dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang usaha tani padi organik adalah segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan usahatani padi organik, yaitu pengetahuan tentang cara-cara petani dalam menentukan, mengorganisasikan, serta mengkoordinasikan faktor-
faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal Suratiyah Ken, 2006 dari tanaman padi organik yang memiliki prinsip
pengembangan tanaman padi dengan masukan teknologi rendah low-input Technology Rachman Sutanto, 2002.
9 . Ketrampilan skill Petani Dalam Berusahatani Padi Organik
Ketrampilan lebih berasosiasi pada kerja fisik anggota badan, terutama tangan, kaki dan mulut suara untuk bekerja dan berkarya. Unsur ketrampilan
seseorang umumnya banyak diperoleh melalui latihan dan pengalaman kerja nyata. Tingkat ketrampilan seringkali ditentukan oleh banyaknya pengalaman,
lama melakukan suatu pekerjaan dan disiplin, serta mampu mengukur seberapa jauh profesionalitasnya Soesarsono Wijandi, 1988.
10. Sikap
Menurut Lange 1888, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Allport mengemukakan definisi
sikap sebagai berikut:
“An attitude mental and neural state of readiness, organized throught experince, exerting a directive or dynamic influence upon the individuals
respons to all objects and situation with which it is related” Linzey, Gardner Arronson, 1975.
Sedangkan Cardo 1955 mengemukakan definisi sikap sebagai berikut:
“Attitude entails an existing pre disposition to respons to social object which in interaction with situational and other dispositional variables, guides
and direct to overt behavior of the individual” Marat, 1981.
Krech Crutchfield mendefinisikan sikap sebagai berikut :
“An enduring sistem of positive or negative evaluations, emotional feelings, and proor conaction tendencies will respect to a social object”
Krech et al, 1962 : 177.
Menurut Terrence R. Mitchell 1978 :
“Sikap adalah suatu predisposisi untuk berespon dengan cara menyenangi atau tidak menyenagi obyek-obyek, orang-orang, konsep don
sebagainya”.
Sedangkan Charles R. Milton mengemukakan bahwa : “Sikap adalah sualu keteraluran perasaan serta pikiran individu, dan
predisposisi untuk bertindak terhadap beberapa aspek dalam lingkungannya” Charles R. Milton, 1981
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa “sikap” merupakan predisposisi dari tingkah laku atau kesiapan dan
kecenderungan dari individu untuk bertingkah laku atau berespons terhadap obyek melalui interaksinya dengan lingkungan. Di samping itu, sikap juga merupakan
sistem evaluasi positif atau negatif serta kecenderungan menyetujui atau menentang terhadap obyek diluar dirinya. Dalam hubungan ini Newcomb, Turner,
dan Converse mengemukakan bahwa tujuan sikap terhadap obyek tertentu dapat dideskripsikan ke dalam dua ciri, yaitu arah sikap dan derajat efek yang
ditampilkannya. Kedua ciri tersebut, dapat dipandang sebagai suatu dimensi tunggal Theodore M. Newcomb et al, 1975. Dengan arah sikap, dimaksudkan
bahwa efek yang membekas dan dirasakan individu terhadap suatu obyek, secara umum dapat bersifat positif atau negatif. Arah sikap yang positif menyebabkan
individu yang bersangkutan cenderung menghindari obyek. Suatu sikap, dapat pula dilihat sebagai penilaian terhadap suatu obyek tertentu dengan istilah baik-
buruk. Dengan kata lain, ada derajat kebaikan atau keburukan yang dapat dikenakan pada obyek ini. Hal ini menerangkan derajat obyek.
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa sikap senantiasa memiliki sasaran atau obyek. Obyek sikap tersebut dapat berupa benda yang kongkret maupun
abstrak, manusia ataupun suatu situasi sosial. Sikap tidak berdiri sendiri, namun juga berkaitan dengan mekanisme psikis lainnya. Sikap ini merupakan faktor
penggerak di dalam pribadiindividu yang akan mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu.
Sikap dilihat dari stukturnya terbentuk oleh tiga komponen yang saling berkaitan. Perubahan pada salah satu komponen akan mempengaruhi kepada
komponen yang lain.
Menurut Marat 1984 komponen-komponen itu meliputi :
a. Komponen Kognitif Komponen ini merupakan proses mental tertinggi dalam mengolah
suatu obyek atau sasaran serta bersifat rasional. Aspek-aspek kepribadian yang
terlibat di dalamnya, antara lain taraf kecerdasan, daya berpikir logis dan kritis dan sebagainya sehingga memungkinkan kesadaran dan penalaran terhadap
suatu masalah atau obyek. Menurut Heider, komponen ini merupakan suatu unit yang membentuk hubungan antara subyek dan obyeksituasi dengan
tujuan mempersiapkan diri untuk menyiapkan jawaban secara konsepsional. Karena prosesnya secara sadar dan melalui pertimbangan-pertimbangan logis,
maka “isi” komponen ini relatif dapat bertahan lebih lama atau bahkan menetap.
b. Komponen Afektif Merupakan suatu keadaan yang bersifat emosional dalam hubungannya
dengan obyeksituasi tertentu. Dengan demikian komponen ini melibatkan peranan perasaan serta kesan yang diwarnai dengan adanya senangtidak
senang, simpatianipati, cemas takut dan sebagainya terhadap obyek yang dihadapi. Keadaan “senangtidak senang” ini lebih mudah berubah jika
dibandingkan dengan “kebenaran atau keyakinan” yang relatif dari komponen kognitif. Karenanya “isi” komponen afektif akan lebih mudah berubah.
c. Komponen Konatif Dalam komponen ini terdapat suatu keadaan yang menunjukkan bahwa
keputusan untuk bertingkah laku telah diambil. Berarti komponen ini berhubungan dengan psikomotorik serta merupakan kecenderungan, kesiapan
untuk bertindak terhadap suatu obyeksituasi yang dihadapi. Komponen konatif ini pada dasarnya akan mendorong tampilnya sikap individu, setelah rangsang
diproses melalui komponen kognitif dan afektif.
