Survei Pengaruh Budidaya Tanaman Kelapa Terhadap Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera;Scarabaeidae) di Kecamatan Hamparan Perak

(1)

SURVEI PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN KELAPA TERHADAP

PERSENTASE SERANGAN Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera;Scarabaeidae) DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK

SKRIPSI

OLEH:

ISRA MUTIA ILYAS / 100301206 AGROEKOTEKNOLOGI-HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

SURVEI PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN KELAPA TERHADAP

PERSENTASE SERANGAN Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera;Scarabaeidae) DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK

SKRIPSI

OLEH:

ISRA MUTIA ILYAS / 100301206 AGROEKOTEKNOLOGI-HPT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

Judul Skripsi :Survei Pengaruh Budidaya Tanaman Kelapa Terhadap Persentase

Serangan Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera;Scarabaeidae) Di Kecamatan Hamparan Perak

Nama : Isra Mutia Ilyas NIM : 100301206 Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS Ketua Anggota

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRACT

Oryctes rhinoceros is one of the main pest in coconut tree. O. rhinoceros is unbeneficial pest and able decrease the productivity from coconut tree. The research aims to get the percentage of O. rhinoceros attacks in coconut tree which cultivated in Hamparan Perak. The research had been conducted in some area

which own by farmer in Hamparan Perak from December 2014 until January 2015. The research used survey method with regression quantitative

analysis that’s regression between fertilizer with O. rhinoceros attacks, regression

between pest control with O. rhinoceros attacks and regression between sanitation with O. rhinoceros attacks.

The result showed that fertilizing has the significant correlation to percentage of

O. rhinoceros attacks, pest control has not the significant correlation to percentage of O.rhinoceros attacks, and sanitation has not the significant correlation to percentage of O. rhinoceros attacks. The highest percentage of O. rhinoceros

attacks in Hamparan Perak village is 0,8 % and the lowest percentage of O. rhinoceros attacks in Klambir village is 0,76 %.


(5)

ABSTRAK

Oryctes rhinoceros merupakan salah satu di antara hama utama tanaman kelapa di Indonesia. Hama ini merupakan hama yang dapat merugikan dan dapat menurunkan produktivitas tanaman kelapa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan persentase serangan O. rhinoceros pada tanaman kelapa yang dibudidayakan di Kecamatan Hamparan Perak. Penelitian ini dilakukan di beberapa kebun kelapa milik petani di Kecamatan Hamparan Perak pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis kuantitatif regresi yaitu regresi antara pemupukan dengan persentase serangan O. rhinoceros, regresi antara pengendalian hama dengan

persentase serangan O. rhinoceros dan regresi antara sanitasi dengan serangan O. rhinoceros.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros, pengendalian hama tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros, dan sanitasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros. Persentase serangan tertinggi terdapat di Desa Hamparan

Perak sebesar 0,8% dan persentase serangan terendah di Desa Klambir sebesar 0,76%.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 01 Februari 1992 dari ayah (Alm) Ilyas Ahmad dan ibu Murni Puteh. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Galih Agung Darularafah Raya di Lau Bakeri dan melanjutkan program sarjana pada tahun yang sama di Fakultas Pertanian USU melalui ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam beberapa kegiatan organisasi diantaranya, anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) tahun 2010-2014, Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN), peserta dalam Seminar Nasional Assosiasi Planter Indonesia (API)

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN II Unit Tanjung Garbus Pagar Marbau pada tahun 2013.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Survei Pengaruh Budidaya Tanaman Kelapa Terhadap Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera ; Scarabaeidae) di Kecamatan Hamparan Perak”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, dan mendidik penulis

selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr dan Ir. Yuswani Pangestiningsih, M. Si

selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membantu dan memberikan arahan serta nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di program studi Agroekoteknologi, semua sahabat, teman, dan rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros L. ... 5

Gejala Serangan ... 8

Pengendalian ... 10

Budidaya Tanaman Kelapa ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

Metode Daerah Sampling ... 15

Metode Pengambilan Sampel ... 16

Pelaksanaan Penelitian... 16

Pembuatan Tanda ... 16

Menghitung Jumlah Pohon yang Terserang ... 16

Survei Pengaruh Budidaya Tanaman Kelapa ... 16

Peubah Amatan ... 16

Persentase Serangan ... 16

Budidaya Tanaman Kelapa... 17

Analisis Data ... 17


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Seranga ... 20 Regresi Antara Pemupukan dengan Persentase Serangan

O.rhinoceros ... 23

Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan O. rhinoceros ... 24

Regresi Antara Sanitasi dengan Persentase Serangan O. rhinoceros ... 26 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 30 Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan Persentase Serangan di Kecamatan Hamparan Perak ... 20

2. Regresi antara pemupukan dengan persentase serangan

O.rhinoceros ... 24 3. Regresi antara pengendalian hama dengan persentase serangan

O.rhinoceros ... 25 4. Regresi antara sanitasi dengan persentase serangan O.rhinoceros ... 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Telur O. rhinoceros ... 6

2. Larva O. rhinoceros ... 6

3. Pupa O. rhinoceros ... 7

4. a. Imago O. rhinoceros betina ... 7

b. Imago O. rhinoceros jantan ... 7

5. Gejala serangan O. rhinoceros ... 9

6. Gejala kerusakan daun yang disebabkan O. rhinoceros ... 9

7. Histogram persentase serangan di Desa Kota Rantang ... 21

8. Histogram persentase serangan di Desa Hamparan Perak ... 21

9. Histogram persentase serangan di Desa Lama ... 22

10. Histogram persentase serangan di Desa Klambir ... 22

11. Histogram persentase serangan keempat sampel desa... 22

12. Grafik regresi antara pemupukan dengan persentase serangan O.rhinoceros ... 23

13. Grafik regresi antara pengendalian hama dengan persentase serangan O.rhinoceros ... 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Kuisioner wawancara petani pemilik kebun ... 33

2. Rataan persentase serangan di Desa Kota Rantang ... 37

3. Rataan persentase serangan di Desa Hamparan Perak ... 37

4. Rataan persentase serangan di Desa Kota Lama ... 38

5. Rataan persentase serangan di Desa Kota Klambir ... 38

6. Distribusi skor responden terhadap kuesioner variabel bebas (x) Desa Kota Rantang ... 39

7. Distribusi skor responden terhadap kuesioner variabel bebas (x) Desa Hamparan Perak ... 39

8. Distribusi skor responden terhadap kuesioner variabel bebas (x) Desa Lama ... 40

9. Distribusi skor responden terhadap kuesioner variabel bebas (x) Desa Klambir ... 40

10.Distribusi jawaban responden untuk variabel x Desa Kota Rantang ... 41

11.Distribusi jawaban responden untuk variabel x Desa Kota Hamparan Perak ... 43

12.Distribusi jawaban responden untuk variabel x Desa Lama ... 45

13.Distribusi jawaban responden untuk variabel x Desa Klambir ... 47

14.Analisis koefisien regresi x1 terhadap y ... 49

15.Analisis koefisien regresi x2 terhadap y ... 51

16.Analisis koefisien regresi x3 terhadap y ... 53

17.Peta Kecamatan Hamparan Perak ... 55

18.Lampiran gambar ... 56


(13)

20.Foto saat menandai pohon sampel... 56

21.Foto saat wawancara bersama petani kelapa ... 56

22.Foto di kebun bersama petani kelapa ... 57

23.Foto tanaman yang terserang O. rhinoceros ... 57


(14)

ABSTRACT

Oryctes rhinoceros is one of the main pest in coconut tree. O. rhinoceros is unbeneficial pest and able decrease the productivity from coconut tree. The research aims to get the percentage of O. rhinoceros attacks in coconut tree which cultivated in Hamparan Perak. The research had been conducted in some area

which own by farmer in Hamparan Perak from December 2014 until January 2015. The research used survey method with regression quantitative

analysis that’s regression between fertilizer with O. rhinoceros attacks, regression

between pest control with O. rhinoceros attacks and regression between sanitation with O. rhinoceros attacks.

The result showed that fertilizing has the significant correlation to percentage of

O. rhinoceros attacks, pest control has not the significant correlation to percentage of O.rhinoceros attacks, and sanitation has not the significant correlation to percentage of O. rhinoceros attacks. The highest percentage of O. rhinoceros

attacks in Hamparan Perak village is 0,8 % and the lowest percentage of O. rhinoceros attacks in Klambir village is 0,76 %.


