crowd tetapi dapat juga kelompok kecil yang disebut sebagai clique. Kelompok besar biasanya terdiri dari beberapa clique. Karena jumlah anggotanya sedikit, maka clique
mempunyai kohesi kelompok yang lebih tinggi. Di dalam pembentukan kelompok juga akan diikuti juga dengan adanya perilaku konformitas kelompok, dimana remaja
akan berusaha untuk dapat menyesuaikan dan menyatu dengan kelompok agar mereka dapat diterima oleh kelompoknya Soetjiningsih, 2004.
Rakhmat 2008 mengatakan bahwa konformitas merupakan produk interaksi antara faktor-faktor situasional dan faktor-faktor personal. Faktor-faktor situasional
yang menentukan konformitas adalah kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan
tingkat kesepakatan kelompok. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengaruh norma kelompok pada konformitas anggota-anggotanya bergantung pada ukuran
mayoritas anggota kelompok yang menyatakan penilaian. Sampai tingkat tertentu, makin besar ukurannya, makin tinggi tingkat konformitasnya.
2.4.3 Kepemimpinan Kelompok
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif memengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Seorang pemimpin ditunjuk atau
muncul setelah proses komunikasi kelompok. Apa pun yang terjadi, kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan kelompok. Klasifikasi gaya
kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit 1960 yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, dan laisez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai
dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin.
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi pemimpin yang minimal
Rakhmat, 2008. Dari tiga kepemimpinan tersebut, kepemimpinan otoriter menimbulkan
permusuhan, agresi, dan sekaligus perilaku egosentris. Di sini, tampak lebih banyak ketergantungan dan kurang kemandirian anggota kelompok, di samping adanya
kekecewaan yang tersembunyi. Kepemimpinan demokratis terbukti paling efisien, dan menghasilkan kuantitas kerja yang lebih tinggi daripada kepemimpinan otoriter.
Di dalamnya terdapat lebih banyak kemandirian dan persahabatan. Pemimpin laissez faire hanya memiliki kelebihan dalam menyampaikan informasi saja Rakhmat,
2008.
2.4.4 Adaptasi
Teman sebaya dapat memberi pengaruh positif atau negatif pada remaja. Memiliki teman-teman yang nakal meningkatkan resiko remaja menjadi nakal pula
Santrock 2003. Remaja menjadi nakal karena mereka tersosialisasi dan beradaptasi ke dalam kenakalan, terutama oleh kelompok pertemanan. Sebaliknya secara positif,
menurut Vembriarto dalam Bantarti 2000 kelompok teman sebaya adalah tempat terjadinya proses belajar sosial atau adaptasi, yakni suatu proses dimana individu
mengadopsi dan beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan, sikap, gagasan, keyakinan,
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai, dan pola tingkah laku dalam bermasyarakat, dan mengembangkannya menjadi suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya
Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman- teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-
teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila
mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih
besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang, merokok, seks bebas maka remaja cenderung mengikutinya tanpa
memperdulikan perasaan mereka sendiri Hurlock, 2003. Remaja merasakan bahwa membahas soal seks, kesehatan reproduksi remaja,
perilaku seksual, lebih terbuka dan lebih senang bila dilakukan dengan teman sebaya sendiri peer group dari pada dengan orang tua. Pada umumnya remaja sangat
menghargai pertemanan. Jalinan komunikasi antar teman sebaya lebih baik dan lebih terbuka. Banyak remaja merasa enggan untuk menyampaikan masalah dan mencari
jawaban dari orang tuanya sementara banyak juga orang tua yang tidak mempunyai pengetahuan dan merasa risih untuk membicarakan mengenai perkembangan
biologis, psikologis dengan anak remajanya Pinem, 2009. Kedekatan dengan teman sebaya pada masa remaja sangat tinggi, karena
selain ikatan teman sepermainan menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan
Universitas Sumatera Utara
sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi. Maka tidak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan perilaku teman sebaya
dan mengadopsi informasi yang diterima dari teman-temannya. Informasi dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tidak jarang menimbulkan rasa
penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu mereka sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang
diterima sehingga remaja cenderung melakukan dan mengalami seks pranikah itu sendiri Juliastuti, 2009.
2.5 Pengaruh Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual Pranikah