Masjid Raya Johor

(1)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh

INDRA KESUMA

090406031

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

Oleh :

INDRA KESUMA

09 0406 031

Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT

NIP.

19660622 199702 1 001

Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, PhD

NIP : 1952092 71983031 003

Devin Defriza ST, MT

NIP : 19750810 199802 1 001

Pembimbing I

Pembimbing II


(3)

Nama

: Indra Kesuma

NIM

: 09 0406 031

Judul Proyek Tugas Akhir

: Masjid Raya Johor

Tema

: Arsitektur Islam

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No.

Status

Waktu

Pengumpulan

Laporan

Paraf

Pembimbing

I

Paraf

Pembimbing

II

Koordinator

TKA-490

1.

Lulus Langsung

2.

Lulus

Melengkapi

3.

Perbaikan

Tanpa Sidang

4.

Perbaikan

Dengan Sidang

5.

Tidak Lulus

Medan, Juli 2013

A

B+

B

C+

C

D

E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir.N

.

Vinky Rahman, MT.

NIP : 19660622 199702 1 001

Koordinator TKA-490,

Ir. Basaria Talarosha, MT NIP : 19650109 199501 2 001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MS yang telah membimbing dan memberikan saran yang sangat berguna bagi saya di awal Tugas Akhir.

 Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.

 Bapak Devin Defriza, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan saran yang sangat berguna dan menjadi teman di saat kesulitan.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan Arsitektur USU.  Bapak Ir. Rudolf Sitorus MLA Sebagai Sekretaris Jurusan Arsitektur USU.

 Bapak Ir. Novrial, M.Eng selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Ibu Andalucia, ST, M.Sc selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan dan kritikan yang sangat membantu.

 Ibu Ir. Basaria Talarosha MT Sebagai Ketua Koordinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2012/2013.

 Seluruh Staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.

 Seluruh staf pegawai baik di lingkungan Arsitektur maupun Fakultas Teknik USU, terutama untuk Kak Dewi dan Kak Ayu.


(5)

 Orang Tua saya, Ibu Hj. Rostina, ST dan Bapak Abdriyanto, ST, Abang Dana, Kak dede, dan Heri serta semua keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Terima Kasih atas do’a dan dukungannya selama ini.

 Terima Kasih untuk Yuuraa, seorang yang sangat berarti, yang selalu mengingatkan di saat lupa, yang selalu membantu di kala susah, memarahi dan mengkritik di saat salah, dan yang selalu ada di setiap saat. Terima kasih banyak untuk Yuura.

 Teman-teman arsitektur 09, terimakasih atas dukungan dan semangat, kebersamaan dan suka duka selama kuliah di Arsitektur USU.

 Teman-teman satu kelompok Hafis, Adib, Lili, Novy, Nisa, Fitri, Dini, Yuyun, dan Sarah. Terimakasih atas semangat, kebersamaan dan suka duka yang kita lewati bersama dari awal hingga akhir.

 Abang dan kakak senior, terutama bang Imam dan bang Raha yang telah memberikan semangat dan masukan serta adik-adik stambuk 2010,2011, dan 2012.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU

.

Hormat Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A) ··· i

KATA PENGANTAR ··· ii

DAFTAR ISI ··· iii

DAFTAR GAMBAR ··· v

DAFTAR TABEL ··· ix

ABSTRAK ··· x

BAB I PENDAHULUAN ··· 1

1.1. Latar Belakang ··· 1

1.2. Maksud dan Tujuan ··· 3

1.3. Perumusan Masalah ··· 3

1.4. Metode Pendekatan ··· 3

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek ··· 4

1.6. Asumsi ··· 4

1.7. Kerangka Berfikir ··· 5

1.8. Sistematika Penulisan Laporan ··· 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK··· 7

2.1. Tinjauan Umum ··· 7

2.2. Deskripsi Singkat Proyek ··· 7

2.2.1 Terminologi Judul ··· 7

2.2.2 Pengertian Proyek ··· 7

2.3. Jenis – Jenis Masjid··· 9

2.4. Persyaratan Ruang dan Kriteria Masjid ··· 9

2.4.1 Klasifikasi Masjid ··· 9

2.4.2 Persyaratan Ruang Masjid ··· 10

2.4.3 Pedoman Penyediaan Lahan Sarana Peribadatan ··· 10


(7)

2.5. Fungsi dan Peranan Masjid ··· 11

2.5.1 Sebagai Pusat Ibadah ··· 12

2.5.2 Sebagai Pembinaan Umat ··· 12

2.6. Pendekatan Pemilihan Lokasi ··· 13

2.6.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ··· 13

2.6.2 Alternatif Lokasi Tapak ··· 15

2.7. Jenis Keegiatan di Masjid ··· 18

2.8. Studi Banding Judul Sejenis ··· 21

2.8.1 Masjid Agung Al – Fateh, Manama, Bahrain ··· 21

2.8.2 Masjid Shah Faisal Islamabad, Pakistan ··· 23

2.8.3 Masjid Imam Isfahan, Iran ··· 25

2.8.4 Masjid Al Hurriyah, Bogor (Institut Pertanian Bogor) ··· 29

2.8.5 Masjid Raya Pondok Indah Jakarta ··· 31

BAB III ELABORASI TEMA ··· 33

3.1 Pengertian Tema ··· 33

3.2 Latar Belakang Pemilihan Tema ··· 34

3.3 Interpretasi Tema ··· 35

3.3.1 Sejarah Arsitektur Islam ··· 35

3.3.2 Kaidah Arsitektur Islam ··· 36

3.3.3 Perencanaan Arsitektur Islam ··· 36

3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul ··· 37

3.5 Kesimpulan ··· 37

3.6 Studi Banding Tema Sejenis ··· 38

3.6.1 Masjid Agung Al – Fateh, Manama, Bahrain··· 38

3.6.2 Masjid Agung Sheikh Zayed, Uni Emirat Arab ··· 44

3.6.3 Masjid Agung Roma – Italia ··· 54

BAB IV ANALISA ··· 60

4.1 Analisa Fisik/Analisa Tapak dan Bangunan ··· 60

4.1.1 Analisa Lokasi Tapak ··· 60

4.1.2 Analisa Tata Guna Lahan ··· 62

4.1.2.1 Kondisi Eksisting Sekitar ··· 62

4.1.2.2 Ukuran Site ··· 65


(8)

4.1.3 Analisa Sirkulasi ··· 67

4.1.3.1 Sirkulasi Kendaraan ··· 67

4.1.3.2 Sirkulasi Pejalan Kaki ··· 69

4.1.3.3 Analisa Pencapaian ··· 70

4.1.4 Analisa Matahari dan Vegetasi ··· 71

4.1.5 Analisa Kebisingan ··· 72

4.1.6 Analisa View ··· 73

4.1.6.1 View Keluar ··· 74

4.1.6.2 View Kedalam··· 75

4.2 Analisa Non Fisik/Fungsional ··· 77

4.2.1 Analisa Pengguna ··· 77

4.2.2 Analisa Kegiatan ··· 78

4.2.3 Analisa Kebutuhan Ruang ··· 78

4.2.4 Program Ruang ··· 81

4.2.5 Analisa Bangunan ··· 87

4.2.6 Analisa Teknologi ··· 90

BABV KONSEP ··· 96

5.1 Vegetasi ··· 96

5.2 Akustik ··· 96

5.3 Kebisingan ··· 97

5.4 Perencanaan Tapak ··· 97

5.4.1 Zoning Ruang Luar ··· 97

5.4.2 Perletakan Massa Bangunan ··· 98

5.4.3 Filosofi Shalat dalam Site ··· 98

5.4.4 Konsep Sirkulasi di Dalam Site ··· 100

5.5 Konsep Perencangan Bangunan ··· 100

5.5.1 Konsep Massa ··· 101

5.5.2 Bentukan Denah ··· 102

5.5.3 Interior ··· 103

5.6 Konsep Struktur Bangunan ··· 103

5.7 Konsep Perancangan Utilitas Bangunan ··· 104

5.7.1 Konsep Sistem Air Bersih ··· 104

5.7.2 Konsep Sistem Pengolahan Air Limbah ··· 104

5.7.3 Konsep Sistem Pencahayaan ··· 104


(9)

5.7.5 Konsep Sistem Transportasi Vertikal ··· 105

5.7.6 Konsep Keamanan Bangunan ··· 105

BAB VI HASIL RANCANGAN ··· 106

6.1. Site Plan ··· 106

6.2. Ground Plan ··· 107

6.3. Denah Lantai 1 ··· 108

6.4. Denah Lantai 2 ··· 109

6.5. Tampak ··· 110

6.6. Potongan ··· 112

6.7. Menara ··· 113

6.8. Rencana Pondasi ··· 114

6.9. Rencana Pembalokan ··· 115

6.10. Perspektif ··· 117

Daftar Pustaka ··· 120 LAMPIRAN HASIL PERANCANGAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Elemen Utama Masjid

··· 11

Gambar 2.2. Kondisi Eksisting Alternatif A ··· 16

Gambar 2.3. Kondisi Eksisting Alternatif B ··· 16

Gambar 2.4. Masjid Agung Al-Fateh, Manama ··· 22

Gambar 2.5. Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh, Manama··· 23

Gambar 2.6. Tampak depan Masjid Shah Faisal ··· 23

Gambar 2.7. Masjid Shah Faisal ··· 24

Gambar 2.8. Interior Masjid Shah Faisal ··· 25

Gambar 2.9. Masjid Imam Isfahan ··· 25

Gambar 2.10 Denah Masjid Imam Isfahan ··· 26

Gambar 2.11 Detail Gerbang Masjid Imam Isfahan ··· 27

Gambar 2.12 Detail kolom Masjid Imam Isfahan ··· 27

Gambar 2.13 Kubah masjid yang dilapisi keramik ··· 28

Gambar 2.14 Gerbang depan yang seluruhnya dilapisi keramik ··· 28

Gambar 2. 15 Masjid Al Hurriyah, Bogor (Institut Pertanian Bogor)··· 29

Gambar 2. 16 Aksonometri Masjid Al Hurriyah ··· 30

Gambar 2. 17 Interior Masjid Al Hurriyah ··· 30

Gambar 2.18 Masjid Raya Pondok Indah ··· 32

Gambar 2. 19 Potongan Masjid Raya Pondok Indah ··· 32

Gambar 3.1. Masjid Agung Al-Fateh, Manama ··· 38

Gambar 3.2. Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh, Manama··· 38

Gambar 3.3. Ornamen indah di dalam kubah masjid Agung Al-Fateh, Manama, kaligrafi Kufi di ukir melingkar pada cincin dalam kubah ··· 40

Gambar 3.4. Interior ruang utama masjid Agung Al-Fateh dengan lampu gantung utamanya ··· 41

Gambar 3.5. Mimbar Masjid Agung Al-Fateh ··· 41


(11)

