PENGARUH CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUPERMI SERI GO DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

PENGARUH CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUPERMI SERI GO
DI BANDAR LAMPUNG

Oleh :
I Made Jananuraga Yatra
Bermacam macam merek produk mie instan yang ditawarkan di pasaran membuat
konsumen akan semakin bebas memilih dan membandingkan produk mana yang
akan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. PT Indofood
Sukses Makmur sangat berupaya keras untuk terus meningkatkan kembali
penguasaan pasarnya yang telah berkurang. Salah satunya pada tahun 2008,
sebagai upaya untuk meningkatkan kembali penguasaan pasar PT Indofood
Sukses Makmur mengeluarkan produk baru yaitu Supermi Seri Go yang terdiri
dari tiga rasa yaitu Gobang (Goreng Bawang), Gokar (Goreng Kari), dan Goso
(Goreng Soto). Berdasarkan data pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa
konsumen Supermi menurun dari 4,1% menjadi 3,0%. Permasalahnya adalah
apakah citra merek dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan
pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.


Tujuan penelitian untuk mengetahui besarnya pengaruh citra merek dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.
Hipotesis penelitian adalah Citra merek dan kualitas produk mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil pembahasan, teknik analisisnya menggunakan metode analisis
regresi linear berganda dengan rumus Y = a + b1x1 + b2x2 + et. Hipotesis tersebut
dapat diterima dengan alasan sebagai berikut. Hasil analisis regresi berganda
membuktikan Citra Merek dan Kualitas Produk berpengaruh terhadap konsumen
dalam membuat keputusan pembelian Supermi Seri Go, hal tersebut berdasarkan
Uji - t dan uji- F. Hasil uji R Square yaitu 0,369 yang berarti bahwa variabel
bebas Citra Merek dan Kualitas Produk mampu mempengaruhi keputusan
pembelian Supermi seri Go di Bandar Lampung (Y) sebesar 36,90%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas lain di luar penelitian ini.
PT Infood selaku perusahan penghasil Supermi Seri Go agar dapat
memperhatikan Citra Merek dan Kualitas Produk karena merupakan hal utama
yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membuat keputusan pembelian
Supermi Seri Go di Bandar Lampung. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah dengan selalu menjaga reputasi perusahaan yang selama ini
terjaga.


SURAT PERNYATAAN

Nama

: I Made Jananuraga Yatra

NPM

: 0911011059

Program Studi

: Manajemen

Konsentrasi

: Manajemen Pemasaran

Angkatan


: 2009

Jenjang

: Strata Satu (S1)

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya
yang berjudul :
“Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Supermi Seri Go Di Bandar Lampung”

Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, 13 Februari 2013

I Made Jananuraga Yatra


1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi sekarang ini
cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia diantaranya adalah perubahan dalam aspek perekonomian dan teknologi.
Khususnya aspek ekonomi dan bisnis sehingga mengakibatkan pertumbuhan
perekonomian di Indonesia menjadi semakin berkembang dengan baik yang
kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin
berkembang, baik industri yang berskala kecil maupun industri yang berskala
besar.
Industri makanan dan minuman merupakan industri yang potensial karena
hubungan erat dengan kebutuhan pokok manusia, sehingga industri ini mampu
bertahan dalam berbagai kondisi apapun, termasuk ketika terjadi krisis ekonomi
beberapa tahun yang lalu. Hal ini ditandai dengan sangat tingginya tingkat
persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya dalam industri ini.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri makanan dan
minuman dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meskipun
pada tahun-tahun tertentu sempat terjadi penurunan, meskipun angkanya tidak
terlalu besar. Hal ini terbukti dengan angka pertumbuhan industri makanan dan

2

minuman beberapa tahun ini. Tahun 2008 pertumbuhan indutri makanan dan
minuman sebesar 17,5%, 12% pada tahun 2009 sebesar, 10% pada tahun 2010
dan 9,19% pada tahun 2011.
Dirjen Industri Agro Kementrian Perindustrian (Kemenperin) Benny Wahyudi
menargetkan industri makanan miuman nasional tahun 2012 ini akan tumbuh
sebesar 8,15% (www.mediaindonesia.com). Berikut ini data pertumbuhan industri
makanan dan minuman disajikan dalam Tabel 1.
TABEL 1

Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman
Di Indonesia Tahun 2008-2011
TAHUN
PERTUMBUHAN

2008

17,5%

2009

12%

2010

10%

2011

9,19%

Sumber: www.mediaindonesia.com, 2012
Pertumbuhan yang terjadi di setiap tahunnya sudah pasti menimbulkan persaingan
yang tidak mudah diantara perusahaan dalam industri makanan dan minuman.
Berbagai merek produk diperkenalkan dan ditawarkan dengan berbagai

keistimewaan, baik dalam manfaatnya maupun mengkomunikasikannya.
Sektor indutri makanan dan minuman terdiri atas beberapa kategori produk seperti
mie instan, tepung terigu, minyak goreng, kopi bubuk, rokok, saus sambal, kecap,
minuman energi, minuman bersoda dan sebagainya. Dalam industri makanan dan
minuman menawarkan banyak produk makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat
yang salah satunya adalah mie instan. Perubahan gaya hidup masyarakat saat ini
mempengaruhi pola konsumsinya. Sekarang ini, makanan instan semakin diminati

3

sebagai subtitusi makanan pokok masyarakat Indonesia yaitu nasi. Salah satunya
adalah mie instan. Produk ini bahkan semakin menjadi pilihan, mie instan bukan
hanya sekedar makanan pendamping nasi tetapi tetap menjadi makanan sebagai
pengganti bahan pangan pokok.
Alasan lebih memilih mie instan daripada nasi adalah karena lebih praktis, harga
yang terjangkau, dan cukup mengenyangkan. Oleh karena itu pertumbuhan
pasarnya mengalami peningkatan, diperkirakan pada tahun 2008 lalu industri mie
instan memiliki nilai pasar yang cukup besar yaitu Rp 15 miliar. Selain itu,
potensi pasar mie instan di Indonesia masi cukup besar dengan populasi 225 juta
jiwa pada tahun 2008, potensi per kapita sekitar 63 bungkus per orang setiap

tahun, jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi mie instan Korea
Selatan yaitu 70 bungkus per orang setiap tahunnya (www.datacon.co.id).
Tingginya tingkat konsumsi mie instan masyarakat sangat menarik bagi para
produsen mie instan yang saat ini telah diproduksi oleh 21 perusahaan dengan
berbagai merek. Di Indonesia penjualan mie instan sekarang ini masih di dominasi
oleh beberapa perusahaan besar, diantaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT Sayap Ma Utama (Wings), Group Orang tua, PT ABC President Indonesia, PT
Dellifood Sentosa Corpindo ,dan PT Jakarana Tama.
Persaingan pada mie instan sudah menjadi persaingan gaya hidup masyarakat. Hal
ini ditandai dengan semakin banyaknya pilihan merek mie instan yang beredar di
pasar. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk
saja, tetapi perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat
pangsa pasar, selain itu juga sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk

4

mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan
karakteristik dari masing-masing segmen agar konsumen dapat memutuskan
untuk memilih mie instan produksi dari perusahaan tersebut.
Tingginya persaingan di dalam pasar mie instan, menjadikan penguasaan pasar

oleh PT Indofood Sukses Makmur berkurang menjadi sekitar 77% dari
sebelumnya 90%. Hal ini terutama disebabkan oleh pesaingnya Grup Wings
dengan produknya mie sedap yang berhasil merebut sebagian pasar Indofood,
sekarang Wingsfood menguasai sekitar 12% pangsa pasar dan perusahaan lainnya
memperebutkan sisa pangsa pasar yang sangat kecil yaitu hanya 11%. Berikut
data pangsa pasar mie instan dalam Tabel 2 :
Tabel 2 Pangsa Pasar Mie Instan di Indonesia Tahun 2005-2007
MEREK MIE
PANGSA PASAR
INSTAN

2005

2006

2007

Indomie

66,3%


64,3%

65,3%

Mie Sedaap

13,4%

22,4%

22,9%

Supermi

7,1%

4,5%

3,4%


Sarimi

2,2%

1,9%

2,6%

Gaga 100

2,5%

2,0%

1,0%

ABC

0,6%

0,7%

0,6%

Lain-lain

1,3%

1,0%

1,6%

Sumber : http://finance.dir.goups.yahoo.com, 2012
Berdasarkan Tabel 2 pangsa pasar Supermie menurun setiap tahunnya, yaitu pada
tahun 2006 menurun sebanyak 2,6% dari tahun sebelumnya 7,1% menjadi 4,5%
dan menurun kembali 1,4% pada tahun 2007 menjadi 3,4%. Penurunan pangsa
pasar pada mie instan Supermi mengidentifikasi bahwa konsumen telah
melakukan keputusan pembelian.

5

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat
pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang
ditawarkan oleh penjual. Menurut Kotler (2009 : 202) keputusan pembelian
adalah karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan
menimbulkan keputusan pembelian. Adanya peluang bisnis pada industri tersebut
sehingga saat ini banyak merek mie instan yang beredar di pasaran. Berikut nama
perusahaan dan merek mie instan di Indonesia dalam Tabel 3.
Tabel 3

Nama Perusahaan dan Merek Besar Mie Instan Dalam Kemasan
di Indonesia Tahun 2012
NAMA PERUSAHAAN
NAMA PRODUK/MEREK
PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Indomie, Supermi, Sarimi

PT Sayap Mas Utama (Wings)

Mie Sedaap

Group Orang Tua

Mie Kare, Mie Selera Rakyat

PT ABC President Indonesia

Mie ABC

PT Dellifood Sentosa Corpindo

Miduo, Mie Gelas

PT Jakarana Tama

Gaga 100

PT Olaga Sukses Mandiri

Alhamie, Santremie

Sumber :www.datacon.co.id, 2012
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian produsen mie instan di
Indonesia tidak hanya mengeluarkan satu merek saja di pasaran, akan tetapi ada
pula yang mengeluarkan beberapa merek di pasaran untuk dimasuki pada setiap
segmen pasar. PT Indofood Sukses Makmur misalnya, mengeluarkan Supermie
yang ditujukan untuk segmen pasar menengah dan mengeluarkan Sarimi yang
ditujukan untuk segmen pasar bawah. Tetapi ada pula produsen yang hanya
memproduksi satu merek saja, salah satu diantaranya adalah PT Sayap Mas

6

Utama (Wings) yang hanya mengeluarkan merek Mie Sedaap yang ditujukan
untuk segmen pasar menengah (www.datacon.co.id).
Bermacam macam merek produk mie instan yang ditawarkan di pasaran membuat
konsumen akan semakin bebas memilih dan membandingkan produk mana yang
akan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini dapat
dilihat dari keputusan pemebelian mie instan dengan berbagai merek yang
disajikan dalam bentuk Tabel 4.
Tabel 4 Merek-Merek Mie Instan Yang Pernah Dikonsumsi Di Indonesia
Tahun 2010 - 2011
TAHUN
MEREK
2010
2011
Indomie

65,8%

65,5%

Mie Sedaap

21,2%

23,3%

Supermi

4,1%

3,0%

Kare

1,9%

1,9%

Gaga 100

0,3%

0,8%

Sumber : Marketing/Edisi Khusus/I/2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa konsumen Supermi menurun dari 4,1% menjadi
3,0%. Berbeda dengan para pesaingnya yang terutama Mie Sedaap yang
mengalami peningkatan. Penurunan ini disebabkan banyaknya faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan konsumen sebelum memutuskan membeli seperti kualitas
produk, harga, kemudahan dalam mendapatkan produk dan keyakinan bahwa
merek yang dikonsumsi adalah merek yang paling memuaskan dan sesuai dengan
kebutuhannya. Konsumen yang merasa puas akan produk tersebut menimbulkan
citra merek secara langsung.