(15)

ABSTRAK

Oryctes rhinoceros merupakan salah satu di antara hama utama tanaman kelapa di Indonesia. Hama ini merupakan hama yang dapat merugikan dan dapat menurunkan produktivitas tanaman kelapa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan persentase serangan O. rhinoceros pada tanaman kelapa yang dibudidayakan di Kecamatan Hamparan Perak. Penelitian ini dilakukan di beberapa kebun kelapa milik petani di Kecamatan Hamparan Perak pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis kuantitatif regresi yaitu regresi antara pemupukan dengan persentase serangan O. rhinoceros, regresi antara pengendalian hama dengan

persentase serangan O. rhinoceros dan regresi antara sanitasi dengan serangan O. rhinoceros.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros, pengendalian hama tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros, dan sanitasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros. Persentase serangan tertinggi terdapat di Desa Hamparan

Perak sebesar 0,8% dan persentase serangan terendah di Desa Klambir sebesar 0,76%.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis. Pada tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa di Indonesia yaitu 3,8 juta ha, dengan produksi sekitar 3,2 juta ton kopra/tahun dan sekitar 98 % areal perkebunan tersebut dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di beberapa propinsi diantaranya, Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Maluku Utara (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009).

Tanaman kelapa (C. nucifera) merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh disepanjang pesisir pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada umumnya. Kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena merupakan tanaman serbaguna, seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari (Suhardiyono, 1995).

Luas areal tanaman kelapa rakyat di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 3.786.063 ha dengan produksi 3.176.078 ton kelapa dan tersebar di 33 provinsi (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009). Indonesia merupakan Negara produsen kelapa terbesar kedua setelah Filipina. Arti penting kelapa bagi masyarakat juga tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,89 juta ha total areal kelapa serta melibatkan lebih dari 7,13 juta rumah tangga petani. Ekspor komoditas kelapa mencapai US$ 288,47 juta dengan volume 724,160 ton pada tahun 2004 (Effendi, 2008).


(17)

Berbagai jenis hama menyerang tanaman kelapa antara lain

B. longissima, Sexava sp, Artona catoxantha, Setora nitens, Plesispa reiche, dan

Oryctes rhinoceros L. Hama O. rhinoceros dapat merusak tanaman kelapa

tampak seperti guntingan-guntingan/potongan-potongan pada daun yang baru

terbuka seperti huruf “V”, gejala ini disebabkan kumbang menyerang pucuk dan

pangkal daun muda yang belum membuka yang merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan (Prawirosukarto et al., 2003).

O. rhinoceros merupakan salah satu serangga yang paling merusak kelapa

dan kelapa sawit di Afrika Selatan dan Asia Tenggara serta Kepulauan Pasifik Barat (Giblin-Davis, 2001). Hal ini dapat menyerang spesies palem lainnya juga (Schmaedick, 2005). Kerugian ekonomi untuk kelapa di Asia dan Kepulauan Pasifik bisa tinggi dan hasil dapat berkurang, biaya tindakan pengendalian, biaya pembangunan perkebunan (penanaman kembali untuk menggantikan pohon mati

atau rusak parah), dan karantina prosedur untuk membatasi penyebaran (Catley, 1969).

Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya). Faktor dalam yang turut menentukan tinggi rendahnya populasi serangga antara lain: kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifat mempertahankan diri, siklus hidup dan umur imago. Sedangkan salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas: suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi. Selanjutnya dinyatakan bahwa tinggi rendahnya populasi suatu


(18)

jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara pertemuan dua faktor tersebut (Jumar, 2000).

Salah satu hama penting/utama yang sering kita jumpai dan secara ekonomis merugikan yaitu O. rhinoceros. Hama ini senang hidup pada tempat-tempat sampah, limbah kayu, timbunan kotoran ternak, tumpukan jerami, tunggul/pohon kelapa yang telah mati. Tempat tersebut dijadikan sarang aktif juga tempat perkembangbiakan mulai dari telur, larva, pra pupa hingga pupa (kepompong). Kumbang dewasa (imago) dapat menyerang semua jenis tanaman kelapa seperti kelapa dalam, kelapa genjah, maupun hibrida. Saat ini belum ada tanaman kelapa yang tahan serangan hama ini (Piggott, 1964).

Dari hasil pengamatan lapangan, banyak ditemukannya gejala serangan

O. rhinoceros pada pertanaman kelapa di kecamatan Hamparan Perak. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian survei pengaruh budidaya tanaman kelapa terhadap persentase serangan O. rhinoceros di daerah tersebut. Tujuan Penelitian

- Untuk mendapatkan persentase serangan O. rhinoceros pada tanaman kelapa yang dibudidayakan.

- Untuk mendapatkan regresi linier antara:

1. Pemupukan dengan persentase serangan O. rhinoceros

2. Pengendalian hama dengan persentase serangan O. rhinoceros

3. Sanitasi dengan persentase serangan O. rhinoceros

Hipotesis Penelitian

- Adanya pengaruh budidaya tanaman terhadap persentase serangan


(19)

- Adanya pengaruh yang signifikan antara pemupukan dengan persentase serangan O. rhinoceros.

- Adanya pengaruh yang signifikan antara pengendalian hama dengan persentase serangan O. rhinoceros.

- Adanya pengaruh yang signifikan antara sanitasi dengan persentase serangan

O. rhinoceros. Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Oryctes rhinoceros L.

Sistematika dari O. rhinoceros menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Scarabaeidae Genus : Oryctes

Spesies : Oryctes rhinoceros L.

Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas setelah lebih kurang 12 hari. Telur berwarna putih, mula-mula bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat. Telur yang baru diletakkan panjangnya 3 mm dan lebar 2 mm (Vandaveer, 2004).

Kumbang ini mempunyai telur yang berwarna putih kekuningan dengan diameter 3 mm, yang diletakkan dalam tumpukan bahan perkembangbiakan. Bentuk telur biasanya oval kemudian mulai membengkak sekitar satu minggu setelah peletakan dan menetas pada umur 11-13 hari. Dalam penelitian yang telah dilakukan di lapangan, larva memerlukan waktu 5-7 bulan untuk dewasa dalam jaringan kelapa, tetapi dalam kotoran sapi yang dicampur dengan serbuk gergaji


(21)

larva jauh lebih besar diproduksi hanya dalam empat atau lima bulan (Wood, 1968).

Gambar 1.Telur O. rhinoceros

(Sumber: : http//www.google.telur-oryctes-rhinoceros-image.com)

Stadia larva terdiri atas 3 instar, dan berlangsung dalam waktu 82-207 hari. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut- kerut, melengkung membentuk setengah lingkaran dengan panjang sekitar 60-100 mm atau lebih (Ooi, 1988).

Gambar 2. Larva O.rhinoceros

(Sumber: Schmaedick, 2005)

Larva berada di daerah yang telah membusuk. Ukuran badannya mencapai 7.5 mm dan panjangnya mencapai 60 - 105 mm. Warna larva keputih-putihan

tetapi kepalanya bewarna kehitaman dan bagian belakang perutnya bewarna biru keabuan. Tubuhnya samar-samar melengkung membentuk setengah lingkaran.


(22)

bahan organik yang ada di dekatnya. Larva terdiri dari tiga instar. Masa larva instar pertama 12 - 21 hari, instar kedua 21 - 60 hari, dan instar ketiga 60 - 165 hari (Lever, 1969).

Gambar 3. Pupa O. rhinoceros

(Sumber: Anugrah, 2012).

Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3 - 5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8 - 13 hari. Masa pupa berlangsung 18 - 23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5 - 20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto et al., 2003).

Gambar 4. Imago O.rhinoceros (a. betina dan b. jantan) (Sumber: Molet, 2013)

Imago berwarna hitam ukuran tubuh 35-45 mm, imago O. rhinoceros

mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan lebih kecil dari


(23)

imago betina. O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O. rhinoceros dapat terbang sampai sejauh 9 km (Prawirosukarto et al., 2003).

Imago yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa dan memakan pucuk kelapa sambil mencari pasangan, kemudian terjadi perkawinan. Dan setelah itu imago betina terbang menuju tumpukan sampah-sampah atau menuju tumpukan tandan kosong kelapa sawit untuk bertelur. Umur imago antara 2-4,5 bulan (Siswanto, 2003).

Gejala Serangan Oryctes rhinoceros L.

Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, empat atau lima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Jika tanaman kelapa baru berumur 1 tahun atau kurang, titik masuk mungkin pada pangkal batang di permukaan tanah. Setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan

tergunting yang baru jelas terlihat sesudah pelepah daun membuka (Balai Penelitian Kelapa, 1989).

Pada tanaman yang berumur antara 0-1 tahun, kumbang dewasa (jantan atau betina) melubangi bagian pangkal batang yang dapat mengakibatkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak. Pada tanaman dewasa kumbang dewasa akan melubangi pelepah termuda yang belum terbuka.


(24)

Jika yang dirusak adalah pelepah daun yang termuda maka ciri khas bekas kerusakan adalah janur seperti digunting berbentuk segitiga (Suhardiyono, 1995).

Gambar 5. Gejala serangan O. rhinoceros (a. Pelepah berbentuk segitiga) (Sumber: Schmaedick, 2005)

O. rhinoceros hinggap pada pelepah daun yang agak muda. Pucuk kelapa

yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal. Tampak guntingan-guntingan/potongan-potongan pada daun yang baru terbuka seperti huruf “V”, gejala ini disebabkan kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka yang merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan. Serangan ini dapat dilakukan oleh serangga jantan maupun betina (Prawirosukarto et al., 2003).

Gambar 6. Gejala Kerusakan Daun yang Disebabkan O.rhinoceros

(Sumber: Balai Penelitian Kelapa,1989)


(25)

Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf V.

Gejala ini merupakan ciri khas serangan kumbang O. rhinoceros

(Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Pengendalian Oryctes rhinoceros L.

Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :

- Pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3- 5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5- 10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor.

- Penghancuran tempat peletakan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh dan dengan cara pengutipan (handpicking) kumbang dewasa ditanaman yang terserang, apabila jumlahnya masih terbatas.

- Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal tanaman menghasilkan dapat dikendalikan dengan jamur Metarrhizium anisopliae

sebanyak 20 g/m2.

- Pemerangkapan O. rhinoceros menggunakan fetotrap, berupa feromon sintetik yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 liter.

- Menggunakan kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida butiran

Karbosulfan sebanyak 0,05-0,10 g bahan aktif /pohon setiap 1-2 minggu. ( Prawirosukarto et al., 2003 ).

Pengendalian O. rhinoceros secara biologi menggunakan beberapa agensia


(26)

Jamur M. anisoplie merupakan jamur parasit yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O.rhinoceros. Jamur ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan menaburkan 20 g/m (dalam medium jagung). Pada tumpukan tandan kosong kelapa sawit (organic trapping). Baculovirus oryctes

juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O.rhinoceros (Susanto et al., 2011).

Penebangan pohon kelapa tua untuk peremajaan ternyata selalu menyebabkan ledakan populasi kumbang kelapa O.rhinoceros sehingga cara-cara pencegahan harus diterapkan. Rekomendasi yang paling umum untuk mencegah ledakan populasi O.rhinoceros pada waktu peremajaan adalah membakar batang kelapa yang ditebang. Tetapi petani menganggap cara ini tidak praktis untuk diterapkan, walaupun pada musim kemarau. Jika batang kelapa tersebut hanya terbakar di bagian luarnya, kumbang masih dapat berbiak di bagian dalamnya (Balai Penelitian Kelapa, 1989).

Budidaya Tanaman Kelapa

Pemupukan merupakan suatu usaha untuk mencukupi persediaan hara didalam tanah, sehingga kebutuhan tanaman tercukupidan pada akhirnya pertumbuhan yang baik dan produksi yang maksimal tercapai, atau cara-cara dan metode serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal (Damanik et al., 2011).

Pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa. Dosis pemupukan kelapa pada daerah yang satu tidak sama dengan daerah lain dan


(27)

berbeda pula sesuai umur tanaman kelapa. Cara pemberian pupuk dengan sistem ‘rorakan’ yaitu pupuk yanag diberikan melingkari batang tanaman kelapa dengan

diameter 1m-1,5m dari batang tanaman kelapa. Setelah pupuk diberikan pada rorakan, lubang segera ditutup dengan tanah agar pupuk tidak menguap karena sinar matahari atau tercuci karena hujan yang lebat (Warisno, 1998).

Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal, tanaman kelapa memerlukan unsur hara esensial yang terdiri atas unsur Nitrogen, Phospor, Kalium, Calsium, Magnesium dan Belerang yang biasanya disebut unsur makro karena dibutuhkan dalam jumlah yang relatif lebih besar, serta Boron, Tembaga, Mangan, Molybdad, dan Zeng disebut unsur mikro karena hanya dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil (hanya dibutuhkan dalam ppm-part per million) sedangkan besi menempati kedudukan di tengah (Suhardiyono, 1995).

Pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma dan mengurangi bagian kalsium. Hal ini disebabkan penambahan kalsium tidak sebanding lagi dengan penambahan bagian bahan dinding sel. Kelebihan nitrogen ditandai dengan warna daun menjadi hijau gelap, sukulen, pertumbuhan vegetatif yang hebat. Pengaruh negatif kelebihan nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman dapat dikurangi dengan pasokan hara fosfor dan kalium dalam jumlah yang cukup (Damanik et al., 2011).

Pemakaia pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah, sehingga pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen


(28)

tersebut akan membantu pertumbuhan tanaman. Fungsi nitrogen sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan membantu proses pembentukan protein (Hardjowigeno, 2003).

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah konsep pengelolaan pertanian yang bertujuan untuk meminimalisasikan serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Penerapan PHT dapat dikatakan berhasil jika populasi OPT selalu berada di bawah ambang ekonomi, diikuti dengan peningkatan hasil panen dan penurunan biaya produksi, serta dampak buruknya terhadap manusia dan lingkungan diperkecil. Dlam pelaksanaan PHT, setiap sumber daya yang ada digunakan untuk mencegah OPT mencapai jumlah yang secara ekonomi merugikan (Endah dan Novizan, 2002).

Waktu dan cara pengendalian hama terpadu dilakukan berdasarkan komponen teknik budidaya tanaman, sejak pemilihan benih atau bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pemberian air secara teratur, pemupukan seimbang sesuai dengan dosis, penyiangan dan seterusnya yang merupakan kegiatan pengendalian hama terpadu, yang ditunjukkan untuk mencipatakan kondisi tanaman budidaya yang sehat dan kuat. Waktu pelaksanaan PHT harus dimulai dari awal persiapan tanam sampai hasil tanaman tersebut disimpan dalam gudang penyimpanan, Keserasian komponen yang dipadukan tergantung pada jenis hama utama yang ada di lahan pertanaman (Rukmana dan Sugandi, 1997).

Tujuan penerapan PHT di subsektor perkebunan rakyat adalah untuk mendorong pendekatan pengendalian OPT yang dinamis dan aman terhadap lingkungan oleh petani perkebunan rakyat melalui pemberdayaan perangkat


(29)

pemerintah yang terkait dan kelompok tani. Program ini diharapkan berpengaruh

terhadap: (1) meningkatnya hasil dan mutu produk serta pendapatan petani; (2) berkurangnya penggunaan pestisida karena diterapkannya PHT; (3) meningkatnya mutu dan bebas residu pestisida pada produk ekspor komoditi;

dan (4) mempertahankan dan melindungi kelestarian lingkungan (Agustian dan Rachman, 2009).

Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman menjadi salah satu masalah yang penting dalam teknis budidaya tanaman, selain pemilihan benih atau bibit tanaman, penanaman, pemupukan, pemanenan, dan pascapanen. Artinya, menjaga tanaman agar tetap sehat sama pentingnya dengan penambahan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pemupukan. Karena jika tanaman tersebut sehat, akan lebih mudah dalam perawatannya. Penambahan bahan organik dan unsur hara melalui pemupukan, pemberian air, dan unsur tambahan lainnya dapat berlangsung secara efisien. Tanaman yang sehat akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, tanpa perlu diberikan perlakuan khusus apapun (Endah dan Novizan, 2002).

Penyiangan adalah usaha membuang atau memberantas tumbuhan pengganggu (gulma) sehingga tidak mengganggu dan menyaingi tanaman pokok, baik dalam pengambilan unsur hara maupun lingkungan pertumbuhannya. Penyiangan sangat penting dilakukan, bila gulma dibiarkan tumbuh di sekitar tanaman kelapa, maka dalam waktu yang singkat akan tumbuh meliputi tanaman pokok sehingga akan menekan pertumbuhannya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dua cara, yaitu:


(30)

- Membuat piringan, yaitu membersihkan semua tumbuh-tumbuhan di sekeliling pohon kelapa pada radius 1-2 meter. Dengan demikian sekeliling pohon kelapa terdapat ruang tanah yang bersih.

- Penyiangan dengan membuang jenis-jenis gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC (Setyamidjaja, 1991).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit pada tanaman kelapa akhir-akhir ini cukup berarti, oleh karena itu populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa harus dikendalikan sampai tingkat di bawah toleransi (Suhardiyono, 1995). Pengendalian dapat dilakukan dengan pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3- 5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5- 10 ekor, dan setiap

minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor ( Prawirosukarto et al., 2003 ).

Gulma yang berada pada radius piringan tanaman kelapa menjadi pesaing tanaman kelapa dalam pengambilan air dan unsure hara dari dalam tanah, udara, dan matahari. Untuk mencegah terjadinya persaingan maka piringan tanaman harus dibersihkan dari gulma. Lebarnya piringan yang harus dibebaskan dari gulma tergantung pada umur tanaman. Pada tahun pertama diameter piringan adalah 1 meter, pada tahun kedua diameter piringan adalah 1,5 meter, dan pada

tahun ketiga dan seterusnya diameter piringan adalah 2 meter (Suhardiyono, 1995).


(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa kebun kelapa milik petani di Kecamatan Hamparan Perak dengan ketinggian 0-15 m dpl yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa dari tiap daerah pertanaman kelapa yang telah ditentukan, dan kertas kuisioner.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cat, kuas, kamera, alat tulis, dan kalkulator.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survei. Tahapan penelitiannya yaitu:

1. Metode Daerah Sampel

Metode penentuan daerah penelitian ditetapkan secara purposive sampling,

yaitu metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel dengan dipilih menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu. (Djarwanto dan Subagyo, 1998). Pada

Purposive sampling pemilihan sampel bertolak belakang pada penilaian pribadi

peniliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif. Daerah penelitian ditetapkan di Kecamatan Hamparan Perak yang ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan, yang merupakan salah satu daerah yang memiliki sentra produksi kelapa. Daerah lokasi petani dipilih di empat desa yang masih memproduksi kelapa, dan diambil 10 sampel petani di setiap desa.


(32)

2. Metode Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan sistem random sampel. Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Dari satu lahan pertanaman kelapa diambil 20 sampel tanaman kelapa dan diberi tanda dengan memberi nomor.

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Tanda

Tanda pada pohon kelapa dibuat dengan memberi nomor pada pohon kelapa dengan menggunakan cat sebanyak 20 pohon,

Menghitung Jumlah Pohon yang Terserang Oryctes rhinoceros L.

Menghitung jumlah pohon yang terserang dengan cara mengamati gejala serangan atau kerusakan daun yang berbentuk guntingan “v” pada pohon sampel. Survei Pengaruh Budidaya Tanaman Kelapa Terhadap Oryctes rhinoceros L.

Survei pengaruh budidaya tanaman kelapa terhadap O. rhinoceros

dilakukan dengan memberikan angket pertanyaan (kuisioner) pada petani mengenai tanggapan petani terhadap hama O. rhinoceros dan segala kegiatan budidaya tanaman (pemupukan, pengendalian hama, dan sanitasi ) yang dilakukan petani. Pengamatan budidaya tanaman kelapa yang dilakukan petani dapat dilihat dari pembagian kuisioner pada petani, dapat dilihat pada lampiran 1

Peubah Amatan

Persentase Serangan (%)

Menghitung persentase serangan O.rhinoceros pada tanaman kelapa dilakukan dengan mengambil 20 pohon tanaman sampel. Kemudian dihitung persentase serangannya dengan menggunakan rumus:


(33)

a b Keterangan :

P = Persentase serangan pada setiap tanaman sampel

a = Jumlah tanaman kelapa yang terserang pada setiap tanaman sampel b = Jumlah tanaman kelapa keseluruhan pada setiap tanaman sampel Budidaya Tanaman Kelapa

Pengamatan budidaya tanaman kelapa dilakukan dengan memberi angket pertanyaan (kuisioner) pada petani pemilik pohon kelapa (Lampiran 1).

Analisis Data Analisis Regresi

Untuk menganalisis data yang diperoleh, digunakan metode analisis kuantitatif regresi.

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Regresi berfungsi untuk

menggambarkan seberapa besar variabel bebas (x) mempengaruhi variabel terikat (y) pada dua kejadian. Regresi juga dapat digunakan untuk meramalkan

kejadian yang akan datang.

Penelitian ini mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala dan mencari hubungan diantara berbagai faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas (x). Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut variabel tidak bebas (y).

Pemeriksaan regresi antara variabel x dan variabel y digunakan koefisien x 100 %


(34)

Y = a + bX Keterangan :

Y = Variabel tidak bebas X = Variabel bebas a = Konstanta

b = Koefisien regresi / slop

Besarnya regresi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien regresi menunjukkan kekuatan (strenght) hubungan linier dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien regresi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya, jika nilai variabel x tinggi, maka nilai variabel y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien regresii negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya, jika nilai variabel x tinggi, maka nilai variabel y akan menjadi rendah (Sarwono, 2006).

Untuk menguji apakah regresi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji signifikan dengan uji statistik t untuk tingkat signifikan = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%), dengan ketentuan sebagai berikut :

t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel = Ha diterima Ho ditolak t hitung < t tabel atau t hitung > -t tabel = Ho diterima Ha ditolak

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y).

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y).


(35)

I. Regresi Antara Pemupukan Dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Untuk menganalisis regresi antara pemupukan dan persentase serangan ditentukan 2 variabel yaitu pemupukan sebagai variabel bebas (x1) dan persentase serangan sebagai variabel tidak bebas (y).

II. Regresi Antara Pengendalian Hama Dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Untuk menganalisis regresi antara pengendalian hama dan persentase serangan ditentukan 2 variabel yaitu pengendalian hama sebagai variabel bebas (x2) dan persentase serangan sebagai variabel tidak bebas (y).

III. Regresi Antara Sanitasi Dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Untuk menganalisis regresi antara sanitasi dan persentase serangan ditentukan 2 variabel yaitu sanitasi sebagai variabel bebas (x3) dan persentase serangan sebagai variabel tidak bebas (y).

Data yang di peroleh dari kuesioner di buat secara kuantitatif dengan bobot nilai 1-3 dengan 3 alternatif jawaban, dimana keseluruhan jawaban terhadap kuisioner diklasifikasikan dalam 3 kategori sebagai berikut:

Keterangan Bobot Nilai

(a) angka 1 berarti tinggi 3

(b) angka 2 berarti sedang 2


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Serangan (%)

Rataan persentase serangan di Kecamatan Hmaparan Perak sangat beragam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel. 1 Rataan Persentase Serangan di Kecamatan Hamparan Perak Persentase Serangan (%)

Sampel Desa Rataan

Kota Rantang H.Perak Lama Klambir

1 90 90 100 100 95

2 75 35 80 35 56,25

3 40 75 90 60 66,25

4 95 100 95 90 95

5 90 60 80 80 77,5

6 95 75 50 70 72,5

7 55 90 75 75 73,75

8 85 80 70 80 78,75

9 75 100 60 75 77,5

10 70 95 90 95 87,5

Rataan 77 80 79 76 78

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase serangan di Kecamatan Hamparan Perak yang diperoleh adalah sebesar 78%. Pengambilan sampel dilakukan di empat desa Kecamatan Hamparan Perak, yaitu Desa Kota Rantang sebesar 77%, Desa Hamparan Perak sebesar 80%, Desa Lama sebesar 79%, dan Desa Klambir sebesar 76%. Perbedaan jumlah imago pada masing-masing desa disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, seperti halnya arah angin dan pemahaman petani terhadap pengendalian hama O.rhinoceros. Hal ini sesuai dengan Jumar (2000) yang menyatakan bahwa perkembangan seranggga


(37)

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar . Salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas; suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi.

Data yang ditunjukkan pada Tabel 1 menyatakan bahwa rataan persentase serangan tertinggi di Desa Hamparan Perak sebesar 80% dan rataan terendah terdapat di Desa Klambir sebesar 76%. Perbedaan ini disebabkan karena petani di desa Hamparan Perak jarang melakukan sanitasi kebun kelapa, sehingga

O.rhinoceros banyak berkembang pada daerah tersebut. Sedangkan di desa

Klambir banyak peyang melakukan pemeliharaan tanaman yaitu melakukan sanitasi kebun sehingga persentase serangan di sampel desa ini tidak begitu tinggi.

Gambar 7. Histogram Persentase Serangan di Desa Kota Rantang

Histogram Persentase Serangan di Desa Hamparan Perak

P ers en ta se S era n g an Sampel Desa P ers en ta se S era n g an Sampel Desa


(38)

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

74 75 76 77 78 79 80 81

1 2 3 4

Gambar 9. Histogram Persentase Serangan di Desa Lama

Gambar 10. Histogram Persentase Serangan di Desa Klambir

Gambar 9. Histogram Persentase Serangan Keempat Sampel Desa

P ers en ta se S era n g an Sampel Desa P ers en ta se S era n g an Sampel Desa P ers en ta se S era n g an Sampel Desa


(39)

Regresi Antara Pemupukan dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Dari hasil analisis sidik ragam regresi linier (Tabel 2 : Lampiran 5.1.1) terdapat hubungan yang signifikan (Ha diterima Ho ditolak) antara pemupukan dengan persentase serangan O.rhinoceros.

