11
ibuk, karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, topik ini masih relevan untuk
diteliti.
B. Kerangka Teori
1. Hakekat Novel
Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 9 mengatakan bahwa novel adalah cerita pendek dalam bentuk prosa. Novella bahasa Itali
mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak
terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 788. Novel merupakan salah satu
bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat
menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman
manusia. Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang.
Panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel adalah relatif Priyatni, 2010: 125
12
Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara
tersusun. Istilah lain: roman Sudjiman, 1990: 55. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah
prosa panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata dengan menyuguhkan rentetan peristiwa, tokoh, alur, tema, latar, amanat, bahkan gaya bahasa.
2. Macam Novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah
pengarang novel. Nurgiyantoro 2005: 16 membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular.
Kayam dalam Nurgiyantoro 2005: 17 menyebutkan kata ”pop” erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena novel-novel itu
sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang kemudian dikenal sebagai ”bacaan populer”. Jadilah istilah “pop” sebagai istilah baru dalam dunia
sastra kita. Nurgiyantoro 2005: 18 juga menjelaskan bahwa novel populer
adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan
masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan
zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa
13
sesudahnya. Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita Stanton
dalam Nurgiyantoro 2005:19. Novel populer tidak mengejar efek estetis seperti yang terdapat dalam novel serius.
Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam
sejarah sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan segala sesuatu yang serba
mungkin, hal itu yang disebut makna sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai
tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang
dikemukakan.
3. Unsur Intrinsik Novel