Kajian Biologis Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium

(1)

KAJIAN BIOLOGIS Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) SEBAGAI PARASITOID TELUR Phragmatoecia castaneae Hubner

(Lepidoptera:Cossidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

HELDRITA SIANTURI 030302020

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN BIOLOGIS Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) SEBAGAI PARASITOID TELUR Phragmatoecia castaneae Hubner

(Lepidoptera:Cossidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

HELDRITA SIANTURI 030302020

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi :Kajian Biologis Tumidiclava sp.

(Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner

(Lepidoptera:Cossidae) di Laboratorium.

Nama : Heldrita Sianturi

Nim : 030302020

Departemen : Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) (Ir. Mena Uly Tarigan, MS) Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Ir. Marheni, MP) Ketua Departemen


(4)

ABSTRACT

Heldrita Sianturi, “Biological Study of Tumidiclava sp.

(Hymenoptera:Trichogrammatidae) As Eggs Parasitoid of The Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) at Laboratory”. The

objective of this research was to know absence and presence of parasitoid, parasitation level of parasitoid, the amount of parasitoid that emerged, and the parasitoid sex ratio. This research was conducted at Sugarcane Research and Development at Laboratory PTP II Sei Semayang with aproximately 50 metres height from the surface of sea from November to December 2007. This research used Factorial Completely Randomized Design consisting of two factors and two replications. First factors was the age of egg, that was 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 days. Second factors were time of infection, that was 1, 2, 3, 4, 5 hours. The result showed that the duration of egg infestation of Tumidiclava sp. on egg of Ph. castaneae and interaction between the age of Ph. castaneae and the time of infection of Tumidiclava sp. on egg Ph. castaneae were not significant different. The highest parasitation egg average was found on U1 was 46.33 eggs and the highest emerged wasp was found on U1 was 418.47 wasps. Male parasites which emerged was lower then female parasites.


(5)

ABSTRAK

Heldrita Sianturi “Kajian Biologis Tumidiclava sp.

(Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) di Laboratorium.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya parasirasi, tingkat parasitasi parasitoid, banyaknya parasitoid dewasa yang muncul, serta perbandingan parasitoid jantan dan betina. Peneltian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu Sei Semayang dengan ketinggian + 50 m diatas permukaan laut dimulai pada bulan November sampai Desember 2007. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah faktor umur telur Ph.castaneae yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 hari. Faktor kedua adalah faktor waktu penginfeksian yaitu 1, 2, 3, 4, 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor waktu penginfeksian dan interaksi antara umur telur dengan waktu penginfeksian berpengaruh tidak nyata. Rataan jumlah telur yang terparasit dan jumlah imago yang muncul yang tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu sebesar 46,33 butir telur dan 418,47 ekor. Parasitoid jantan yang muncul lebih sedikit dari pada parasitoid betina.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Heldrita Sianturi lahir tanggal 07 April 1984 di Medan, Sumatera Utara dari Ayahanda Alm. M. Sianturi dan Ibunda T. Tambun. Penulis merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara. Tahun 2003 Penulis lulus dari SMU Negeri 10 Medan dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten di Laboratorium Hama Penting Tanaman Perkebunan. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Birung Ulu Pematang Siantar dan melaksanakan praktek penelitian di Laboratorium Riset dan Pengembangan TanamanTebu Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kajian Biologis Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) di Laboratorium” yang merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Ibu Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu : Ir. Relty Sibarani dan Loviana. M, SP yang telah memberikan arahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian serta kepada keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moril.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2008


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Biologi Ph. castaneae Hubner ... 5

Biologi Tumidiclava sp. ... 8

Kerusakan dan Kerugian ... 11

Pengendalian Ph. castaneae ... 12

BAHAN DAN METODE ... 15

Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae ... 20 Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit


(9)

Tumidiclava sp. ... 22

Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae ... 25

Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 26

Nisbah Kelamin Tumidiclava sp. ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur

Ph. castaneae ... 20 2. Uji Beda Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang

Terparasit Tumidiclava sp. ... 22 3. Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap

Telur Ph. castaneae (%) ... 25 4. Uji Beda Rataan Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 26 5. Nisbah Kelamin Tumidiclava sp. ... 29


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hlm

1. Telur Ph. castaneae ... 6

2. Larva Ph. castaneaae ... 6

3. Pupa Ph. castaneae ... 7

4. Imago Ph. castaneae ... 8

5. Imago Tumidiclva sp. ... 9

6. Siklus Hidup Tumidiclava sp. ... 10

7. Perbedaan Antara Telur Yang Tidak Terparasit dan Telur Yang Terparasit ... 21

8. Histogram Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 24

9. Histogram Rataan Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Keluar Dari Ph. castaneae Yang Terparasit ... 27


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan Percobaan ... 35 2. Data Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp ... 36 3. Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang

Terparasit Tumidiclava sp. ... 37 4. Data Transformasi Jumlah Telur Ph .castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. Dengan √x + 0.5 ... 38 5. Tabel Dwi Kasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 39 6. Daftar Sidik Ragam Jumlah Telur Ph. castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 39 7. Uji Jarak Duncan Jumlah Telur Ph. castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 40 8. Data Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 41 9. Tabel Dwikasta Jumlah Tumidiclava sp Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 42 10. Data Transformasi Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Dengan √x + 0.5 ... 43 11. Tabel Dwi Kasta Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 44 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Imago Tumidiclava sp.Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 44 13. Uji Jarak Duncan Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 45 14. Lampiran Gambar ... 46


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada mulanya tanaman tebu diduga berasal dari India. Ada yang berpendapat bahwa tanaman tebu bukan berasal dari India. Pendapat terakhir dinyatakan bahwa tanaman tebu berasal dari Irian (New Guinea). Hal ini dibuktikan dari adanya tanaman tebu yang tumbuh liar terdapat di hutan-hutan Irian, bahkan juga di Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan. Sedangkan di India tidak ditemukan adanya tanaman tebu liar sebagaimana jenis tanaman lainnya di daerah asalnya (Mubyarto dan Daryanti, 1991).

