Koran sebagai Media Kritik Terhadap Pemerintah Analisis Semiotik Pada Kolom Wayang Lindur Di harian Jawa Pos edisi Mei 2008
Koran sebagai Media Kritik Terhadap PemerintahAnalisis Semiotik Pada
Kolom Wayang LindurDi harian Jawa Pos edisi Mei 2008
Oleh: Khummamah Nuhzuliya ( 04220089 )
Communication Science
Dibuat: 20090627 , dengan 3 file(s).
Keywords: Koran, Media Kritik, Pemerintah
ABSTRAK
Penelitian ini didasari atas beragamnya model kritik kepada pemerintah, mulai dari Kartun,
Novel, teatrikal, cerita pewayangan hingga acara Talk Show seperti “republik mimpi” dan lain
sebagainya, baik itu di media massa cetak maupun elektronik. Sejak lengsernya Soeharto yang
menjabat selama 32 tahun di pemerintahan Indonesia, Kemudian digantikan wakilnya yaitu B.J
Habibie, sejak itulah berbagai kritik yang ditunjukkkan kepada pemerintah bebas di sampaikan
ke publik, tidak ada lagi intimidasi dan penindasan terhadap masyarakat yang melakukan kritik,
bahkan pers sekalipun, bebas mengeluarkan kritik terhadap Pemerintah, dalam bentuk kritik
apapun tidak ada pembredelan media massa seperti yang pernah dilakukan pada zaman
pemerintahan Soeharto. kini pers bebas tanpa ada tekanan, tetapi kebebasan tersebut ada
aturannya yaitu kebebasan pers yang bertanggung jawab, untuk itu bebas sesuai aturan yang
telah ditetapkan pada undangundang pers yang berlaku. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
menganalisis tentang koran sebagai media kritik terhadap pemerintah melalui artikel dengan
menggunakan cerita pewayangan yang ditulis oleh Ki Slamet Gundono di koran harian Jawa Pos
edisi Mei 2008.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui makna (tanda) tentang Kritik dalam artikel Ki
Slamet Gundono melalui Koran sebagai Media Kritik terhadap Pemerintah pada kolom Wayang
Lindur di harian Jawa Pos edisi Mei 2008 ?
Melalui Peneltian ini peneliti menggunakan dasar penelitian kulitatifInterpretatif karena peneliti
akan menganalisa dan melakukan Intepretatif (penafsiran) setiap paragraf dan kalimat yang
mengandung Kritikan pada artikel Ki Slamet Gundono di Jawa Pos pada kolom wayang Lindur,
dimana tulisannya mengandung makna kritik kepada pemerintah dengan menggunakan cerita
pewayangan sedangkan Tipe Penelitian ini menggunakan Analisis Teks Media berupa Analisis
Semiotik model Roland Barthes. Dan penelitian tersebut menganalisis dua Judul.
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa koran sebagai media kritik terhadap pemerintah
bisa digunakan sebagai alat untuk mengkritik peemerintah atas ketidakadilan pemerintah
memeperilakukan rakyat miskin, dan peneliti membongkar makna bahwa dalam artikel tersebut
mengandung kritik pedas dan sindiran kepada pemerintah jika sistem pemerintahan yang ada di
Indonesia tidak berjalan dengan semestinya, karena setiap Presiden manapun yang memimpin
Indonesia tidak pernah mempedulikan nasib rakyat kecil sehingga menyebabkan rakyat kecil
semakin terpuruk dengan keadaan yang semakin tidak menentu di Indonesia, seperti kenaikan
harga BBM di Indonesia dan tidak di imbangi dengan peningkatan upah atau gaji para buruh
yang kebanyakan dari kalangan tidak mampu. Untuk itu dalam artikel tersebut diceritakan
kejadiankejadian yang ada di Indonesia yang disajikan dalam cerita pewayangan menggunakan
sebuah alat atau media berupa koran untuk mengkritik pemerintah, karena media massa
khususnya koran sangat efektif untuk mengungkapakan perasaan atau pemberontakan atas
ketidakadilan pemerintah terhadap rakyatnya.
