Keragaman Produk dan Proses Pembelajaran Pendidikan Jamani

4 Kelas IX SMPMTs spektrumnya meluas pada penafsiran permainan, bermain, gerak badan, dan olahraga kecabangan, dimanfaatkan guru pendidikan jasmani untuk mendidik dan mengedukasi siswa melalui belajar tugas gerak \DQJEHUPDNQDDJDUEHUNHPEDQJVHFDUDXWXKGDULVHJDODSRWHQVLÀVLNDO pikiran, emosi, sosial, dan spiritual siswa. Kegiatan mendidik diarahkan agar siswa mampu mengenali tubuhnya, mengenali identitas geraknya, mengantarkan siswa yang mandiri dan sejahtera karena kepemilikan tubuhnya. Meluasnya tataran aktivitas jasmani ke dalam pemanfaatan proses pendidikan menimbulkan proses belajar siswa meluas ke dalam tataran belajar ke dalam gerak, belajar tentang gerak, dan belajar melalui gerak. Bahkan, manakala gerak diterjemahkan sebagai olahraga, spektrum belajar menjadi makin meluas, menjadi belajar ke dalam olahraga, belajar tentang olahraga, dan belajar melalui olahraga. Spektrum belajar mulai dari belajar ke dalam gerak, belajar tentang, dan belajar melalui gerak menjadi belajar ke dalam, tentang, dan melalui olahraga. Ketiga lapisan spektrum belajar ini pun terpancarkan kembali dalam wujud belajar kontekstual dari pengalaman gerak yang dilakukan dalam pengembangan NRPSHWHQVL EHODMDU NRJQLWLIUHÁHNWLI EHODMDU DIHNWLIHPRVLRQDO EHODMDU sosial-terkait motorik, dan tentu belajar gerak. Spektrum belajar ini kemudian masing-masing memosisikan peran perilaku guru dalam konstalasi implicit learning guru membelajarkan, perilaku siswa dalam konstalasi explicit learning belajar yang sudah ada ditunjukkan siswa, interaksi guru dan siswa dalam konstalasi intuitive learning belajar yang tercipta dari jarak dan kedekatan kompetensi guru mengajar dan kapabilitas siswa belajar; dan aspek yang ingin dikembangkan berada dalam konstalasi situated learning, yaitu belajar yang disituasikan dalam koridor belajar ke dalam gerak, belajar tentang gerak, belajar dari gerak, dan belajar melalui gerak. Belajar menjadi berada dalam lapisan, belajar ke dalam, tentang, dan melalui gerak manusia atau olahraga ini, terkait dengan belajar VHFDUD NRJQLWLIUHÁHNWLI GLPDQIDDWNDQ XQWXN PHQJHPEDQJNDQ kemampuan pengetahuan siswa, belajar afektif-emosional dimanfaatkan untuk pengembangan sikap, belajar sosial, dan tentu belajar motorik dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan motorik siswa. Konstalasi di antara lapisan belajar dan ragam belajar itu sangat ditentukan oleh bagaimana perilaku dan ucapan verbal dari setiap perilaku guru, dalam perannya sebagai teacher-learner, perilaku siswa dalam perannya dalam menampilkan belajar explicit learning, interaksi guru dan siswa dalam menumbuhkan belajar intuitif, serta aspek yang ingin dikembangkan dari interaksi guru dan siswa secara bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Pesan isi dan muatan pengajaran apa yang perlu disampaikan guru sehingga kemudian Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 5 muncul dalam bentuk model, pendekatan, strategi atau metode pengajaran yang relevan dengan tujuan. Guru perlu memiliki seperangkat kompetensi agar tujuan dapat tercapai. Melalui kemampuan guru mengajar terbentuk struktur warga pembelajar. Guru bersama-sama dengan siswa membangun bahtera belajar-mengajar yang bermakna bagi kemakmuran dan kesejahteraan siswanya kelak.

B. Makna Hakiki Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani perlu bermakna pendidikan, yang membangun belajar siswa dalam pengembangan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan-motorik siswa melalui berbagai ragam pengalaman aktivitas jasmani. Proses belajar tercipta karena kemampuan guru pendidikan jasmani mencipta belajar siswa ke arah pengembangan Catatan penting: Penggabungan pendidikan jasmani dengan olahraga menghasilkan ragam olahraga kesehatan, rekreasi, prestasi, dan olahraga pendidikan, yang dipengaruhi oleh spektrum belajar dalam konstalasi implicit learning, explicit learning, intuitive learning, dan situated learning. Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 1. Konstalasi belajar dalam kedudukan perilaku guru, perilaku siswa, interaksi guru dan siswa dan aspek yang dikembangkan Belajar Afektif- Emosional Belajar ke dalam Tentang gerak Belajar Belajar Melalui gerak Belajar Sosial Belajar Kognitif- 5HÁHNWLI Perilaku Guru Perilaku Siswa Explicit Learning Aspek yang dikembangkan Situated Learning Implicit Learning Interaksi Guru- siswa Intuitive Learning Belajar Gerak 6 Kelas IX SMPMTs kompetensi gerak siswa. Proses belajar siswa harus mengesankan dan mencerahkan siswa, sehingga siswa mendapatkan sejumlah pengetahu- an, kekayaan sikap, dan berkembangnya motorik yang bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Pengalaman belajar gerak itu mengantarkan siswa memahami tubuh dan mengenali potensi geraknya, mengembangkan potensi siswa secara utuh melalui berbagai pengalaman belajar gerak yang berstruktur menuju kecakapan gerak-tubuh yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Tubuh dalam identitas geraknya itu memudahkan diri siswa, para siswa menjadi pandai membawakan tubuhnya, tubuh dalam potensi geraknya itu tidak menyulitkan diri siswa, tubuh dalam potensi geraknya itu membekali GLULVLVZDSDGDNHPDQGLULDQGDQNHVHMDKWHUDDQÀVLNDOGHQJDQKDUDSDQ berdampak pada kesejahteraan mentalpikiran, sosial, dan bahkan sejahtera spiritual ketika siswa mampu dan pandai mengambil makna kontekstual dari pengalaman belajar geraknya terhadap kenyataan sistem kehidupan sehari-hari menuju kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani sebagai upaya untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan hidup manusia. Suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk hidup manusia. Pendidikan jasmani terambil dari keinginan untuk menghubungkan manusia dengan lingkungannya melalui gerak. Konsep jasmani dalam kepemilikannya menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Jasmani dalam potensi geraknya itu membantu, memandirikan, dan menyejahterakan dirinya. Sebagai contoh, ketika siswa berjalan kaki memasuki lingkungan sekolah, gerak berjalan kaki itulah yang menghubungkan diri siswa dengan lingkungan sekolahnya. Lebih lanjut, karena keikatan antara jasmani dan rohani, pendidikan jasmani tidak hanya membina jasmani, tetapi juga bersinggungan dengan dimensi pikiran, mental, dan sosial siswa, atau bahkan spiritual siswa, pendidikan jasmani sering disebut pula sebagai proses pendidikan yang membangun manusia seutuhnya. Pendidikan menyeluruh dan utuh ini identik dengan pendidikan ÀWUDK PDQXVLD VXDWX SURVHV PHQGLGLN \DQJ PHPEDQJXQ EHODMDU siswa, termasuk pengembangan kemampuan pengetahuan, sikap dan NHWHUDPSLODQ SDUD VLVZD 3HQGLGLNDQ ÀWUDK \DQJ GLPDNVXG DGDODK SHQGLGLNDQ\DQJPHQMDJDPHPHOLKDUDGDQVHNDOLJXVPHPEDQJXQÀWUDK manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani, mental, sosial, dan spiritual. Pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk hidup, yaitu pendidikan yang membekali kecakapan gerak untuk hidup. Pengalaman belajar gerak membekali segala keperluan gerak siswa kini dan nanti. Karena itu, pendidikan jasmani disebut pula sebagai upaya pendidikan yang meliterasi gerak siswa. Pengalaman belajar gerak yang dilakukan siswa menimbulkan kemauan dan kesediaan serta kesetiaan