Pemerintah mengadakan program Akselerasi Peningkatan Produktifitas Gula Nasional tahun 2002-2007 dengan tujuan Indonesia mampu berswasembada gula. Peningkatan produktivitas gula dalam negeri dilakukan dengan

memaksimalkan tanaman sumber bahan baku gula yaitu tebu (Saccharum officianarum L.). Tebu merupakan tanaman penting bagi Indonesia,

karena banyak diusahakan di perusahaan perkebunan maupun oleh rakyat sebagai tanaman penghasil gula. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah diantaranya dilakukan pengendalian hama dan penyakit. Manurut Pusat Penelitian Perkebunan


(14)

Gula (P3GI) rata-rata penurunan produksi gula karena serangan hama diperkairakan sebesar 20 % per tahun (Chairunnisia, 2005).

Tanaman tebu yang diusahakan pada daerah-daerah baru di Sumatera paling sedikit diserang oleh empat spesies penggerek batang. Penggerek-penggerek terdiri dari Chilo sacchariphagus Boyer, Chillo auricilius Dudg, Sesamia inferens Walk, dan Phragmatoecia castaneae Hubner. Pada tanaman tebu yang sudah besar Ph. castaneae biasanya merupakan spesies yang dominan. Meskipun telah dikenal mulai dari Eropa sampai Asia Tenggara, tetapi mengenai ngengat tersebut tampaknya belum banyak diketahui (Wiriatmodjo, 1980).

Beberapa hama dan penyakit tebu hingga kini masih digolongkan kedalam jajaran klasifikasi penting antara lain hama penggerek dan penyakit luka api. Akibat serangan penggerek pucuk, batang-batang tebu terhambat pertumbuhannya, bahkan serangan pada masa pertunasan dapat mematikan tunas-tunas terserang (Mudefat, dkk., 1999).

Penggerek batang tebu merupakan hama penting yang umum terdapat di perkebunan-perkebunan gula, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Berbeda dengan penggerek pucuk yang menyerang tanaman melalui ibu tulang daun dan pupus terus kebawah, penggerek batang terutama menyerang ruas-ruas batang. Pucuknya kadang-kadang ikut terserang tetapi kerap kali tetap utuh (Deptan, 1998).

Salah satu kendala produksi yang utama terhadap perindustrian gula di Sumatera Utara. Kerusakan akibat penggerek ini menyebabkan penurunan bobot tebu, kualitas nira dan kuantitas nira. Tanaman yang terserang Ph. castaneae


(15)

sangat menderita dan akan mati, batangnya mudah patah, selain itu luka bekas gerekan dapat menjadi tempat infeksi berbagai patogen yang menyebabkan rusaknya jaringan tanaman. Kerugian yang fatal adalah matinya tanaman tebu (Purnama, 1990).

Upaya pengendalian hama penggerek batang tebu Ph. castaneae pada tanaman tebu selain secara teknis dan mekanis dilakukan juga pengendalian hayati yaitu dengan menggunakan musuh-musuh alami, antara lain parasit telur Tumidiclava sp. dan parasit larva Sturmiopsis inferens. Untuk mencapai sasaran pengendalian agar kerusakan karena penggerek tetap terkendali dibawah 4 % kerusakan ruas yaitu tingkat kerusakan yang masih dapat ditolerir, maka musuh-musuh alami tersebut harus terus-menerus disebarkan ke areal tanaman tebu dalam jumlah yang cukup besar (PTP IX, 1992).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur Ph. castaneae, jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp., tingkat parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur Ph. castaneae, jumlah Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit,

nisbah kelamin Tumidiclava sp.

Hipotesis Penelitian

- Diduga umur telur Ph. castaneae yang berbeda akan mempengaruhi Tumidiclava sp. untuk memarasit telur.


(16)

- Diduga umur telur Ph. castaneae yang berbeda akan mempengaruhi jumlah telur yang terparsit

- Diduga umur telur Ph. castaneae yang berbeda mempengaruhi tingkat parasitasi Tumidiclava sp.

- Diduga dalam satu telur Ph. castaneae yang terparasit dihasilkan lebih dari satu parasitoid.

- Diduga Tumidiclava sp. mempunyai nisbah kelamin yang berbeda.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ph. castaneae Hubner

Menurut Kalshoven (1981), Ph. castaneae mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Ordo : Lepidoptera Famili : Cossidae Genus : Phragmatoecia

Spesies : Phragmatoecia castaneae Hubner.

Telur diletakkan berkelompok pada celah-celah daun kuning yang menggulung, pada gulungan puser tanaman yang mati, atau pada celah gulungan pelepah kering, tetapi juga bisa diletakkan pada pelepah daun sebelah dalam, pada daun yang sudah berkembang, yaitu antara daun ke-2 hingga ke-6. Warna telur putih, seperti kapsul, dengan ukuran panjang + 1,8 mm, lebar + 1 mm (P3GI, 1979a).


