Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional

tinggi terdapat upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun daerah yang yang KL-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa untuk modal yang lebih tinggi. Sebaliknya tenaga kerja akan mengalir dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme diatas pada akhirnya akan menciptakan balas jasa faktor -faktor produksi di semua daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regionalpendapatan perkapitaregional akan mengalami proses konvergensi Tarigan,2005:54

3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional

Teori ini dikembangkan hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod 1948 di Inggris dan Evsey D. Domar 1957 di Amerika serikat. Di antara mereka menggunakan proses penghitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama., sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi: a. Perekonomian bersifat tertutup b. Hasrat menabung MPS = s adalah konstan c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap constant return to scale d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja n adalah konstan dan sama dengan tingkat pertambahan penduduk Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut: g= k = n Dimana: g = Growth tingkat pertumbuhan output k = Capital tingkat pertumbuhan modal n = Tingkat pertumbuhan angkatAn kerja Untuk perekonomian daerah, Harry W.Richardson terjemahan Sihotang, 1977 mengatakan kenyataan bahwa perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksihasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dpat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasidapat membantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor -faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal, maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya sedikit longgar. Syarat statistik bagi perekonomian terbuka: S + M + = I + X dapat dirumuskan menjadi: s + m Y = I + X, atau: Y X m s Y I − + = Ekspor daerah i dapat dirumuskan sebagai impor daerah-daerah lain. Sehingga menjadi persamaan berikut: X 1 = ∑ = n j 1 M ji = ∑ = n j 1 m ji Y j Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari dari daerah i = nilai m marginal propensity to import daerah-daerah j dari daerah ii dikalikan dengan tingkat pendapatan masing-masing setiap daerah j. Dengan demikian, Richardson dalam sihotang, 1977:34 merumuskan persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah: g 1 = j j j ji i i V Y Y m - m s Σ + Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau g tinggi, dikehendaki agar s 1 tingkat tabungan = tinggi, m 1 impor = tinggi, ekspor = ke cil, v 1 capital output ratioCOR = kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalh barang konsumsi dan barang-barang modal. Dalam model ini, kelebihan datau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk dari setiap faktor di atas. Perumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat meyeimbang atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang. Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang masih terbelakang dan terpencil karena hubungannya akan mengarah kepada heterogenus makin pincang. Dalam kondisi seperti ini, biasanya barang modal sangat langka sehingga sulit melakukan konversi antara barang modal dengan tenaga kerja Tarigan, 2005:50

4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan