9 Dalam hal ini, maka penulis membahas tentang makna yang ditimbulkan dalam
idiom ditinjau dari penggunaan majas atau gaya bahasa.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Yang disebut idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna-makna unsurnya, baik secara leksikal maupun secara
gramatikal Chaer, 1994:296. Menurut Fatimah Djajasudarma 1999:16 makna idiom adalah makna
leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilka makna yang berlainan. Sebagian
idiom merupakan bentuk baku tidak berubah, artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tetap. Bentuk tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah
sintaksis yang berlaku bagi suatu bahasa. Dalam bukunya, Alwasilah 1993:165 mengatakan idiom adalah grup
kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam grup itu. Idiom tidak bisa diterjemahkan secara harafiah ke dalam bahasa
asing. Idiom adalah persoalan pemakaian bahasa oleh penutur asli. Kita tidak bisa membuat idiom sendiri.
Idiom dalam bahasa Jepang disebut kanyouku. Frase dalam bahasa Jepang disebut dengan ku 句 yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rengo atau
frase biasa kolokasi dan kanyoku 慣用句 yaitu ideom Sutedi, 2003:147.
Universitas Sumatera Utara
10 Machida dan Momiyama 1997:114 memberikan batasan bahwa yang
dimaksud denagan ku atau frase adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih. Rengo merupakan frase biasa, yang maknanya bisa dipahami cukup
dengan megetahui makna setiap kata yang membentuk frase tersebut. Sedangkan kanyouku adalah idiom, yaitu yang maknanya tidak bisa dipahami jika hanya
mengetahui makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut saja. Semantik imiron merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku
yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain hanya untuk menyampaikan
suatu makna. Misalnya menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang dimaksud, karena ia bisa menyerap apa
makna yang dimaksud Sutedi, 2003:103.
1.4.2 Kerangka Teori