(18)

Telur diletakkan dalam barisan terdiri dari satu, dua, atau lebih dari dua baris. Dalam baris tersebut telur-telur dapat tersusun bertemu ujung atau bertemu sisi. Banyaknya telur dalam satu kelompok sangat bervariasi dari 3-143 telur. Stadia telur 9-10 hari (P3GI, 1979a).

Gambar 1. Telur Ph. castaneae Hb.

Larva yang baru menetas berpencar mancari pelepah muda dan masuk dari lidah daun menggorok ke dalam jaringan pelepah. Didalam satu pelepah lebih dari satu ekor ulat. Pelepah yang sering diserang yaitu daun ke-2, 3, 4, 5 dan 6 dan paling sering di daun ke-4. Larva di dalam pelepah selama dua minggu baru masuk ke batang (P3GI, 1979a).

Stadia larva dapat mencapai 70 hari dengan enam kali pertukaran kulit, yaitu instar I = 10 hari, instar II = 8 hari, instar III = 14 hari, instar IV = 10 hari, instar V = 14 hari, instar VI = 14 hari. Panjang larva betina sekitar 5,5 cm dan larva jantan 3,5 cm (P3GI, 1979a).


(19)

Gambar 2. Larva Ph. castaneae Hb.

Masa prepupa 1-2 hari. Warna pupa mula-mula kuning muda, kemudian berangsur-angsur menjadi lebih tua dan akhirnya berwarna coklat tua. Masa pupa berlangsung 14-19 hari, rata-rata 16 hari. Menjelang keluarnya ngengat, pupa bergerak keluar dan menembus selaput. Sisa kulit pupa menonjol keluar lubang merupakan ciri khas dari penggerek tersebut (P3GI, 1979b).

Pupa bertipe tersembunyi tanpa palpus maxilla dan proboscisnya rudimenter. Spirakel pada ruas badan pertama tidak tampak. Mula-mula warnanya sedikit kekuning-kuningan. Setelah beberapa hari warnanya berangsur-angsur menjadi lebih gelap dan akhirnya menjadi coklat gelap (Wirioatmodjo, 1980).


(20)

Gambar 3. Pupa Ph. castaneae Hb.

Ngengat berwarna abu-abu kecoklatan dan memiliki proboscis yang rudimenter. Antena serangga betina memiliki 45 annuli dan dua pertiga bagiannya adalah bipektinat (Wirioatmodjo, 1980).

Sayap depan lebih memanjang, paling tidak dua kali sama panjangnya dengan lebar. Sayap bersisik lebih tipis (Borror, et all., 1996).

Gambar 4. Imago Ph. castaneae Hb.


(21)

Menurut Kalshoven (1981) Tumidiclava sp. mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Ordo : Hymenoptera Famili : Trichogrammatidae Genus : Tumidiclava Spesies : Tumidiclava sp.

Semua spesies Trichogrammatidae bersifat endoparasitik. Kisaran inangnya luas, pada umumnya memarasit telur Lepidoptera, tetapi serangga lain juga bisa diserang oleh karena itu digunakan dalam pengendalian biologi. Famili Trichogrammatidae bersifat gregarious. Telur yang terparasit menjadi hitam (Anonim, 2007a).

Imago meletakkan telur di dalam telur inang, berkembang menjadi larva, memakan embrio inang, sehingga menyebabkan telur berubah menjadi hitam. Karena siklus hidup telur sampai imago singkat, parasitoid ini menghasilkan generasi yang lebih banyak dari inangnya, dan populasinya dapat meningkat cepat (Anonim, 2007a).


(22)

Gambar 5. Imago Tumidiclava sp. (Perbesaran 5 x)

Siklus hidup Tumidiclava sp. di dalam inangnya dari telur hingga keluarnya imago 13,6 + 2,9 hari. Siklus hidupnya sangat singkat sakali sehingga dalam setahun dapat menghasilkan 27 generasi. Peletakan telur berlangsung selama 3-5 hari dan setelah 5 hari imago Tumidiclava sp. akan mati. Ratio jantan dan betina sekitar 1:2 (Lim and Pan, 1979).

Dari satu telur terparasit imago yang keluar rata-rata menghasilkan 144,7 + 51,7 butir telur. Semakin lama umur telur penggerek maupun imago parasitoid maka daya parasitasinya akan menurun. Telur penggerek yang segar umumnya lebih disukai, sehingga perkembangan parasitoid di dalam telur ini lebih baik. Telur inang yang kecil dapat memberikan nutrisi yang cukup umtuk perkembangan parasitoid yang ada, tetapi setelah keluar serangga ini lebih lemah dan kurang aktif. Telur penggerek yang berumur lebih dari 3 hari tidak disukai oleh parasitoid, karena karion inang yang telah mengeras. Imago berumur 1 atau 2 hari setelah keluar dari telur penggerek memiliki keaktifan yang besar. Bila umur imago 3 hari atau lebih, maka daya parasitasi akan semakin menurun. Imago betina tidak mempunyai masa prapeletakan telur. Begitu parasitoid keluar dari telur penggerek, imago segera meletakkan telurnya (Lim and Pan, 1979).


(23)

Gambar 6. Siklus Hidup Tumidiclava sp.

Sumber : http://insects.tamu.edu/extension/bulletins/b-6071.html.

Tumidiclava sp. memiliki tarsi yang beruas tiga. Sungutnya pendek dengan 7 atau lebih (termasuk ruas cincin). Sayap depan memiliki rambut duri yang tersusun dalam baris-baris (Borror, et all., 1996).