Gambar 3.7. Ornament dalam kubah Masjid Agung Al-Fateh ··· 43

Gambar 3.8. Masjid Agung Sheikh Zayed ··· 43

Gambar 3.9. Masjid Agung Sheikh Zayed dari arah pelataran tengah (inner courtyard) siang, sore dan malam hari ··· 45

Gambar 3.10. Letak bangunan berada di tengah gurun pasir pasir ··· 46

Gambar 3.11. Masjid Agung Sheikh Zayed Saat dalam proses penyelesaian akhir ··· 47

Gambar 3.12. Interior Masjid Agung Sheikh Zayed ··· 47

Gambar 3.13. Sisi mihrab Masjid Agung Sheikh Zayed Abu Dhabi - Uni Emirat Arab ··· 49

Gambar 3.14. Rangkaian motif flora dinding dalam masjid Agung Sheikh Zayed ··· 49

Gambar 3.15. Lampu gantung di Masjid Sheikh Zayed ··· 50

Gambar 3.16. Keindahan pelatarang tengah masjid Sheikh Zayed ··· 51

Gambar 3.17. Gambar 3.17. Refleksi yang indah di fasad masjid Agung Sheikh Zayed ··· 51

Gambar 3.18. Bangunan utama masjid Agung Sheikh Zayed di malam hari ···· 52

Gambar 3.19. Exterior Masjid Agung Sheikh Zayed ··· 52

Gambar 3.20. Keindahan Interior Masjid Sheikh Zayed di ruang utama ··· 53

Gambar 3.21. Arcade Masjid Agung Sheikh Zayed dengan refleksi di permukaan kolam sekeliling masjid Agung Sheikh Zayed ··· 53

Gambar 3.22. Rangkaian kubah kubah super besar Masjid Agung Sheikh Zayed ··· 54

Gambar 3.23. Masjid Agung Roma dari Udara··· 54

Gambar 3.24. Interior Masjid Agung Roma ··· 55

Gambar 3.25. Kubah utama Masjid Agung Roma ··· 56

Gambar 3.26. Sistem pencahayaan alami di dalam masjid agung ··· 57

Gambar 3.27. Interior Masjid Agung Roma – Italia ··· 58

Gambar 3.28. Simbolik pepohonan dengan rangkaian batang dan ranting benar benar tercermin dalam interior Masjid Agung Roma ··· 58 Gambar 3.29. Rangkaian interior di bawah kubah utama Masjid Agung Roma · 59


(12)

Gambar 3.30. Bentuk atas pilar di masjid Agung Roma sebagai simbolisasi tangan hamda

Allah yang sedang menengadah ··· 59

Gambar 4.1 Peta Lokasi Site ··· 60

Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek ··· 62

Gambar 4.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek ··· 62

Gambar 4.4 Tata Guna Lahan Sekitar Site ··· 63

Gambar 4.5 Kondisi Eksisting Sekitar Site ··· 64

Gambar 4.6 Ilustrasi Kondisi Eksisting Sekitar Site ··· 64

Gambar 4.7 Ukuran Site ··· 65

Gambar 4.8 Batas-Batas Sekitar Site ··· 66

Gambar 4.9 Analisa Sirkulasi Kendaraan Sekitar Site ··· 67

Gambar 4.10 Permasalahan Sirkulasi Kendaraan ··· 68

Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki Sekitar Site ··· 69

Gambar 4.12 Kondisi Pedestrian pada Jl. Karya Wisata ··· 69

Gambar 4.13 Kondisi Pedestrian pada Jl. Karya Asih ··· 69

Gambar 4.14 Analisa Pencapaian ··· 70

Gambar 4.15 Analisa Matahari dan Vegetasi ··· 71

Gambar 4.16 Analisa Kebisingan ··· 72

Gambar 4.17 Analisa View Keluar ··· 74

Gambar 4.18 Analisa View Kedalam ··· 75

Gambar 5.1 Konsep Vegetasi ··· 96

Gambar 5.2 Konsep Kebisingan ··· 97

Gambar 5.3 Konsep Ruang Luar ··· 98

Gambar 5.4 Konsep Massa Bangunan ··· 99

Gambar 5.5 Konsep Filosofi Shalat ··· 99

Gambar 5.6 Konsep Sirkulasi ··· 100

Gambar 5.7. Bentuk Denah ··· 102


(13)

Gambar 5.9. Kaligrafi Al –Qur’an ··· 103 Gambar 5.10. Sistem Pengelolaan Air Limbah ··· 104


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Berfikir ··· 5

Tabel 2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ··· 13

Tabel 2.2. Sub Pusat Pelayanan Kota Medan ··· 14

Tabel 2.3. Penilaian Site ··· 17

Tabel 2.4. Kelompok Kegiatan dan Ruang Utama ··· 19

Tabel 2.5. Kelompok Kegiatan fasilitas pendukung dan pemberdayaan umat ·· 20

Tabel 2.6. Perbandingan Pendidikan Laki-laki dan Perempuan di Sumatera Utara 23 Tabel 2.7. Kelompok Kegiatan dan Ruang ··· 32

Tabel 4.1 Kepadatan Pendudukan Kecamatan Johor ··· 80

Tabel 4.2 Program Ruang – Ruang Utama ··· 81

Tabel 4.3 Program Ruang – Ruang Pengelola ··· 81

Tabel 4.4. Program Ruang – Perpustakaan ··· 82

Tabel 4.5. Program Ruang – Baziz ··· 83

Tabel 4.6. Program Ruang – Tempat Pendidikan Al –Qur’an (TPA) ··· 83

Tabel 4.7. Program Ruang – UKM Syariah ··· 84

Tabel 4.8. Program Ruang – Poliklinik ··· 84

Tabel 4.9. Program Ruang – Gedung Serba Guna ··· 84

Tabel 4.10. Program Ruang – Ruang Mekanikal & Elektrikal (ME) ··· 85

Tabel 4.11. Rekapitulasi Luasan Bangunan ··· 86

Tabel 4.12. Analisa Bentuk Bangunan ··· 88

Tabel 4.13. Analisa Sirkulasi di Dalam Site ··· 89


(15)

Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam proyek Masjid Raya Johor ini menggunakan pendekatan tema Arsitektur Islam dengan menggunakan simbolisme surga yang penuh dengan permainan air dan vegetasi serta pada massa bangunan menggunakan hiasan berupa kaligrafi, hiasan, corak dan geometris serta di beberapa bangunan juga terdapat ornament floral (Arabesque).

Kata Kunci : Masjid, Arsitektur Islam, Johor

Abstract

Islam lives very close to the mosque, as the center of Muslim workship and activities. The mosque has an important role in the development of Islamic civilization and culture. Johor Mosque is a place that seeks to restore and develop the values of Islam in the life of society and state. In this project Johor Mosque Islamic Architecture approach themes using symbolism paradise filled with water games and vegetation as well as on the mass of the building using a calligraphy ornament, decoration, and geometric patterns as well as in some of the buildings there is also a floral ornament (Arabesque).


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu dari 21 kecamatan di Medan yang sedang mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Kompleks perumahan, pemukiman, dan pendidikan saat ini telah mengalami pertumbuhan. Tetapi, pertambahan penduduk ini tidak diikuti dengan menambah fasilitas untuk menunjang kegiatan masyarakat tersebut. Salah satu fasilitas yang kurang adalah fasilitas peribadatan, yaitu masjid. Masjid di kecamatan medan Johor masih kurang. Sehingga, apabila akan melakukan shalat hari raya idul fitri, idul adha, shalat jum’at, masyarakat harus berdesakan dan menempuh masjid yang jauh.

Maka, dari latar belakang masalah tersebut, seharusnya di kecamatan Medan Johor harus dibangun Masjid Raya/Besar yang dapat menampung kegiatan masyarakat di kecamatan tersebut. Karena selain sebagai bangunan sentral dalam Islam untuk beribadah, masjid juga berperan sebagai sebuah ruang pertemuan besar, forum politik, serta ruang pendidikan. Kebutuhan untuk shalat berjamaah secara fisik telah terpenuhi dengan tersedianya masjid lengkap dengan tempat beribadah dan berandanya yang beratap, tempat wudhu, mimbar, dan mihrab. Sedangkan, kebutuhan politis terpenuhi dengan adanya gambar dan hiasan yang indah.

Masjid menjadi refleksi hubungan antara dan hubungan internasional dalam sejarah perkembangan peradaban Islam ketika itu. Dapat dikatakan, arsitektur masjid merupakan contoh yang jelas untuk melukiskan perpaduan budaya antara Islam dan daerah sekitar tempat masjid itu berdiri. Selain dipengaruhi oleh budaya daerah setempat, seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh bahan baku yang tersedia saat itu di wilayah tersebut, yaitu batu, batu bata, ataupun tanah liat.

Phillip K Hitty dalam bukunya, History of the Arabs, mengatakan, Masjid Nabawi di Madinah merupakan prototipe umum arsitektur mas jid-masjid besar pada abad pertama Islam. Arsitektur masjid ini se derhana, hanya terdiri dari pelataran terbuka yang dikelilingi oleh dindingdinding yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan. Untuk menghalangi sinar matahari, ditambahkan atap untuk menutup seluruh ruang yang terbuka. Atap tersebut terbuat dari batang pohon kurma yang juga dimanfaatkan sebagai tiang penyangga.


(17)

Tak hanya itu, batang kurma juga diletakkan di atas tanah yang kemudian digunakan Nabi Muhammad sebagai mimbar. Pada awalnya, mimbar merupakan tempat duduk yang ditinggikan atau singgasana yang digunakan oleh penguasa dan tidak terkait dengan peribadatan. Namun, dalam perkembangan arsitektur Islam, khususnya masjid, mimbar dijadikan sebagai tempat untuk me nyampaikan khutbah dan hal ter sebut dimulai dari Masjid Nabawi.

Tidak lama menggunakan batang pohon kurma, Nabi Muhammad kemudian mengganti mimbar dengan sebuah podium dari kayu cedar bertangga tiga. Dari bangunan Masjid Nabawi yang sederhana, gambaran umum arsitektur sebuah masjid terdiri dari tiga hal, yaitu beranda atau pelataran, atap, dan mimbar.

Namun, dalam realitas kehidupan muslim, tidak dapat dipungkiri adanya degradasi keimanan, kesolehan, dan kebaikan. Pada akhirnya hal ini melahirkan penyimpangan dan kesesatan dalam kehidupan. Kondisi dan fenomena ini pernah dialami oleh kaum sebelum kita. Secara eksplisit, Al-Qur`an menggambarkannya dalam ayat berikut ini.

“Maka, datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”(Maryam: 59)

Oleh karena itu, munculnya generasi terbiasa menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsu—seperti yang disebutkan dalam ayat di atas, disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari generasi sebelumnya. Pendahulunya tidak memberikan pemahaman dan pembinaan terhadap mereka secara kontinyu. Karena, apabila manusia tidak memiliki pemahaman yang baik tentang agamanya, ia cendrung mengikuti apa yang diinginkan hawa nafsunya. Itulah sebabnya, ketika ia memiliki pemahaman yang tidak baik, atau adanya intervensi syubhat dalam paradigma pemikirannya, atau adanya dominasi syahwat yang berlebihan, ia akan mempunyai kecendrungan meyimpang dari jalan kebenaran.

Salah satu alasan bagi mereka yang malas atau tidak mau melakukan ibadah shalat adalah bahwa ia tidak merasakan dampak dan manfaat apapun dari shalat yang dia lakukan. Memang sering terjadi, sesuatu yang semestinya cukup menjadi tidak cukup, kematian misalnya, yang semestinya cukup menjadi sebuah nasehat namum kerap kali seseorang tidak mampu menghadirkan nasehat itu kedalam relung jiwanya.


(18)

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan studi proyek kasus ini adalah:

 Sebagai fasilitas ibadah umat islam dan pusat kegiatan masyarakat

 Mengembalikan fungsi masjid seperti pada zaman Rasulullah SAW

 Memberikan alternatif rancangan masjid yang dapat mengakomodasi kegiatan keagaman umat islam

 Menuntaskan degradasi moral yang terjadi dengan memaksimalkan fungsi masjid yang tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan moral.

1.3 Rumusan masalah

Masalah yang ada dalam merancang Masjid Raya Johor adalah:

- Mengaplikasikan dan menyelaraskan simbolisme yang sesuai dasar ajaran islam.

- Bagaimana merancang suatu Masjid yang memiliki fungsi utama sebagai tempat ibadah dan fasilitas pendukung lain (perpustakaan, BAZIS, ruang pengelola, pasar islam, dll) yang menjadi satu kesatuan perencanaan yang baik.

- Memecahkan sistem struktur yang tepat agar memaksimalkan ruang yang ada tanpa menyisakan ruang mati.

- Bagaimana menyelaraskan antara bangunan masjid sebagai pusat dakwah dan pendidikan islam dengan landsekap sebagai pusat interaksi masyarakat.

1.4 Metode Pendekatan

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Masjid Raya Johor ini, maka dilakukan berbagai pendekatan, terdiri dari :

1. Pendekatan Fungsi :

 Menyediakan suatu fasilitas pendidikan yang dapat meningkatkan moral masyarakat.

 Menyediakan ruang untuk interaksi masyarakat. 2. Pendekatan Desain

 Mendalami dan mengetahui fungsi Masjid

 Merancang bangunan yang menerapkan hasil analisa dari perilaku lebah pada berbagai bagian bangunan masjid ini.


(19)

1.5 Lingkup dan Batasan Proyek

Penyelesaian permasalahan dibatasi pada:

 Perancangan yang dilakukan adalah bangunan yang memiliki fasilitas ibadah (utama) dan fasilitas pendukung seperti perpustakaan, pasar, dll.

 Bagaimana menyelaraskan hubungan antara fungsi ibadah (masjid) dengan fasilitas pendukung lainnya.

Batasan- batasan dalam mendesain adalah:

 Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini, yaitu Arsitektur Islma.

 Menerapkan Arsitektur Islamyang sesuai dengan ajaran agama Islam ke dalam Masjid Raya Johor ini.

1.6 Asumsi

Asumsi-asumsi diperlukan terutama yang berkaitan dengan hal-hal berikut :  Asumsi tapak yang terutama berkaitan dengan kondisi dan topografi.

 Asumsi-asumsi penentuan program ruang terutama yang berkaitan dengan pengadaan ruang dan penentuan besaran ruang untuk mewadahi kegiatan tertetu.


(20)

1.7 Kerangka Berfikir

JUDUL PROYEK dan TEMA

Judul Proyek: Masjid Raya Johor

Tema : Arsitektur Islam

LATAR BELAKANG

- Perbedaan fungsi masjid pada saat sekarang dan zaman Rasulullah SAW - Semakin tingginya degradasi moral masyarakat.

MAKSUD dan TUJUAN

- Menyediakan fasilitas untuk dakwah dan pendidikan. - Menurunkan degradasi moral yang ada pada masyarakat. - Mengembalikan fungsi masjid seperti zaman Rasulullah SAW.

PERMASALAHAN

- Bagaimana menciptakan bentuk bangunan yang sesuai dengan tema arsitektur Islam. - Bagaimana menyediakan ruang-ruang yang sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang ada dan

dapat memberikan kenyamanan pada para pengguna.

STUDI LITERATUR dan STUDI BANDING

- Fasilitas masjid. - Kajian tema dengan

bentuk bangunan.

PENGUMPULAN DATA

- Studi literatur. - Studi banding. - Studi pustaka.

STUDI SITE

- Ukuran site.

- Peraturan Pemerintah - Sempadan bangunan - Batas bangunan. - Potensi.

ANALISA

- Analisa kondisi lingkungan yaitu : analisa matahari, vegetasi, view dari dan ke site, vegetasi - Analisa fungsional yaitu: analisa aktifitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan antar

ruang

- Analisa penerapan struktur pada bangunan. v

KRITERIA dan KONSEP PERANCANGAN

Berdasarkan analisa, Peraturan Pemerintah, konsep tapak, dan konsep bangunan

v v

F

eed ba

c

k


(21)

1.8 Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Menguraikan latar belakang, tujuan, lingkup dan batasan, yang mendasari dilakukannya studi. Kerangka berpikir yang digunakan dan pembahasan sistematika laporan.

Bab 2 Deskripsi Proyek

Menguraikan tentang terminologi dari judul atau kasus proyek, deskripsi proyek, tinjauan terhadap konteks lingkungan dan tinjauan kelayakan (kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan kelayakan fungsional) dari proyek.

Bab 3 Elaborasi Tema

Menguraikan tentang pengertian tema, interpretasi tema, analisa penentuan tema, dan studi banding tema sejenis.

Bab 4 Analisa

Menguraikan tentang analisa - analisa fisik tapak dan lingkungan sekitar, analisa nonfisik serta analisa - analisa fungsional yang berkaitan dalam hal perancangan ruang dalam, dimana nantinya dari hasil analisa - analisa tersebut diperoleh suatu konsep perancangan untuk kasus proyek ini.

Bab 5 Konsep Perancangan

Menguraikan tentang konsep - konsep dari hasil analisa yaitu konsep tapak, konsep perancangan ruang dalam, konsep perancangan struktur dan konstruksi, konsep perancangan utilitas, dan konsep perancangan interior yang akan diterapkan pada perancangan.


(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK 2.1. Tinjauan Umum

1. Judul : Masjid Raya Johor

2. Tema : Arsitektur Islam

3. Status Proyek : Fiktif

4. Pemilik Proyek : Masyarakat Johor

2.2. Diskripsi Singkat Proyek 2.2.1. Terminologi Judul

Pengertian proyek Masjid Raya Johor menurut arti kata adalah :

 Masjid berasal dari kata “sajada” dimana sajada berarti sujud atatu tunduk. Kata masjid sendiri berasal dari bahasa Aram, masgid yang berarti “tiang suci” atau “ tempat sembahan”1

.

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim  Raya artinya besar2

Dari pendekatan yang telah disebutkan di atas kita dapat merumuskan bahwa Masjid Raya Johor adalah sebuah lembaga yang diperuntukkan sebagai pusat ibadah, pemberdayaan umat, dan sebagai pemersatu umat islam. Di masjid ini juga terdapat fasilitas pendidikan dan pasar islam.

2.2.2. Pengertian Proyek

Untuk memahami lebih jauh, maka harus melihat sejarah masjid yang menjadi pedoman pada proyek ini.

Sejarah Masjid

Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah adalah Masjid Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid ini hampir sama dengan masjid-masjid Madinah lainnya mengikutinya kemudian, yaitu sangat sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari

1

http://id.wikipedia.org/wiki/masjid

2


(23)

pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.Biasanya masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut “Shaan”, dan

tempat shalat berupa bangunan yang disebut “Liwan”. Beberapa waktu kemudian, pada

masa khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin pola masjid bertambah

dengan adanya “Riwaqs” atau serambi/selasar. Ini terlihat pada masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini tidak lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya masjid-masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana keakraban dan suasana demokratis (ukhuwah Islamiah).

Pada zaman Rasululah, masjid tidak sebagai hanya tempat shalat semata, namun dijadikan juga sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti:

- tempat pembinaan dan penyebaran dakwah Islam,

- sebagai tempat untuk mengobati orang sakit,

- sebagai tempat untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai,

- sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi, sosial dan budaya,

- digunakan untuk menerima duta-duta asing,

- sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam,

- sebagai tempat bersidang,

- tempat mengurus baitul maal,

- menyusun taktik dan strategi perang,

- serta mengurus prajurit yang terluka

Demikian pula masjid sebagai sarana tempat pendidikan, dan Rasulullah SAW mengajar langsung dan memberi berkhutbah, dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.

Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya Rasulullah SAW membangun masjid terlebih dahulu dan dari masjidlah kemudian memancar cahaya Islam, menyebar ke seluruh cakrawala dunia. Masjid menjadi symbol


(24)

persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan original sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. Lewat masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis dan progressif. Masjid adalah rumah Allah yang dibangun atas dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh karena itu, membangun masjid harus diawali dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha Allah semata, sehingga masjid yang dibangun mampu memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan lingkungannya.

Pada masa keemasan Islam, universitas berada di dalam masjid, seperti masjid Al Azhar, Kairo, Mesir, dari masjid inilah melahirkan universitas terkemuka di dunia, yakni Universitas Al Azhar yang hingga kini dikenal dunia. Masjid Al-Azhar juga dikenal luas oleh kaum muslimin di Indonesia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata yang secara kontineu dilaksanakan di masjid. Kalau dulu universitas ada di dalam masjid, sekarang masjid ada di dalam universitas.

2.3. Jenis – Jenis Masjid

Dalam arsitektur islam dikenal beberapa jenis masjid sesuai dengan penggunaanya, antara lain:

a. Masjid Jami’ adalah masjid yang biasa dipakai untuk shalat jum‟at yaitu shalat

berjama‟ah yang wajid dilakukan pada hari jum‟at menggantikan shalat Zhuhur

(Rasyid 1976 ; 125).

b. Masjid Madrasah adalah masjid yang sekaligus digunakan sebagai sekolah (Madrasah).

c. Masjid Makam (Masyad) adalah masjid yang didirikan pada kompleks pemakamam.

d. Memorial Mosque adalah masjid yang dipakai sebagai tanda peringatan peristiwa

– peristiwa penting dalam sejarah Islam seperti Masjid Nabawi di Madinah.

e. Masjid Pesantren adalah masjid yang letaknya di lingkungan pesantren.

2.4. Persyaratan Ruang dan Kriteria Masjid

Persyaratan ruang dan kriteria masjid ini merupakan pedoman dalam menetukan jenis dan luas masjid yang akan dibuat.