7

Menurut Kotler (2009: 129) citra merek merupakan persepsi dan keyakinan yang
dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam
memori konsumen. Berbagai merek produk dikeluarkan dan ditawarkan dengan
keistimewaan, baik dalam manfaatnya maupun dalam mengkomunikasikannya.
Sebuah merek digunakan sebagai identitas dan simbol bagi konsumen untuk
menggambarkan perbedaan dengan merek pesaing dalam kategori produk yang
sama. Konsumen harus mengambil keputusan akan merek mana yang akan dibeli
dan juga melihat dari sisi kualitas produk. Kualitas produk merupakan ciri dan
karakteristik suatu barang atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Produk yang berkualitas
tinggi sangat diperlukan agar keinginan konsumen dapat dipenuhi sesuai dengan
harapannya akan membuat konsumen menerima suatu produk bahkan sampai
berujung loyal terhadap produk tersebut (Kotler, 2009 : 148). Dalam hal ini,
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus memilih sebuah merek
dan kualitas produk dalam melakukan pembeliannya, merek yang sudah dikenal
serta kualitas produk yang baik memudahkan konsumen mengambil
keputusannya.
PT Indofood Sukses Makmur sangat berupaya keras untuk terus meningkatkan
kembali penguasaan pasarnya yang telah berkurang. Salah satunya pada tahun
2008, sebagai upaya untuk meningkatkan kembali penguasaan pasar PT Indofood
Sukses Makmur mengeluarkan produk baru yaitu Supermi Seri Go yang ditujukan
untuk kalangan menengah anak muda. Supermi Seri Go yang terdiri dari tiga rasa
yaitu Gobang (Goreng Bawang), Gokar (Goreng Kari), dan Goso (Goreng Soto).
PT Indofood Sukses Makmur berharap dengan meluncurkan produk barunya yaitu

8

Supermi Seri Go dapat meningkatkan kembali penguasaan pasarnya, yaitu dengan
dipilihnya merek dagang Gobang, Gokar, dan Goso yag dianggap menarik dan
mudah diingat sehingga dapat membuat konsumen penasaran dan tertarik
sehingga memutuskan membeli dan mencoba Supermi Seri Go ini.
Pemasaran suatu produk baru, maka merek produk sangatlah penting. Oleh karena
itu Supermi mengeluarkan produk baru dengan merek yang disingkat Supermi
Seri Go . Menurut Kotler (2009 :82) merek merupakan janji dari seorang penjual
untuk secara konsisten memberikan suatu tampilan, manfaat dan jasa tertentu
pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari
sekedar simbol.
Tabel 5 Top Brand Index Mie Instant dalam Kemasan Tahun 2009 - 2011
TAHUN (%)
MEREK
2009
2010
2011
Indomie

79,4

75,5

75,2

Mie Sedaap

14,8

14,2

16,4

Supermie

4,7

4,2

4,4

Sarimi

0,9

1,2

1,1

Sumber: www.topbrand-award.com, 2012
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat Indomie tetap menjadi top brand meskipun
presentasinya semakin menurun dari tahun ke tahun yakni pada tahun 2009
sebesar 79,4% menjadi 75,2% pada tahun 2011, berbanding terbalik dengan Mie
Sedaap yang sedikit demi sedikit semakin meningkat bahkan hingga meningkat
2,2% pada tahun 2011. Sedangkan Supermie pada tahun 2009 sebesar 4,7%, 4,2%
pada tahun 2010, san 4,4% pada tahun 2011.

9

Sebuah merek dikatakan khusus jika konsumen merasa yakin bahwa merek-merek
tersebut benar-benar khusus. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan
pembelian oleh konsumen, karena dapat membedakan produk yang akan dibelinya
dengan produk lain sehubungan dengan atribut yang melekat di dalamnya. Dalam
hal ini kualitas produk ikut mempengaruhi proses pengambilan keputusan
konsumen.
Penelitian ini dilakukan pada konsumen Supermi Seri Go di Bandar Lampung.
yang dilakukan pada konsumen berbelanja di supermarket atau warung untuk
membeli kebutuhannya. Dengan merek yang menarik dan mudah diingat
diharapkan akan lebih memilih mengkonsumsi Supermi Seri Go.
Strategi yang dilakukan oleh Supermi tersebut merupakan salah satu cara untuk
menarik minat konsumen dalam melakukan proses keputusan pembelian yang
dapat meningkatkan jumlah pangsa pasar Supermi. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dirasakan perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Citra Merek
dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Supermi Seri Go di
Bandar Lampung”

10

1.2 Permasalahan
Masalah yang dihadapi oleh Supermi Seri Go adalah tingginya tingkat persaingan
dalam kategori mie instan yang menandakan bahwa konsumen dalam kategori ini
sangat potensial. Namun, di sisi lain produsen dituntut untuk semakin kreatif dan
inovatif serta cermat dalam membaca kebutuhan dan keinginan konsumen yang
saat sekarang ini perilaku konsumen bersifat dinamis.
Diantara sekian banyak merek mie instan yang ada di Indonesia sekarang ini,
Supermi Seri Go merupakan varian baru yang pangsa pasarnya masih relatif
rendah. Meskipun Supermi merupakan produk yang sudah cukup lama, akan
tetapi jumlah pangsa pasarnya masih rendah dibandingkan dengan mie instan
merek lainnya.
Salah satu upaya yang dilakukan PT Indofood Sukses Makmur Tbk selaku
produsen Supermi dalam menarik konsumen untuk melakukan keputusan dan juga
guna meningkatkan pangsa pasar, maka PT Indofood Sukses Makmur Tbk
mengeluarkan produk Supermi Seri Go dengan merek yang menarik, unik dan
mudah diingat.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat diangkat dalam tulisan ini
adalah apakah citra merek dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.