Betina bersifat parthenogenesis menghasilkan keturunan jantan, tetapi kadang-kadang dihasilkan betina yang fertil. Betina menghasilkan 20-50 keturunan. Ukuran tubuh imago kira-kira 0,75 mm (Kalshoven, 1981).

Trichogrammatidae betina memiliki sedikit bulu pada antenanya dan berukuran pendek, sedangkan jantan memiliki bulu yang banyak. Sayap tidak ada atau mungkin sangat kecil atau pendek (Knutson, 2007).

Kerusakan dan Kerugian Tumidiclava sp.

memarasit telur

Ph. castaneae

dengan menggunakan ovipositornya

Telur

Ph.castaneae

menjadi kehitam-hitaman

Telur

Ph.castaneae

menjadi berwarna hitam.

Tumidiclava sp.

sudah menjadi pupa

Setelah 13-14 hari Imago Tumidiclava sp. muncul


(24)

Serangan penggerek batang pada tanaman yang belum beruas menyebabkan kerusakan tunas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah dan dapat menyebabkan kematian tanaman (Mudefat, dkk., 1999).

Kerusakan yang ditimbulkan larva ini dapat berakibat total bagi pertanaman tebu, mengingat larva ini menetap di bagian dalam, merusak pelepah dan terus menggerek ke dalam batang membentuk terowongan sampai jauh ke dalam daerah batang tebu sehingga sulit untuk pengendaliannya (Kalshoven, 1981).

Kematian pada tanaman tua dapat pula terjadi, terutama bila padat populasi hama tinggi. Tanaman yang telah berumur lebih dari tiga bulan, kerusakan terutama terjadi pada ruas-ruas. Bila gerekan pada ruas cukup parah, batangnya mudah patah (P3GI, 1979b).

Gejala kerusakan pada ruas ditandai oleh lubang-lubang gerekan yang mudah dilihat dari luar. Tingkat kerusakan biasanya ditentukan berdasarkan persen ruas rusak (dengan tanda kerusakan dari luar) terhadap jumlah ruas. Karena hama ini dapat menggerek lebih dari satu ruas dengan jalan menembus buku-buku ruas tanpa keluar lebih dulu, maka banyaknya ruas rusak dengan tanda-tanda kerusakan di dalam lebih besar dari pada kerusakan dari luar. Namun karena pertimbangan praktis, kerusakan dalam rata-rata 1,23 x kerusakan luar (P3GI, 1979b).


(25)

Salah satu pengendalian Ph. castaneae di Indonesia yaitu dengan penanaman varietas resisten merupakan sesuatu faktor penting dalam pengendalian hama. Varietas tersebut disamping menderita serangan lebih rendah dibanding varietas-varietas standar, perlu memiliki potensi produksi diatas rata-rata standar. Dalam perakitan varietas unggul terutama diarahkan pada potensi produksinya. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula faktor ketahanannya terhadap hama-hama penting (Deptan, 1994).

Pada umumnya untuk mengendalikan ledakan hama ada beberapa usaha yang dilakukan salah satunya dengan menggunakan pestisida. Namun, karena bersifat toksik pada hewan yang lain termasuk manusia maka dianggap tidak

spesifik. Selain itu dapat juga membunuh musuh alami (Roberts and Jovany, 2004).

Ada beberapa usaha yang dilaksanakan dalam upaya pengendalian Ph. castaneae di PT. Perkebunan Nusantara II yaitu : (1) secara kultur teknis yaitu dengan membongkar di dekat areal pertanaman tebu dan sisa batang tebu harus dibakar. Perbedaan masa tanam antara blok yang berdekatan jangan lebih dari satu bulan agar hama penggerek tidak pindah dari tebu tua ke tebu muda, (2) secara mekanis yaitu dengan pengambilan ulat secara langsung dari tanaman tebu dan mengurangi tempat bertelur Ph. castaneae dengan cara membersihkan kebun dari daun yang telah menggulung serta daun yang kering, (3) secara biologis dengan menggunakan musuh alami yaitu parasit telur (Tumidiclava sp.) dan parasit larva (S. inferens) (Purnama, 1990).


(26)

Sejumlah musuh alami kedapatan menyerang hama-hama penting pada tanaman tebu, biasanya peranan penekanan populasi hama tiap-tiap spesies musuh alami berbeda-beda pada lingkungan yang berbeda. Tanpa adanya agen pengendali alami ini populasi hama akan melonjak diatas ambang ekonomi. Namun demikian sering musuh alami tersebut secara alami tidak dapat menekan populasi hama dibawah ambang ekonomi. Pada tingkat keseimbangan tertentu hama dan musuh alami masing-masing dapat mempertahankan hidupnya. Campur tangan manusia diperlukan untuk menggeser keseimbangan tersebut agar populasi hama dapat lebih tahan (Deptan, 1994).

Diantara musuh-musuh alami terdapat spesies yang mempunyai inang yang khusus yang memegang peranan penting menekan populasi inangnya. Parasit seperti ini dapat dipergunakan sebagai agen pengendali dengan cara pelepasan inundatif dan inokulatif. Spesies parasit yang mempunyai peranan menonjol tersebut dapat berbeda-beda pada lingkungan berbeda (Deptan, 1994).

Penggunaan parasitoid dianggap seefisien predator, dapat menyelesaikan perkembangbiakannya pada satu inang. Parasitoid menyerang spesies yang lain bukan untuk menyediakan makanan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk meletakkan telur dengan demikian tersedia makanan bagi keturunannya (Evans 1978).

