibel) memberikan energi yang cukup

untuk terjadinya transisi elektron (Rohman, 2007). Elektron yang energinya

tertinggi dalam molekul, berada dalam tingkat energi elektron dasar, terdapat

dalam orbital δ, π, atau n, masing-masing mempunyai keadaan tereksitasi sesuai dengan energi elektron terendah. Transisi elektron yang terkait dengan absorbsi

radiasi ultraviolet dan sinar tampak adalah δ→δ*, n→δ*, n→π*, dan π→π*

(Satiadarma, dkk., 2004).

Penyerapan radiasi ultraviolet dan sinar tampak dibatasi oleh sejumlah

gugus fungsional (yang disebut dengan kromofor) yang mengandung elektron

valensi dengan tingkat energi eksitasi yang relatif rendah. Elektron yang terlibat

pada penyerapan radiasi ultraviolet dan visibel ini ada tiga, yaitu elektron sigma,

elektron phi, dan elektron bukan ikatan (non bonding electron) (Rohman, 2007).

Menurut Rohman (2007), transisi-transisi elektronik yang terjadi di antara

tingkat-tingkat energi di dalam suatu molekul ada empat yaitu transisi δ→δ*, transisi n→δ*, transisi n→π*, dan transisi π→π*. Berikut akan diuraikan keempat jenis transisi :


(29)

9 1. Transisi δ→δ*

Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi

sinar yang frekuensinya terletak di antara ultraviolet vakum (kurang dari 180 nm).

Jenis transisi ini terjadi pada daerah ultraviolet vakum sehingga kurang begitu

bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri ultraviolet-visibel.

2. Transisi n→δ*

Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung

atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan (elektron n). Energi yang

diperlukan untuk transisi jenis ini lebih kecil dibandingkan transisi δ→δ*

sehingga sinar yang diserap pun mempunyai panjang gelombang lebih panjang,

yakni sekitar 150-250 nm. Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang

gelombang kurang dari 200 nm.

3. Transisi n→π* dan transisi π→π*

Untuk memungkinkan terjadinya transisi ini, maka molekul organik harus

mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam

gugus tersebut memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini

merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis sebab dengan panjang

gelombang 200-700 nm, dan panjang gelombang ini secara teknis dapat

diaplikasikan pada spektrofotometer ultraviolet-visibel. Perbedaan antara transisi


(30)

10

Tabel 1. Perbedaan antara transisi n→π* dan transisi π→π*

Transisi n→π* Transisi π→π*

Absorptivitas molar (ε) antara

10-100 Lcm-1mol-1

Absorptivitas molar (ε) antara 1000-10000 Lcm-1mol-1

Biasanya pelarut yang polar

menyebabkan pergeseran biru atau

hypsocromic shift (pergeseran pita

serapan ke arah panjang gelombang

yang lebih pendek)

Biasanya pelarut yang polar

menyebabkan pergeseran merah atau

bathocromic shift (pergeseran pita

serapan ke arah panjang gelombang

yang lebih panjang)

2.2.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Data spektrum ultraviolet-visibel secara tersendiri tidak dapat digunakan

untuk identifikasi kualitatif obat karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit

hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorbsi maksimum dan

minimum. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektrofotometri

inframerah, resonansi magnet inti, dan spektrometri massa, maka dapat digunakan

untuk maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut. Penggunaannya

terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang

gelombang maksimum, nilai absorptivitas, nilai absorptivitas molar, nilai

koefisien ekstingsi yang khas untuk senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut

tertentu (Satiadarma, dkk., 2004; Rohman, 2007).

Kegunaan utama spektrofotometri ultraviolet-visibel adalah analisis

kuantitatif (Satiadarma, dkk., 2004). Beberapa kegunaannya dalam analisis


(31)

11

penetapan kadar tablet levofloksasin (Desai, dkk., 2011), penetapan kadar

ranitidin hidroklorida (Basavaiah dan Nagegowda, 2004), dan penetapan kadar

tablet kombinasi parasetamol, fenileprin, dan klorfeniramin (Khoshayand, dkk.,

2010).

Menurut Rohman (2007), Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek

kuantitatif spektrofotometri ultraviolet-visibel. Menurut Hukum Lambert-Beer,

serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat

ditulis dengan persamaan :

A = a.b.c (g/liter) atau A = ε. b. c (mol/liter) atau A = A1

1.b.c (g/100 ml) Dimana:

A = serapan

a = absorptivitas

b = ketebalan sel

c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

A11= absorptivitas spesifik

2.2.4 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel

Biasanya spektrofotometer telah mempunyai software untuk mengolah data

yang dapat dioperasikan melalui komputer yang telah terhubung dengan

spektrofotometer (Moffat, dkk., 2005).

Menurut Satiadarma, dkk., (2004) dan Rohman (2007), komponen

spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara


(32)

12

2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis.

3. Optik-optik: dapat didesain untuk memecah sumber sinar melewati 2

kompartemen.

4. Detektor: digunakan sebagai alat yang menerima sinyal dalam bentuk radiasi

elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke

rangkaian sistem penguat elektronika. Respon tiap jenis detektor terhadap

bagian dari spektrum radiasi tidak sama, sehingga setiap spektrofotometer

menggunakan detektor yang paling cocok untuk daerah pengukurannya.

2.3 Spektrofotometri Derivatif

2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Derivatif

Spektrofotometri derivatif merupakan transformasi spektrum serapan

menjadi spektrum derivatif pertama, kedua, atau spektrum derivatif orde lebih

tinggi (Ditjen POM, 1995). Spektrofotometri derivatif merupakan metode

manipulatif terhadap spektrum pada spektrofotometri ultraviolet-visibel

(Moffat, dkk., 2005).

Menurut Moffat, dkk., (2005), pada spektrofotometri konvensional,

spektrum serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (λ).

Pada spektrofotometri derivatif, plot A lawan λ, ditransformasikan menjadi plot

dA/dλ lawan λ untuk derivatif pertama, dan d2A/ dλ2 lawan λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya.

A = f(λ), order nol

dA/dλ = f′(λ), order pertama


(33)

13

Gambar 3. Spektrum serapan normal sampai derivat keempat (Talsky, 1994)

Gambar (a) menunjukkan spektrum serapan normal yang diderivatisasi

sampai spektrum derivat keempatnya, sedangkan Gambar (b) menunjukkan

spektrum yang saling tumpang tindih yang diderivatisasi mulai dari spektrum

serapan normal hingga spektrum derivat keempat (Talsky, 1994).

Menurut Talsky (1994), spektrum derivatif merupakan sebuah plot

perubahan serapan dengan panjang gelombang. Spektrum derivatif pertama

dilambangkan dengan dA/dλ, spektrum derivatif kedua dilambangkan dengan dA2/dλ2, dan seterusnya (Ditjen POM, 1995). Hal ini dapat dilihat dari persamaan menurut hukum Lambert-Beer berikut ini :

dA/dλ =

bc x d cm dA λ ) 1 %, 1 (

dA2/dλ2 =

bc x d cm A d 2 2 ) 1 %, 1 ( λ

dn =

bc x d cm A d n n λ ) 1 %, 1 (


(34)

14

2.3.2 Metode Evaluasi Spektra pada Spektrofotometri Derivatif

Ada empat metode umum yang digunakan untuk evaluasi spektra pada

spektrofotometri derivatif yaitu metode peak-peak, metode peak-tangent, metode

peak-zero (zero crossing), metode peak-peak ratio (rasio spektra) (Talsky, 1994;

Nurhidayati, 2007).

Pada metode peak-peak, absorbsinya diukur dari puncak maksimum sampai

minimum yang ditunjukkan P1, P2, dan P3 pada gambar (a) sedangkan pada

metode peak-tangent, absorbsinya diukur dari puncak maksimum sampai

pertengahan puncak minimum yang dapat ditunjukkan pada t1, t2, dan t3 pada

gambar (b). Pada metode peak-zero, absorbsinya diukur dari puncak maksimum

sampai titik nol kurva yang ditunjukkan pada z1, z2, z3, z4, dan z5 pada gambar (c)

sedangkan pada metode peak-peak ratio, absorbsinya diukur sebagai

perbandingan antara P1 dengan P2 yang ditunjukkan pada gambar (d) (Talsky,

1994). Kurva aplikasi metode evaluasi spektra derivatif dapat dilihat pada

gambar 4.

Gambar 4. Kurva aplikasi metode evaluasi spektra derivatif (Talsky, 1994) (a) Kurva aplikasi metode peak-peak (b) Kurva aplikasi metode peak-tangent


(35)

15

Metode zero crossing merupakan metode yang paling umum digunakan

dalam pemilihan panjang gelombang analisis untuk campuran biner (Aziz, 2006).

Panjang gelombang zero crossing adalah panjang gelombang dimana senyawa

tersebut mempunyai serapan nol dan menjadi panjang gelombang analisis untuk

zat lain dalam campurannya. Pengukuran pada metode zero crossing tiap

komponen dalam campuran merupakan fungsi tunggal konsentrasi dari yang

lainnya (Nurhidayati, 2007). Kurva sederhana aplikasi zero crossing dapat dilihat

pada Gambar 5.

Gambar 5. Kurva sederhana aplikasi zero crossing (Talsky, 1994)

2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Derivatif

Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif zat dalam campuran yang spektrumnya mungkin tersembunyi dalam

suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan

proses pemisahan zat yang bertingkat-tingkat (Nurhidayati, 2007).

Dalam bidang farmasi, karena terkait terapi, penetapan kadar obat adalah

kontrol kualitas pada industri farmasi. Metode spektrofotometri derivatif adalah

teknik analisis dengan kemampuan memisahkan campuran obat yang memiliki


(36)

16 2.4.Validasi metode

Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa prosedur

analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki. Proses validasi

metode untuk prosedur analitik dimulai dengan pengumpulan data validasi oleh

pelaksana guna mendukung prosedur analitiknya (Bliesner, 2006). Validasi

metode yang sempurna hanya dapat terjadi jika metode tersebut sudah

dikembangkan dan sudah dioptimasi (Rohman, 2007).

Hasil validasi metode dapat digunakan untuk memutuskan kualitas,

reabilitas, dan konsistensi dari hasil analisis (Huber, 2007). Adapun karakteristik

dalam validasi metode menurut USP 30 dan NF 25 (2007) yaitu akurasi, presisi,

spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas, rentang, dan

kekuatan/ketahanan.

2.4.1 Akurasi

Akurasi adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh melalui metode

analisis dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan dengan persen

perolehan kembali (% recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan dua metode,

yaitu spiked-placebo recovery atau metode simulasi dan standard addition method

(metode penambahan baku). Pada metode spiked-placebo recovery, analit murni

ditambahkan (spiked) ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi, lalu

campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit yang dianalisis dibandingkan

dengan jumlah analit yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan

langsung ke dalam sediaan farmasi. Metode ini dinamakan metode penambahan

baku atau standard addition method (USP 30 dan NF 25, 2007; Ermer dan


(37)

17

Menurut Harmita (2004), dalam metode penambahan baku, sejumlah

sampel yang dianalisis ditambah analit dengan konsentrasi biasanya 80% sampai

120% dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur, dan dianalisis kembali.

Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya. Dalam kedua

metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil

yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya.

2.4.2 Presisi

Presisi adalah ukuran keterulangan metode analisis, termasuk di antaranya

kemampuan instrumen dalam melakukan hasil analisis yang reprodusibel. Presisi

dinyatakan sebagai standar deviasi relatif.Berdasarkan rekomendasi ICH (the

International Conference on the Harmonisation), karakteristik presisi ada tiga

tingkatan, yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate

precision), dan reprodusibilitas (reproducibility). Keterulangan dilakukan dengan

cara menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan

instrumen yang sama dalam periode waktu yang singkat. Presisi antara dikerjakan

oleh analis yang berbeda sedangkan reprodusibilitas dikerjakan oleh analis yang

berbeda dan di laboratorium yang berbeda (USP 30 dan NF 25, 2007;

Satiadarma, dkk., 2004).

2.4.3 Spesifisitas

Spesifitas adalah suatu ukuran seberapa mampu metode tersebut mengukur

analit saja dengan adanya senyawa-senyawa lain yang terkandung di dalam

sampel (Watson, 2005). Secara umum, spesifitas dapat ditunjukkan oleh

minimalnya gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis misalnya


(38)

18

Pendekatan tidak langsung adalah lewat pengamatan karakteristik akurasi dari

metode tersebut. Bila akurasi metode telah dapat diterima maka metode tersebut

otomatis telah masuk kriteria sebagai metode yang spesifik (Ermer dan

McB. Miller, 2005).