11

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh citra merek dan kualitas produk
terhadap keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai citra merek dan kualitas produk
Supermi Seri Go terhadap konsumen di Bandar Lampung.
3. Untuk memperoleh gambaran mengenai keputusan pembelian Supermi Seri
Go di Bandar Lampung.
1.3.2

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam strategi untuk
meningkatkan laba penjualan agar pencitraan merek dan kualitas produk
dapat lebih dikembangkan lagi.

2. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan serta dapat digunakan sebagai pembanding bagi pembaca
yang ingin melaksanakan penelitian di bidang pemasaran khususnya
tentang perilaku konsumen.

12

3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis dapat menjadi
referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti dengan topik
maupun objek yang sama.

1.4 Kerangka pemikiran
Merek merupakan salah satu atribut yang dianggap penting dalam menumbuhkan
persepsi yang baik. Sehingga konsumen akan percaya setelah menilai atribut yang
dimiliki suatu produk yang dapat mempengaruhi image produk atau perusahaan.
Persepsi yang baik dan kepercayaan konsumen akan suatu merek tertentu akan
menciptakan minat beli konsumen dan bahkan meningkatkan loyalitas konsumen
terhadap produk tertentu. Oleh karena itu produk yang dipasarkan “tanpa merek”
akan mengalami kesulitan untuk mengingat produk yang telah dikonsumsinya
sehingga pembeli ulang akan sulit dilakukan. Saat ini masih banyak produk yang
dijual tanpa menggunakan merek, biasanya produk-produk ini banyak dijumpai di
pasar.
Adapun pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan merek adalah
sebagai berikut (Kotler, 2009 : 404)
“ A brand is a name, trem, sign, symbol or design or a combination of them,
intented to identity the goods or service of the one seller or group of seller and to
differentiate them from those of competitors”.

Artinya merek adalah nama, istilah, tanda, simbol desain atau kombinasi dari halhal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang dan jasa dari

13

seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari barang dan jasa
pesaing.
Menurut Kotler (2009: 409) citra merek merupakan persepsi dan keyakinan yang
dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam
memori konsumen. Berbagai merek produk dikeluarkan dan ditawarkan dengan
keistimewaan, baik dalam manfaatnya maupun dalam mengkomunikasikannya.
Sebuah merek digunakan sebagai identitas dan simbol bagi konsumen untuk
menggambarkan perbedaan dengan merek pesaing dalam kategori produk yang
sama.
Kualitas produk merupakan ciri dan karakteristik suatu barang atau jasa yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan
atau tersirat. Produk yang berkualitas tinggi sangat diperlukan agar keinginan
konsumen dapat dipenuhi sesuai dengan harapannya akan membuat konsumen
menerima suatu produk bahkan sampai berujung loyal terhadap produk tersebut
(Kotler,2009: 410).
Berdasarkan hasil pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan sebuah paradigma
penelitian seperti pada gambar :
Gambar 1 Paradigma Penelitian
Citra Merek
(X1)

Kualitas Produk
(X2)

Keputusan
Pembelian
(Y)

14

1.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Citra merek dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan
pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.

15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh laba, meningkatkan volume penjualan, dan menjaga
kesinambungan usahanya agar terus berkembang. Untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan, maka perusahaan memerlukan suatu bentuk kebijaksanaan pemasaran
yang baik. Penguasaan atas konsep pemasaran menjadi hal yang perlu untuk
dipahami agar kebijaksanaan yang diambil dapat bermanfaat bagi perusahaan.
Menurut Basu DH Swasta dan Handoko T. Hani (2000:4)
“Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribukan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.

Menurut Philip Kotler (2009 : 5):
”Pemasaran sebagai suatu proses sosial yang memberikan kepada individu
dan kelompok-kelompok apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan dan mempertukarkan produk-produk dan nilai dengan
individu dan kelompok lainnya”.

16

Menurut Kartajaya (2005:11):
”Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan
proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari satu inisiator
kepada stakeholders-nya”.

Menurut William J. Stanton (2006:7):
“Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan
jasa kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial”.

Definisi tersebut berdasarkan pada prinsip inti pemasaran yang meliputi
kebutuhan, produk, permintaan, nilai biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi,
hubungan dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek. Pemasaran di dalam dunia
perdagangan merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang membantu dalam
menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itulah yang akan membentuk harga
barang dan jasa bagi individu-indvidu.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah
pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan dan atau mengendalikan arus
barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta
mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui
penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul
(Kotler,2009:11). Banyak orang beranggapan bahwa manajemen pemasaran