Parasitoid telur meletakkan telur dan mengeluarkan keturunan dari inangnya, misalnya Trichogrammatidae yang biasanya digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera (Coppel and Mertins, 1977).


(27)

Tabuhan Trichogrammatidae adalah parasitoid yang menyerang lebih dari 200 spesies ngengat dan larva. Tumidiclava sp meletakkkan telurnya di dalam telur ngengat sehingga telur ngengat tidak dapat menetas menjadi larva. Parasit ini memutuskan silus hidup hama sehingga reproduksi hama bisa teratasi secara efektif. Pelepasan parasit telur (Tumidiclava sp.) ternyata cukup efektif untuk penekanan populasi Ph. castaneae (Macfarlane, 2002).


(28)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu Sei Semayang PTPN II pada ketinggian + 50 m di atas permukaan laut yang dimulai pada bulan November sampai dengan Desember 2007.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tumidiclava sp. dan telur Ph. castaneae.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi volume 300 cc, keranjang, mikroskop, lup, karet gelang, kain hitam, alat tulis, gunting lipat, hand counter, kuas.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan.

Faktor U : Umur telur Ph. castaneae, dimana U1 : Telur Ph. castaneae yang berumur 1 hari

U2 : Telur Ph. castaneae yang berumur 2 hari

U3 : Telur Ph. castaneae yang berumur 3 hari

U4 : Telur Ph. castaneae yang berumur 4 hari

U5 : Telur Ph. castaneae yang berumur 5 hari


(29)

U8 : Telur Ph. castaneae yang berumur 8 hari

Faktor T : Waktu penginfeksian Tumidiclava sp. ke telur Ph. castaneae, dimana T1 : Waktu penginfeksian 1 jam

T2 : Waktu penginfeksian 2 jam

T3 : Waktu penginfeksian 3 jam

T4 : Waktu penginfeksian 4 jam

T5 : Waktu penginfeksian 5 jam

Adapun kombinasi perlakuan adalah : U1T1 U1T2 U1T3 U1T4 U1T5

U2T1 U2T2 U2T3 U2T4 U2T5

U3T1 U3T2 U3T3 U3T4 U3T5

U4T1 U4T2 U4T3 U4T4 U4T5

U5T1 U5T2 U5T3 U5T4 U5T5

U6T1 U6T2 U6T3 U6T4 U6T5

U7T1 U7T2 U7T3 U7T4 U7T5

U8T1 U8T2 U8T3 U8T4 U8T5

Model linier yang digunakan adalah :

Yijk = µ + i + j + ( )ij + ijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Efek dari nilai tengah


(30)

j = Efek perlakuan pada taraf ke-j

( )ij = Efek perlakuan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

ijk = Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Bila hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka perlu dilakukan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan (Sastrosupadi, 2000).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Telur Ph. castaneae Hb.

Telur Ph. castaneae dikumpulkan dalam jumlah yang cukup. Telur dihitung dengan menggunakan hand counter. Pada masing-masing tabung dimasukk an telur PBTR, terdiri dari 50 butir telur berumur 1 hari, 50 butir telur berumur 2 hari, 50 butir telur berumur 3 hari, 50 butir telur berumur 4 hari, 50 butir telur berumur 5 hari, 50 butir telur berumur 6 hari, 50 butir telur berumur 7 hari, 50 butir telur berumur 8 hari.

Persiapan Imago Tumidiclava sp.

Imago Tumidiclava sp. yang digunakan diambil dari pembiakan di Laboratorium. Jumlah imago parasitoid yang dibutuhkan pada percobaan ini adalah sebanyak 15 ekor dengan tiap perlakuan.


(31)

Pada telur yang berumur satu hari dimasukkan Tumidiclava sp. kedalamnya lalu tabung ditutup dengan kain hitam dan diikat dengan karet gelang. Tabung diletakkan kedalam keranjang dengan posisi membelakangi sinar. Tumidiclava sp. dibiarkan di dalam tabung selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, lalu parasitoid dikeluarkan. Demikian seterusnya sampai pada telur yang berumur 8 hari. Setelah 14 hari diamati perubahan yang terjadi.

Parameter Pengamatan

1. Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae Setelah 14 hari diamati ada tidaknya telur yang terparasit yang ditandai dengan adanya perubahan warna telur menjadi kehitam-hitaman.

2. Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp.

Telur yang terparasit dihitung jumlahnya yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada telur.

3. Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

Telur Ph. castaneae yang terparasit dihitung tingkat parasitasinya dengan menggunakan rumus :

TP = x100%

Diamati Yang

Telur Jumlah

Terparasit Yang

Telur Jumlah


(32)

4. Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Parasitoid dewasa yang muncul pada masing-masing perlakuan dihitung jumlahnya dengan menggunakan lup dan kuas.

5. Nisbah Kelamin Tumidiclava sp.

Parasitoid jantan dan betina yang muncul pada masing-masing perlakuan dengan mengunakan mikroskop dan lup.


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

Ada tidaknya telur Ph. castaneae yang terparasit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur

Ph. Castaneae.