(25)

2.4.1. Klasifikasi Masjid

Klasifikasi Masjid dilihat dari tingkat wilayah adalah: a. Masjid Nasional

b. Masjid Raya (Tingkat Provinsi)

c. Masjid Agung (Tingkat Kabupaten / Kotamadya) d. Masjid Besar (Tingkat Kecamatan)

e. Masjid Jami‟ (Tingkat Kelurahan) atau semua masjid yang dipakai untuk shalat jum‟at\

2.4.2. Persyaratan Ruang Masjid

Dalam Mu‟tamar Risalatul Masjid di Mekkah disepakati bahwa suatu masjid dapat

berperan secara baik apabila memiliki ruangan dan peralatan yang memadai untuk: a. Ruang shalat yang memenuhi syarat kesehatan / kenyamanan

b. Ruang – ruang khusus bagi wanita yang memungkinkan mereka keluar – masuk tanpa bercampur dengan pria dan digunakan untuk shalat

c. Ruang poliklinik dan ruang memandikan dan mengkafankan mayat

d. Ruang pertemuan dan perpustakaan lengkap dengan peralatan dan buku – buku yang dibutuhkan segala usia

e. Ruang bermain, olahraga, dan latihan bagi remaja

2.4.3. Pedoman Penyediaan Lahan Sarana Peribadatan

Dalam hal ini masjid sesua dengan yang dikeluarkan oleh Dep. PU (dikukuhkan dalam Kepmen PU No. 378/kpfs/1987) antara lain:

 Kelempok penduduk RW 2500 orang (500 keluarga)

1 langgar : 300 m²

 Kelempok penduduk lingkungan 30.000 orang (6000 keluarga)

1 Masjid lingkungan : 1.750 m²

 Kelompok penduduk kecamatan 120.000 orang (24.000 keluarga)

1 Masjid kecamatan : 4000 m²

 Kelompok penduduk kota 1.000.000 orang (200.000 keluarga)

1 Masjid kota : 16.000 m²


(26)

2.4.4. Tipologi Masjid

a. Bangunan dan Komponen Masjid

Arsitektur adalah hasil dari proses perancangan oileh seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk melaksanaka kegiatan. Maka Masjid dalam hal ini juga hadir dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia akan ruang untuk kegiatan peribadatan umat Islam dengan fungsi majemuk dengan perkembangan zaman, budaya, dan tempat suatu masyarakat.

Masjid pada dasarnya memerlukam ruang dan komponen yang harus ada antara lain:

1. Ruang masjid, merupakan area untuk shalat berjama‟ah.

2. Mimbar, tempat memberikan ceramah agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh

jema‟ah.

3. Mihrab, sebuah ceruk atau relung relatif masuk ke dalam dinding sebagai tanda arah kiblat.

4. Tempat wudu‟, tempat untuk mensucikan diri sebelum masuk ke dalam masjid. Selain komponen di atas pada masjid biasanya ditambahkan elemen antara lain: 1. Minaret, menara untuk memanggil jema‟ah melalui kumandang adzan

2. Dikka, seperti panggung dengan tangga yang digunakan sebagai tempat kaddi mentransmisikan suara imam kepada jema‟ah.


(27)

2.5. Fungsi dan Peranan Masjid

Sejak 14 abad silam, Rasulullah SAW telah menunjukkan tuntunannya dalam hal pemakmuran masjid, begitu pula di zaman keemasan Islam (sejak abad ke 6 - 13 M atau selama 7 abad), umat Islam berhasil menjadikan masjid sebagai markas pelaksanaan hubungan antara manusia dengan ALLAH SWT (ibadah) dan hubungan manusia dengan manusia (muamalah). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara ideal, Masjid memiliki peran dan berfungsi sebagai Pusat Ibadah serta Pembinaan umat3.

2.5.1. Sebagai Pusat Ibadah

Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan eksistensinya sebagai hamba ALLAH dengan memanfaatkan masjid sebagai sarana melaksanakan ibadah menunjukkan betapa peranan masjid sangat strategis, khususnya berkaitan dengan fungsinya sebagai Pusat Ibadah. Fungsi yang dimaksud, adalah sebagai berikut :

1. Fungsi masjid sebagai tempat sujud atau penghambaan diri kepada Sang Khaliq - ALLAH SWT, dengan menjadikan masjid sebagai tempat berkumpulnya umat Islam mendirikan shalat fardlu 5 (lima) waktu serta shalat sunnat, seperti ; Tarwih, witir dan lain – lain.

2. Fungsi masjid sebagai tempat I’tikaf, berzikir, pengajian dan membaca Al Qur‟an. 3. Fungsi masjid untuk kegiatan ibadah sosial atau Muamalah, seperti ; penerimaan,

penampungan dan pengelolaan dana zakat, serta dapat berfungsi sebagai Baitul Mai.

2.5.2. Sebagai Pembinaan Umat

Semakin berkembang dan tersebarnya jumlah masjid dari perkotaan sampai ke pelosok desa, merupakan potensi utama dalam mengoptimalkan peranan masjid sebagai sarana pembinaan umat, dengan mengimplementasikan fungsi - fungsi masjid sebagai berikut :

1. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maksudnya adalah dengan berkumpulnya umat Islam dalam rangka melaksankan shalat jama‟ah di masjid akan mengarahkan segenap Muslimin dan Muslimat untuk semakin memperkokoh


(28)

keutuhan persatuan dan persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah).

2. Fungsi masjid sebagai Pewaris nilai - nilai ajaran agama Islam, dengan memposisikan masjid menjadi tempat pengajaran, pendidikan Islam dan pengembangan ilmu.

3. Fungsi Dakwah, yakni masjid dapat dimanfaatkan para Dal (Muballigh dan Muballighat) untuk memberikan fatwa atau nasehat agama kepada segenap umat Islam di sekitarnya.

4. Sebagai penghimpun khasanah ilmu pengetahuan dengan menempatkan sarana perpustakaan.

5. Masjid dapat berfungsi sebagai tempat bermusyawarah terhadap berbagai persoalan umat.

2.6. Pendekatan Pemilihan Tapak dan Lokasi 2.6.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara adalah salah satu pusat pelayanan terpadu bagi Provinsi Sumatera Utara menurut Peraturan Daerah. Kota Medan menjadi pusat berbagai kegiatan untuk melayani provinsi Sumatera Utara. Adapun kriteria dalam pemilihan lokasi untuk proyek ini adalah :

No. Kriteria Lokasi

1. Rencana Umum Tata

Ruang Kota (RUTRK) Kota Medan

Wilayah lokasi pembangunan yang memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan yang disesuaikan dengan RUTRK Kota Medan. Yaitu pada subpusat pelayanan kota Medan Selayang ditetapkan di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda, meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Baru (kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor.

2. Tinjauan terhadap Struktur Kota

Berada di pusat kota yang merupakan daerah pusat pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan.

3. Pencapaian Lokasi tapak yang mudah dicapai, dan adanya sarana transportasi umum yang melewati lokasi site. 4. Area Pelayanan Lingkungan sekitar merupakan lingkungan dengan Tabel 2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi


(29)

imej yang bagus dan berbudaya serta sesuai dengan fungsinya dengan lingkungan sekitar yang dapat mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun.

Peruntukan lahan ditentukan menurut RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) Medan yang dibagi dalam beberapa pusat pelayanan Kota Medan, seperti terlihat pada tabel berikut :

NO PUSAT

PELAYANAN

FUNGSI WILAYAH PELAYANAN

A Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota

 Pusat kegiatan perdagangan/bisnis;  Pusat kegiatan jasa dan

kegiatan pemerintahan provinsi dan kota;

 Pusat pelayanan ekonomi

 Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur, kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;

 Provinsi Sumatera Utara  Internasional

B Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara

 Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional

 Pusat pelayanan transportasi;  Pusat kegiatan sosial-budaya  Pusat kegiatan industri

 Kota Medan Bagian Utara;

 Provinsi Sumatera Utara  Regional

1 Subpusat pelayanan kota Medan Belawan

 pusat pelayanan transportasi laut,

 pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,

 pusat kegiatan industri, dan  pusat kegiatan perikanan

 Kec. Medan Belawan

2 Subpusat pelayanan kota

 Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan

 Pusat pelayanan transportasi

 Kec. Medan Labuhan Tabel 2.2. Sub Pusat Pelayanan Kota Medan


(30)

Medan Labuhan  Pusat pelayanan kesehatan

3 Subpusat pelayanan kota Medan Marelan

 Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk);  Pusat kegiatan rekreasi dan

wisata

 Kec, Medan Marelan;  Kabupaten Deli Serdang

4 Subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis  Pusat pelayanan olahraga

 Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan

Tembung 5 Subpusat

pelayanan kota Medan Area

 Pusat pelayanan ekonomi  Pusat pelayanan transportasi

 Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan Amplas

6 Subpusat pelayanan kota Medan Helvetia

 Pusat pelayanan ekonomi  Pusat pelayanan transportasi

wilayah bagian Barat

 Pusat kegiatan sosial-budaya

 Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal

8 Subpusat pelayanan kota Medan Selayang

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis  Pusat Pendidikan

 Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor

9 Subpusat pelayanan kota Medan Timur

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis

 Pusat pelayanan transportasi (TOD);

 Pusat kegiatan sosial-budaya

 Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat

2.6.2. Alternatif Lokasi Tapak

Lokasi yang dipilih terletak di kecamatan Johor. Adapun alternetif tapak adalah sebagai berikut:


(31)

Alternatif A

Luas : 3,5 Ha GSB : 10 M.

KDB : 60% KLB : 1-3

Lokasi terletak pada Jalan Karya Wisata. Lokasi ini sangat memungkinkan sebagai lokasi proyek ini karena letaknya di apit oleh 2 perumahn dan mudah dicapai.

Batas-batas :

- Utara : Perumahan - Timur : Jalan Karya Kasih - Selatan : Perumahan - Barat : Rumah Penduduk Posisi terhadap Struktur Ruang Kota :

- Berada pada sub pelayanan Medan Selayang, tepatnya pada kecamatan Medan Johor.

Alternatif B

Luas : 3 Ha GSB : 10 M KDB : 60% KLB : 1-3

Lokasi terletak pada persimpangan Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Kasih. Lokasi ini sangat memungkinkan sebagai lokasi proyek ini karena letaknya sangat strategis (di sekitar site merupakan permukiman penduduk), berada di persimpangan dan mudah dicapai.


(32)

Batas-batas :

- Utara : Jalan Karya Asih - Timur : Rumah Penduduk - Selatan : Rumah Penduduk - Barat : Jalan Karya Wisata

Posisi terhadap Struktur Ruang Kota :

- Berada pada sub pelayanan Medan Selayang, tepatnya pada kecamatan Medan Johor.

Pemilihan Lokasi Site

Kriteria Lokasi

Alternatif A Alternatif B

Tingkatan Jalan (5)

Jalan Kolektor Sekunder Tingkat kebisingan rendah (5) Jalan Kolektor Sekunder Tingkat kebisingan rendah Pencapaian ke

Lokasi

(5)

Mudah karena dapat diakses dengan kendaraan pribadi maupun angkutan

umum

(5)

Mudah karena dapat diakses dengan kendaraan pribadi maupun angkutan

umum

Lokasi Site (4)

Berada di pinggir Jalan Karya Wisata

(5) Berada di persimpangan jalan, Tabel 2.3. Penilaian Site


(33)

yaitu Jalan Karya Wisata dan Jalan

Karya Kasih Jangkauan

terhadap Struktur Kota

(3)

Berada cukup jauh dengan pusat kota dengan kepadatan penduduk sedang dan merupakan daerah pengembangan pendidikan dan rekreasi (4)

Berada cukup dekat dengan pusat kota dengan kepadatan penduduk sedang dan merupakan daerah pengembangan pendidikan dan rekreasi Fungsi Pendukung Sekitar Lokasi (4) Permukiman penduduk (2 perumahan), sekolah dan pertokoan (5) Permukiman penduduk (3 perumahan)dan pertokoan

Total Nilai 21

2

24 1 Keterangan :

5 : Baik Sekali 4 : Baik 3 : Cukup 2 : Kurang 1 : Kurang Sekali Maka dari hasil kriteria di atas, lokasi yang tepat untuk dibangun Masjid Raya adalah di persimpanga Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Kasih dengan poin 24.

2.7. Jenis Kegiatan di Masjid

Jenis kegiatan yang akan berlangsung di Masjid Raya ini adalah: a. Kegiatan Ibadah

Kegiatan ini merupakan kegiatan utama yang akan dilakukan masyarakat muslim di kecamatan Johor. Diharapkan Masjid Raya menjadi pusat beribadah untuk sebagian besar masyarakat muslim di Johor. Dengan rincian:

- Bangunan mampu menampung kapasitas shalat berjama‟ah minimal 5% jema‟ah umat islam di Kecamatan Medan Johor, baik pria maupun wanita dimana pria dan wanita dipisahkan secara sistematis.


(34)

- Disediakan Plaza – plaza dan ruang – ruang terbuka yang berfungsi untuk menjamin pencahayaan alami, dan berfungsi untuk perluasan Masjid pada perayaan Idul fitri dan Idul Adha, serta perayaan hari besar islam lainnya yang

dilakukan di luar ruangan dengan kapasitas minimal 5% jema‟ah umat islam di

kecamatan Medan Johor.

- Kapasitas total masjid dapat menampung 10% penduduk muslim di kecamatan Medan Johor. Ruang terbuka dapat dimanfaatkan sebagai ruang serba guna (multi purpose) yang diantaranya sebagaian dapat digunakan sebagai tempat parker pada hari biasa diluar hari besar umat islam.

b. Kegiatan Pendidikan

Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan Akidah Islam dan untuk memberikan pendidikan moral. Sehingga diharapkan masyarakat

mengetahui kelebihan untuk shalat berjama‟ah di Masjid, mengutamakan shalat di

Masjid dari pada di rumah, dan mengetahui akidah islam dan hukum syara‟ yang ada. Kegiatan ini membutuhkan fasilitas:

- Fasilitas pendidikan Islam (cth Taman Pendidikan Al –Qur‟an) - Pusat Pengembangan Bahasa, Komputer, dan Teknologi - Asrama Siswa bagi pendidikan diatas

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Keislaman.

c. Kegiatan Hubungan Umat (Muamalah) Kegiatan ini memerlukan fasilitas:

- Kantor Pengelola yang dapat menampung seluruh manajemen Masjid termasuk Kenaziran

- Fasilitas Perbelanjaan dan UKM (berprinsip pada ekonomi Syariah) - Perkantorn dan Perbankan (dengan berazazkan prinsip Syariah) - Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit / Poliklinik)

- Gedung Pertemuan Umum (untuk menampung kuliah umum, dakwah, pesta pernikahan, dan lainnya)

d. Kegiatan Dakwah

Kegiatan ini memerlukan fasilitas:

- Fasilitas komunikasi, minimal untuk penyiaran dakwah (studio Radio) - Perpustakaan Umum


(35)

Kelompok Kegiatan di Ruang Utama

Jenis

Kegiatan Macam Ruang Kegiatan Sifat

Ruang Utama

R. Shalat Shalat Semi Publik

R. Imam Memimpin Shalat Privat

R. Bilal Adzan Privat

R. Audio Semi Publik

R. Wudhu Pria Bersuci Publik

R. Wudhu Wanita Bersuci Publik

KM/WC Pria Publik

Km/WC Wanita Publik

Gudang Semi Privat

Fasilitas Pendukung dan Pemberdayaan Umat

Jenis Kegiatan Macam Ruang Kegiatan Sifat

Pengelola (Remaja Masjid)

R. Kepala Pengelolaan

Eksternal Privat

R. Sekretaris Pengelolaan

Internal Privat

R. Admisnistrasi Administrasi Semi Publik

R. Rapat Rapat Semi Publik

Pantri Minum / Makan Semi Publik

Gudang Penyimpanan Privat

Toilet Publik

Perpustakaan

Hall Penerima Publik

R. Baca Membaca Publik

R. Peminjaman Meminjam Buku Publik R. Koleksi Buku Pajangan Buku Publik R. Penitipan Penitipan Barang Publik Tabel 2.4. Kelompok Kegiatan dan Ruang Utama


(36)

Barang

R. Fotocopy Fotocopy Publik

Gudang Buku Penyimpanan Privat

R. Pengelola Administrasi Privat

Toilet Publik

BAZIZ

R. Tunggu Penerima Publik

R. Administrasi Administrasi Semi Publik

Gudang Penyimpanan Privat

R. Rapat Rapat Privat

Gudang Penyimpanan Privat

Toilet Publik

Pendidikan Al - Qur'an

R. Pengelola Administrasi Semi Publik

R.Rapat Diskusi, Rapat Privat

R. Kelas Belajar Semi Publik

Toilet Publik

Poliklinik

Hall Pendaftaran/Tunggu Publik

R. Konsultasi Konsultasi Publik

R. Administrasi Administrasi Semi Publik R. Farmasi Penyimpanan Obat Semi Publik

R. Rapat Rapat Privat

Gudang Penyimpanan Privat

Toilet Publik

Gedung Serba Guna (GSB)

R. Penerima Penerima Publik

R. Serba Guna Seminar, nikah, dll Publik

R. Sound System Privat

Toilet Publik

Pelayanan Teknik

R. Generator Penyimpanan

Genset Privat

R. Panel Kontrol Listrik Privat

Gudang Penyimpanan Privat

R. Pompa Kontrol Tekanan Air Privat


(37)

2.8. Studi Banding Judul Sejenis

2.8.1. Masjid Agung Al – Fateh, Manama, Bahrain

Masjid Agung Al-Fateh berada di kota Manama, ibukota Bahrain yang di klaim sebagai salah satu masjid dengan ukuran terbesar di dunia, dengan ukuran 6500 meter persegi dan dapat menampung 7000 jemaah sekaligus. Meskipun disebut sebut sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, masjid Agung Al-Fateh kalah jauh bila dibandingkan dengan daya tampung Islamic Center Samarinda (Kalimantan Timur) yang memiliki kapasitas hinga 40 ribu jemaah sekaligus.

Masjid Agung Al-Fateh merupakan bagian dari Islamic Center Ahmad Al-Fateh. Pusat ke-Islaman ini termasuk di dalamnya adalah Masjid Agung Fateh, pusat studi

Al-Qur‟an dan Perpustakaan Islam. Dibangun atas perintah dari AmirBahrain, Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa. Proyek pembangunan kawasan ini dimulai dengan upacara peletakan batu pertama pada bulan Desember 1983. Proses pembangunannya dimulai tahun 1984 dan diresmikan langsung oleh beliau tahun 1988. Nama Al-Fateh yang melekat pada nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan kepada mendiang Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain.

Masjid Agung Al-Fateh berukuran 6500 meter persegi mampu menampung 7000 jemaah sekaligus. Keseluruhan lantai masjid ditutup menggunakan batu pualam dari Italia termasuk beberapa bagian besar dindingnya, sedangkan lampu gantungnya dibuat khusus di Austria. Pintu pintu masjid ini dibuat dari bahan kayu teak wood dari India, kubah besar masjid dibuat dari bahan fiberglas, dan merupakan kubah fiberglass terbesar di dunia.

Sedangkan interior masjid dihias dengan lukisan kaligrafi dengan fola Kufi yang merupakan salah satu fola penulisan kaligrafi tertua di dunia. Masjid Agung Al-Fateh


(38)

dibangun oleh mendiang Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa ditahun 1987 dan dinamai sesuai dengan nama dari Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain. Sejak tahun 2006, Masjid Agung Al-Fateh juga menjadi tempat bagi Perpustakaan Nasional Bahrain (National Library of Bahrain).

Watak dari seni Islami berfokus kepada penggambaran pola pola tertentu dan kaligrafi arab, dan menghindari bentuk bentuk figure tertentu karena penggambaran figure manusia dalam seni ditakutkan akan menggiring kepada pengkultusan dan menggiring kepada kesyrikan. Demikian pula dengan seni islami yang di aplikasikan pada masjid Agung Al-Fateh di kota Manama ini, yang di dominasi oleh bentuk bentuk geometris dan pengulangan bentuk bentuk yang sudah ada serta seni Kaligrafi.

2.8.2. Masjid Shah Faisal Islamabad, Pakistan

Masjid Shah Faisal merupakan landmark Kota Islamabad, Pakistan. Masjid itu terletak di bagian utara Kota Islamabad dengan latar belakang Bukit Margalla. Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah di dunia.


(39)

Kemegahan bangunan masjid ini juga dideskripsikan oleh Khaled dalam buku tersebut. ''Masjid Shah Faisal yang terkenal sebagai (salah satu) masjid terbesar di dunia, yang tampak agung dengan pilar-pilar beton raksasa dan menara-menaranya yang menjulang tinggi.''

Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi ini, secara arsitektural, memasukkan gaya Asia Selatan, Arab, dan Turki. Dengan perpaduan ini, bisa dikatakan bahwa Masjid Shah Faisal merupakan salah satu contoh arsitektur Islam modern di dunia.

Di atas masjid, terdapat lampu hias raksasa seberat 75 ton. Selain itu, pada bagian atap masjid, terdapat 1.000 buah lampu gelembung yang penggunaannya didesain secara elektronik.

Gambar 2.6. Tampak depan Masjid Shah Faisal


(40)

Pada bagian luar masjid, terdapat empat buah tiang raksasa setinggi 90 meter yang mengapit seluruh bangunan masjid. Keempat tiang raksasa ini juga berfungsi sebagai menara masjid. Bangunan menara masjid mengadopsi desain arsitektur Turki tradisional dan merupakan menara masjid tertinggi di kawasan Asia Selatan.

Tidak seperti desain masjid tradisional pada umumnya yang dilengkapi kubah berbentuk bundar (bulat), bangunan Masjid Shah Faisal tidak memiliki kubah. Sebagai ganti dari kubah, sang arsitek Vedat Dalokay merancang sebuah bangunan mirip kubah kulit kerang sebanyak delapan buah, masing-masing setinggi 40 meter.

