Jenis Faktur Pajak GAMBARAN DATA PKLM

48 tersebut harus terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak dimana perusahaannya atau kegiatan usahanya terletak atau tempat dimana pengusaha itu bertempat tinggal yang merupakan lingkupan dari wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak tersebut. Kemudian pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak akan melakukan pemerikasaan lapangan untuk memeriksa kebenaran atas letak atau lokasi perusahan dan mengetahui jenis usaha yang dilakukan oleh pengusaha itu dan untuk mengetahui apakah usaha atau kegiatan perusahaan itu bergerakberjalan atau tidak. Apabila itu telah dilakukan maka pengusaha itu akan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan penjelasan pasal 13 ayat 1 dan pasal 1 angka 23 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009, faktur pajak mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Bukti pungutan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang menyerhkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan bagi Direktorat Jendral Bea dan Cukai. 2. bukti pembayaran pajak ditinjau dari sisi pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atau Orang Pribadi atau badan yang mengimport Barang Kena Pajak. 3. Sarana untuk mengkreditkan Pajak Masaukan.

D. Jenis Faktur Pajak

Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2000, faktur Pajak terdiri dari : Universitas Sumatera Utara 49 1. Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar adalah faktur pajak yang bentuk dan isinya telah ditetapkan oleh praturan perundang-undangan. Berdasarkan buku petunjuk pengisian SPT Masa PPN, dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, yang meliputi : a. Nomor Seri Faktur Pajak b. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, serta tanggal dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Paja. c. Nama, alamat dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. d. Macam, jenis kuantum, harga satuan, jumlah harga jual atau penggantian dan potongan harga. e. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. f. Tanggal Penyerahan atau tanggal pembayaran. g. Nomor dan tanggal pembuatan faktur pajak. h. Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak. Disamping itu berdasarkan Pasal 13 ayat 6 Undnag-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 jo. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP - 54PJ1984 dan Nomor KEP -39PJ1996 dan KEP-312PJ.2001 tanggal 23-04- Universitas Sumatera Utara 50 2001 ditetapakan dokumen tertentu yang diberlakukan sebagai Faktur Pajak Standar, yaitu: 2. Pemberiatahuan Import Barang Untuk Dipakai PIUD dan Surat Setoran Pajak SSP untuk Impor Barang Kena Pajak. 3. Pemberian Ekspor Barang PEB yang telah di fiat ulang oleh Pejabat Dorektorat Jendral Bea dan cukai dan invoice. 4. Surat Perintah Pengiriman Barang SNBPdari BOLOGDOLOG untuk penyaluran gula pasir dan tepung terigu. 5. Faktur Nota Bon dari PNBP yang dibuat atau dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan bukan BBM. 6. Tanda pembayaran atau kwitansi atas penyerahan jasa telekomunikasi. 7. Tiket dn Surat Muatan Udara air waybill, delivery bill, yang dibuat atau dikeluarkan untuk penyerhan jasa angkutan udara dalam negri. 8. Surat Setoran Pajak untuk penyerahan PPN atas pemanfaatan Barang kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean. 9. Nota Penjualan Jasa dibuat untuk penyerhan jasa ke pelabuhan. 10. Tanda Pembayaran atau Kuitansi listrik. Dokumen-dokumen tersebut harus memuat sekurang-kurangnya : a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen. b.Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib pajak penerima dokumen. c. Jumlah satuan d.Dasar Pengenaan Pajak. Universitas Sumatera Utara 51 e. Jumlah Pajak yan terutang. Sukardji, 2001:162 2. Faktur Pajak Gabungan FakturPajak Gabungan adalah faktur Pajak Standar yang memuat lebih dari 1 satu transaksi dan 1 satu masa pajak untuk pelanggan yang sama. Pada prinsipnya Faktur Pajak Gabungan ini tidaklah berbeda dengan jenis Faktur Pajak Standar. Adapun perbedaannya hanyalah bahwa faktur pajak gabungan : a. Harus atas izin Direktorat Jendral Pajak, Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 satu Faktur Pajak yang meilputai seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, yang selama 1 satu masa pajak. b. Harus dibuat pada akhir masa pajak yang bersangkutan atau dalam jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Mentri Keuangan. Dalam hal dilakukan sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penagihan Jasa Kena Pajak atau terdapat pembayaram sebelum akhir bulan berikutnya setelah dilakukan penmyerhan Barang Kana Pajak, maka untuk pembayaran tersebut dibuat faktur pajak tersendiri selambat-lambatnya pada saat diterimanya pembayaran. 3. Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak Sederhana adalah faktur pajak yang dibuat sebgai bukti pemungutan pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak Universitas Sumatera Utara 52 kepda konsumen akhir atau kepada pembeli atau penerima jasa yang tidak menunjukan identitas dengan lengkap. Ketentuan-ketentuan yang mengatur Faktur Pajak Sederhana adalah : a. Faktur Pajak Sederhana dibuat dalam hal : 1. penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan kepada konsumen akhir. 2. pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena pajak dengan identitas tidak lengkap, misalnya tidak ada NPWP. b. Membuat Faktur Pajak Sederhana tidak memerlukan izin dari siapapun. c. Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa kuitansi, nota, karcis, atau segi hitung mesin register. d. Katur Pajak Sederhana harus dibuat dalam rangka dua, atau satu lembar dengan pertingal berupa potongan atau bagian dari faktur pajak sederhan yang diserahkan kepada pembeli atau peneriam jasa, seperti pada umumnya yang terjadi pada karcis. e. Isi Faktur Pajak Sederhana minimal adalah : 1. Identitas Pengusaha Kena Pajak atau Pengusa Jasa Kena Pajak beserta NPPKP dan Nomor Pegukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 2. Nama barang, kuantum dan harga satuan. 3. Pernyataan dalam pembayaran yang diterima sudah termasuk PPN atau PPnBM atau dipisah anatara harga jual atau penggantian dengan PPN PPnBM yang terutang. Universitas Sumatera Utara 53 f. Faktur Pajak Standar tanpa NPWP pembeli tidak sama dengan Faktur Pajak Sederhana, melainkan tetap sebagai Faktur Pajak Standar yang diisi tidak lengkap. g. Kelemahan Faktur Pajak Sederhana adalah Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan lagi. Pada Pasal 13 ayat 7 Undang-Undang Nomor 8 stdtd Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, yang berbunyi:ā€¯Pangusaha Kena Pajak dapat membuat Faktur Pajak sederhana yang persyaratannya ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak. Akan tetapi di Pasal 13 ayat 7 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 tahun 2009 sudah duhapuskan. Berarti pada Tahun 2011, Faktur Pajak Sederhana tidak berlaku lagi sebagai bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilai dan tidak dapat digunakan oleh Pengusaha Kena Pajak mulai dari Tahun 2011.

E. Saat pembuatan Faktur Pajak Berdasarkan pasala 13 ayat 1, ayat 2 dan ayat 4 undang-undang pajak