Tabel 2. Regresi antara pemupukan dengan persentase serangan O. rhinoceros L.

Model

Jumlah Kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat

Tengah F hitung Sig.

Regresi 1719.970 1 1719.970 6.272 .017a

Residual 10420.030 38 274.211

Total 12140.000 39

Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai koefisien regresi antara pemupukan

dengan persentase serangan O.rhinoceros adalah 0,017* (sign. < 0,05) dan thitung > ttabel = 2,504 > 2,025.

Gambar 12. Grafik Regresi Antara Pemupukan dengan Persentase Serangan O.rhinoceros

Y = 60,883 + 4,125X Rxy = 0,017


(40)

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemupukan (x1) bersifat signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros (y) dengan koefisien regresi adalah 0,017 (Ha diterima dan Ho ditolak). Pada pengamatan diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat erat antara pemupukan dengan persentase serangan

O. rhinoceros dan semakin tinggi pemupukan maka semakin tinggi pula

persentase serangan O.rhinoceros. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan kesuburan tanaman kelapa, pemberian pupuk N dapat menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras sehingga tanaman lebih disukai hama O.rhinoceros, pupuk yang sering digunakan petani kelapa di Kecamatan Hamparan perak adalah pupuk makro (N,P,K), urea, dan SP36. Hal ini sesuai dengan Warisno (1998) pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa, dosis pemupukan kelapa pada daerah yang satu tidak sama dengan daerah lain dan berbeda pula sesuai umur tanaman kelapa. Dan Menurut Damanik et al (2011) pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma dan mengurangi bagian kalsium.

Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Dari hasil analisis sidik ragam regresi linier (Tabel 3 : Lampiran 5.2.1) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (Ho diterima Ha ditolak) antara pengendalian hama dengan persentase serangan O.rhinoceros.


(41)

Tabel 3. Regresi antara pengendalian hama dengan persentase serangan

O. rhinoceros L.

Model

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F hitung Sig.

Regresi 9.191 1 9.191 .029 .866a

Residual 12130.809 38 319.232

Total 12140.000 39

Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai koefisien regresi antara pengendalian

hama dengan persentase serangan O.rhinoceros adalah 0,866 (sign. > 0,05) dan thitung < ttabel = 0,170 < 2,025.

Gambar 13. Grafik Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan O.rhinoceros

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pengendalian hama (x2) bersifat tidak signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros (y) dengan koefisien regresi 0,866 (H0 diterima Ha ditolak). Pada pengamatan diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang erat antara pengendalian hama dengan persentase

Y = 75,520 + 0,27X Rxy = 0,866


(42)

serangan O. rhinoceros. Hal ini dikarenakan teknik pengendalian hama yang dilakukan petani tidak efisien, karena hampir seluruh petani kelapa hanya membiarkan saja O. rhinoceros menyerang tanaman kelapanya, sehingga tidak

terdapat pengendalian yang tepat. Hal ini sesuai dengan Balai Penelitian Kelapa (1989) yang menyatakan bahwa rekomendasi yang paling

umum untuk mencegah ledakan populasi O.rhinoceros pada waktu peremajaan adalah membakar batang kelapa yang ditebang. Tetapi petani menganggap cara ini tidak praktis untuk diterapkan, walaupun pada musim kemarau. Jika batang kelapa tersebut hanya terbakar di bagian luarnya, kumbang masih dapat berbiak di bagian dalamnya.

Regresi Antara Sanitasi dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Dari hasil analisis sidik ragam regresi linier (Tabel 4 : Lampiran 5.3.1) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (Ho diterima Ha ditolak) antara sanitasi dengan persentase serangan O.rhinoceros.

Tabel 4. Regresi antara pengendalian hama dengan persentase serangan

O. rhinoceros L.

Model

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F hitung Sig.

Regresi 265.838 1 265.838 .851 .362a

Residual 11874.162 38 312.478

Total 12140.000 39

Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai koefisien regresi antara sanitasi dengan

persentase serangan O.rhinoceros adalah 0,362 (sign. > 0,05) dan thitung < ttabel = -0,922 < 2,025).


(43)

Gambar 14. Grafik Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan O.rhinoceros

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sanitasi (x3) bersifat tidak signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros (y) dengan koefisien regresi 0,362 (Ho diterima dan Ha ditolak). Pada pengamatan diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang erat antara sanitasi dengan persentase serangan

O. rhinoceros. Hal ini dikarenakan sanitasi kebun tidak dilaksanakan dengan baik

oleh para petani kelapa, sehingga adanya pengaruh kebersihan kebun terhadap penyebaran dan perkembangan O. rhinoceros, dan pemeliharaan yang kurang baik dapat menyebabkan populasi hama tinggi, tetapi juga dipengaruhi lingkungan, baik suhu maupun kelembaban. Hal ini sesuai dengan Jumar (2000) yang menyatakan bahwa perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya), salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas: suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi.

Y = 92,926 – 1,453X Rxy = 0,362


(44)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah konsep pengelolaan pertanian yang bertujuan untuk meminimalisasikan serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Hasil survei terhadap 10 petani kelapa di Desa Kota Rantang diketahui bahwa 40% mengetahui mengenai PHT, 10% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 50% tidak mengetahui PHT. Dari 10 petani di Desa Hamparan Perak diketahui bahwa 40% mengetahui mengenai PHT, 30% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 30% tidak mengetahui PHT. Dari 10 petani kelapa di Desa Lama diketahui bahwa 30% mengetahui mengenai PHT, 40% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 30% tidak mengetahui PHT. Dan dari 10 petani kelapa di Desa Klambir diketahui bahwa 40% mengetahui mengenai PHT, 30% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 30% tidak mengetahui PHT (Lampiran 1 Kuesioner no.11).

Hasil wawancara diketahui bahwa seluruh responden di Desa Kota Rantang, Desa Hamparan Perak, Desa Lama, dan Desa Klambir tidak pernah menerapkan PHT (Lampiran Kuesioner no.12). menurut responden, hal ini disebabkan oleh keterbatasn modal, kurangnya pemahaman dan pengetahuan petani mengenai PHT, dan tidak pernah dilakukannya penyuluhan pertanian mengenai PHT pada O. rhinoceros sehingga petani tidak pernah bertanya kepada

penyuluh pertanian mengenai pengendalian O.rhinoceros tersebut (Lampiran 1 Kuesioner no.14).

Pengetahuan tentang organisme pengganggu tanaman (OPT) akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk mengendalikan OPT tersebut. Hasil survei terhadap 10 petani kelapa di Desa Kota Rantang diketahui bahwa 90% mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, 10% kurang


(45)

mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, dan 0% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros. Dari 10 petani di Desa Hamparan Perak diketahui bahwa 90% mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, 10% kurang mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, dan 0% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros. Dari 10 petani kelapa di Desa Lama diketahui bahwa 90% mengetahui ciri tanaman yang terserang

O.rhinoceros, 10% kurang mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros,

dan 10% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros. Dan dari 10 petani kelapa di Desa Klambir diketahui bahwa 100% mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, 0% kurang mengetahui ciri tanaman yang terserang

O.rhinoceros, dan 0% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang

O.rhinoceros (Lampiran 1 Kuesioner no.3).

Hasil wawancara seluruh responden banyak yang menyatakan bahwa hama ini sulit dikendalikan. Di Desa Kota Rantang 90% menyatakan sulit dikendalikan 10% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan. Desa Hamparan Perak 80% menyatakan sulit dikendalikan 20% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan. Desa Lama 100% menyatakan sulit dikendalikan, 0% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan. Dan Desa Klambir 90% menyatakan sulit dikendalikan 10% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan (Lampiran 1 Kuesioner no.7). Sehingga seluruh responden tidak

melakukan pengendalian terhadap O.rhinoceros dan dibiarkan saja (Lampiran 1 Kuesioner no. 15).


