Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setelah terjadi apa yang dinamakan Kemelut Energi dalam tahun 1974, banyak pengertian dan pandangan yang menyangkut energi mengalami perubahan secara pesat dan mendasar. Energi, yang tadinya dianggap sebagai komoditi yang senantiasa ada, kini disadari merupakan suatu sumber daya yang besarnya bukan tidak terbatas. Banyak ahli, yang tadinya memandang ringan kepada sumber- sumber daya seperti energi surya dan biomassa, kini menghasilkan laporan- laporan yang serius tentang potensi sumber-sumber energi yang terbarui itu. Kini secara umum disadari, bahwa masalah energi yang menggoncangkan tahun-tahun 70-an itu bukan sekedar merupakan suatu persoalan yang bersifat sepintas lalu, melainkan merupakan tanda berakhirnya suatu zaman energi murah dan mulainya suatu peralihan ke era energi mahal. [1] Masa energi murah jelas sudah mulai berlalu. Ironisnya, bangsa kita yang mengalami kesukaran besar untuk membayar kebutuhan energi, justru menjadi bangsa yang kurang bijaksana dalam menggunakan energi. Hal tersebut terlihat dari perbandingan tingkat efisiensi penggunaan energi secara menyeluruh dengan elastisitas energi dari beberapa Negara di dunia. [2] Meskipun penggunaan energi pada rumah tangga hanya 23 dari seluruh penggunaan energi nasional kita, tetapi harus diingat bahwa penggunaan energi di bidang lain seperti industri 38 dan transportasi 39 sedikit banyak didorong oleh kebutuhan konsumsi individu serta rumah tangga. Jadi, peningkatan kebutuhan konsumsi rumah tangga akan membutuhkan peningkatan produksi yang kemudian meningkatkan kebutuhan energi untuk transportasi. Meskipun sebagian dari produk industri akan diekspor, tetapi tetap saja ada bagian yang dipasarkan di dalam negeri. Dengan kata lain, penggunaan energi di rumah tangga akan berpengaruh pada peningkatan penggunaan energi di sektor industri dan sektor transportasi. [3] Penghematan energi di rumah tangga, selain menghasilkan penghematan 2 pada dirinya sendiri, sedikit banyak juga berpengaruh pada dua sektor utama lainnya yaitu industri dan transportasi. Penghematan energi di rumah tangga mempunyai efek berantai bagi penghematan energi secara keseluruhan. [4] Efisiensi yang kita butuhkan kini bukan hanya memadamkan alat yang tidak sedang terpakai. Kita membutuhkan sebuah perubahan perilaku yang mendasar, atau yang biasa disebut sebagai budaya hemat listrik. Artinya kita harus mulai jeli pada peralatan listrik yang kita pakai sehari-hari. Misalkan mulai menggunakan peralatan hemat energi. Walaupun sedikit mahal, tetapi banyak manfaat yang bisa didapatkan di kemudian waktu. [5] Suatu pengetahuan mengenai pemakaian energi listrik yang efektif sangat diperlukan untuk membantu membentuk masyarakat yang peduli terhadap energi listrik. Pengenalan pengetahuan tersebut dapat dilakukan oleh siapapun dan dapat bersifat formal atau informal. [6] Interaksi manusia dan komputer dapat dimanfaatkan sebagai suatu sarana untuk mendidik seseorang ataupun golongan. Untuk membangun suatu sistem interaksi manusia dan komputer diperlukan suatu pemahaman bahwa manusia yang menjadi sumber daya terpenting dan manusialah yang harus diperhatikan karena ialah yang akan menggunakan sistem yang dibangun tersebut. [7] Pengimplementasian interaksi manusia dan komputer tersebut akan membutuhkan sebuah perangkat lunak yang dapat mengimplementasikan interaksi manusia dan komputer. Perangkat lunak yang dapat mengimplementasikan interaksi manusia dan komputer tersebut dapat dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman programming language [8] . Terdapat banyak sekali bahasa pemrograman yang dapat diimplementasikan dalam membuat suatu sistem interaksi manusia dan komputer. Bahasa pemrograman tersebut adalah bahasa pemrograman prosedural procedural programming dan bahasa pemrograman berorientasi objek object oriented programming. Bahasa pemrograman prosedural adalah bahasa pemrograman yang akan mengeksekusi instruksi satu per satu secara sekuensial dan bahasa pemrograman berorientasi objek merupakan paradigma pemrograman yang berorientasi objek. [9] 3 Perkembangan bahasa pemrograman telah melahirkan suatu pemrograman yang memiliki user interface berbasiskan modus grafik visual. Pemrograman visual memberikan waktu yang lebih singkat dalam membuat suatu program bila dibandingkan dengan bahasa pemrograman prosedural untuk masalah yang sama. [10] Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman berorientasi objek berbasis visual. Bahasa pemrograman tersebut merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic sering disingkat VB merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat even- driven dan menawarkan integrated development environment IDE visual untuk membuat suatu program aplikasi berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman common object model COM. Bahasa pemrograman Visual Basic menawarkan pengembangan aplikasi komputer berbasis grafik dengan cepat, akses ke basis data dengan menggunakan data access object DAO, remote access object RAO, atau activeX data object ADO, serta menawarkan pembuatan control activeX dan objek activeX. [17] Bahasa pemrograman Visual Basic dapat diimplementasikan untuk membangun suatu interaksi manusia dan komputer yang bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai pemanfaatan energi listrik yang efisien. Pemanfaatan Visual Basic juga membantu dalam membangun suatu perancangan perangkat lunak bermodus grafik yang nantinya akan memudahkan masyarakat menggunakan perangkat lunak tersebut. [18]

1.2 Perumusan Masalah