Hubungan Pengawasan dan Pelaksanaan Jamsostek menurut Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

dari anggota PBB. Sebagaimana yang dimuat dalam article 22 Universal Declaration of Human Rights yang berbunyi “Everyone, as a member of a society, has the right to social security and is entitiled to realization, trought national effort and international co-operation an in accordance with the organization and resources of each state, of the economic, social and cultural rights indispensable for his dignity and the free development of his personality.” 36 Pemerintah bertanggung jawab atas terlaksananya setiap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan terutama yang mengatur tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, khususnya pasal 10 dan 15 37 Pasal 10 menyatakan : Pemerintah membina perlindungan tenaga kerja yang mencakup; a Norma Keselamatan Kerja b Norma Kesehatan Kerja dan Hygiene perusahaan c Norma Kerja dan d Pemberian Ganti Kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja. Pasal 15 menyatakan : Pemerintah mengatur penyelenggaraan pertanggungan sosial dan bantuan sosial bagi tenaga kerja dan keluarganya. Atas dasar amanat peraturan perundang-undangan tersebutlah pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab membentuk Pengawas 36 Ahmad Fauzan, Konvensi ILO yang Berlaku dan Mengikat di Indonesia, Bandung: Penerbit Yrama Widya,2005, hal.15 37 Sendjun H Manullang, Op.Cit, hal. 129 Ketenagakerjaan yang bertugas mengawasi pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan dan menindak pelanggaran peraturan ketenagakerjaan. Tahun 1948 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Pengawasan Tenaga Kerja yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 1948 jo Undang-Undang No. 3 Tahun 1951. Pengawasan Ketenagakerjaan juga diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja seperti yang tertulis dalam pasal 16 yang berbunyi: “Guna menjamin pelaksanaan pengaturan ketenagakerjaan serta peraturan- peraturan pelaksanaannya diadakan suatu sistem pengawasan tenaga kerja”. Pengawasan ini bukanlah alat perlindungan, melainkan lebih merupakan cara untuk menjamin pelaksanaan peraturan perlindungan. Ada tiga tugas pokok dalam pengawasan yaitu: 38 1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan dilaksanakan dan jika tidak dapat mengambil tindakan-tindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya itu; 2. Membantu baik buruh maupun pimpinan perusahaan dengan jalan memberi penjelasan-penjelasan teknis dan nasehat yang mereka perlukan agar mereka menyelami apakah yang dimintakan oleh peraturan dan bagaimanakah melaksanakannya; 3. Menyelidiki keadaan perburuhan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk penyusunan perundang-undangan perburuhan dan penetapan kebijaksanaan pemerintah. 38 Agusmidah, Fungsi Pengawasan Pemerintah Terhadap Perlindungan Buruh Perempuan Pada Perusahaan Industri Di Kabupaten Deli Serdang, Tesis, Medan: PPs USU, 2001, hal. 40 Jamsostek mulai dari pendaftaran kepesertaan sampai dengan pemberian santunan merupakan rangkaian yang tidak dapat terlepas dari obyek pengawasan. Petugas pengawas ketenagakerjaan dalam menjalankan tugas pengawasannya harus berpegang pada peraturan-peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan pengawasan ketenagakerjaan. Dalam hal pelaksanaan Jamsostek petugas pengawas dapat merinci hal-hal apa saja dalam jamsostek yang menjadi objek pengawasannya yaitu : 39 1. Syarat-syarat kepesertaan Jamsostek 2. Prosedur pendaftaran peserta Jamsostek 3. Hak dan kewajiban peserta Jamsostek 39 Wawancara dengan Dra. Akrida: Petugas Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI KENDALA YANG DIHADAPI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN JAMSOSTEK

A. Faktor Internal

Pengawasan ketenagakerjaan bukanlah alat perlindungan, melainkan lebih kepada cara untuk menjamin pelaksanaan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan. Ada tiga tugas pokok dalam pengawasan ketenagakerjaan yaitu 40 : 1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan dilaksanakan, dan jika tidak maka pengawas dapat mengambil tindakan-tindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya itu; 2. Membantu baik buruh maupun pengusaha dengan jalan memberi penjelasan-penjelasan teknis dan nasihat yang mereka perlukan agar mereka menyelami apakah yang dimintakan oleh peraturan dan bagaimanakah melaksanakannya; 3. Menyelidiki keadaan perburuhan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk penyusunan perundang-undangan perburuhan dan penetapan kebijaksanaan pemerintah. Tujuan pengawasan adalah untuk mengusahakan agar hasil yang dicapai sesuai dengan rencana. Agar realisasi rencana tercapai maka pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan serta perundang-undangan 40 Agusmidah:Tesis, Opcit, hal 40 yang berlaku. Dengan adanya ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku maka dapat diukur sejauh mana kesalahan yang telah dilakukan, dan berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaiki kesalahan. Dalam menjalankan tugas pengawasan demi tercapainya tujuan pengawasan ketenagakerjaan, pengawas ketenagakerjaan memiliki kendala-kendala yang harus dihadapi baik itu yang disebabkan faktor internal maupun faktor eksternal. Sebagai lembaga yang berada dibawah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi maka pengawas ketenagakerjaan harus selalu berkoordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sehingga efektifitas dari pengawasan ketenagakerjaan di daerah sangat tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat. Pemerintah pusat harus mengerti kebutuhan setiap pengawas ketenagakerjaan di semua daerah agar koordinasi antara pusat dan daerah dapat berjalan dengan baik. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan yang memiliki wewenang pengawasan ketenagakerjaan di kota Medan juga tidak luput dari permasalahan-permasalahan internal dalam melaksanakan fungsi pengawasannya. Dra. Akrida 41 sebagai salah satu pengawas ketenagakerjaan di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja mengemukakan permasalahan internal yang saat ini menjadi kendala terbesar dapat dirinci sebagai berikut : 41 Wawancara dengan Dra. Akrida; pengawas ketenagakerjaan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan