d. Penyuluh sebagai jembatan penghubung antara lembaga penelitian dengan petani. Penyuluh bertugas untuk menyampaikan hasil temuan lembaga
penelitian kepada petani. Sebaliknya petani berkewajiban melaporkan hasil pelaksanaan penerapan hasil-hasil temuan lembaga penelitian yang
dianjurkan tersebut kepada penyuluh yang membinanya sebagai jembatan penghubung, selanjutnya penyuluh menyampaikan hasil penerapan
teknologi yang dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.
Di daerah yang kurang maju, penyuluh haruslah menjadi seorang yang serba bisa atau all rounder di bidang ilmu pertanian. Melalui hubungan dengan
petani setiap hari, dimana petani-petani tersebut mempunyai tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang berbeda-beda, maka penyuluh akan semakin mengenal
masyarakat tani di sekitarnya sehingga seorang penyuluh harus mempunyai pengetahuan teknis maupun non teknis yang cukup, agar pengetahuan dan
ketrampilan yang dimilikinya lebih tinggi daripada pengetahuan dan ketrampilan petani. Hal ini dapat diperoleh penyuluh lapangan jika ia dapat menjadi pendengar
yang baik bagi petani; pengetahuan serta ketrampilan ini juga dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis, teratur dan berkesinambungan.
6. Petani
Menurut Hernanto 1993 petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dalam
bidang pertanian dalam arti luas, yang meliputi usahatani pertanaman, peternakan,
perikanan dan pemungutan hasil hutan. Petani adalah orang yang mengusahakan atau terlibat secara langsung atau
tidak langsung, atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usahatani dan kesibukan lain yang berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga petani di
pedesaan Mardikanto,1982. Petani dan keluarganya inilah yang menurut Soejitno, 1968 dalam Mardikanto, 1992 sebagai sasaran penyuluhan pertanian,
yang harus diubah perilakunya dalam praktek-praktek bertani dan berusaha tani guna meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat. Dalam penelitian ini
usahatani pertanian organik menjadi program penyuluhan pada petani. Berdasarkan luas garapannya biasanya petani Jawa digolongkan kedalam 3
tiga golongan; 1. petani gurem untuk luas wilayah sampai dengan 0,3 ha. 2. petani menengah dengan luas lahan diatas 0,5 - 1 ha. 3. petani luas dengan luas
lahan diatas 1 ha Cahyono,1983. Ada yang berpendapat bahwa petani adalah mereka yang sementara waktu
atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang usaha tani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga
bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan sebagai penyewa, bagi hasil penyakap dan pemilik penggarap Samsudin, 1982. Petani sebagai pemilik
penggarap adalah petani dapat bebas melaksanakan peranannya sebagai manager, juru tani cultivator dan sebagai anggota masyarakat. Dapat menentukan jenis
usahatani yang akan didirikan secara bebas menurut perhitungan sebagai manager. Petani sebagai penyewa, adalah petani yang tidak bebas dalam memilih jenis
usahataninya, karena tergantung pada lamanya sewa, juga sebagai juru tani tak
dapat memperbaiki tanah usahatani secara bebas. Petani sebagai penyakap, biasanya petani kurang memberikan respon terhadap teknologi baru, karena
kenaikan hasil yang diperoleh harus dibagi dengan pemilik tanahnya. Jika perjanjian bagi hasil kurang menguntungkan, petani penyakap tidak akan
melaksanakan teknologi baru dengan baik, sehingga tidak mendorong peningkatan kualitas produksi Suprapti Supardi, Djiwandi, Priyo Prasetyo, 1991: 28-29.
Rogers 1971 dalam Totok Mardikanto 2001 mengemukakan bahwa di dalam masyarakat terdapat 5 kelompok individu berdasarkan tingkat kecepatan
mengadopsi inovasi. Kelompok tersebut adalah kelompok perintis inovator, kelompok pelopor, kelompok penganut dini, kelompok penganut lambat dan
kelompok orang-orang kolot naluri. Oleh karena pertanian padi organik merupakan inovasi baru dibidang pertanian, maka dalam masyarakat petani
dianalogkan juga terdapat 5 kelompok masyarakat tersebut. Petani inovator adalah petani yang memanfaatkan beragam sumber informasi tentang inovasi baru untuk
meningkatkan usahatani termasuk informasi dari penyuluh pertanian. Petani ini memiliki banyak informasi, sehingga dapat dijadikan sebagai tempat mencari
informasi juga, maka petani ini berperan sebagai inovator. Petani pelopor adalah petani yang mau memulai dan menjadi contoh bagi yang lain dalam
melaksanakan usahatani, maka petani ini berperan sebagai pelopor. Sedangkan untuk 3 kelompok yang lain penganut dini, penganut lambat dan kolot, dalam
masayarakat petani dikelompokkan sebagai petani biasa, adalah petani yang mengusahaantaninya belum mengunakan inovasi baru, maka perannya adalah
sebagai petani biasa.
7. Pertanian Organik