17

adalah mencari pelanggan yang cukup banyak untuk output perusahaan saat itu,
namun pandangan ini terlalu sempit. Perusahaan memiliki suatu tingkat harapan
permintaan atas produk-produknya. Pada suatu saat tertentu, mungkin saja tidak
ada permintaan, permintaannya memadai, permintaannya tidak teratur, atau terlalu
banyak permintaan, dan manajemen pemasaran harus mencari cara untuk
menghadapi semua situasi permintaan yang berbeda-beda ini.
Mengelola permintaan berarti mengelola pelanggan. Permintaan sebuah
perusahaan muncul dari dua kelompok : pelanggan baru dan pelanggan yang
membeli lagi. Teori dan praktek pemasaran tradisional telah mencurahkan
perhatian untuk menarik pelanggan baru dan membuat penjualan. Akan tetapi,
sekarang penekanannya bergeser. Selain merancang strategi untuk menarik
pelanggan baru dan melakukan transaksi dengan mereka, perusahaan sekarang
berusaha sebaik-baiknya mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan
membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
2.2 Citra Merek
2.2.1 Pengertian Citra Merek
Inti dari proses pemasaran adalah membangun merek di benak konsumen.
Beberapa manajer konsumen percaya bahwa merek memiliki identitas dan
kualitas yang unik, berbeda nama produk dan merek adalah sebagai nama, istilah,
tanda, simbol, desain, atau kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang dan jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari barang dan jasa pesaing. Sedangkan menurut Buchori Alma

18

(2007:148-149) yang mengutif dari undang undang merek (UU NO 19 Tahun
1992) dinyatakan pada Bab I (Ketentuan Umum), Pasal 1 ayat 1-5 bahwa :
1. Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang dan jasa.
2. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa secara bersama-sama
atau badan hukum membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
3. Merek jasa merupakanmerek-merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa secara bersama-sama
atau badan hukum membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan
barang atau jasa sejenis lainnya.
5. Lisensi adalah izin yang diberikan pemilik merek terdaftar kepada
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian
jenis barang atau jasa yang di daftarkan.
Merek pada dasarnya merupakan janji penjual memberikan ciri-ciri, manfaat dan
jasa kepada pembeli. Menurut Philip Kotler (2009:460) merek memiliki enam
tingkatan, yang meliputi :

19

a. Atribut :
Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan
agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang
terkandung dalam suat merek.
b. Manfaat
Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak
membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat
menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat
emosional.
c. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Merek yang
mempunyai nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang
berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
d. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya, Mercedes Benz mewakili
budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang
efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
e. Kepribadian
Merek juga mencerminkan kepribadian, yaitu kepribadian bagi para
penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian
pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang digunakan.

20

f. Pemakai
Merek juga menunjukan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah
sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal
untuk pengguanaan mereknya.
Tantangan dalam pemberian merek adalah dalam mengembangkan sekumpulan
makna yang mendalam tentang merek. Dengan kata lain, jika pembeli dapat
memvisualisasikan enam tingkatan merek di atas, maka merek tersebut memiliki
makna yang dalam. Dan jika sebaliknya, maka merek tersebut memiliki makna
yang dangkal. Dengan memperhatikan keenam tingkatan merek diatas maka
pemasaran memutuskan pada tingkatan mana identitas merek akan diletakkan.
Kesalahan sering dilakukan oleh pemasar adalah dengan hanya mempromosikan
atribut-atribut merek saja. Hal ini mengakibatkan :
1. Pembeli tidak terarik pada atribut karena sesungguhnya lebih tertarik pada
manfaat merek
2. Pesaing dapat dengan mudah meniru atribut-atribut tertentu
3. Atribut yang ada pada sekarang ini kelak akan berkurang nilainya
Gagasan-gagasan mengenai merek yang paling tahan lama adalah nilai, budaya,
dan kepribadian yang tercermin dari merek itu. Hal-hal tersebut menentukan inti
dari sebuah merek.
2.2.2 Keputusan nama merek
Belakangan, hampir semua produk diberi merek. Bahkan produk yang
sebelumnya tak bermerek kini sudah memakai merek. Menurut dalam bukunya
Remarketing for Business Recovery, Sebuah Pendekatan Riset, selain memiliki

21

nilai bila mereknya kuat, merek juga bermanfaat bagi pelanggan, perantara,
produsen maupun public (Simamora, 2001; 62) :
1. Bagi pembeli, manfaat merek adalah :
a. Menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu.
b. Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang sangat
bermanfaat bagi mereka.
2. Bagi penjual, manfaat merek adalah :
a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah
yang timbul.
b. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.
c. Memungkinkan untuk menarik yang terdiri sekelompok pembeli yang setia
dan menguntungkan.
d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
3. Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal :
a. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten.
b. Meningkatkan efisiensi dari pembeli karena dalam setiap merek dapat
menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya.
c. Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong
untuk menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan oleh
pesaing.

22

2.2.3 Pengertian Citra

Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2009:250), Citra
adalah beberapa keyakinan, gagasan, dan kesan yang dimiliki seseorang mengenai
suatu objek. Sedangkan menurut Buchori Alma (2007:375) pengertian citra
adalah kesan yang dipikirkan dan yang diketahui oleh seseorang atau kelompok
mengenai suatu hal, baik perusahaan maupun produknya yang diperoleh melalui
pengalaman. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa citra
perusahaan adalah gambaran singkat mengenai suatu organisasi atau perusahaan
yang diciptakan melalui akumulasi pesan-pesan yang diterima melalui
pengalaman yang dirasakan oleh seluruh indera.

Menurut Shimp (2007:38) mengemukakan bahwa Brand Image yaitu :Brand
Image didasari oleh berbagai ketertarikan yang dikembangkan oleh konsumen
pada setiap waktu, brand, seperti manusia dapat berupa gagasan yang mempunyai
masing-masing personality. Brand image yang positif akan membuat konsumen
menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari,
sedangkan bagi produsen brand image yang baik akan membantu kegiatan
perusahaan dalam bidang pemasaran. Agar brand image dapat terbentuk sesuai
atau mendekati brand identy yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan
sebagai produsen harus mampu untuk memahami dan mengeksploitasi unsur
unsur yang membentuk suatu merek yang akhirnya membentuk citra perusahaan
yang baik.

23

Brand image ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu kualitas yang tinggi atas
apa yang diharapkan atau dipersepsikan dengan yang diterima oleh konsumen,
yang terakhir ini yang dikenal dengan pelayanan diterima. Hal ini harus didukung
oleh kenyataan dan bukan sekedar pernyataan sebagai hal yang dikomunikasikan
tanpa adanya bukti nyata.
Bila pada mulanya, sebuah merek adalah nama, logo, simbol, maka dengan
semakin meningkatnya usaha, sebuah merek harus memperjuangkan awareness
atau tingkat kesadaran merek dibenak konsumen. Brand awareness memiliki
empat tingkatan yaitu : Top of mind, brand recall, brand reqonition, dan
unreqnitiion brand, selanjutnya merek harus diusahakan agar memiliki citra yang
positif yang dipersepsikan sebagai merek yang berkualitas tinggi menurut kriteria
konsumen.
Sedangkan citra yang diungkapkan oleh konsumen yang dialih bahasakan oleh
Hermawan Kartajaya (2005:484) yaitu :
1. Reputation yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah
brand karena mempunyai track record yang baik (Nama/Logo)
2. Recognition yaitu tingkat dikenalnya sebuah brand oleh konsumen
(pengakuan/pengenalan)
3. Affinity yaitu hubungan emosional yang terjadi antara brand dengan
konsumen (ketertarikan)
4. Brand Loyalty yaitu derajat/kesetiaan pelanggan menggunakan produk
atau jasa perusahaan.

24

Citra merek konsumen tentang merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, antara
lain :
1. Citra yang baik dapat sebagai tujuan dalam strategi pemasaran.
2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing.
3. Citra merek dapat membantu memperbaharui penjualan suatu merek.
Pemberian merek pada suatu produk oleh produsen sebelum produknya dijual
kepada konsumen dapat memberikan ciri-ciri dan sekaligus nama bagi suatu
produk. Sehingga nantinya dapat dikenal oleh masyarakat.Tahap-tahap proses
pemberian merek menurut Kotler (2009:496), sebagai berikut.
Gambar 2 Tahap-Tahap Proses Pemberian Merek
Keputusan pemberian

Keputusan sponsor

Merek

Pembentukan ulang
Posisi merek
● Penentu posisi
ulang
● Tanpa
penentuan posisi
ulang

● Merek

● Merek produsen

● Tanpa Merek

● Merek (pribadi)

Strategi
merek

Keputusan nama
merek

● Perluasan lini

● Nama individu

● Perluasan
merek

● Nama keluarga
keseluruhan

● Multi merek

● Nama keluarga
berbeda

● Merek baru

Sumber: Kotler, 2009.

Merek

25

2.2.4 Keputusan pemberian merek

Dalam membangun sebuah strategi pemasaran untuk setiap produk, pemasaran
harus dapat menyesuaikan dengan keputusan-keputusan pemberian merek, karena
hal ini merupakan yang utama dalam strategi produk. Artinya membangun sebuah
produk yang bermerek membutuhkan investasi jangka panjang yang relatif cukup
besar jumlahnya terutama untuk iklan, promosi penjualan. Manfaat dengan
pemberian merek pada suatu produk bagi penjual adalah :
a. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri masalah
b. Nama merek dan tanda merek dari penjual untuk menarik pelanggan yang
setia dan menguntungkan
c. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar
2.3 Kualitas Produk
Perusahaan selalu berusaha memuaskan konsumen mereka dengan menawarkan
produk berkualitas. Produk yang berkualitas adalah produk yang memiliki
manfaat bagi pemakainya (konsumen). Seseorang yang membutuhkan suatu
produk akan membayangkan manfaat apa saja yang bisa diperoleh dari
produkyang akan dipergunakan. Manfaat suatu produk merupakan konsekuensi
yang diharapkan konsumen ketika membeli dan menggunakan suatu produk.
Menurut Kotler (2009: 190), kualitas produk merupakan ciri dan karakteristik
suatu barang atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Produk yang berkualitas tinggi sangat
diperlukan agar keinginan konsumen dapat dipenuhi. Keinginan konsumen yang

26

terpenuhi sesuai dengan harapannya akan membuat konsumen menerima suatu
produk bahkan sampai loyal terhadap produk tersebut.

Peningkatan kualitas produk dirasakan sangat perlu dengan demikian produk
perusahaan semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Jika hal itu dapat
dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dapat tetap
memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Dalam
perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan
pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Apabila dalam situasi
pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peranan kualitas produk akan
semakin besar dalam perkembangan perusahaan. Menurut Tjiptono (2000:7)
memberikan beberapa dimensi dari kualitas produk. Adapun dimensi kualitas
produk adalah :
1. Kinerja
Yang dimaksud kinerja di sini adalah kinerja utama dari karakteristik
pengoperasian ketika pelanggan ingin membeli suatu barang.
2. Keistimewaan Tambahan
Merupakan aspek pelengkap karena aspek ini merupakan indikator yang
menunjukkan kelebihan dan keunggulan produk.
3.

Daya Tahan
Ukuran masa pakai suatu barang yang berkaitan dengan daya tahan dari
produk tersebut.

27

4.

Estetika
Karakteristik bersifat subjektif berkaitan pertimbangan pribadi refleksi
prefrensi individual, lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi.

2.4 Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2009:235) dalam mempelajari bagaimana konsumen mengambil
keputusan pembelian terdapat proses keputusan pembeli yang terdiri dalam lima
tahap. Sebenarnya proses pembelian telah dimulai jauh sebelum pembelian aktual
terjadi dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian terjadi.
Masing-masing tahap proses keputusan pembelian (purchasing decision) tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3 : Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca
Pembelian
Sumber: Kotler (2009)

28

1.

Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenai masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dalam kasus internal, salah satu kebutuhan umum seseorang,
rasa lapar, rasa haus, seks mencapai ambang batas tertentu dan mulai jadi
pendorong. Dalam kasus eksternal dicontohkan seseorang yang mengagumi
mobil baru tetangganya atau menonton iklan televisi tentang hiburan di
Hawaii yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu
pembelian.
Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu,
dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka
kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat
konsumen.

2.

Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekadar lebih peka
terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu akan mulai
aktif mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan
mengunjung toko. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok berikut ini :
-

Sumber pribadi berasal dari keluarga, teman, tetangga dan kenalan.

29

-

Sumber komersil berasal dari iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan,
pajangan di toko.

-

Sumber publik berasal dari media massa, organisasi penentu peringkat
konsumen.

-

Sumber pengalaman berasal dari penanganan, pengkajian, dan
pemakaian produk.

3.

Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa
proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang memandang
proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu,
model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk
dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu
kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha
memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari
solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4.

Keputusan Pembelian
Dalam tahap keputusan pembelian, para konsumen membentuk preferensi
atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga
dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam
melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub-

30

keputusan yaitu merek, dealer, kuantitas, waktu dan metode pembayaran.
Dalam pembelian produk sehari-hari, keputusannya lebih kecil dan
kebebasannya juga lebih kecil. Sebagai contoh, saat membeli gula, seorang
konsumen tidak banyak berpikir tentang pemasok atau metode
pembayarannya. Dalam beberapa kasus, konsumen bisa mengambil
keputusan untuk secara tidak formal mengevaluasi setiap merek. Dalam
kasus lain, faktor-faktor yang mengintervensibisa memengaruhi keputusan
final.
5.

Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian memiliki 3 poin penting yaitu :
-

Kepuasan Pasca Pembelian
Yang menentukan kepuasan pelanggan dari suatu pembelian adalah
jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, maka pelanggan
akan kecewa, dan jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas.

-

Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan memengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika puas, ia akan menunjukkan
kemungkinan yang lebih tinggi utuk membeli produk tersebut.

-

Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian
Pemasar harus memantau cara pembeli memakai dan membuang
produk tertentu. Pendorong utama frekuensi penjualan adalah tingkat
konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi produk,
semakin cepat mereka bisa kembali ke pasar untuk membelinya lagi.

31

2.5 Elemen-Elemen Dasar Pembuatan Keputusan
Terdapat tiga elemen dasar yang digunakan dalam pembuatan keputusan yaitu
(Kotler,2009;214) adalah :
1. Representasi
Representasi masalah mungkin pertama, menyangkut tujuan akhir.
Kedua, tujuan akhir diorganisasikan kedalam suatu hierarki tujuan.
Ketiga, pengetahuan produk yang relevan. Keempat, suatu set aturan
sederhana dengan mana konsumen mencari untuk mengevaluasi dan
mengintegrasikan pengetahuan ini untuk membuat suatu kerangka
keputusan, suatu perspektif atau kerangka referensi melalui mana
pengambilan keputusan, memandang masalah dan alternative yang harus
dievaluasi.
2. Proses integrasi
Proses integrasi yang terlihat dalam pemecahan masalah membentuk
dua tugas penting, yaitu alternatif pilihan harus dievaluasi berdasarkan
kriteria pilihan dan kemudian salah satu dari alternatif harus dipilih. Dua
jenis prosedur integrasi dapat diperhitungkan untuk dasar evaluasi dari
proses pilihan ini.

3. Rencana keputusan
Proses mengenali mengevaluasi dan memilih diantara alternatif selama
pemecahan masalah menghasilkan suatu rencana keputusan, terdiri dari
satu lebih intens perilaku.

32

2.6 Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan oleh konsumen aka berbeda menurut jenis keputusan
pembelian. Menurut Kotler (2009:201) membedakan empat perilaku pembelian
konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan
diantara merek, yaitu :
1. Perilaku membeli yang komplek (complex buying behavior)
Perilaku membeli yang kompleks ini terlibat dalam tiga proses. Pertama,
pembeli mengembangkan kepercayaan tentang prduknya. Kedua, pembeli
mengambangkan sikap terhadap produk. Kemudian yang ketiga, pembeli
membuat pilihan pembelian yang telah dipikirkan secara matang
sebelumnya. Konsumen berperilaku membei seperti ini ketika mereka
benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang
berbeda antara merek yang satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya
terjadi produknya mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat menonjolkan
ekspresi diri.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing
buying behavior)
Perilaku membeli semacam ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat
dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat
sedikit perbedaan diantara merek-merek yang ada. Setelah pembelian,
mungkin konsumen akan mengalami ketidakcocokan, dan myenemukan
kelemahan-kelemahan tertentu atau mengetahui merek lain yang lebih
baik. Pada situasi seperti, komunikasi pemasaran (marketing

33

communication) sebaiknya memberikan bukti-bukti dan dukungan yang
membantu konsumen menyenangi pilihan mereknya.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behavior)
Perilaku membeli seperti berada dalam keterlibatan yang rendah dan
sedikitnya perbedaan merek. Seperti misalnya ketika konsumen membeli
garam, konsumen akan membeli merek apa saja. Jika ternyata mereka
tetap membeli merek yang sama, ini hanya kebiasaan, bukan loyalitas
terhadap merek. Biasanya hal ini terjadi pada produk-produk yang murah
dan sering dibeli. Jadi perilaku membeli seperti ini tidak mencari
informasi secara ekstensif mengenai suatu merek, mengevaluasi sifat-sifat
merek tersebut, dan mengambil keputusan yang berarti merek apa yang
akan mereka beli.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi (variety seeking buying behavior)
Situasi membeli seperti ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun
adanya perbedaan merek yang ckup berari. Dalam kasus ini, konsumen
seringkali mengganti merek. Contohnya ketika membeli biscuit, tidak
perlu banyak evaluasi dan mengevaluasi merek tersebut selama
dikonsumsi. Penggantian merek ini terjadi karena ingin variasi, bukan
karena ketidakpuasan.

34

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek dan kualitas produk
terhadap pengambilan keputusan pembelian konsumen Supermi Seri Go dari
perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Objek penelitian yang menjadi
variabel bebas atau independent variable adalah (X) yaitu citra merek dan
kualitas produk. Kemudian variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah
keputusan pembelian konsumen Supermi Seri Go.Yang menjadi objek penelitian
ini adalah konsumen yang pernah membeli atau menggunakan produk Supermi
Seri Go di Kota Bandar Lampung. Alasan memilih Supermi Seri Go sebagai
produk yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah karena Supermi Seri Go
merupakan salah satu produk dari Indofood yang sudah terkenal dan juga bersaing
ketat dengan kompetitornya.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian explanatory. Menurut Singarimbun
dan Effendi (2006 : 5) penelitian explanatory yang menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel melalui pengajuan hipotesis dengan menggunakan datadata yang sama. Penelitian ini menggunakan jenis explanatory research karena
peneliti ingin menjelaskan hubungan kausal yang terjadi antara variabel-variabel

35

citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen Supermi Seri Go dengan
melakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.

3.3. Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari penduduk kota Bandar Lampung
yang menjadi responden penelitian, caranya melalui pengisian kuesioner.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini
diperoleh sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya literatur terkait,
majalah, internet, keterangan–keterangan atau publikasi lainnya. Jadi, data
sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati
satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan (Nazir,2005:271). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti tentunya
adalah warga Lampung dan juga sebagai pembeli produk Supermi Seri Go di kota
Bandar Lampung yang jumlahnya tidak secara pasti.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili
populasi. Untuk penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel non

36

probability sampling. Merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak
dimana masing-masing anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih
anggota sampel, ada intervensi tertentu dari peneliti dan biasa peneliti
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan pemilihan anggota
sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti.
Teknik ini dilakukan karena karakteristik populasi tidak dapat diketahui dengan
pasti dan konsumen diperkirakan homogen.
Hair (2006:112) menyarankan jumlah sampel penelitian yang tidak diketahui
jumlah populasi pastinya, minimal berjumlah lima kali variabel yang dianalisis
atau indikator pertanyaan. Jumlah indikator pertanyaan dari penelitian ini
berjumlah 13, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut.
Jumlah Sampel = 5 x 13
= 65 sampel
Dengan berdasarkan uraian di atas, maka jumlah responden dalam penelitian ini
dibulatkan menjadi 100 sampel yang ada di Bandar Lampung.

Penentuan bobot yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
interval. Dengan kriteria umum penelitian untuk skor jawaban adalah :
• SS (Sangat Setuju)

= skor nilai 81-100

• S (Setuju)

= skor nilai 61-80

• N (Netral)

= skor nilai 41-60

• TS (Tidak Setuju)

= skor nilai 21-40

• STS (Sangat Tidak Setuju)

= skor nilai 1-20

37

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis
dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap setiap
responden. Sistematis maksudnya bahwa variabel pertanyaan disusun
menurut logika sesuai dengan maksud dan tujuan pengumpulan data.
2. Dokumentasi
Mengumpulkan data-data sekunder dengan mempelajari dan
mengumpulkan teori-teori dari berbagai literatur dan buku bacaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu variabel terikat
(independen) dan variabel bebas (dependen).Variabel independen disebut variabel
bebas. Variabel bebas disimbolkan dengan X. Variabel yang mempengaruhi
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah citra merek dan kualitas produk. Variabel dependen atau terikat
disimbolkan dengan Y, Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, karena
adanya variable bebas. Variabel terikat adalah keputusan pembelian konsumen
Supermi Seri Go di kota Bandar Lampung.

38

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebasnya adalah citra merek (X1) dan kualitas produk (X2).
2. Variabel terikat (Y) yaitu keputusan pembelian
Tabel 6 Operasional Variabel Penelitian
Variabel

Konsep Variabel

Indikator

Pengukuran

Citra Merek

Persepsi dan
keyakinan yang
dilakukan oleh
konsumen, seperti
tercermin dalam
asosiasi yang
terjadi dalam
memori konsumen
(Kotler ,2009).

- Merek terkenal

Skala Interval

Kualitas
Produk

Keputusan
pembelian

Ciri dan karakteristik suatu barang
atau jasa yang
berpengaruh pada
kemampuan-nya
untuk memuas-kan
kebutuhan yang
dinyatakan atau
tersirat (Kotler
,2009).
Bagaimana
konsumen dalam

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Di Medan

17 132 126

Analisis pengaruh quality product dan brand image (citra merek) serta marketing strategic terhadap keputusan pembelian processor intel

2 9 162

Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pengguna Produk Pepsodent Di Wilayah Jakarta Timur)

6 44 162

Analisis Pengaruh Iklan Televisi, Celebrity Endorser, Kualitas Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Kosmetik Berlabel "Wardah" (Studi Kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 19 179

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Honda (studi kasus pengguna sepeda motor Honda di wilayah kelurahan Bintaro Jakarta Selatan)

0 11 190

PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK INDOMIE DI BANDAR LAMPUNG

3 25 77

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TAS EIGER DI BANDAR LAMPUNG

25 160 84

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK BATU BACAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI TOKO MANTO SILVER GEMSTONE BANDAR LAMPUNG

0 10 73

Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi, Saluran Distribusi dan Citra Merek Terhadap Proses Keputusan Pembelian Sereal Sarapan Nestle Koko Krunch (Studi Kasus Pada Pembeli Nestle Koko Krunch di Wilayah Jakarta Selatan)

7 42 180

Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Dan Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Dadone Di Jakarta,

0 0 13