Ekonomi Analisis Lingkungan Eksternal Makro

69 bidang ini. Saat ini Mitra Alam termasuk perusahaan agribisnis yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena orientasi perusahaan terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan litbang dalam perusahaan merupakan kelemahan bagi Mitra Alam. Tetapi Mitra Alam memiliki akses yang mudah untuk memperoleh dan mengadopsi teknik-teknik budidaya tanaman. Informasi tentang teknik budidaya tanaman pepaya ini diperoleh dari hasil-hasil pelatihan yang diikuti oleh bagian produksi perusahaan.

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Makro

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi untuk meraih kesempatan dan menghindari ancaman. Melalui analisis lingkungan eksternal diperoleh variabel-variabel kunci apa saja yang dapat memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi Mitra Alam, serta mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam keberhasilan perusahaan, dengan demikian Mitra Alam diharapkan mampu mengidentifikasikan serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam penyusunan strategi perusahaan. Faktor- faktor eksternal tersebut meliputi kondisi politik, pemerintahan dan hukum; ekonomi; sosial; teknologi dan lingkungan kompetitif perusahaan.

6.1.1 Ekonomi

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan kebutuhan akan pangan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Malthus yaitu pertumbuhan penduduk sesuai dengan deret ukur sedangkan kebutuhan pangan sesuai deret hitung. Sejalan dengan hal itu, perekonomian Indonesia saat ini berangsur-angsur pulih yang ditunjukkan 70 dengan laju pertumbuhan PDB Produk Domestik Bruto. Pada periode tahun 2006 sampai tahun 2010, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2006 perekonomian Indonesia tumbuh 5,50 persen atau dengan nilai PDB sebesar 1.847.126,70 milyar. Tahun 2007 nilai PDB Indonesia naik menjadi 1.964.327,30 milyar atau tumbuh sebesar 6, 35 persen. Tahun 2008 nilai PDB Indonesia naik menjadi 2.082.456,10 milyar atau tumbuh sebesar 6,01 persen. Sedangkan tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4.58 persen atau dengan nilai PDB sebesar 2.177.741,70 milyar. Hal ini menjadi peluang besar bagi kegiatan usaha dibidang pertanian yang mengahasilkan produk kebutuhan pangan. Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah adalah laju pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Saat ini indikator ekonomi makro yang menyajikan perolehan pendapatan wilayah baru terbatas pada PDRB. PDRB adalah indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan nilai tambah. Perkembangan dan laju PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku tahun 2007- 2011 dapat dilihat pada Tabel 16. berikut. Tabel 16. Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku Tahun 2007-2011 Tahun PDRB Jutaan Rupiah Laju pertumbuhan PDRB 2007 51.280.219,68 11,36 2008 58.389.411,43 13,86 2009 66.083.788,55 13,18 2010 73.800.700,55 11,68 2011 82.699.458,37 12,06 Sumber : BPS Kabupaten Bogor 2012 data sementara Berdasarkan Tabel 16, PDRB per kapita Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Terlihat peningkatan dari Rp 12,48 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 13,66 juta pada tahun 2009 dengan jumlah penduduk sebesar 4.679.627 jiwa tahun 2008 dan sebesar 4.837.711 jiwa pada tahun 2009. Laju pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Bogor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9,43 persen setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan 71 masyarakat Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa daya beli masyarakat yang semakin meningkat dan akan mendorong pertumbuhan usaha Pepaya California Mitra Alam. Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi makanan dan konsumsi non makanan perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, pajak, asuransi, dan lain-lain. Semakin besar alokasi dana yang dianggarkan untuk produk tertentu, maka produk tersebut penting dan memiliki prospek pasar yang baik. Pepaya California merupakan salah satu buah-buahan yang memiliki prospek yang baik apabila alokasi pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan buah-buahan semakin bertambah. Berikut ini data pengeluaran rumah tangga Indonesia tahun 2007-2011 pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang, 2007-2011 Rupiah Kelompok Barang 2007 2008 2009 2010 2011 A. Makanan 174,028 193,828 217,719 254,520 293,556 1. Padi-padian 35,874 36,970 38,122 44,004 44,427 2. Umbi-Umbian 1,991 2,040 2,180 2,422 3,008 3. Ikan 13,822 15,315 18,454 21,467 25,369 4. Daging 6,898 7,104 8,114 10,370 10,972 5. Telur dan susu 10,497 12,048 14,056 15,834 17,106 6. Sayur-sayuran 13,690 15,539 16,813 18,995 25,563 7. Kacang-kacangan 5,207 5,978 6,759 7,387 7,500 8. Buah-buahan 9,055 8,779 8,821 12,335 12,759 9. Minyak dan lemak 5,959 8,336 8,416 9,486 11,342 10. Bahan minuman 7,799 8,221 8,691 11,195 10,681 11. Bumbu-bumbuan 3,900 4,312 4,643 5,390 6,268 12. Konsumsi lainnya 4,736 5,356 5,720 6,368 6,381 13. Makanan dan minuman jadi 37,030 44,193 54,326 63,286 81,536 14. Tembakau dan sirih 17,570 19,636 22,604 25,982 30,647 B. Bukan makanan –Non Food 179,393 192,542 212,345 240,325 300,108 Total 353,421 386,370 430,065 494,845 593,664 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 72 Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa pengeluaran rata-rata perkapita rakyat Indonesia untuk kelompok makanan melonjak cukup tinggi dari tahun 2007 hingga 2011. Terlihat bahwa pengeluaran rata-rata per kapita sebulan masyarakat Indonesia untuk buah-buahan lebih besar daripada daging. Pepaya California dikelompokkan dalam kategori makanan buah-buahan. Pengeluaran rumah tangga terhadap makanan buah-buahan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan trend yang positif dan menjadi peluang bagi pemasaran Pepaya California di masa yang akan datang.

6.1.2 Politik, Pemerintah dan Hukum