Perlakuan Ulangan

I II III

U1T1 √ √ √

U1T2 √ √ √

U1T3 √ √ √

U1T4 √ √ √

U1T5 √ √ √

U2T1 √ √ √

U2T2 √ √ √

U2T3 √ √ √

U2T4 √ √ √

U2T5 √ √ √

U3T1 √ √ √

U3T2 √ √ √

U3T3 √ √ √

U3T4 √ √ √

U3T5 √ √ √

U4T1 √ √ √

U4T2 √ √ √

U4T3 √ √ √

U4T4 √ √ √

U4T5 √ √ √

U5T1 √ √ √

U5T2 √ √ √

U5T3 √ √ √

U5T4 √ √ √

U5T5 √ √ √

U6T1 √ √ X

U6T2 √ X X

U6T3 √ √ √

U6T4 √ √ √

U6T5 X √ √

U7T1 √ X √

U7T2 √ X √

U7T3 √ √ X

U7T4 X X √

U7T5 X X √

U8T1 √ X X

U8T2 √ X √

U8T3 X X X


(34)

U8T5 √ X X Keterangan : √ : telur terparasit

X : telur tidak terparasit

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan U1 (umur telur 1 hari), U2 (umur telur 2 hari), U3 (umur telur 3 hari), U4 (umur telur 4 hari), U5 (umur telur 5 hari) telur Ph. castaneae terparasit. Sedangkan pada perlakuan U6 (umur telur 6 hari), U7 (umur telur 7 hari) dan U8 (umur telur 8 hari) telur mulai tidak terparasit, bahkan pada perlakuan U6T1-3, U6T2-3, U6T5-1, U7T1-2, U7T2-2, U7T3-3,

U7T4-2, U7T5-1, U7T5-2, U8T1-2, U8T1-3, U8T2-2, U8T3-1, U8T3-2, U8T3-3, U8T4-3,

U8T5-2, U8T5-2 tidak satupun telur terparasit.

Perbedaan antara telur yang tidak terparasit dan telur yang terparasit dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbedaan Antara Telur Yang Tidak Terparasit dan Telur Yang Terparasit

a : Telur Yang Tidak Terparasit b : Telur Yang Terparasit

Telur yang terparasit ditandai dengan adanya perubahan warna telur menjadi hitaman. Perubahan warna telur Ph. castaneae menjadi kehitam-hitaman disebabkan karena Tumidiclava sp. menggunakan nutrisi yang ada dalam embrio inang untuk proses perkembangannya. Perubahan warna telur menjadi kehitam-hitaman tampak setelah 13-14 hari setelah pengaplikasian. Telur tidak terparasit disebabkan karena telur telah berkembang menjadi larva sehingga


(35)

embrio inang tidak dapat digunakan lagi untuk proses pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2007) yang menyatakan bahwa imago Tumidiclava sp. meletakkan telur di dalam telur inang, berkembang menjadi larva, menggunakan nutrisi yang ada dalam embrio inang, sehingga menyebabkan telur berubah warna menjadi hitam.

Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp.

Berdasarkan analisis sidik ragam terlihat bahwa jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit pada berbagai umur berbeda sangat nyata.

Pengaruh waktu penginfeksian menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata dan interaksi antara keduanya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Hal ini disebabkan karena Tumidiclava sp. langsung meletakkan telurnya pada telur Ph. castaneae tanpa harus menunggu waktu yang cukup lama.

Rata-rata jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Beda Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp.

Perlakuan Rataan

U1 46.33a

U2 42.53a

U3 41.73a

U4 28.53b

U5 15.73c

U6 7.47d

U7 2.47e

U8 1.53e

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %


(36)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan U1, U2, U3 menunjukkan jumlah telur yang terparasit yang tidak berbeda nyata. Rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. pada perlakuan U1 sebesar 46,33 butir telur, U2 sebesar 42,53 butir telur, U3 sebesar 41,73 butir telur. Pada perlakuan U1, U2, U3 telur yang terparasit lebih banyak jumlahnya. Hal ini disebabkan karena telur Ph. castaneae masih segar dan karionnya masih

lunak sehingga Tumidiclava sp. mudah menusukkan ovipositornya pada telur Ph. castaneae.

Rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. pada perlakuan U4 sebesar 28,53 butir telur, U5 sebesar 15,73 butir telur, U6 sebesar 7,47 butir telur. Pada perlakuan U4, U5, U6 jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin lama telur Ph. castaneae. telur tersebut kurang disukai oleh parasitoid. sebab telur tersebut sudah tidak segar dan karionnya sudah mengeras. Sedangkan pada perlakuan U7 dan U8 telur yang terparsit sedikit sekali bahkan tidak terparasit sama sekali. Rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. pada perlakuan U7 sebesar 2,47 butir telur dan U8 sebesar 1,53 butir telur. Hal ini disebabkan karena telur inang yang digunakan sudah berumur lebih dari tiga hari sehingga tidak disukai lagi oleh parasitoid. karena korion telur tersebut sudah mengeras sehingga sulit untuk ditembus oleh ovipositor parasitoid. Hal ini sesuai dengan literatur Lim and Pan (1979) yang menyatakan bahwa telur penggerek yang berumur lebih dari 3 hari tidak disukai oleh parasitoid disebabkan karena


(37)

Histogram rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. dapat dilihat dalam Gambar 8.

46,33 42,53 41,73 28,53 15,73 7,47 2,47 1,53 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00

U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8

Perlakuan Ju m lah T e lu r Y an g T e r p ar as it Rataan

Gambar 8. Histogram Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. pada perlakuan U1 yaitu sebesar 46,33 butir telur, U2 sebesar 42,53 butir telur, U3 sebesar 41,73 butir telur, U4 sebesar 28,53 butir telur, U5 sebesar 15,73 butir telur, U6 sebesar 7,47 butir telur, dan U8 sebesar 1,53 butir telur.