Kaitan dalam penelitian ini yakni: 1 Unsur kognisi, yaitu masyarakat petani sebagai objek sasaran memiliki
perhatian atau tidak terhadap program pengembangan usaha tani padi organik yang dilakukan oleh penyuluh
2 Unsur afeksi yaitu masyarakat petani sebagai objek sasaran menunjukkan pengertian atau tidak terhadap program pengembangan usaha tani padi
organik yang dilakukan oleh penyuluh. 3 Unsur konasi, yaitu masyarakat petani wilayah sasaran memiliki penerimaan
atau penolakan untuk melakukan program kegiatan pengembangan usaha tani padi organik yang diinformasikan oleh penyuluh.
Triandis, 1971 dalam Haryono, 2004 mengemukakan bahwa sikap
memiliki komponen, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen behavioral. Komponen kognitif menggambarkan kategori-kategori dan hubungan
antara kategori yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek sikap, antara lain mengenai segi pengetahuan, konsep ataupun pendapatnya. Komponen afektif
menggambarkan afeksi yang tercakup dalam kategori-kategori tadi atau perasaan yang menyertai seseorang ketika ia dihadapkan pada suatu obyek sikap.
Sedangkan komponen behavioral menggambarkan kecenderungan individu untuk bertindak terhadap obyek yang ada dalam kategori tersebut.
Diantara ketiga komponen sikap tersebut, komponen kognitif merupakan kondisi minimal yang harus ada untuk terjadinya sikap. Misalnya, anggota
masyarakat yang tidak memiliki konsep ataupun pengetahuan tentang pembangunan, tidak akan memiliki sikap mengenai pentingnya pembangunan
bagi masyarakat. Sebaliknya jika ia memiliki konsep mengenai manfaat pembangunan, maka ketika kepadanya diinformasikan pesan-pesan tersebut, ia
akan mengasosiasikannya
dengan kejadian
menyenangkan atau
tidak menyenangkan
ketika ia
melaksanakan sikapnya
tentang pentingnya
pembangunan bagi masyarakat. Jika hal ini terjadi, maka gagasan atau konsep tadi telah berisikan emosi atau hal-hal bersifat afektif yang selanjutnya akan menjadi
predisposisi bagi tindakan terhadap partisipasinya dalam pembangunan. Sebagai suatu sistem, ketiga komponen sikap tersebut memiliki hubungan
yang erat dan konsisten. Keeratan dan konsistensi hubungan antar ketiga komponen tersebut menggambarkan sikap individu terhadap stimuli yang
dihadapinya karena apa yang dipikirkan akan berhubungan dengan apa yang dirasakan dan hal itu akan menentukan apa yang akan dilakukan terhadap suatu
obyek sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yang mengemukakan bahwa ketiga komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan tidak
dapat berdiri sendiri untuk membentuk sikap seseorang. Tiap komponen memiliki fungsi masing-masing yang diarahkan pada obyek atau sasaran yang dituju
Marat, 1981. Gerungan 1987 mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut:
- Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan.
- Sikap itu dapat berubah-ubah. - Sikap tidak berdiri sendiri melainkan mengandung relasi terhadap suatu
obyek. - Obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. - Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan
Hal ini berarti bahwa sikap bukan merupakan keturunan tetapi sikap dapat dibentuk dalam perkembangannya, oleh karena itu sikap dapat dipelajari dengan
melihat tingkah laku individu dalam menerima stimulus, namun demikian kadang- kadang respon tidak dapat dilihat seketika, tetapi perlu adanya tenggang waktu
dalam memberikan respon. Hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan dan pengalaman. Apabila sikap telah dibentuk karena pengaruh keyakinan, sering
terjadi sikap tidak dapat diubah, karena sikap menjadi salah satu nilai dalam kehidupan seseorang, apabila dapat diubah memerlukan jangka waktu yang
panjang disertai dengan bukti yang nyata. Sikap tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus selalu berhubungan
dengan obyek lain melalui pengenalan obyek baru. Terhadap obyek yang baru seseorang akan bersikap positif atau negatif. Individu akan menunjukkan sikap
positif apabila stimulus yang diterirna sesuai dengan keinginan atau kehendak pribadi, sebaliknya jika tidak ada kesesuaian dengan keinginan pribadinya
individu akan menunjukkan kecenderungan bersikap negatif. Sikap positif dan negatif tidak hanya berpengaruh terhadap pribadi individu tetapi juga dapat
berpengaruh terhadap kelompok dimana individu tersebut bergabung di dalamnya. Sedangkan untuk mempercepat proses perubahan sikap dapat dilakukan melalui
motivasi secara terus-menerus.
11. Partisipasi Masyarakat