Partisipasi Petani Penerima Pemberdayaan

organik, telah dipenuhi sendiri, karena bahan baku pupuk adalah kotoran hewan yang dimilikinya sendiri. Pembuatan pupuk juga dilakukan sendiri, baik pupuk yang berbahan baku kotoran sapi, maupun berbahan baku urine sapi. Urine sapi sangat membantu untuk mengusir hama tikus. Sedangkan kotoran sapi sangat membantu menyuburkan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memperbanyak akar padi. Adapun tahapan untuk mengubah sistem usahatani padi an-organik ke padi organik diikuti dalam waktu 10 kali tanam. Petani inovator dalam hal ini telah mampu memanfaatkan ketrampilan yang diperoleh, sehingga terjadi kesesuaian hasil dengan ketrampilan yang dipunyai. Adapun dampaknya adalah, penghasilan yang meningkat, saat padi organik dijual. Ketrampilan yang dimiliki petani pelopor dan petani biasa, hanya sebatas pengolahan tanah saja. Penggunaan pupuk organik hanya digunakan sekali saja, yaitu pada saat pengolahan tanah. Hal ini sangat berbeda dengan petani inovator yang menggunakan pupuk organik, yaitu pupuk kandang 2 kali, pada saat pengolahan tanah dan pada saat tanaman telah tumbuh akarnya. Keterbatasan ketrampilan ini bukan disebabkan sedikitnya ketrampilan yang diberikan oleh penyuluh. Petani sendiri membatasi ketrampilan yang diperoleh dalam pelaksanaan usahatani padi organik, karena mereka tidak mau menanggung resiko kerugian saat hasil panen menurun, karena peralihan usahatani padi an-organik ke usahatani padi organik. Hal ini menunda dampak peningkatan harga penjualan padi, karena padi tidak sesuai dengan padi dari usahatani padi organik.

8. Partisipasi Petani Penerima Pemberdayaan

Dalam penelitian ini dipaparkan partisipasi petani setelah pemberdayaan dalam pengembangan usahatani padi organik dapat dilihat dari keterlibatan petani dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan sarana-prasarana dan pembiayaan untuk pengembangan usahatani padi organik. Tabel 4.12. Partisipasi Terhadap Program Pengembangan Usahatani Padi Organik Peran petani Partisipasi Perencanaan Pelaksanaan Pemanfaatan sarana- prasarana Pembiayaan untuk pengembangan inovator Penjelasan perencanaan menjadi petani sejahtera. Mengubah moral petani dari petani subsistensi menjadi petani pengusaha Memberi percontohan pola tanam usahatani padi organik. Mampu mengadakan sarana prasarana sendiri, termasuk pengadaan dan pembuatan pupuk serta pestisida organik Memberikan solusi penanggulangan kesenjangan waktu dari pasca panen sampai proses menjadi beras dan siap dipasarkan, dengan medirikan Gapoktan untuk menghimpun dana melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pertanian yang mampu memberikan keuntungan pelopor Perencanaan penentuan bibit, pengairan, pengusahaan traktor, treaser. Pengolahan lahan dengan pupuk organik kandang Menyewakan traktor dan treaser untuk seluruh lahan semua anggota kelompok tani Belum mampu mengembangkan pembiayaan. biasa - Pengolahan lahan dengan pupuk organik kandang - - Sumber data : hasil wawancara Petani inovator berpartisipasi dalam memberi penjelasan pada petani lain tentang keberhasilannya dalam pengembangan usahatani padi organik. Penjelasan ini meliputi perencanaan menjadi petani sejahtera, yang mampu merencanakan mulai dari pemilikan modal sampai rencana hasil yang akan diperoleh. Hal ini sebagai upaya mengubah moral petani dari petani subsistensi menjadi petani pengusaha, yang cirinya mampu merencanakan dan memprediksi hasilnya. Jika sudah demikian keadaannya, para petani akan dapat berpikir lebih maju dan mampu mengembangkan usahatani organik. Langkah-langkah yang ditempuh oleh petani inovator, bersama penyuluh memberi pengertian pada para petani bahwa usahatani padi organik adalah sangat menguntungkan, dilihat dari aspek kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus, juga aspek ekonomis, meningkatkan harga jual melebihi beras an-organik. Selain itu, mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur dan subur. Untuk kelestarian lingkungan, sangat menguntungkan, karena tidak menimbulkan pencemaran air, udara, makluk organisme yang ada demi keseimbangan alam maupun tanah. Ditinjau dari aspek sosial, petani lebih memiliki bergaining power untuk melakukan transaksi baik sosial maupun ekonomi. Petani inovator juga berpartisipasi dalam memberikan percontohan pola tanam usahatani padi organik. Selain itu petani inovator juga mampu mengadakan sarana prasarana sendiri, termasuk pengadaan dan pembuatan pupuk serta pestisida organik. Selanjutnya petani inovator mengadakan pengarahan agar para petani berani mengambil sikap dan melaksanakan kegiatan usahatani padi organik. Ia juga memberi pengarahan tentang cara merintis jaringan pemasaran beras organik tanpa melalui penebas dan langsung ke konsumen pemakai. Petani inovator juga memberi jalan keluar untuk menanggulangi kesenjangan waktu dari pasca panen sampai proses menjadi beras dan siap dipasarkan. Jalan keluarnya adalah mengoptimalkan peran kelompok tani dan Gapoktan untuk menghimpun dana melalui kegiatan-kegiatan yang berkaiatan dengan pertanian yang mampu memberikan keuntungan. Salah satunya adalah pengambilan keuntungan dari penjualan produk-produk organik untuk kepentingan petani pupuk organik, pestisida organik. Partisipasi yang dilakukan petani pelopor baik sebagai pemilik penggarap maupun penyewa adalah dalam pengolahan lahan dengan pupuk organik kandang. Mereka juga melakukan perencanaan, penentuan bibit, pengairan, pengusahaan traktor sekaligus menyepakati biaya dan pemungutan iuran dari pemilik traktor unutk kas kelompok tani. Aturannya setiap satu pathok penggarapan lahan sawah dipungut iuran Rp. 1000,-. Pengadaan treaser untuk pengolahan pasca panen juga menjadi tanggungjawab seksi pasca panen dalam kelompok tani. Petani pelopor ini adalah mereka yang menjadi pengurus kelompok tani maupun Gapoktan. Partisipasi yang dilakukan petani biasa baik yang pemilik penggarap, penyewa maupun penyakap, adalah hanya dalam pengolahan lahan yang menggunakan pupuk organik kandang. Itupun tidak dilakukan oleh semua petani, meskipun mereka adalah anggota kelompok tani.

9. Pengembangan Usahatani Padi Organik