(38)

Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

Besarnya tingkat parasitasi Tumidiclava sp. dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur

Ph. castaneae (%)

Perlakuan Ulangan

I II III

U1T1 100 100 96

U1T2 94 94 92

U1T3 90 80 98

U1T4 88 90 100

U1T5 90 94 94

U2T1 90 84 80

U2T2 88 94 80

U2T3 80 96 80

U2T4 96 76 94

U2T5 86 76 76

U3T1 96 84 74

U3T2 96 76 80

U3T3 94 96 92

U3T4 80 82 72

U3T5 68 74 88

U4T1 56 50 64

U4T2 60 56 60

U4T3 54 52 50

U4T4 62 52 62

U4T5 62 60 56

U5T1 30 36 26

U5T2 36 32 34

U5T3 34 26 24

U5T4 24 34 30

U5T5 38 36 32

U6T1 20 18 0

U6T2 24 0 0

U6T3 16 22 20

U6T4 26 20 24

U6T5 0 14 20

U7T1 8 0 6

U7T2 10 0 6

U7T3 4 10 0

U7T4 0 0 16

U7T5 0 0 14

U8T1 4 0 0

U8T2 10 0 12


(39)

U8T5 4 0 0

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa tingkat parasitasi pada perlakuan U1 berkisar antara 80-100 %, U2 berkisar antara 76-96 %, U3 berkisar antara 68-96 %, U4 berkisar antara 50-64 %, U5 berkisar antara 24-36 %, U6 berkisar antara 0-26 %, U7 berkisar antara 0-16 dan tingkat parasitasi yang terendah pada perlakuan U8 yaitu berkisar antara 0-12 %.

Tingkat parasitasi Tumidiclava sp. bergantung pada jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit. Semakin banyak telur Ph. castaneae yang terparasit maka tingkat parasitasi Tumidiclava sp. semakin tinggi pula.

Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Berdasarkan analisis sidik ragam terlihat bahwa pengaruh umur telur pada

pengamatan jumlah imago Tumidiclava sp. yang dihasilkan dari telur Ph. cataneae yang terparasit menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.

Pengaruh waktu penginfeksian terhadap jumlah imago Tumidiclava sp. yang dihasilkan menunjukkan hasil yang tidak nyata dan interaksi keduanya menunjukkan hasil yang tidak nyata.

Rata-rata jumlah Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Beda Rataan Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit


(40)

Perlakuan Rataan

U1 418.47a

U2 367.60b

U3 299.13b

U4 203.60b

U5 103.47c

U6 38.07c

U7 10.67d

U8 5.27d

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan U1 menunjukkan bahwa jumlah Tumidiclava sp. yang dihasilkan berpengaruh nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Pada perlakuan U2, U3, U4 menunjukkan bahwa jumlah Tumidiclava sp. yang dihasilkan berpengaruh tidak nyata. Pada perlakuan U1 rataan jumlah Tumidiclava sp. yang dihasilkan sebesar 418,47 ekor. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah telur yang terparasit dengan jumlah imago yang dihasilkan, sebab semakin banyak telur yang terparasit maka semakin banyak pula imago yang dihasilkan.

Pada perlakuan U7 dan U8 sedikit imago yang dihasilkan bahkan tidak dihasilkan sama sekali. sebab pada perlakuan tersebut hanya sedikit telur yang terparasit bahkan tidak terparsit sama sekali.

Histogram rataan jumlah imago Tumidiclava sp. yang keluar dari telur Ph. castaneae yang terparasit dapat dilihat dalam Gambar 9.


(41)

418,47 367,60 299,13 203,60 103,47 38,07 10,67 5,27 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00 450,00

U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8

Perlakuan J um la h P a r a si to id Y a ng M unc ul Rataan

Gambar 9. Histogram Rataan Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Keluar Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa jumlah parasitoid Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit yang tertinggi pada perlakuan U1 sebesar 418,47 ekor parasitoid, dan yang terendah pada perlakuan U8 sebesar 5,27 ekor parsitoid.

Tumidiclava sp. yang keluar dari setiap butir telurnya berkisar antara 2-9 ekor. Hal ini memperlihatkan bahwa banyaknya parasitoid dewasa yang muncul lebih banyak dari inang. ini berarti parasitoid dewasa bersifat gregarius. Hal ini dibuktikan dari satu telur yang terparasit dapat muncul lebih dari satu ekor parasitoid. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2007b) yang menyatakan bahwa semua spesies Trichogrammatidae bersifat endoparasitik. Famili Trichogrammatidae bersifat gregarious.


(42)

Parasitoid Tumidiclava sp. berada dalam telur inang selama 13-14 hari. Hal ini dapat dilihat setelah 13 hari dari waktu pengaplikasian. Tumidiclava sp. keluar dari telur inang dalam bentuk imago. Selama di dalam telur inang parasitoid menggunakan nutrisi yang ada dalam telur inang untuk proses pertumbuhan fase telur sampai pupa. Telur Ph. csataneae menjdai berwarna hitam menunjukkan bahwa Tumidclava sp. sudah menjadi pupa. Setelah 3 hari dari waktu keluarnya dari telur inang imago Tumidiclava sp. mati.

Nisbah Kelamin Tumidiclava sp.

Nisbah kelamin Tumidiclava sp. dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Nisbah Kelamin Tumidiclava sp.