ABSTRACT
This research is based on the various criticism models to the government; start from cartoon,
novel, wayang story to talk show program includes “Republik Mimpi” and so on, either in the
form of printing or electronic mass media. Since, Soeharto fall down from his position as the
president of Indonesia for 32 years, and than replaced by his vice president of B.J. Habibie. Since
then, any criticism addressed to the government is delivered independently to public, there is no
any intimidation and no suppression on the critics, even if it is press. Everybody is free to
criticize the government, in any forms of criticism. There is no mass media censorship as that
happened in the period of Soeharto. Now, press is free from any suppression, but it still under the
certain rules that is responsible press freedom. It means that press is free according to the
established rule in the valid Press Regulations. Therefore, researcher is interested to analyze
newspaper as a criticism media to the government through article containing wayang stories
written by Ki Slamet Gundono in Jawa Pos Daily Newspaper in May 2008 edition.
Purpose of this research is to know the meaning (symbol) of criticism in Ki Slamet Gundono’s
article through newspaper as the criticism media to the government in Wayang Lindur Column
of Jawa Pos daily newspaper on May 2008 edition.
Through this research, researcher uses qualitativeinterpretative research basic, because the
researcher wants to analyze and to interpret each paragraph and sentences containing criticism in
Ki Slamet Gundono’s article in Wayang Lindur Column of Jawa Pos, where his writing contains
criticism to government in the form of wayang stories. This research type is media text analysis
in the form of semiotics analysis using Roland Barthes model. This research analyses two titles.
From the research result, it can be concluded that newspaper as a criticism media to the
government can be used as an instrument to criticize the government over its injustice in treating
the poor people. Researcher proves that those articles containing fiery stricture and sarcasm to
the government if the governance system in Indonesia is not run appropriately, because any
government that leads Indonesia never care about poor people destiny that make poor people are
getting buried in uncertainty condition, such as fuel markup in Indonesia which do not
counterbalanced by the increasing labors’ wages or salary. Therefore, any occurrence in
Indonesia is presented in wayang story using an instrument or media in the form of newspaper to
criticize the government, because mass media especially newspaper is very effective in
expressing feelings or rebellion over government’s injustice to its society.
Kolom Wayang LindurDi harian Jawa Pos edisi Mei 2008
Oleh: Khummamah Nuhzuliya ( 04220089 )
Communication Science
Dibuat: 20090627 , dengan 3 file(s).
Keywords: Koran, Media Kritik, Pemerintah
ABSTRAK
Penelitian ini didasari atas beragamnya model kritik kepada pemerintah, mulai dari Kartun,
Novel, teatrikal, cerita pewayangan hingga acara Talk Show seperti “republik mimpi” dan lain
sebagainya, baik itu di media massa cetak maupun elektronik. Sejak lengsernya Soeharto yang
menjabat selama 32 tahun di pemerintahan Indonesia, Kemudian digantikan wakilnya yaitu B.J
Habibie, sejak itulah berbagai kritik yang ditunjukkkan kepada pemerintah bebas di sampaikan
ke publik, tidak ada lagi intimidasi dan penindasan terhadap masyarakat yang melakukan kritik,
bahkan pers sekalipun, bebas mengeluarkan kritik terhadap Pemerintah, dalam bentuk kritik
apapun tidak ada pembredelan media massa seperti yang pernah dilakukan pada zaman
pemerintahan Soeharto. kini pers bebas tanpa ada tekanan, tetapi kebebasan tersebut ada
aturannya yaitu kebebasan pers yang bertanggung jawab, untuk itu bebas sesuai aturan yang
telah ditetapkan pada undangundang pers yang berlaku. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
menganalisis tentang koran sebagai media kritik terhadap pemerintah melalui artikel dengan
menggunakan cerita pewayangan yang ditulis oleh Ki Slamet Gundono di koran harian Jawa Pos
edisi Mei 2008.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui makna (tanda) tentang Kritik dalam artikel Ki
Slamet Gundono melalui Koran sebagai Media Kritik terhadap Pemerintah pada kolom Wayang
Lindur di harian Jawa Pos edisi Mei 2008 ?