2.4.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam

sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak dapat dikuantifikasi. Batas

deteksi merupakan batas uji yang spesifik menyatakan apakah analit di atas atau

dibawah nilai tertentu (Rohman, 2007).

Batas Kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam

sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima

pada kondisi operasional metode yang digunakan (Rohman, 2007).

2.4.5 Linieritas

Linieritas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh nilai hasil uji

langsung atau setelah diolah secara matematika proporsional dengan konsentrasi

analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu

(Satiadarma, dkk., 2004). Linieritas dapat ditentukan secara langsung dengan

pengukuran analit pada konsentrasi sekurang-kurangnya lima titik konsentrasi

yang mencakup seluruh rentang konsentrasi kerja (Ermer dan McB. Miller, 2005).

2.4.6 Rentang

Rentang adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan terendah

analit yang terbukti dapat ditentukan menggunakan prosedur analisis, dengan

presisi, akurasi, dan linieritas yang baik. Rentang biasanya dinyatakan dalam


(39)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dan penelitian ini

dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Desember 2014.

3.2 Alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian adalah spektrofotometer

ultraviolet (Shimadzu 1800) yang dilengkapi dengan komputer dengan software

UV Probe 2.34, sonikator (Branson 1510), neraca analitik (Boeco), kuvet,

lumpang dan alu, alat-alat gelas (Oberoi) dan alat-alat lainnya yang diperlukan

dalam penyiapan sampel dan larutan.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah metanol p.a, amoksisilin trihidrat BPFI,

kalium klavulanat baku Phiexia Company, tablet Coamoxiclav® (PT. Indofarma),

tablet Claneksi® (PT. Sanbe), dan tablet Augmentin® (PT. Glaxo Smith Kline).

3.4Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu ditentukan atas dasar

pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama

dengan yang diteliti yang ditunjukkan dengan nomor bets yang sama. Sampel

yang digunakan yaitu tablet yang masing-masing mengandung amoksisilin


(40)

20

(PT. Indofarma), tablet Claneksi® (PT. Sanbe), dan tablet Augmentin® (PT. Glaxo

Smith Kline) yang diperoleh dari apotek Kalimas.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Amoksisilin

Larutan induk amoksisilin dibuat dengan menimbang secara seksama serbuk

amoksisilin BPFI setara 50 mg, kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol di

dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan pelarut yang sama sehingga

didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 mcg/mL (LIB I). Dari larutan ini

dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan

metanol sampai garis tanda, dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan

dengan konsentrasi 100 mcg/ml (LIB II).

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Kalium Klavulanat

Larutan induk kalium klavulanat dibuat dengan menimbang secara seksama

serbuk kalium klavulanat setara 50 mg, kemudian dilarutkan dengan pelarut

metanol di dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan pelarut yang sama

sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 mcg/mL (LIB I). Dari

larutan ini dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan

dengan metanol sampai garis tanda, dikocok sampai homogen sehingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi 100 mcg/ml (LIB II). Larutan induk baku ini dapat


(41)

21

3.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Amoksisilin

Dipipet 1,8 ml larutan induk baku II (LIB II) amoksisilin, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan metanol hingga garis tanda,

dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi

18 mcg/ml, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm.

3.5.4 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Kalium Klavulanat

Dipipet 1 ml larutan induk baku I (LIB I) kalium klavulanat, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan metanol hingga garis tanda,

dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi

100 mcg/ml, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200 – 400 nm.

3.5.5 Pembuatan Larutan Standar Amoksisilin

Dipipet larutan induk baku II (LIB II) amoksisilin sebanyak 0,9 ml; 1,3 ml;

1,8 ml; 2,2 ml ; dan 2,6 ml. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur

10 ml, diencerkan dengan metanol hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen

sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 9 mcg/ml; 13 mcg/ml; 18 mcg/ml;

22 mcg/ml; dan 26 mcg/ml.

3.5.6 Pembuatan Larutan Standar Kalium Klavulanat

Dipipet larutan induk baku II (LIB II) kalium klavulanat sebanyak 0,45 ml;

0,5 ml; 0,55 ml; 0,6 ml; dan 0,65 ml. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu

tentukur 10 ml, diencerkan dengan metanol hingga garis tanda. Dikocok sampai

homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 4,5 mcg/ml; 5 mcg/ml;


(42)

22 3.5.7 Pembuatan Spektrum Serapan

Larutan standar amoksisilin dengan konsentrasi 9 mcg/ml; 13 mcg/ml;

18 mcg/ml; 22 mcg/ml; dan 26 mcg/ml dan kalium klavulanat dengan konsentrasi

4,5 mcg/ml; 5 mcg/ml; 5,5 mcg/ml; 6 mcg/ml; dan 6,5 mcg/ml dibuat spektrum

serapan (tanpa diderivatkan) pada panjang gelombang 200-400 nm.

3.5.8 Pembuatan Spektrum Serapan Derivat Pertama dan Kedua

Spektrum serapan amoksisilin dan kalium klavulanat yang diperoleh

ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat pertama dengan ∆λ 2 nm. Kemudian ditransformasikan lagi menjadi spektrum serapan kedua.

3.5.9 Penentuan Zero Crossing

Penentuan zero crossing diperoleh dengan menumpangtindihkan spektrum

serapan pada masing-masing derivat dari berbagai konsentrasi larutan. Zero

crossing masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki

serapan nol pada berbagai konsentrasi.

3.5.10 Penentuan Panjang Gelombang Analisis

Dibuat larutan amoksisilin dengan konsentrasi 22 mcg/ml, kalium

klavulanat dengan konsentrasi 5,5 mcg/ml, dan larutan campuran kedua zat itu

sehingga di dalamnya terdapat amoksisilin dengan konsentrasi 22 mcg/ml dan

kalium klavulanat dengan konsentrasi 5,5 mcg/ml. Kemudian dibuat spektrum

serapan derivat pertama dari masing-masing larutan zat tunggal dan campuran zat.

Spektrum serapan derivat pertama dari larutan zat tunggal dan campuran

keduanya ditumpangtindihkan. Demikian juga untuk spektrum serapan derivat

kedua, yang dipilih untuk menjadi panjang gelombang analisis adalah pada saat


(43)

23

sama atau persis sama, karena pada panjang gelombang tersebut dapat secara

selektif mengukur serapan zat tersebut.

3.5.11 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Amoksisilin Dipipet larutan induk baku II amoksisilin sebanyak 0,9 ml; 1,3 ml; 1,8 ml;

2,2 ml; dan 2,6 ml. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml,

diencerkan dengan metanol hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen

sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 9 mcg/ml; 13 mcg/ml; 18 mcg/ml;

22 mcg/ml; dan 26 mcg/ml. Kemudian diukur serapan pada derivat kedua

(∆λ = 2 nm) pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara konsentrasi dengan serapan sehingga

diperoleh persamaan regresi linear y = ax + b, dan berdasarkan nilai serapan pada

panjang gelombang analisis, dilakukan pula perhitungan batas deteksi / Limit of

Detection (LOD) dan batas kuantitasi / Limit of Quantitation (LOQ). Menurut

Watson (2005), untuk menentukan LODdan LOQdapat digunakan rumus:

SB =�∑(y-yi) 2

n-2

LOD= 3 × SB

Slope

LOQ= 10 × SB

Slope

Keterangan :

SB = simpangan baku

LOD = limit of detection


(44)

24

3.5.12 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Kalium Klavulanat

Dipipet larutan induk baku II kalium klavulanat sebanyak 0,45 ml; 0,5 ml;

0,55 ml; 0,6 ml; dan 0,65 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur

10 ml, diencerkan dengan metanol hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen

sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 4,5 mcg/ml; 5 mcg/ml; 5,5 mcg/ml;

6 mcg/ml; dan 6,5 mcg/ml. Kemudian diukur serapan pada derivat kedua

(∆λ= 2 nm) pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara konsentrasi dengan nilai serapan sehingga

diperoleh persamaan regresi linear y = ax + b dan berdasarkan nilai serapan pada

panjang gelombang analisis, dilakukan pula perhitungan batas deteksi / Limit of

Detection (LOD) dan batas kuantitasi / Limit of Quantitation (LOQ). Perhitungan

menentukan batas deteksi dan batas kuantitasi seperti rumus di atas.

3.5.13 Penentuan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sediaan Tablet

Dua puluh tablet ditimbang, digerus dalam lumpang sampai halus dan

homogen. Kemudian serbuk dipisahkan dari selaputnya dan disimpan dalam botol

gelap untuk mengurangi proses oksidasi yang terjadi. Kemudian ditimbang

sejumlah serbuk setara dengan 50 mg amoksisilin. Kemudian dari berat analit

yang ditimbang setara 50 mg amoksisilin ini dihitung kesetaraan kalium

klavulanat yang terkandung didalamnya (penimbangan serbuk sebanyak enam kali

pengulangan), dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan metanol

sampai garis tanda sambil dikocok. Larutan kemudian dihomogenkan dengan

pengaduk ultrasonik selama 15 menit. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih


(45)

25

dari larutan filtrat ini, dipipet 0,2 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur

10 ml dan diencerkan dengan metanol hingga garis tanda (konsentrasi 20 mcg/ml

untuk amoksisilin dan konsentrasi 5 mcg/ml untuk kalium klavulanat). Larutan

diukur serapannya dengan rentang waktu satu sampai dua jam lalu

ditransformasikan ke derivat kedua pada panjang gelombang analisis yang telah

ditentukan untuk amoksisilin dan kalium klavulanat.

3.5.14 Uji Validasi 3.5.14.1 Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (standard

addition method), yaitu dengan membuat tiga konsentrasi analit sampel dengan

rentang spesifik 80%, 100%, 120%, dimana masing-masing dilakukan sebanyak

tiga kali pengulangan. Setiap rentang spesifik mengandung 70% analit dan 30%

baku pembanding, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada

penetapan kadar sampel (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

% perolehan kembali = (�� - ��)

CA∗ × 100%

Keterangan :

CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

CA = konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku


(46)

26 3.5.14.2 Uji Presisi

Menurut Rohman dan Sudjadi (2007), uji presisi (keseksamaan) ditentukan

dengan parameter RSD(RelativeStandard Deviation) dengan rumus :

RSD = SD

X × 100%

Menurut Rohman dan Sudjadi (2007), untuk menghitung Standard Deviation

(SD) digunakan rumus :

SD =�∑(xi – x )2 n - 1

Keterangan :

RSD = relative standard deviation

SD = standard deviation

X = kadar rata-rata amoksisilin atau kalium klavulanat dalam sampel

3.5.15 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Data perhitungan kadar amoksisilin dan asam klavulanat dianalisis secara

statistik dengan menggunakan uji T (Sudjana, 2005).

Menurut Rohman dan Sudjadi (2007), rumus yang digunakan adalah :

SD =

(

)

1 -n

X -Xi 2

Menurut Sudjana (2005), untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung = SD n X Xi

/ −


(47)

27

Menurut Sudjana (2005), data diterima jika -ttabel < thitung < ttabel pada interval

kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01.

Keterangan :

SD = standard deviation / simpangan baku

Xi = kadar dalam satu perlakuan

X = kadar rata-rata dalam satu sampel

n = jumlah pengulangan

α = tingkat kepercayaan

Menurut Sudjana (2005), untuk menghitung kadar amoksisilin dan kalium

klavulanat dalam sampel secara statistik menggunakan rumus :

μ = X ± (t1-1/2 α, dk) x SD / √n) Keterangan :

µ = interval kepercayaan

X = kadar rata-rata sampel

X = kadar sampel

t = harga ttabel sesuai dengan dk = n-1

α = tingkat kepercayaaan dk = derajat kebebasan

SD = standard deviation


(48)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kurva Serapan Maksimum

Hasil penentuan kurva serapan maksimum amoksisilin dan kalium

klavulanat masing-masing dapat dilihat dari gambar 6 dan 7. Kurva tumpang

tindih serapan maksimum amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada

gambar 8.

Gambar 6. Kurva serapan amoksisilin 18 mcg/ml

Dari gambar 6 diatas dapat dilihat serapan maksimum amoksisilin terdapat

pada panjang gelombang 229 nm.

Gambar 7. Kurva serapan maksimum kalium klavulanat 100 mcg/ml

Dari gambar 7 diatas dapat dilihat serapan maksimum kalium klavulanat


(49)

29

Gambar 8. Kurva tumpang tindih serapan maksimum amoksisilin dan kalium klavulanat

4.2 Penentuan Kurva Serapan

Hasil penentuan kurva serapan dibuat dengan membuat larutan amoksisilin

dengan konsentrasi 9 mcg/ml; 13 mcg/ml; 18 mcg/ml; 22 mcg/ml; dan 26 mcg/ml

dan larutan kalium klavulanat dengan konsentrasi 4,5 mcg/ml; 5 mcg/ml;

5,5 mcg/ml; 6 mcg/ml; dan 6,5 mcg/ml kemudian dibuat kurva serapan pada

panjang gelombang 200-400 nm. Kurva serapan dari masing-masing zat pada

berbagai konsentrasi tersebut ditumpangtindihkan. Kurva tumpang tindih serapan

amoksisilin dan kalium klavulanat masing-masing dapat dilihat pada gambar 9

dan 10.

Gambar 9. Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin

Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

9 mcg/ml 13 mcg/ml 18 mcg/ml 22 mcg/ml 26 mcg/ml


(50)

30

Gambar 10. Kurva tumpang tindihserapan kalium klavulanat.

Dari gambar 9 dan gambar 10 dapat dilihat bahwa hasil tumpang tindih

serapan amoksisilin terdapat pada panjang gelombang 229 nm dan kalium

klavulanat terdapat pada panjang gelombang 272 nm.

4.3 Penentuan Kurva Serapan Derivat

4.3.1 Penentuan Kurva Serapan Derivat Pertama

Hasil kurva tumpang tindih serapan amoksisilin dan kalium klavulanat

derivat pertama dapat dilihat pada lampiran 1. Selanjutnya kurva serapan

diderivatkan ke derivat kedua.

4.3.2 Penentuan Kurva Serapan Derivat Kedua

Hasil kurva tumpang tindih serapan amoksisilin dan kalium klavulanat

derivat kedua dapat dilihat pada lampiran 2.

4.4 Penentuan Zero crossing pada Serapan Derivat

4.4.1 Penentuan Zero crossing pada Serapan Derivat Pertama

Hasil penentuan zero crossing pada derivat pertama diperoleh dengan

menumpangtindihkan spektrum serapan derivat pertama pada masing-masing zat

dari berbagai konsentrasi larutan. Zero crossing pada spektrum derivat pertama

dari masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki 4,5 mcg/ml

5 mcg/ml 5,5 mcg/ml

6 mcg/ml 6,5 mcg/ml


(51)

31

serapan nol pada berbagai konsentrasi. Zero crossing amoksisilin dan kalium

klavulanat pada kurva serapan derivat pertama masing-masing dapat dilihat pada

gambar 11 dan 12.

Gambar 11. Zero crossing amoksisilin pada serapan derivat pertama

Gambar 12. Zero crossing kalium klavulanat pada serapan derivat pertama

231,34

311,11 - 400

275,21 218,23

270,09 339,74

317,95

9 mcg/ml 13 mcg/ml 18 mcg/ml 22 mcg/ml 26 mcg/ml

4,5 mcg/ml 5 mcg/ml 5,5 mcg/ml

6 mcg/ml 6,5 mcg/ml


(52)

32

Dari gambar 11 dapat dilihat hasil zero crossing kalium klavulanat pada

serapan derivat pertama yang diperoleh yaitu pada 218,23 nm, 231,34 nm,

275,21 nm, dan 311,11 – 400 nm. Sedangkan dari gambar 12 dapat dilihat hasil

zero crossing kalium klavulanat pada serapan derivat pertama yang diperoleh

yaitu pada 270,09 nm, 317,95 nm, dan 339,74 nm.

4.4.2 Penentuan Zero crossing pada Serapan Derivat Kedua

Hasil penentuan kurva serapan derivat kedua dibuat dengan terlebih

dahulu membuat kurva serapan dari larutan amoksisilin dengan konsentrasi

9 mcg/ml; 13 mcg/ml; 18 mcg/ml; 22 mcg/ml; dan 26 mcg/ml dan larutan kalium

klavulanat dengan konsentrasi 4,5 mcg/ml; 5 mcg/ml; 5,5 mcg/ml; 6 mcg/ml; dan

6,5 mcg/ml pada panjang gelombang 200-400 nm. Kurva serapan yang telah

diperoleh ditransformasikan menjadi kurva serapan derivat kedua dengan

∆λ 2 nm. Kurva serapan derivat kedua dari masing-masing zat pada berbagai konsentrasi tersebut ditumpangtindihkan. Zero crossing amoksisilin dan kalium

klavulanat pada serapan derivat kedua dapat dilihat pada gambar 13 dan 14.

Gambar 13. Zero crossing amoksisilin pada serapan derivat kedua

223,93

240,46 280,91

284,90

266,1 006

299,15 – 400 277,49

9 mcg/ml 13 mcg/ml 18 mcg/ml 22 mcg/ml 26 mcg/ml


(53)

33

Gambar 14. Zero crossing kalium klavulanat pada serapan derivat kedua

Dari gambar 13 dapat dilihat hasil zero crossing pada serapan derivat kedua

terdapat pada panjang gelombang 223, 93 nm, 240,46 nm, 266,10 nm, 277,49 nm,

280,91 nm, 284,90 nm, dan 299,15-400 nm. Dari gambar 14 hasil zero crossing

kalium klavulanat pada serapan derivat kedua terdapat pada panjang gelombang

214,81 nm, 229,09 nm, 251,85 nm, 279,20 nm, dan 292,88 nm.

4.5 Penentuan Panjang Gelombang Analisis

Hasil penentuan panjang gelombang analisis dilakukan dengan cara

membuat larutan amoksisilin dengan konsentrasi 22 mcg/ml, kalium klavulanat

dengan konsentrasi 5,5 mcg/ml, dan larutan campuran amoksisilin dengan

konsentrasi 22 mcg/ml dan kalium klavulanat dengan konsentrasi 5,5 mcg/ml.

Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat

pada gambar 15 sedangkan kurva tumpang tindih serapan amoksisilin, kalium

klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada

214,81

229,09

251,85

292,88 279,20

4,5 mcg/ml 5 mcg/ml 5,5 mcg/ml

6 mcg/ml 6,5 mcg/ml


(54)

34

gambar 16. Kemudian dibuat spektrum serapan derivat pertama dari

masing-masing larutan zat tunggal dan campuran zat. Spektrum serapan derivat pertama

dari larutan zat tunggal dan campuran keduanya ditumpangtindihkan. Demikian

juga untuk spektrum serapan derivat kedua. Kurva tumpang tindihserapan derivat

pertama amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada gambar 17

sedangkan kurva tumpang tindih serapan derivat pertama amoksisilin, kalium

klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada

gambar 18. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua amoksisilin dan kalium

klavulanat dapat dilihat pada gambar 19 sedangkan kurva tumpang tindih serapan

derivat kedua amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan

kalium klavulanat dapat dilihat pada gambar 20. Penentuan panjang gelombang

analisis dilakukan berdasarkan pengamatan pada kurva serapan masing-masing

derivat, kemudian dilanjutkan pengukuran absorbansi pada masing-masing zero

crossing. Zero crossing amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada

gambar 21 dan 22. Hasil penentuan panjang gelombang analisis amoksisilin dan

kalium klavulanat masing-masing dapat dilihat pada gambar 23 dan 24.

Gambar 15. Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin dan kalium klavulanat Amoksisilin 22 mcg/ml


(55)

35

Gambar 16. Kurva tumpang tindih serapan amoksisilin, kalium klavulanat dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat.

Gambar 17. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama amoksisilin dan kalium klavulanat

Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Campuran amoksisilin 22 mcg/ml dan K.Klavulanat 5,5 mcg/ml


(56)

36

Gambar 18. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat.

Gambar 19. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua amoksisilin dan kalium klavulanat.

Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml Amoksisilin 22 mcg/ml

K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Campuran amoksisilin 22 mcg/ml dan K.Klavulanat 5,5 mcg/ml


(57)

37

Gambar 20. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat.

Gambar 21. Zero crossing amoksisilin

338,40 Amoksisilin 22 mcg/ml

K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Campuran amoksisilin 22 mcg/ml dan K.Klavulanat 5,5 mcg/ml


(58)

38 Gambar 22. Zero crossing kalium klavulanat

Gambar 23.Panjang gelombang analisis amoksisilin 279,20 279,20

Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Amoksisilin 22 mcg/ml K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Campuran Amoksisilin 22 mcg/ml dan K.Klavulanat 5,5 mcg/ml


(59)

39

Gambar 24.Panjang gelombang analisis kalium klavulanat

Dari gambar dapat dilihat bahwa panjang gelombang analisis untuk

penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat adalah pada serapan

derivat kedua. Untuk mengetahui lebih tepatnya dilakukan pemilihan panjang

gelombang analisis. Amoksisilin dan kalium klavulanat memiliki banyak zero

crossing pada serapan derivat kedua yaitu pada panjang gelombang 338,40 nm

(zero crossing dari amoksisilin) dan 220 nm, 258,60 nm, 261 nm, 263,20 nm,

279,20 nm, dan 291 nm (zero crossing dari kalium klavulanat). Kurva serapan

penentuan panjang gelombang analisis dapat dilihat pada lampiran 3. Dasar

pemilihan panjang gelombang analisis adalah pada saat serapan senyawa

pasangannya dan campurannya hampir sama atau persis sama, karena pada

panjang gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa

pasangannya dan pada saat serapan yang paling besar (Nurhidayati, 2007). Data

hasil serapan amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan

kalium klavulanat pada derivat kedua dapat dilihat pada tabel 2. 338,40 Amoksisilin 22 mcg/ml

K.Klavulanat 5,5 mcg/ml

Campuran Amoksisilin 22 mcg/ml dan K.Klavulanat 5,5 mcg/ml


(60)

40

Tabel 2. Data hasil serapan amoksisilin, kalium klavulanat, dan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat pada derivat kedua.

Dari tabel di atas, diperoleh panjang gelombang analisis adalah pada

279,20 nm dan pada 338,40 nm. Panjang gelombang analisis untuk amoksisilin

adalah pada 279,20 nm (lihat gambar 23), karena pada panjang gelombang ini

serapan kalium klavulanat adalah nol, sedangkan amoksisilin dan campuran

keduanya mempunyai nilai serapan sama dan maksimum yaitu 0,0013. Demikian

juga panjang gelombang analisis untuk kalium klavulanat adalah pada 338,40 nm

(lihat gambar 24), karena pada panjang gelombang ini serapan amoksisilin adalah

nol, sedangkan kalium klavulanat dan campuran keduanya mempunyai nilai

serapan sama dan maksimum yaitu 0,0009.

4.6 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi

Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier

antara absorbansi dengan konsentrasi, untuk amoksisilin dengan koefisien

korelasi, r = 0,9993 dan persamaan regresi Y = (59X + 7).10-6; untuk kalium

klavulanat dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi Serapan Derivat

Kedua

Panjang gelombang (nm)

220,00 258,60 261,00 263,20 279,20 291,00 338,40

Amoksisilin

(22 mcg/ml) 0,0043 0,0006 0,0005 0,0007 0,0013 0,0010 0

Kalium klavulanat

(5,5 mcg/ml) 0 0 0 0 0 0 0,0009

Campuran amoksilin dan


(61)

41

Y = (160X – 1).10-6. Kurva kalibrasi amoksisilin dan kalium klavulanat dapat

dilihat pada lampiran 4 dan perhitungan regresi kalibrasi amoksisilin dan kalium

klavulanat masing masing dapat dilihat pada lampiran 5 dan 7.

4.7 Penentuan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sediaan Tablet

Penetapan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dilakukan dengan

menggunakan tablet yang mengandung amoksisilin 500 mg dan kalium klavulanat

125 mg. Dibuat larutan uji sehingga didalamnya terdapat amoksisilin dan kalium

klavulanat kemudian diukur serapannya pada derivat kedua pada panjang

gelombang analisis 279,20 nm dan 338,40 nm. Contoh perhitungan penetapan

kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada lampiran 9.