(46)

Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal, tanaman kelapa memerlukan unsur hara esensial, yaitu unsur makro (N, P, K, Ca, Mg dan Belerang) yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif lebih besar dan unsur mikro (Boron, Tembaga, Mangan, Molybdad, dan Zeng) yang dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil. Hasil survei terhadap 10 petani kelapa di Desa Kota Rantang diketahui bahwa 0% melakukan pemupukan rutin, 30% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 70% tidak pernah melakukan pemupukan. Dari 10 petani di Desa Hamparan Perak diketahui bahwa 0% melakukan pemupukan rutin, 50% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 50% tidak pernah melakukan pemupukan. Dari 10 petani kelapa di Desa Lama diketahui bahwa 0% melakukan pemupukan rutin, 30% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 70% tidak pernah melakukan pemupukan. Dan dari 10 petani kelapa di Desa Klambir diketahui bahwa 10% melakukan pemupukan rutin, 20% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 70% tidakpernah melakukan pemupukan (Lampiran 1 Kuesioner no.8).


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase serangan tertinggi terdapat di Desa Hamparan Perak yaitu sebesar 80% dan persentase serangan terendah terdapat di Desa Klambir yaitu sebesar 76%.

2. Pemupukan tanaman memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase

serangan O. rhinoceros dengan koefisien regresi adalah 0,017 dan thitung > ttabel = 2,504 > 2,025.

3. Pengendalian hama tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

persentase serangan O.dengan koefisien regresi 0,866 dan thitung < ttabel = 0,170 < 2,025.

4. Sanitasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase

serangan O. rhinoceros dengan koefisien regresi 0,362 dan thitung < ttabel = -0,922 < 2,025.

5. Petani kelapa di Kecamatan Hamparan Perak belum menerapkan PHT. Saran

Perlu dilakukan peningkatan penerapan sistem PHT pada petani kelapa, untuk dapat meningkatkan produktivitas kelapa di Kecamatan Hamparan Perak.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A., dan B. Rachman., 2009. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Pada Komoditas Perkebunan Rakyat. Bogor. 8 (1): 30-41.

Anugrah, R., 2012. Kajian Kemampuan Menyebar Kumbang Tanduk

(Oryctes Rhinoceros L.) Pada Musim Hujan Di Kebun Rambutan

PTPN III. Skripsi. USU. Medan.

Balai Penelitian Kelapa., 1989. Pengendalian Kumbang Kelapa Secara Terpadu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelapa. Manado.

Catley, A. 1969. The coconut rhinoceros beetle Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae: Dynastinae]. PANS 15(1): 18-30.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifudddin., dan H. Hanum., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Pemanfaatan Musuh Alami Untuk

Mengendalikan Kumbang Nyiur. http://ditjenbun.deptan.go.id (Diakses Tanggal 27 April 2015).

Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Rapat Koordinasi Dekindo Dengan Instansi Terkait. Dewan Kelapa Indonesia. Jakarta.

Djarwanto dan P. Subagyo., 1998. Statistik Induktif. Edisi keempat. BPFE.Yogyakarta.

Effendi, D. S., 2008. Strategi Kebijakan Peremajaan Kelapa Rakyat. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Manado.

Endah, J., dan Novizan., 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Giblin-Davis, R. M. 2001. Borers of Palms. In F. W. Howard, D. Moore, R. M. Giblin-Davis, and R. G. Abad [eds.] Insects on Palms. CABI Publishing. pp. 267-304.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Bogor Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest Of Crops In Indonesia. Revised and Translated By P.A Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.


(49)

Lever, R.J.A.W., 1969. Pests Of The Coconut Palm. Food and Agriculture Organization Of The United Nations, Rome.

Molet, T. 2013. CPHST Pest Datasheet for Oryctes rhinoceros. USDA-APHIS-PPQ-CPHST.

Ooi, PAC. 1988. Insect in Malaysian Agriculture. Tropical Press . 103pp. Malaysia.

Piggott, C.J., 1964. Coconut Growing. Oxford University Press. London.

Prawirosukarto, S., Y.P. Rocetha., U. Condro., dan Susanto., 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

Rukmana, R., dan Sugandi, Uu., 1997.Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Schmaedick, M. 2005. Coconut Rhinoceros Beetle. Pests and Diseases of American Samoa. No. 8. American Samoa Community College, Community and Natural Resources, Cooperative Research and Extension. Setyamidjaja, D., 1991. Bertanam Kelapa Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Siswanto, 2003. Baku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (BO-PHT). Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah, Ungaran.

Suhardiyono, L., 1995. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto, A., Sudharto., dan A.E. Prasetyo., 2011. Kumbang Tanduk

Oryctes rhinoceros L. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Vandaveer, C. 2004. What is Lethal- Male delivery system. http://www5e.biglobe.ne.jp/champ/Oryctes rhinoceros1.htm.com. Diakses pada 01 April 2014.

Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Kanisius. Yogyakarta.

Wood, B. J., 1968. Pest Of Oils Palm In Malaysia And Their Control.The Incorporated Society Of Planters. Kuala Lumpur. Malaysia.


(50)

Lampiran 1. Kuisioner Wawancara Petani Pemilik Kebun

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SURVEI PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN KELAPA TERHADAP PERSENTASE

SERANGAN Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera ; Scarabaeidae) DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK

DATA PRIBADI

NAMA :

KECAMATAN/DESA :

UMUR :

JENIS KELAMIN : 1. PRIA 2. WANITA PENDIDIKAN TERAKHIR : 1. SD

2. SMP 3. SMA

4. PERGURUAN TINGGI DATA KEBUN/ TANAMAN

LUAS KEBUN :

UMUR TANAMAN :


(51)

PERTANYAAN

1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang Oryctes rhinoceros L.? a. Mengetahui

b. Kurang Mengetahui c. Tidak Mengetahui

2. Darimanakah bapak/ibu mengetahui tentang hama tersebut? a. Dari Penyuluh Pertanian

b. Dari Tetangga/saudara c. Mengetahui sendiri

3. Apakah bapak/ibu mengetahui ciri-ciri tanaman kelapa yang terserang

Oryctes rhinoceros L.?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

4. Sudah berapa lamakah bapak/ibu mengetahui hama tersebut? a. >10 Tahun

b. >5 Tahun c. <5 Tahun

5. Apakah tanaman kelapa bapak/ ibu terserang Oryctes rhinoceros L.? a. Ya

b. Tidak c. Tidak Mengetahui

6. Bagaimana pendapat bapak/ ibu mengenai hama Oryctes rhinoceros L.? a. Merugikan

b. Tidak begitu merugikan c. Tidak merugikan

7. Apakah hama ini sulit dikendalikan?

a. Sulit dikendalikan b. Tidak terlalu sulit dikendalikan

c. Mudah dikendalikan a. Pemupukan

8. Apakah bapak/ ibu melakukan pemupukan pada tanaman kelapa tersebut? a. Dilakukan secara rutin

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah jenis pupuk yang bapak/ ibu gunakan ?


(52)

9. Berapa bulan sekali bapak/ibu melakukan pemupukan? a. 1 bulan sekali

b. >2 bulan sekali c. Tidak pernah

10. Bagaimana dosis pemupukan yang bapak/ibu lakukan? a. Sesuai dengan dosis dan anjuran

b. Dilakukan dengan perkiraan

c. Tidak pernah melakukan pemupukan b. Pengendalian Hama

11. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

12. Apakah bapak/ibu menerapkan program PHT? a. Dilakukan setiap tahun

b. Pernah melakukan pada waktu lampau c. Tidak pernah

13. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai PHT? a. Bagus

b. Tidak bagus c. Tidak tahu

14.Pernahkah bapak/ibu bertanya kepada Penyuluh Pertanian tentang pengendalian hama Oryctes rhinoceros L.?

a. Selalu b. Jarang c. Tidak Pernah

15. Bagaimana cara bapak/ ibu mengendalikan hama Oryctes rhinoceros L. ? a. Menggunakan program PHT

b. Menggunakan Pestisida c. Dibiarin saja

16. Apakah bapak/ibu menggunakan pestisida? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Jika Ya, apakah nama pestisida yang bapak/ibu gunakan? ………..


(53)

17.Bagaimana penggunaan pestisida yang bapak/ibu lakukan? a. Sesuai dengan dosis yang tertera pada label kemasan pestisida b. Dengan dosis perkiraan

c. Tidak pernah menggunakan pestisida c. Sanitasi

18. Pernahkah bapak/ ibu membersihkan (sanitasi) kebun kelapa bapak/ ibu? a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

19. Adakah pengaruh sanitasi kebun terhadap perkembangan dan penyebaran hama Oryctes rhinoceros L.?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

20. Apakah bapak/ibu melakukan penyiangan gulma? a. Dilakukan secara rutin

b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

21. Bagaimanakah bapak/ibu melakukan perempalan pada daun kelapa yang telah kering atau berwarna coklat?

a. Mengambilnya dengan memanjat pohon kelapa b. Membiarkannya jatuh sendiri

c. Tidak Tahu

22. Adakah pengaruhOryctes rhinoceros L.terhadap produksi tanaman kelapa? a. Ada

b. Tidak c. Tidak Tahu

23.Tindakan apa yang bapak/ibu lakukan jika tanaman kelapa terserang hama

Oryctes rhinoceros L.?

a. Mengendalikan dengan menggunakan jamur entomopatogen b. Mengendalikan dengan program PHT

c. Membiarkannya

24. Adakah pohon kelapa yang mati akibat hama Oryctes rhinoceros L.tersebut? a. Ada

b. Tidak ada c. Tidak tahu

25.Selain hama Oryctes rhinoceros L. adakah hama yang lainnya yang merusak tanaman kelapa?

a. Ada


(54)

LAMPIRAN 2. Persentase Serangan

Lampiran 2.1. Persentase Serangan di Desa Kota Rantang Sample Jumlah

Tanaman Jumlah Sampel Jumlah Tanaman Yang Terserang Persentase Serangan (%)

1 20 20 18 90

2 23 20 15 75

3 25 20 8 40

4 60 20 19 95

5 25 20 18 90

6 40 20 19 95

7 25 20 11 55

8 22 20 17 85

9 26 20 15 75

10 24 20 14 70

Total 290 200 154 770

Rataan 29,0 20 15,4 77

Lampiran 2.2. Persentase Serangan di Desa Hamparan Perak Sample Jumlah

Tanaman Jumlah Sampel Jumlah Tanaman Yang Terserang Persentase Serangan (%)

1 30 20 18 90

2 50 20 7 35

3 30 20 15 75

4 70 20 20 100

5 32 20 12 60

6 25 20 15 75

7 52 20 18 90

8 22 20 16 80

9 62 20 20 100

10 34 20 19 95

Total 407 200 160 800


(55)

Lampiran 2.3. Persentase Serangan di Desa Lama Sample Jumlah

Tanaman Jumlah Sampel Jumlah Tanaman Yang Terserang Persentase Serangan (%)

1 70 20 20 100

2 25 20 16 80

3 35 20 18 90

4 45 20 19 95

5 50 20 16 80

6 25 20 10 50

7 35 20 15 75

8 22 20 14 70

9 26 20 12 60

10 53 20 18 90

Total 386 200 158 790

Rataan 38,6 20 15,8 79

Lampiran 2.4. Persentase Serangan di Desa Klambir Sample Jumlah

Tanaman Jumlah Sampel Jumlah Tanaman Yang Terserang Persentase Serangan (%)

1 80 20 20 100

2 24 20 7 35

3 25 20 12 60

4 43 20 18 90

5 29 20 16 80

6 27 20 14 70

7 20 20 15 75

8 22 20 16 80

9 30 20 15 75

10 45 20 19 95

Total 365 200 152 760


(56)

Lampiran 4. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel x

Lampiran 4.1. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel x Desa Kota Rantang, Kecamatan Hamparan Perak

No. Kuesioner

Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot Nilai

Jumlah Responden

1 2 3

1 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

2 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

3 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

4 7 3 0 10

70% 30% 0% 100%

5 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

6 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

7 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

8 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

9 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

10 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

11 4 1 5 10

40% 10% 50% 100%

12 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

13 5 0 5 10

50% 0% 50% 100%

14 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

15 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

16 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

17 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

18 7 3 0 10

70% 30% 0% 100%

19 7 0 3 10


(57)

20 5 5 0 10

50% 50% 0% 100%

21 7 3 0 10

70% 30% 0% 100%

22 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

23 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

24 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

25 8 1 1 10

80% 10% 10% 100%


(58)

Lampiran 4.2. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel x Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak

No. Kuesioner

Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot Nilai

Jumlah Responden

1 2 3

1 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

2 0 2 8 10

0% 20% 80% 100%

3 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

4 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

5 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

6 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

7 8 2 0 10

80% 20% 0% 100%

8 0 5 5 10

0% 50% 50% 100%

9 0 5 5 10

0% 50% 50% 100%

10 2 3 5 10

20% 30% 50% 100%

11 4 3 3 10

40% 30% 30% 100%

12 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

13 6 0 4 10

60% 0% 40% 100%

14 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

15 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

16 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

17 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

18 5 5 0 10

50% 50% 0% 100%

19 9 0 1 10

90% 0% 10% 100%

20 4 4 2 10


(59)

21 6 4 0 10

60% 40% 0% 100%

22 9 0 10 10

90% 0% 10% 100%

23 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

24 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

25 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%


(60)

Lampiran 4.3. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel x Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak

No. Kuesioner

Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot Nilai

Jumlah Responden

1 2 3

1 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

2 0 4 6 10

0% 40% 60% 100%

3 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

4 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

5 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

6 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

7 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

8 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

9 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

10 1 2 7 10

10% 20% 70% 100%

11 3 4 3 10

30% 40% 30% 100%

12 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

13 6 0 4 10

60% 0% 40% 100%

14 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

15 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

16 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

17 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

18 7 3 0 10

70% 30% 0% 100%

19 8 0 2 10

80% 0% 20% 100%

20 7 3 0 10


(61)

21 4 6 0 10

40% 60% 0% 100%

22 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

23 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

24 8 2 0 10

80% 20% 0% 100%

25 8 2 0 10

80% 20% 0% 100%


(62)

Lampiran 4.4 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel x Desa Klambir, Kecamatan Hamparan Perak

No. Kuesioner

Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot Nilai

Jumlah Responden

1 2 3

1 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

2 0 2 8 10

0% 20% 80% 100%

3 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

4 10 0 0 10

100% 0% 0% 100%

5 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

6 8 1 1 10

80% 10% 10% 100%

7 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

8 1 2 7 10

10% 20% 70% 100%

9 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

10 0 3 7 10

0% 30% 70% 100%

11 4 3 3 10

40% 30% 30% 100%

12 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

13 6 0 4 10

60% 0% 40% 100%

14 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

15 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

16 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

17 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

18 8 2 0 10

80% 20% 0% 100%

19 8 0 2 10

80% 0% 20% 100%

20 6 4 0 10


(63)

21 5 5 0 10

50% 50% 0% 100%

22 9 1 0 10

90% 10% 0% 100%

23 0 0 10 10

0% 0% 100% 100%

24 8 2 0 10

80% 20% 0% 100%

25 8 2 0 10

80% 20% 0% 100%


(64)

LAMPIRAN 5. Analisis Koefisien Regresi X terhadap Y Lampiran.5.1 Koefisien regresi x1dan y

Desa Sampel x y xy x2 y2

KOTA RANTANG

1 3 90 270 9 8100

2 3 75 225 9 5625

3 3 40 120 9 1600

4 3 95 285 9 9025

5 6 90 540 36 8100

6 6 95 570 36 9025

7 3 55 165 9 3025

8 6 85 510 36 7225

9 3 75 225 9 5625

10 3 70 210 9 4900

HAMPARAN PERAK

1 6 90 540 36 8100

2 3 35 105 9 1225

3 7 75 525 49 5625

4 6 100 600 36 10000

5 3 60 180 9 3600

6 7 75 525 49 5625

7 3 90 270 9 8100

8 3 80 240 9 6400

9 6 100 600 36 10000

10 3 95 285 9 9025

LAMA

1 3 100 300 9 10000

2 6 80 480 36 6400

3 3 90 270 9 8100

4 3 95 285 9 9025

5 7 80 560 49 6400

6 3 50 150 9 2500

7 3 75 225 9 5625

8 3 70 210 9 4900

9 3 60 180 9 3600

10 6 90 540 36 8100

KLAMBIR

1 7 100 700 49 10000

2 3 35 105 9 1225

3 3 60 180 9 3600

4 6 90 540 36 8100

5 3 80 240 9 6400

6 3 70 210 9 4900

7 3 75 225 9 5625

8 3 80 240 9 6400

9 6 75 450 36 5625

10 3 95 285 9 9025


(65)

Lampiran 5.1.1. ANOVA (b) Analisis Data dari SPSS

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1719.970 1 1719.970 6.272 .017a

Residual 10420.030 38 274.211

Total 12140.000 39

a. Predictors: (Constant), Pemupukan

b. Dependent Variable: persentase serangan

Lampiran 5.1.2. Coefficients (a) Analisis Data dari SPSS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 60.883 7.319 8.318 .000

Pemupukan 4.125 1.647 .376 2.504 .017

a. Dependent Variable: persentase serangan Y = 60,883 + 4,125 X

Regresi = 0,017

thitung = 2,504

ttabel taraf 95% = 2,025 Regresi signifikan pada taraf 0.05

thitung > ttabel = Signifikan (Ha diterima Ho ditolak)

2,504 > 2,025 = terdapat hubungan yang signifikan antara pemupukan dengan persentase serangan Oryctes rhinoceros L.