Melalui Peneltian ini peneliti menggunakan dasar penelitian kulitatifInterpretatif karena peneliti
akan menganalisa dan melakukan Intepretatif (penafsiran) setiap paragraf dan kalimat yang
mengandung Kritikan pada artikel Ki Slamet Gundono di Jawa Pos pada kolom wayang Lindur,
dimana tulisannya mengandung makna kritik kepada pemerintah dengan menggunakan cerita
pewayangan sedangkan Tipe Penelitian ini menggunakan Analisis Teks Media berupa Analisis
Semiotik model Roland Barthes. Dan penelitian tersebut menganalisis dua Judul.
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa koran sebagai media kritik terhadap pemerintah
bisa digunakan sebagai alat untuk mengkritik peemerintah atas ketidakadilan pemerintah
memeperilakukan rakyat miskin, dan peneliti membongkar makna bahwa dalam artikel tersebut
mengandung kritik pedas dan sindiran kepada pemerintah jika sistem pemerintahan yang ada di
Indonesia tidak berjalan dengan semestinya, karena setiap Presiden manapun yang memimpin
Indonesia tidak pernah mempedulikan nasib rakyat kecil sehingga menyebabkan rakyat kecil
semakin terpuruk dengan keadaan yang semakin tidak menentu di Indonesia, seperti kenaikan
harga BBM di Indonesia dan tidak di imbangi dengan peningkatan upah atau gaji para buruh
yang kebanyakan dari kalangan tidak mampu. Untuk itu dalam artikel tersebut diceritakan
kejadiankejadian yang ada di Indonesia yang disajikan dalam cerita pewayangan menggunakan
sebuah alat atau media berupa koran untuk mengkritik pemerintah, karena media massa
khususnya koran sangat efektif untuk mengungkapakan perasaan atau pemberontakan atas
ketidakadilan pemerintah terhadap rakyatnya.
ABSTRACT
This research is based on the various criticism models to the government; start from cartoon,
novel, wayang story to talk show program includes “Republik Mimpi” and so on, either in the
form of printing or electronic mass media. Since, Soeharto fall down from his position as the
president of Indonesia for 32 years, and than replaced by his vice president of B.J. Habibie. Since
then, any criticism addressed to the government is delivered independently to public, there is no
any intimidation and no suppression on the critics, even if it is press. Everybody is free to
criticize the government, in any forms of criticism. There is no mass media censorship as that
happened in the period of Soeharto. Now, press is free from any suppression, but it still under the
certain rules that is responsible press freedom. It means that press is free according to the
established rule in the valid Press Regulations. Therefore, researcher is interested to analyze
newspaper as a criticism media to the government through article containing wayang stories
written by Ki Slamet Gundono in Jawa Pos Daily Newspaper in May 2008 edition.
Purpose of this research is to know the meaning (symbol) of criticism in Ki Slamet Gundono’s
article through newspaper as the criticism media to the government in Wayang Lindur Column
of Jawa Pos daily newspaper on May 2008 edition.
Through this research, researcher uses qualitativeinterpretative research basic, because the
researcher wants to analyze and to interpret each paragraph and sentences containing criticism in
Ki Slamet Gundono’s article in Wayang Lindur Column of Jawa Pos, where his writing contains
criticism to government in the form of wayang stories. This research type is media text analysis
in the form of semiotics analysis using Roland Barthes model. This research analyses two titles.
From the research result, it can be concluded that newspaper as a criticism media to the
government can be used as an instrument to criticize the government over its injustice in treating
the poor people. Researcher proves that those articles containing fiery stricture and sarcasm to
the government if the governance system in Indonesia is not run appropriately, because any
government that leads Indonesia never care about poor people destiny that make poor people are
getting buried in uncertainty condition, such as fuel markup in Indonesia which do not
counterbalanced by the increasing labors’ wages or salary. Therefore, any occurrence in
Indonesia is presented in wayang story using an instrument or media in the form of newspaper to
criticize the government, because mass media especially newspaper is very effective in
expressing feelings or rebellion over government’s injustice to its society.