Menurut perancangnya, kubah tersebut menggambarkan tenda khas padang pasir. Kubah unik ini ditopang oleh empat balok raksasa yang ada di dalam masjid.

Sementara itu, di bagian ruang utama yang merupakan ruang shalat, terdapat sebuah candelabra (lampu) kristal besar. Sedangkan, dinding pada ruang shalat dihiasi dengan mozaik dan tulisan kaligrafi yang merupakan hasil karya seniman ternama asal Pakistan, Sadequain.

Pola mozaik menghiasi dinding bagian barat, sedangkan tulisan kaligrafi yang membentuk pola bayangan cermin menghiasi dinding bagian timur.


(41)

2.8.3. Masjid Imam Isfahan, Iran

Berada di kawasan Grand Bazaar Esfahan, Masjid Imam termasuk bangunan paling megah di kota Isfahan. Masjid ini kian indah dengan empat menara yang menjulang setinggi 160 kaki. Sebagian besar masjid ini dibangun dari bahan keramik dan batu piruz. Keindahan dan kemegahan Masjid Imam kian kentara dengan kehadiran sebuah kolam besar di tengah pelataran masjid. Karenanya, Masjid Imam menjadi center point areal Grand Bazaar Esfahan.

Masjid yang dibangun pada abad ke-17 M ini semula dikenal dengan nama Masjid Shah. Nama tersebut mengacu kepada penguasa Safawi yang memerintah di Isfahan pada masa itu, Sultan Shah Abbas I. Shah Abbas I merupakan salah satu kepala negara yang getol melakukan pembangunan fisik kota Isfahan. Konon, proses pembangunan masjid ini memakan waktu hingga 20 tahun lamanya. Arsitektur masjid dirancang oleh Ali Esfahani di atas lahan total seluas 12.264 meter persegi.


(42)

Masjid Imam merupakan masjid yang menerapkan pola arsitektur Sejuk dengan menampilkan lengkung-lengkung iwan yang membentuk sebuah beranda yang sangat besar yang terdapat di setiap sentral sisi-sisi pelataran. Pembangunan masjid ini diperkirakan menghabiskan 18 juta batu bata dan 472.500 keramik.

Hampir seluruh dinding masjid ditutup keramik mozaik dengan perpaduan warna biru (turquise) dan coklat, serta kuning. Ada juga penutup tiang dari marmer hijau yang tampak amat jernih. Motif keramik bervariasi dari bunga hingga pola geometris (perpaduan Indo Europian dan Sasanid).

Seperti halnya masjid-masjid lain di Iran, masjid ini pun mempunyai kubah besar yang ditempatkan di arah kiblat. Selain itu pada beberapa bagian masjid tampak kubah-kubah kecil yang juga khas bangunan rumah di Iran yang disebut 'kiosk'. Menurut kamus, 'kiosk' bermakna pola bangunan di Iran dan Turki yang atapnya disangga banyak pilar.

Gambar 2.11. Detail Gerbang Masjid Imam Isfahan


(43)

Teknik ini sudah lama dipakai di kawasan Persia, bahkan penemunya pun diklaim para arsitek Persia kuno, walaupun lebih berkembang di Turki pada masa Dinasti Ottoman (Turki Utsmani). Para arsitek Persia ini dianggap berhasil menemukan teknik membangun kubah bundar di atas pondasi segi empat dengan keempat lengkung diagonalnya.

Kubah Masjid Imam ini oleh banyak arkeolog dan pengamat arsitektur klasik dipandang sebagai karya kubah dengan ubin berwarna masa Safawi yang paling brilian. Penilaian itu lebih karena pada keindahan motif dan komposisi warnanya. Selain itu, juga bentuk pecahan ubin yang mengikuti bentuk lengkungan pada bagian kubah dan juga pada menaranya yang berbentuk silinder.

Selain kedua unsur tadi (kubah dan menara), gerbang masuk utama masjid sebagian besar juga dilapisi oleh glazed tiles dengan pola lukisan yang tidak sederhana dengan warna yang beragam pula. Teknik ini, pada masa itu dianggap lebih efisien daripada menggunakan mosaik tile.


(44)

Masjid Imam juga menjadi salah satu bukti kecanggihan perkembangan teknologi arsitektur Islam pada abad pertengahan. Satu hal yang juga telah dipikirkan arsitek masjid pada abad ke-17 ini adalah bangunan tahan gempa. Arsitek Iran memahami bahwa wilayahnya termasuk ring of fire dan ring of earthquake. Jadi, mereka harus mendesain bangunan yang kokoh dan tak goyah oleh gempa. Buktinya, berabad-abad masjid itu masih tegak berdiri.

Di Masjid Imam, tiang-tiang utama penyangga bangunan dibuat beberapa lapis. Tiang dengan tinggi sekitar 50 meter dibagi menjadi empat bagian mulai dari dasar, bawah, tengah, dan penopang atap. Pada setiap pertemuan antarsisi terdapat besi dan kayu yang menyerupai per. Sehingga, jika gempa mengguncang, tiang hanya akan bergoyang dan bangunan pun tetap berdiri hingga sekarang.

2.8.4. Masjid Al Hurriyah, Bogor (Institut Pertanian Bogor)

Gambar 2.14. Gerbang depan yang seluruhnya dilapisi keramik


(45)

Masjid Al Hurriyah terletak di bagian dalam kampus IPB Darmaga, Bogor. Masjid Al Hurriyyah berdiri pada tahun 1965 dengan bentuk yang kecil, sederhana dan berada di tengah hutan. Pada tahun 1992, di sebelah kiri mesjid Al Hurriyyah yang pertama di bangun mesjid yang lebih besar, yang mampu menampung jamaah 1.000 orang tahun.

Bangunan masjid ini cukup unik karena atapnya hampir menyerupai topi Mexico, terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama merupakan tempat wudhu yang sangat luas dan lobi masjid banyak digunakan untuk sarana penjualan buku-buku Islami dan aksesoriesnya. Lantai kedua adalah ruang salat utama yang dilengkapi dengan mimbar dan sound system. Lantai ketiga digunakan untuk tempat salat muslimah. Pada bagian luar bangunan juga terdapat sebuah rumah yang dihuni oleh ustadz, dan di sampingnya berjejer ruang kamar yang dihuni oleh para santri putra DKM Al Hurriyah.

Gambar 2.16. Aksonometri Masjid Al Hurriyah


(46)

Bentuk segitiga yang terdapat pada dinding masjid, diambil dari ide dasar master plan Kampus Institut Pertanian Bogor di Darmaga. Atap berbentuk kuncup limas yang dikomposisian sedemikian rupa merupakan ciri tradisional. Bidang-bidang segitiga dimanfaatkan untuk pencahayaan dan sirkulasi udara secara alami. Konsep segitiga merupakan perwujudan dari ajaran Islam yang mengajarkan hablumminallah, hablumminannaas, dan hubungan dengan alam lingkungan. Penggunaan bidang-bidang segitiga yang diputar dan dikomposisikan dalam bangunan ini merupakan penerapan seni Islam yang berbentuk geometrik pattern yang juga telah digunakan dalam tradisi bangunan Islam. Diketahui pula, segitiga ialah bentuk paling stabil dalam ilmu mekanika.

2.8.5. MESJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA

1. Maksud Pembangunan

Untuk memenuhi kebutuhan beberapa fasos/ fasum yang isyaratkan untuk kawasan hunian Pondok Indah, juga sebagai pusat dakwah, sosial dan pusat pendidikan sehingga diharapkan dapat menghasilkan masyarakat yang berilmu dan beramal yang didasari taqwa kepada Allah SWT.

2. Lokasi

Lokasinya terletak di seberang jalan utama dari arah Utara Jl. Sultan Iskandar Muda, menjadikan mesjid ini sebagai Land Mark memasuki kawasan tersebut. Lahan yang tersedia untuk tapak mesjid berbentuk segitiga yang diapit oleh Jl. Iskandar Muda dan kali Grogol dengan luas lahan 6000 m2 dengan permukaan tanah berada 1,20 m lebih tinggi dari permukaan jalan.

3. Arsitektural

Dalam usaha menggali dan merancang bentuk-bentuk baru serta tetap mencerminkan sebagai bangunan tropis, penggunaan bentuk-bentuk geometris kubus dan sudut 450 sangatlah mendukung penciptaan bentuk tersebut.

Bintang segi delapan yang dikenal dan sering dipakai dalam motif-motif kaligrafi islam, merupakan ide dasar pengembangan desain pola dan pattern arsitektur mesjid ini.


(47)

Mesjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk sholat utama sedangkan lantai bawah digunakan untuk ruang serba guna. Secara keseluruhan mesjid ini dapat menampung sekitar 2600 jamaah di lantai atas dan bawah.

Struktur bangunan mesjid ini dibuat dari beton bertulang dan rangka atap baja. Semua material dan struktur finishingnya diusahakan menggunakan bahan dari alam dengan maksud supaya umat yang menggunakan mesjid ini akan lebih dekat dengan alam dan dapat menghayati kebesaran Sang Pencipta.

Gambar 2.18. Masjid Raya Pondok Indah


(48)

BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema

Pengertian Arsitektur Islam dapat diketahui dengan mengerti arti masing- masing kata.

Arsitektur

Adapun beberapa pengertian Arsitektur adalah:

• Kata arsitektur berasal dari bahasa yunani, yaitu archjtekton yang terbentuk dari dua suku kata, yakni arkhe yang bermakna asli, awal, otentik, dan tektoo yang bermakna berdiri stabil dan kokoh.

• Arsitektur merupakan lingkungan buatan yang tidak hanya menjembatani antara manusia dan lingkungan total, melainkan sekaligus merupakan wahana ekspres cultural, untuk menata kehidupan jasmaniah, psikologi dan social manusia. (Arsitektur, manusia, dan pengamatannya)

• Menurut Le Corbusier Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan dengan tepat, penuh pemahaman dan magnifisen. Massa- massa itu disatukan dan ditonjolkan dalam suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, silinder, piramid, yang merupakan bentuk- bentuk primer yang kegunaannya jelas.

Islam

• Pengertian menurut etimologi dan lugowiyah/harfiahnya :

Kata islam berasal dari bahas arab “AslamaAslama berarti : taat dan berserah diri pada Allah.

„Islam‟ adalah agama yang diturunksn oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad

SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesamanya.

• Islam juga mengandung pengertian selamat, sejahtera.

• Islam dapat juga berarti sebagai suatu pedoman hidup (kepercayaan) yang dianut oleh para kaum muslim dengan Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Muhammad adalah utusanNya dan tunduk serta patuh pada perintah Allah.


(49)

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat diambil pengertian dari tema “ Arsitektur Islam

sebagai berikut:

Ruang atau tempat hidup manusia untuk mencapai kebahagian dengan nilai-nilai islam yang tunduk dan patuh pada perintah Allah dan Muhammad sebagai utusanNya dalam hal ini Al-quran dan As-sunnah.

Dalam pengertian lainnya:

Suatu seni bangunan dalam perencanaan ruang aktivitas bagi kaum muslim yang berlandaskan pada kaidah estetika yang islami. Arsitektur Islam merupakan seni merancang bangun dengan memperhatikan struktur yang fungsional serta memenuhi kaidah estetika Islam, suatu kaidah yang bertolak dari pengakuan akan keesaan Allah SWT.

Menurut Ir. Ahmad Noeman, arsitektur islam adalah :

Arsitektur Islam adalah gagasan - gagasan dan karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan islam tentang Arsitektur.

Menurut Ir. Adhi Murseid, arsitektur islam adalah :

Arsitektur Islam merupakan hasil karya seni individu maupun masyarakat muslim, untuk kepentingan hidup mereka agar dapat melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya, sehingga esensi dasar dari sebuah arsitektur yang islami adalah pemanfaatan bagi umatnya

3.2. Latar Belakang Pemilihan Tema

Ditinjau dari defenisi dasarnya, bahwa sesungguhnya Arsitektur Islam itu adalah suatu bentuk, tempat, atau bangunan yang dapat mengakomodasikan segala kegiatan ibadah umat islam tanpa terkecuali. Tempat atau bangunan tersebut kemudian mengalami perkembangan fungsi.

Latar belakang pemilihan tema Arsitektur Islam pada kasus proyek ini berhubungan erat dengan tujuan proyek Masjid Raya Johor, yaitu :


(50)

• Merancang suatu desain bangunan Arsitektur yang bernilai Islami serta memiliki karakteristik yang mempresentasikan bentuk-bentuk yang bersandar pada konsep ajaran Islam.

• Menciptakan lingkungan nyaman yang bernuansa Islami.

3.3.

Interpretasi Tema

Dari defenisi yang di tinjau pada pembentukan kata “Arsitektur Islam” tersebut, maka definisi dasar dari Arsitektur Islam sudah dapat di mengerti. Namun sebuah Arsitektur Islam tidak dapat di pahami hanya dengan menggunakan metode definisi tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya penafsiran lebih lanjut tentang Arsitektur Islam. Bagaimana mulanya arsitektur islam itu berkembang dan bagaimana cirri-ciri nya sehingga sebuah arsitektur dapat dikatakan sebagai Arsitektur Islam.

3.3.1 Sejarah Arsitektur Islam

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama Islam, rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul. Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim, berhala, dan beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang penggunaan simbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan binatang.

Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan wilayah yang sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru, yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu mesjid. Perkembangan mesjid di


(51)

saat-saat awal ini sangat sederhana sekali, bangunan mesjid tidak lain berupa tiruan dari rumah nabi Muhammad atau terkadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan yang telah ada sebelumnya, misalnya gereja.

3.3.2. Kaidah Arsitektur Islam

Arsitektur Islam memiliki kaidah dalam merancang bangunan, diantaranya1:

a. Didalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen yang makhluk hidup yang utuh

b. Didalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada yang Maha Indah Allah SWT.

c. Hasil Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan.

d. Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan prilaku. e. Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.

f. Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar.

g. Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.

h. Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam.

3.3.3. Perencanaan Arsitektur Islam

• Orientasi ke arah kiblat (khusus Mesjid).

• Keseimbangan. Prinsip ini salah satunya diterapkan melalui penerapan unsur-unsur geometris.

• Mengalir, membentuk alur dari pemakaian ormamen seperti besar kecil, membuat bukaan untuk menciptakan suasana mengalir.

• Arsitektur Islam selalu selaras dengan lingkungannya.

Memafaatkan sepenuhnya cahaya dan bayangan, kehangatan, angin, dan sirkulasinya, air dan efek penyejukannya, tanah dan ciri-ciri isolatifnya serta sifat-sifat proyektif terhadap cuaca.

Senantiasa melakukan perubahan sedikit mungkin untuk menciptakan lingkungan yang manusiawi, menjauhi pengingkaran titanis. Menunjukkan penghargaan pada topografi alam seperti bentuk tanah, aliran air, hutan dan

1


(52)

cuaca, juga menekankan kepada siapa ia harus memberikan tanggapan. Dalam hal ini arsitektur islam memanfaatkan kondisi lingkungan sebaik mungkin.

• Privacy space yang diterapkan melalui pemisahan ruang.

• Kesederhanaan.

3.4. Keterkaitan Tema dan Judul

Pandangan, pendengaran, haptic dan peradaban adalah komponen-komponen utama yang dapat mendukung berhasil tidaknya suatu karya arsitektur. Dalam mengartikan suatu karya arsitektur secara spontan, umunya dilakukan dengan menggunakan semacam pola evaluasi dari pengadaan karya arsitektur sebelumnya.

Kasus proyek yang akan direncanakan merupakan suatu kawasasn Masjid Raya yang dilengkapi dengan fasilitas untuk pemberdayaan umat yang sesuai dengan konsep ajaran islam yang murni dan syar‟i. sehingga untuk mewujudkannya sangat erat dengan pembentukan lingkungan yang memiliki ciri khas Arsitektur Islam yang bersandar pada konsep utama ajaran islam (Al-quran dan As-sunnah).

3.5. Kesimpulan

Bangunan berarsitektur islami/syari‟ah dapat diringkas sebagai:

- Hemat energi, dalam pemakaian / pemeliharaan.

- Terdapat pemisahan yang jelas (Hijab) antara kaum wanita dan pria, terutama dalam mengambil wudhu dan sirkulasi di dalam masjid.

- Memiliki ruang khusus untuk Remaja Masjid (sebagai pengelola).

- Memiliki ruang untuk mengembangkan diri dan meningkatkan ilmu / wawasan dan akidah, seperti perpustakaan atau ruang multimedia dan Tempat Pendidikan Al –

Qur‟an (TPA) atau persantren.

- Memberi rasa aman baik di luar maupun di dalam.

- Didesain tahan banjir, gempa, kebakaran, hama maupun polusi.

- Didesain akrab dengan tetangga.

Inilah prinsip-prinsip arsitektur syariah. Sekilas memang pada ruang dengan lahan luas, hal-hal ini relatif lebih mudah dipenuhi. Namun demikian, dengan pemikiran yang


(53)

seksama, sebenarnya ruang berlahan sempit pun dapat pula disiasati sehingga seluruh fungsi maqashidus syariah itu bisa terpenuhi.

3.6. Studi Banding Tema Sejenis

3.6.1. Masjid Agung Al – Fateh, Manama, Bahrain

Masjid Agung Al-Fateh2 berada di kota Manama, ibukota Bahrain yang di klaim sebagai salah satu masjid dengan ukuran terbesar di dunia, dengan ukuran 6500 meter persegi dan dapat menampung 7000 jemaah sekaligus. Meskipun disebut sebut sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, masjid Agung Al-Fateh kalah jauh bila dibandingkan dengan daya tampung Islamic Center Samarinda (Kalimantan Timur) yang memiliki kapasitas hinga 40 ribu jemaah sekaligus.

Masjid Agung Al-Fateh merupakan bagian dari Islamic Center Ahmad Al-Fateh. Pusat ke-Islaman ini termasuk di dalamnya adalah Masjid Agung Fateh, pusat studi

Al-Qur‟an dan Perpustakaan Islam. Dibangun atas perintah dari AmirBahrain, Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa. Proyek pembangunan kawasan ini dimulai dengan upacara peletakan batu pertama pada bulan Desember 1983. Proses pembangunannya dimulai tahun 1984 dan diresmikan langsung oleh beliau tahun 1988. Nama Al-Fateh yang melekat pada nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan kepada mendiang Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain.

Masjid Agung Al-Fateh berukuran 6500 meter persegi mampu menampung 7000 jemaah sekaligus. Keseluruhan lantai masjid ditutup menggunakan batu pualam dari Italia termasuk beberapa bagian besar dindingnya, sedangkan lampu gantungnya dibuat khusus di Austria. Pintu pintu masjid ini dibuat dari bahan kayu teak wood dari India, kubah besar masjid dibuat dari bahan fiberglas, dan merupakan kubah fiberglass terbesar di dunia.

2

http://bujangmasjid.blogspot.com


(54)

Sedangkan interior masjid dihias dengan lukisan kaligrafi dengan fola Kufi yang merupakan salah satu fola penulisan kaligrafi tertua di dunia. Masjid Agung Al-Fateh dibangun oleh mendiang Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa ditahun 1987 dan dinamai sesuai dengan nama dari Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain. Sejak tahun 2006, Masjid Agung Al-Fateh juga menjadi tempat bagi Perpustakaan Nasional Bahrain (National Library of Bahrain).

Watak dari seni Islami berfokus kepada penggambaran pola pola tertentu dan kaligrafi arab, dan menghindari bentuk bentuk figure tertentu karena penggambaran figure manusia dalam seni ditakutkan akan menggiring kepada pengkultusan dan menggiring kepada kesyrikan. Demikian pula dengan seni islami yang di aplikasikan pada masjid Agung Al-Fateh di kota Manama ini, yang di dominasi oleh bentuk bentuk geometris dan pengulangan bentuk bentuk yang sudah ada serta seni Kaligrafi.

Bentuk Bentuk Geometris

Pola geometris mendominasi wajah masjid Agung Al-Fateh, mulai dari lantai pualamnya, karpet, dinding, hingga pintu dan jendela, meskipun sebenarnya karya seni pola geometris ini awalnya bukanlah bagian dari seni Islam, namun fakta bahwa seni merupakan bentuk ekspresi tidak dapat dipungkiri, interprestasi yang paling lumrah dari

pola pola tersebut adalah bahwa “Tuhan yang maha kuasa memiliki kekuasaan yang tak

terbatas, disimbolkan dalam pola geometri dengan pengulangan pola geometris awal disusul yang berikutnya begitu seterusnya”


(55)

Kaligrafi

Kaligrafi bagi seorang muslim merupakan bentuk ekspresi visual dalam konsep spiritual dengan mengambil ayat ayat suci Al-Qur‟an sebagai materi utama, memainkan peran penting dalam melestarikan bahasa Arab Al-Qur‟an ke dalam arsitektural Islam. Seni penulisan kaligrafi bergaya Kufi merupakan salah satu karya seni kaligrafi paling tua yang masih eksis dan menjadi rujukan utama bagi para kaligrafer dunia termasuk yang dikembangkan dan di gunakan di Masjid Agung Al-Fateh ini.

Istilah Kufi diambil dari nama kota Kufa di Iraq, meskipun seni penulisan hurup arab jenis tersebut telah dikenal sejak zaman Mesopotamia setidaknya 100 tahun sebelum berdirinya kota Kufa. Seni Kufi terdiri dari garis garis lurus dan sudut, seringkali dengan persilangan horizontal dan vertical, jenis seni ini yang digunakan dalam penulisan

Al-Qur‟an untuk pertama kali ketika dibukukan sebagai sebuah mushaf. Hurup hurup itu masih digunakan di berbagai dunia islam melalui perjalanan panjang dan pada ahirnya melahirkan perbedaan diberbagai daerah.

Mihrab

Mimbar pada prinsipnya adalah sebuah ruang kecil di sisi kiblat sebuah masjid tempat khusus bagi imam saat memimpin sholat berjamaah. Mimbar di masjid Agung Al-Fateh dibuat seperti kebanyakan mimbar mimbar masjid Timur Tengah dengan bentuk setengah lingkaran dengan tujuan agar suara imam memantul ke seantero ruangan. Mihrab di masjid ini hanya dipakai dalam sholat fardhu Jum‟at dan dua hari raya. Di hari biasa disediakan tempat lebih ke tengah ruangan berupa bentuk mihrab movable dari kayu berukir.

Gambar 3.3. Ornamen indah di dalam kubah masjid Agung Al-Fateh, Manama, kaligrafi Kufi di ukir melingkar pada cincin dalam kubah


(56)

Mimbar

Mimbar di zaman Rosullulloh S.A.W berupa landasan dengan tiga anak tangga tempat beliau menyampaikan khutbah. Dalam perkembangan selanjutnya mimbar berkembang sedemikian rupa dalam berbagai bentuk meski memiliki fungsi yang sama sebagai tempat khatib menyampaikan khutbah. Fungsi utama dari sebuah mimbar adalah memberikan tempat yang lebih tinggi bagi khatib saat menyampaikan khutbah agar terlihat dengan mudah oleh jemaah yang hadir dari segala penjuru.

Mimbar di Masjid Agung Al-Fateh dibuat dari kayu berukir dengan ukuran cukup tinggi. Tangga mimbar tidak diletakkan di sisi depan seperti kebanyakan mimbar di masjid masjid Mesir tapi di sisi samping mihrab, sedangkan sisi depan mihrab yang menhadap ke jemaah justru dipasang pagar berukir setinggi pinggang. Tempat diletakkannya perangkat microphone.

Gambar 3.4. Interior ruang utama masjid Agung Al-Fateh dengan lampu gantung utamanya


(57)

Sahn / Courtyard / Halaman Tengah

Sahn dalam istilah arsitektural Islam adalah sebuah courtyard atau halaman tengah. Aslinya Sahn digunakan pada bangunan hunian, kebanyakan digunakan pada bangunan istana dan hunian sebagai semuan taman pribadi sang pemilik. Dalam perkembangannya Sahn digunakan diberbagai bangunan. Penggunaan Sahn dalam dunia arsitektur lebih kepada fungsionalnya sebagai ruang terbuka bagi sebuah komplek bangunan untuk memberikan ruang bagi fungsi ventilasi bangunan.

Sahn secar berkelanjutan digunakan dalam dunia arsitektural hingga pertengahan abad ke 20, ketika arsitektural modern mula menggunakannya pada hampir semua bangunan publik selain bangunan hunian. Di berbagai masjid sahn dipadu dengan dengan arkade disekelilingnya, memberikan keindahan tersendiri bagi induk bangunan, seperti yang terdapat pada Masjid Agung Al-Fateh.

Kubah Masjid Agung Al-Fateh

Kubah telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi wujud sebuah masjid secara universal, setidaknya sejak abad ke 12 yang lalu. Kubah menjadi salah satu fitur dominan dari sebuah masjid dan biasa dirancang dalam bentuk yang besar, tinggi dan dominan. Kubah masjid Agung Al-Fateh dibangun setinggi 40 meter (132 kaki) dari permukaan lantai dan berdiameter 25 meter. Sejak masa lalu kubah dibangun dengan bukaan yang tinggi dan jendela besar guna memberikan keleluasaan bagi ventilasi udara dan cahaya ke dalam masjid, kubah dengan kaidah seperti itu pertama kali digunakan dalam


(58)

arsitektural Islam di tahun 691 pada bangunan masjid Kubah Batu / Kubah Mas / Dome of the Rock / Qubatus Shakrah di Al-Quds (Jerusalem) – Palestina.

Kubah besar di puncak atap masjid Agung Al-fateh keseluruhannya dibuat dari bahan fiberglass seberat 60 ton dan menjadikannya sebagai kubah terbesar di dunia yang terbuat dari bahan fiberglass. Kubah masjid Al-fateh juga dilengkapi dengan 12 jendela kaca anti noda. Sisi bagian dalam kubah di lukis dengan pola geometris membentuk pola seperti bunga merekah pada sisi tengahnya dalam balutan warna warna cerah. Keindahan sisi dalam kubah besar ini dipercantik dengan serangkaian kaligrafi Kufi melingkar dibagian dalam cincin kubah.

Perpustakaan Ahmed Al-Fateh

Perpustakaan Ahmed Al-Fateh memiliki koleksi sekitar 7000 judul buku, beberapa diantaranya sudah berusia lebih dari 100 tahun. Termasuk di dalamnya adalah salinan dari buku buku hadist kuno, Ensiklopedia bahasa Arab, Ensiklopedia hukum Islam, pustaka pustaka terbitan Al-Azhar terbitan lebih dari seratus tahun lalu termasuk juga majalah majalah dan sejumlah terbitan berkala lainnya.


(59)

3.6.2. Masjid Agung Sheikh Zayed, Uni Emirat Arab

Masjid Agung Sheikh Zayed3 berada di kota Abu Dhabi, ibukota Kerajaan Uni Emirat Arab. Masjid yang begitu luar biasa ini dinamai sesuai dengan tokoh besar dibalik ide pembangunannya, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, tokoh nasional Uni Emirat Arab sekaligus pendiri Negara di Timur Tengah Tersebut. Beliau yang mencetuskan gagasan untuk membangun masjid ini dan melaksanakan proses awal pembangunannya. namun beliau wafat sebelum masjid impiannya ini terwujud.

Sheikh Zayed wafat di tahun 2004 dan proses pembangunan masjid ini diteruskan oleh putranya. Ketika diresmikan, Masjid Agung Sheikh Zayed menggondol berderet rekor dunia tidak saja sebagai masjid tapi juga sebagai sebuah karya arsitektural modern yang keindahannya memang tak terbantahkan. Diantara rekor rekor tersebut adalah : memiliki lampu gantung (chandelier) terbesar di dunia dan memiliki lembaran karpet dengan bentangan terluas di dunia. Masjid megah dan mengagumkan ini tidak saja menjadi kebanggaan warga Abu Dhabi tapi juga telah menjadi bagian dari kekayaan arsitektural dunia Islam secara keseluruhan.

Prinsip Pembangunan

Rancangan pembangunan masjid ini berlandaskan prinsip “unite the world”

dengan mengundang para seniman dan menggunakan material dari berbagai Negara

3

http://bujangmasjid.blogspot.com/2012/07/masjid-agung-sheikh-zayed-uni-emirat.html Gambar 3.8. Masjid Agung Sheikh Zayed


(60)

termasuk Italia, Jerman, Maroko, India, Turki, Iran, China, Inggris Raya, Selandia Baru, Yunani dan tentu saja dari Uni Emirat Arab sendiri. Lebih dari 3000 pekerja terlibat dalam proses pembangunannya, termasuk 38 perusahaan konstaktor. Material alami dipilih secara cermat karena memang material alami memiliki keunggulan kualitasnya yang tahan lama termasuk batu batu pualam, batu alam, emas, Kristal, keramik serta batu permata dari alam lainnya.

Pertimbangan untuk membangun masjid ini telah dimulai sejak tahun 1980-an, dengan penentuan lokasi masjid yang dipilih sendiri oleh Sheikh Zayed termasuk proses perancangannya hingga proses pembangunan dimulai pada tanggal 5 November 1996. Kapasitas daya tampung masjid sheikh Zayed mencapai 41.000 jemaah dengan luas keseluruhan bangunannya mencapai 22.412 meter persegi. Meskipun proses pengerjaan masjid masih belangsung namun ruang sholat di dalamnya sudah mulai difungsikan dengan ditandai pelaksanaan sholat Idul Adha tahun 2007.

Sebagi salah satu bangunan yang paling banyak menyedot pengunjung di UEA, maka dibentuklah Sheikh Zayed Grand Mosque Center pada tahun 2008 untuk menangani segala keperluan masjid ini, tidak saja sebagai tempat ibadah namun juga sebagai tempat pembelajaran melalui program program kunjungan ke masjid ini.

Fasilitas Masjid Agung Sheikh Zayed

Masjid Agung Sheikh Zayed dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan yang terletak di sisi utara menara masjid. Perpustakaan ini dilengkapi dengan buku buku klasik

Gambar 3.9. Masjid Agung Sheikh Zayed dari arah pelataran tengah (inner courtyard) siang, sore dan malam hari


(61)

dan buku buku cetakan terkait dengan Islam termasuk tentang ilmu pengetahuan dalam Islam, peradaban, kaligrafi, seni budaya, koin koin Islam hingga buku buku kuno terbitan 200 tahun yang lalu. Sebagi perwujudan dari keanekaragaman Islam perpustakaan ini menyediakan buku buku dan bahan terbitan dari berbagai bahasa termask bahasa Arab, Inggris, Prancis, Italia, Jerman dan Korea.

Arsitektural Masjid Agung Sheikh Zayed

Masjid Sheikh Zayed di inspirasi oleh pengaruh arsitektural Mughal (India, Pakistan, Bangladesh) dan Mooris (Maroko). Dibangun dengan 82 kubah bergaya Maroko dan semuanya dihias dengan batu pualam putih. Lengkap dengan pelataran tengahnya sebagaimana di masjid Badshahi di kota Lahore Pakistan yang bergaya Mughal. Kubah utama masjid ini berdiameter 32.8 meter dan setinggi 55 meter dari dalam atau sekitar 85 meter dari luar. Merujuk kepada Turkey Research Centre for Islamic History and Culture kubah ini merupakan kubah terbesar yang pernah dibuat dalam jenis yang sama. Secara keseluruhan arsitektural masjid Agung Sheikh Zayed dapat disebut sebagai fusi dari arsitektural Mughal, Moorish dan Arab.

Ukuran masjid seluas 22.412 meter persegi itu setara dengan lima lapangan sepakbola dan dapat menampung 40.960 jemaah sekaligus terdiri dari 7126 di ruang utama, 1960 di ruang sholat terbuka, 980 di ruang sholat wanita, 22.729 di area Sahan (Courtyard / pelataran tengah), 682 di selasar ruang utama dan 784 di selasar pintu masuk utama.


(1)

TUGAS AKHIR (TKA – 490)

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM

INDRA KESUMA – 090406031


(2)

TUGAS AKHIR (TKA – 490)

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM

INDRA KESUMA – 090406031


(3)

TUGAS AKHIR (TKA – 490)

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM

INDRA KESUMA – 090406031


(4)

TUGAS AKHIR (TKA – 490)

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM

INDRA KESUMA – 090406031


(5)

TUGAS AKHIR (TKA – 490)

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM

INDRA KESUMA – 090406031


(6)

TUGAS AKHIR (TKA – 490)

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM

INDRA KESUMA – 090406031