(66)

Lampiran 5.2 Koefisien regresi x2dan y

Desa Sampel x y xy x2 y2

KOTA RANTANG

1 7 90 630 49 8100

2 11 75 825 121 5625

3 7 40 280 49 1600

4 11 95 1045 121 9025

5 11 90 990 121 8100

6 7 95 665 49 9025

7 10 55 550 100 3025

8 7 85 595 49 7225

9 7 75 525 49 5625

10 11 70 770 121 4900

HAMPARAN PERAK

1 8 90 720 64 8100

2 10 35 350 100 1225

3 11 75 825 121 5625

4 11 100 1100 121 10000

5 7 60 420 49 3600

6 11 75 825 121 5625

7 7 90 630 49 8100

8 7 80 560 49 6400

9 10 100 1000 100 10000

10 11 95 1045 121 9025

LAMA

1 7 100 700 49 10000

2 10 80 800 100 6400

3 7 90 630 49 8100

4 10 95 950 100 9025

5 11 80 880 121 6400

6 10 50 500 100 2500

7 8 75 600 64 5625

8 7 70 490 49 4900

9 11 60 660 121 3600

10 11 90 990 121 8100

KLAMBIR

1 11 100 1100 121 10000

2 8 35 280 64 1225

3 11 60 660 121 3600

4 10 90 900 100 8100

5 11 80 880 121 6400

6 7 70 490 49 4900

7 11 75 825 121 5625

8 7 80 560 49 6400

9 10 75 750 100 5625

10 7 95 665 49 9025


(67)

Lampiran 5.2.1 ANOVA (b) Analisis Data dari SPSS

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.191 1 9.191 .029 .866a

Residual 12130.809 38 319.232

Total 12140.000 39

a. Predictors: (Constant), Pengendalian Hama b. Dependent Variable: persentase serangan

Lampiran 5.2.2. Coefficients(a) Analisis Data dari SPSS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 75.520 14.888 5.073 .000

PengendalianHama .270 1.593 .028 .170 .866

a. Dependent Variable: persentase serangan Y = 75,520 + 0,27 X

Regresi = 0,866

thitung = 0,170

ttabel taraf 95% = 2,025 Regresi signifikan pada taraf 0.05

thitung < ttabel = Tidak Signifikan (Ho diterima Ha ditolak)

0,170 < 2,025 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengendalian hama dengan persentase serangan


(68)

Lampiran 5.3 Koefisien regresi x3dan y

Desa Sampel x y xy x2 y2

KOTA RANTANG

1 10 90 900 100 8100

2 12 75 900 144 5625

3 12 40 480 144 1600

4 7 95 665 49 9025

5 10 90 900 100 8100

6 9 95 855 81 9025

7 11 55 605 121 3025

8 10 85 850 100 7225

9 10 75 750 100 5625

10 12 70 840 144 4900

HAMPARAN PERAK

1 10 90 900 100 8100

2 12 35 420 144 1225

3 8 75 600 64 5625

4 10 100 1000 100 10000

5 8 60 480 64 3600

6 9 75 675 81 5625

7 11 90 990 121 8100

8 12 80 960 144 6400

9 7 100 700 49 10000

10 12 95 1140 144 9025

LAMA

1 11 100 1100 121 10000

2 11 80 880 121 6400

3 7 90 630 49 8100

4 12 95 1140 144 9025

5 12 80 960 144 6400

6 9 50 450 81 2500

7 12 75 900 144 5625

8 7 70 490 49 4900

9 11 60 660 121 3600

10 12 90 1080 144 8100

KLAMBIR

1 10 100 1000 100 10000

2 12 35 420 144 1225

3 7 60 420 49 3600

4 12 90 1080 144 8100

5 11 80 880 121 6400

6 11 70 770 121 4900

7 12 75 900 144 5625

8 7 80 560 49 6400

9 12 75 900 144 5625

10 11 95 1045 121 9025


(69)

Lampiran 5.3.1 ANOVA (b) Analisis Data dari SPSS

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 265.838 1 265.838 .851 .362a

Residual 11874.162 38 312.478

Total 12140.000 39

a. Predictors: (Constant), Sanitasi

b. Dependent Variable: persentase serangan

Lampiran 5.3.2. Coefficients(a) Analisis Data dari SPSS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 92.926 16.422 5.659 .000

Sanitasi -1.453 1.575 -.148 -.922 .362

a. Dependent Variable: persentase serangan Y = 92,926 – 1,453 X

Regresi = 0,362

thitung = -0,922

ttabel taraf 95% = 2,025 Regresi signifikan pada taraf 0.05

thitung < ttabel = Tidak Signifikan (Ho diterima Ha ditolak)

-0,922 < 2,025 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi dengan persentase serangan Oryctes rhinoceros L.


(70)

LAMPIRAN 6. Lampiran Gambar Lampiran 6.1. Foto lokasi penelitian

Lampiran 6.2. Foto saat menandai pohon sampel


(71)

Lampian 6.4. Foto bersama petani kelapa


(72)

(1)

Lampiran 5.2.1 ANOVA (b) Analisis Data dari SPSS

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.191 1 9.191 .029 .866a

Residual 12130.809 38 319.232 Total 12140.000 39

a. Predictors: (Constant), Pengendalian Hama b. Dependent Variable: persentase serangan

Lampiran 5.2.2. Coefficients(a) Analisis Data dari SPSS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 75.520 14.888 5.073 .000

PengendalianHama .270 1.593 .028 .170 .866 a. Dependent Variable: persentase serangan

Y = 75,520 + 0,27 X

Regresi = 0,866

thitung = 0,170

ttabel taraf 95% = 2,025

Regresi signifikan pada taraf 0.05

thitung < ttabel = Tidak Signifikan (Ho diterima Ha ditolak)

0,170 < 2,025 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengendalian hama dengan persentase serangan Oryctes rhinoceros L.


(2)

Lampiran 5.3 Koefisien regresi x3 dan y

Desa Sampel x y xy x2 y2

KOTA RANTANG

1 10 90 900 100 8100

2 12 75 900 144 5625

3 12 40 480 144 1600

4 7 95 665 49 9025

5 10 90 900 100 8100

6 9 95 855 81 9025

7 11 55 605 121 3025

8 10 85 850 100 7225

9 10 75 750 100 5625

10 12 70 840 144 4900

HAMPARAN PERAK

1 10 90 900 100 8100

2 12 35 420 144 1225

3 8 75 600 64 5625

4 10 100 1000 100 10000

5 8 60 480 64 3600

6 9 75 675 81 5625

7 11 90 990 121 8100

8 12 80 960 144 6400

9 7 100 700 49 10000

10 12 95 1140 144 9025

LAMA

1 11 100 1100 121 10000

2 11 80 880 121 6400

3 7 90 630 49 8100

4 12 95 1140 144 9025

5 12 80 960 144 6400

6 9 50 450 81 2500

7 12 75 900 144 5625

8 7 70 490 49 4900

9 11 60 660 121 3600

10 12 90 1080 144 8100

KLAMBIR

1 10 100 1000 100 10000

2 12 35 420 144 1225

3 7 60 420 49 3600

4 12 90 1080 144 8100

5 11 80 880 121 6400

6 11 70 770 121 4900

7 12 75 900 144 5625


(3)

Lampiran 5.3.1 ANOVA (b) Analisis Data dari SPSS

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 265.838 1 265.838 .851 .362a

Residual 11874.162 38 312.478 Total 12140.000 39

a. Predictors: (Constant), Sanitasi

b. Dependent Variable: persentase serangan

Lampiran 5.3.2. Coefficients(a) Analisis Data dari SPSS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 92.926 16.422 5.659 .000

Sanitasi -1.453 1.575 -.148 -.922 .362 a. Dependent Variable: persentase serangan

Y = 92,926 – 1,453 X

Regresi = 0,362

thitung = -0,922

ttabel taraf 95% = 2,025

Regresi signifikan pada taraf 0.05

thitung < ttabel = Tidak Signifikan (Ho diterima Ha ditolak)

-0,922 < 2,025 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi dengan persentase serangan Oryctes rhinoceros L.


(4)

LAMPIRAN 6. Lampiran Gambar Lampiran 6.1. Foto lokasi penelitian

Lampiran 6.2. Foto saat menandai pohon sampel


(5)

Lampian 6.4. Foto bersama petani kelapa


(6)