Kurva serapan penetapan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat pada

tablet Coamoxiclav® dapat dilihat pada lampiran 10, tablet Claneksi® pada

lampiran 11, dan untuk tablet Augmentin® pada lampiran 12. Data hasil

perhitungan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat setelah dilakukan uji

statistik (data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 13–20) dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3. Data hasil perhitungan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat setelah dilakukan uji statistik

No Nama Tablet Kadar Amoksisilin (%)

Kadar Kalium Klavulanat (%)

1. Coamoxiclav ®

(PT. Indofarma)

99,76 ± 0,61 97,28 ± 0,83

2. Claneksi® (PT. Sanbe ) 104,94 ± 1,09 94,65 ± 0,77

3. Augmentin ®

(PT. Glaxo


(62)

42

Persyaratan kadar untuk sediaan tablet amoksisilin dan kalium klavulanat

menurut USP 30 dan NF 25 (2007) dan Farmakope Indonesia Edisi V (2014)

yaitu mengandung amoksisilin dan kalium klavulanat tidak kurang dari 90,0% dan

tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari tabel 2 dapat

dilihat bahwa kadar amoksisilin dan kalium klavulanat pada ketiga tablet telah

memenuhi persyaratan kadar menurut USP 30 dan NF 25 (2007) dan Farmakope

Indonesia Edisi V (2014).

Tablet kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat merupakan tablet salut

yang bertujuan untuk menghindari proses oksidasi pada zat aktif tablet tersebut

yaitu kalium klavulanat. Kalium klavulanat memiliki gugus alkohol primer yang

apabila terkena zat pengoksidasi yaitu pengaruh oksigen di lingkungan analisis

akan berubah menjadi aldehid kemudian asam karboksilat (Ditjen POM, 1995;

Fessenden dan Fessenden, 1986). Proses oksidasi ini dapat menyebabkan

penguraian pada tablet sehingga mampu mempengaruhi kadar tablet

(Martin, dkk., 1983).

Cara mengatasi oksidasi ini dapat dengan menambahkan antioksidan,

menghindari oksigen, mendapar larutan pada pH yang sesuai, menggunakan

pelarut bebas logam, dan menyimpan pada temperatur rendah agar dapat

meminimalisir penguraian zat aktif pada tablet (Martin, dkk., 1983).

4.8 Uji Validasi

Parameter validasi yang diuji adalah akurasi (kecermatan), presisi

(keseksamaan), batas deteksi dan batas kuantitasi. Akurasi (kecermatan) metode

dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery) yang ditentukan dengan


(63)

43

validasi dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method)

terhadap tablet Claneksi® (PT. Sanbe) yang meliputi uji akurasi dengan parameter

persen perolehan kembali (% recovery) dan uji presisi dengan parameter RSD

(Relative Standard Deviation).

Uji akurasi dengan parameter % recovery dilakukan dengan membuat tiga

konsentrasi sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% dihitung dari

kesetaraan penimbangan pada penetapan kadar sampel, masing-masing dengan

tiga kali pengulangan dan setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel dan

30% baku pembanding. Contoh perhitungan persentase perolehan kembali (%

recovery) dapat dilihat pada lampiran 21, kurva serapan pada persentase perolehan

kembali dapat dilihat pada lampiran 22, dan data hasil persentase perolehan

kembali amoksisilin dan kalium klavulanat pada tablet Claneksi® dengan metode

penambahan baku (standard addition method) masingmasing dapat dilihat pada

lampiran 23 dan 24.

Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang

diperoleh dalam kurva kalibrasi. Batas deteksi dan batas kuantitasi analisis yang

amoksisilin diperoleh berturut-turut adalah 0,8608 mcg/ml dan 2,8694 mcg/ml,

sedangkan untuk kalium klavulanat diperoleh berturut-turut adalah

0,0864 mcg/ml dan 0,2881 mcg/ml. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran dan.

Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi kerja amoksisilin (20 mcg/ml) dan

kalium klavulanat (5 mcg/ml) dapat terdeteksi dan terkuantitasi dengan metode

spektrofotometri derivatif yang digunakan.

Rata-rata persen perolehan kembali yang diperoleh telah memenuhi


(64)

44

rentang 98-102% yaitu 99,93% untuk amoksisilin dan 99,46% untuk kalium

klavulanat (Harmita, 2004). Simpangan baku relatif yang diperoleh telah

memenuhi syarat presisi untuk validasi prosedur analitik karena lebih kecil dari

2% yaitu 1,11% untuk amoksisilin dan 0,22% untuk kalium klavulanat (Harmita,

2004). Perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan simpangan baku relatif

amoksisilin dan kalium klavulanat pada persen perolehan kembali masing-masing

dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26. Dari hasil di atas, disimpulkan bahwa

prosedur analisis yang dilakukan dalam penelitian dapat digunakan untuk analisis

kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet karena telah

memenuhi persyaratan validasi metode.Data hasil pengujian perolehan kembali

amoksisilin dan kalium klavulanat dengan metode penambahan baku standar

(standard addition method) pada tablet Claneksi® dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Data hasil pengujian perolehan kembali amoksisilin dan kalium klavulanat dengan metode penambahan baku standar (standard addition method) pada tablet Claneksi®.

Rentang Spesifik (%)

Perolehan kembali Amoksisilin (%) Perolehan kembali Kalium Klavulanat (%) 80

101,41 99,25 101,41 99,25 101,41 99,25

100

99,25 99,39

99,25 99,39

99,25 99,39

120

99,12 99,75

99,12 99,75

99,12 99,75

Rata-rata % recovery 99,93 99,46

Standard Deviation (SD) 1,1139 0,2234


(65)

45 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam bentuk sediaan

tablet yang beredar di pasaran dapat ditetapkan dengan menggunakan

spektrofotometri derivatif dengan pelarut metanol pada kurva serapan derivat

kedua pada panjang gelombang zero crossing yaitu pada panjang gelombang

279,20 nm untuk analisis amoksisilin dan pada panjang gelombang 338,40 nm

untuk analisis kalium klavulanat.

Kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang dianalisis dalam 3

tablet di pasaran yang diperoleh dengan metode spektrofotometri derivatif

menggunakan pelarut metanol memenuhi persyaratan USP 30 dan NF 25 (2007)

dan Farmakope Indonesia Edisi V (2014).

Hasil uji validasi yang diperoleh dari batas deteksi, batas kuantitasi, persen

perolehan kembali, dan Relative Standard Deviation (RSD) untuk amoksisilin dan

kalium klavulanat menunjukkan bahwa metode yang digunakan memenuhi syarat

validasi.

4.2 Saran

Disarankan untuk penelitian berikutnya untuk menetapkan

kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat menggunakan

spektrofotometri derivatif dengan pelarut metanol:dapar posfat pH 4,4 untuk uji

perbandingan metode kromatografi cair kinerja tinggi dan spektrofotometri


(66)

46

DAFTAR PUSTAKA

Azis, A. (2005). Recent Development of Derivative Spectrophotometry and Their Analytical Applications. Analytical Sciences. 21(1): 595-614.

Basavaiah, K., dan Nagegowda, P. (2004). Determination of Ranitidine Hydrochloride in Pharmaceutical Preparations by Titrimetri and Visible Spectrophotometry using Bromate and Acid Dyes. Il Farmako. 59(2): 147-153.

Bebrone, C., Lassaux, P., Vercheval, L., Sohier, J.S., Jehaes, A., Sauvage, E., dan Galleni, M. (2010). Current Challenges in Antimicrobial Chemotheraphy.

Drugs. 70(6): 651-679.

Bliesner, D.M. (2006). Validating Chromatographic Methods A Practical Guide. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc. Hal.1.

Casey, J.R., Block, S., Hedrick, J., Almudevar, A., dan Pichichero, M.E. (2012). Comparison of Amoxicillin/Clavulanic Acid High Dose with Cefdinir in the Treatment of Acute Otitis Media. Drugs. 72(15): 1991-1997.

Desai, V.N., Afieroho, O.E., Dagunduro, D.O., Okonkwo., dan Ndu, C.C. (2011). A simple UV Spectrophotometric Method for the Determination of Levofloxacin in Dosage Formulations. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 10(1) : 75-79.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal. 1067.

Ditjen BKAK. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal. 120, 125, 651-652.

Ermer, J., dan McB., J.H.M. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis, A Guide to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH. Hal. 63,80, 86.

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. (1986). Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 285-289.

Gelone, S. dan O’Donnel, J.A. (2005). Anti-Infectives. In: D.Troy (ed).

Remington the Science and Practice of Pharmacy. 21th edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Hal. 1638.

Giang Do, T., dan Hoang Vu, D. (2010). Comparative Study of RP-HPLC and UV Sphectrophotometric Techniques for the Simultaneous Determination of Amoxicillin and Cloxacillin in Capsules. J. Young Pharm. 2(2) : 190-195.


(67)

47

Hariyanto., Sabarijah, W., dan Transitawuri, F. (2006). Perbandingan Mutu dan Harga Tablet Amoksisilin 500 mg Generik dengan Non Generik yang Beredar di Pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(3): 127-142.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian.1(3): 117-135.

Hayun., Hariyanto., dan Yenti. (2006). Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Tablet Antiinfluenza secara Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu kefarmasian.3(1): 94-105.

Huong, V.T., dan Hoang, V.D. (2009). Simultaneous Determination of Amoxicillin and Clavulanate in combined tablets by non-derivative and derivative UV spectropotometric techniques. International Journal of Pharmtech Research. 1(4): 1173-1181.

Huber, L. (2007). Validation and Qualification in Analytical Laboratories. 2nd Edition. New York : Informa Healthcare USA,Inc. Hal. 125.

Khoshayand, M.R., Abdollahi, H., Ghaffari, A., Shariatpanahi, M., dan Farzanegan, H. (2010). Simultaneous Spectrophotometric Determination of Paracetamol, Phenylephrine, and Chlorpheniramine in Pharmaceutical Using Chemometric Approaches. Journal of Pharmaceutical Sciences. 18(4): 292-297.

Kuroki, H., Ishiwada, N., Inoue, N., Ishikawa, N., dan Suzuki, H. (2013). Comparison of Clinical Efficacy Between 3-Day Combined Clavulanate/Amoxicillin Preparation Treatment 10-Day Amoxicillin Treatment in Children with Pharyngolaryngitis or Tonsilitis. Journal of Cystic Fibrosis. 12(6): 780-783.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. (1983). Physical Pharmacy. Penerjemah: Yoshita. (1990). Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press. Hal. 794, 796, 806.

Martina, A. (2010). Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat pH 4,4-Metanol pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin dan Asam Klavulanat dalam Tablet dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Skripsi. Medan : Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Hal. 1-40.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2005). Clarke’s Analysis of Drug and Poisons. 3rd edition. London: Pharmaceutical Press. Electronic version.

Mutschler, E. (1986). Arzneimittelwirkungen. Penerjemah: Widianto, M.B., dan Ranti, A.S. (1991). Dinamika Obat. Bandung : Penerbit ITB. Hal.641-643.


(1)

96

Lampiran 26. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Relatif Standar Deviasi Perolehan Kembali Kalium Klavulanat pada Tablet Claneksi®

No Kadar Perolehan Kembali

[Xi] (%) Xi ‒ X̄ (Xi ‒ X̄)

2

1 99,25 -0,21 0,0441

2 99,25 -0,21 0,0441

3 99,25 -0,21 0,0441

4 99,39 -0,07 0,0049

5 99,39 -0,07 0,0049

6 99,39 -0,07 0,0049

7 99,75 0,29 0,0841

8 99,75 0,29 0,0841

9 99,75 0,29 0,0841

X̄ = 99,46 ∑ = 0,3993

SD = �∑(��−�)2

�−1 = � 0.3393

9−1 = 0,2234

RSD = ��

� × 100% = 0,2234


(2)

97


(3)

98

Lampiran 28. Sertifikat Bahan Baku Amoksisilin BPFI dan Kalium Klavulanat (Phiexia Company)


(4)

99


(5)

100

Lampiran 29. Daftar Spesifikasi Sampel

1. Coamoxiclav® (PT. Indofarma)

No. Reg : GKL96209200617 B1 No. Batch : AC71125

Expire Date : Juli 2016

Komposisi : Amoksisilin 500 mg Kalium Klavulanat 125 mg

2. Claneksi® (PT. Sanbe)

No. Reg : DKL9322214509A1 No. Batch : PB4226 B

Expire Date : Februari 2016

Komposisi : Amoksisilin 500 mg Kalium Klavulanat 125 mg

3. Augmentin ® (PT. Glaxo Smith Kline) No. Reg : DKL8728100717B1 No. Batch : 1373128 C

Expire Date : November 2015

Komposisi : Amoksisilin 500 mg Kalium Klavulanat 125 mg


(6)

101

Lampiran 30. Alat yang Digunakan

Spektrofotometer UV (Shimadzu 1800) beserta seperangkat komputer

Sonikator (Branson 1510)