Perlakuan

Ulangan

I II III

U1T1 153 300 168 298 124 289

U1T2 123 290 127 288 124 291

U1T3 154 248 111 298 133 291

U1T4 96 295 128 300 136 299

U1T5 127 262 117 313 128 267

U2T1 126 287 99 212 128 259

U2T2 108 290 123 299 102 264

U2T3 98 219 96 213 97 237

U2T4 105 254 133 272 127 278

U2T5 125 292 95 245 102 229

U3T1 100 217 97 205 99 199

U3T2 94 207 97 208 87 200

U3T3 89 209 100 226 95 207


(43)

U4T1 64 138 56 140 65 147

U4T2 65 143 50 134 56 140

U4T3 59 139 71 150 60 120

U4T4 75 131 54 141 67 150

U4T5 69 148 60 147 69 142

U5T1 30 72 35 76 36 65

U5T2 25 71 28 70 36 84

U5T3 30 70 25 64 27 69

U5T4 28 68 29 78 31 68

U5T5 35 77 35 78 32 80

U6T1 15 41 15 31 0 0

U6T2 22 40 0 0 0 0

U6T3 17 34 17 31 11 31

U6T4 18 44 13 38 17 35

U6T5 0 0 12 30 18 43

U7T1 5 4 0 0 4 11

U7T2 6 15 0 0 4 10

U7T3 2 5 8 15 0 0

U7T4 0 0 0 0 10 23

UT75 0 0 0 0 8 20

U8T1 2 3 0 0 0 0

U8T2 6 15 0 0 5 12

U8T3 0 0 0 0 0 0

U8T4 5 14 3 7 0 0

U8T5 2 5 0 0 0 0

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan yang diuji menghasilkan perbandingan imago jantan selalu lebih kecil atau sedikit jika dibandingkan dengan imago betina. Hal ini disebabkan imago betinalah yang mengatur secara naluri. apakah akan terjadi pembuahan atau tidak. Jika imago betina menginginkan terjadinya pembuahan maka pada saat dilepaskannya sel telur. imago betina akan mengeluarkan sperma jantan yang disimpannya di spermatheca sehingga terjadilah pembuahan. Dari hasil pembuahan ini maka akan dihasilkan telur yang fertil yang menghasilkan imago betina, tetapi jika imago betina tidak menginginkan terjadinya pembuahan maka telur yang dihasilkan adalah telur yang infertil yang akan menghasilkan imago jantan. Oleh karena itu imago jantan yang dihasilkan lebih sedikit dari imago betina. Hal ini sesuai dengan literatur Lim and


(44)

Pan (1979) yang menyatakan ratio jantan dan betina yang dihasilkan berkisar 1 : 2.

Perbedaan antara Tumidiclava sp. jantan dan Tumidiclava sp. betina dapat dilihat dalam Gambar 10.

A B

Keterangan : A : Tumidiclava sp. jantan (Perbesaran 40 x) B : Tumidiclava sp. betina (Perbesaran 40 x) a : antena

b : ovipositor

Dari gambar 10. dapat dilihat perbedaan antara Tumidiclava sp. betina dan Tumidiclava sp. jantan. Pada Tumidiclava sp. betina terdapat ovipositor dan pada antenanya terdapat bulu yang jumlahnya sedikit serta berukuran pendek. Pada Tumidiclava sp. jantan tidak terdapat ovipositor dan pada antenanya terdapat bulu yang jumlahnya banyak serta berukuran lebih panjang dari pada Tumidiclava sp. betina. Hal ini sesuai dengan literatur Knutson (2007) yang menyatakan bahwa Trichogrammatidae betina memiliki sedikit bulu pada antenanya dan berukuran pendek, sedangkan jantan memiliki bulu yang banyak.

a

b


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tumidiclava sp. memarasit telur Ph. castaneae sampai dengan umur 5 hari.

2. Rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit yang tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu sebesar 46,33 butir dan yang terendah terdapat pada perlakuan U8 sebesar 1,53 butir.


(46)

3. Tingkat parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur Ph. castaneae yang tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu sebesar 80-100% dan yang terendah terdapat pada perlakuan U8 yaitu sebesar 0-12 %.

4. Rataan jumlah Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit yang tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu sebesar 418,47 ekor dan yang terendah terdapat pada perlakuan U8 yaitu sebesar 5,27 ekor.

5. Tumidiclava sp. jantan yang muncul lebih sedikit bila dibandingkan dengan Tumidiclava sp. betina.

Saran

1. Untuk mengembangbiakan Tumidiclava sp. sebaiknya telur Ph. castaneae yang dipergunakan adalah telur yang berumur satu hari dan masih segar. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh umur

Tumidiclava sp. untuk menginfeksi telur Ph. castaneae.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007a. How to Manage Pests. Diakses dari

akses 07 September 2007.

______, 2007b. Caterpillar Bio Control: Trichogramma Wasps. Diakses dari September 2007.

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson,N.F., 1978. Pengenalan Pelajaran Serangga, Terjemahan Partosoedjono, S., Gajah Mada University-Press, Yogyakarta.


(47)

Chairunnisia, C., 2005. Pengelolaan Hama Tebu di Wilayah Pabrik Gula Kebon Agung Kabupaten Malang-Jawa timur. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. IPB-Press, Bogor.

Deptan, 1994. Pengendalian Hama Terpadu, Direktorat Jenderal Perkebunan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.

______, 1998. Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Badan Penelitian dan Pengembangan.

Djamin, A. dan Madjnu, M., 1989. Prosiding Temi Ilmiah Entomologi Perkebunan Indenesia 1986. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Sumatera Utara-Acah. Hal 141-142.

Evans, H.E., 1987. Insect Biology. Colorado State University, London.

Kalshoven, L.G.E., 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Resived and Translate by PA.Van der Lean.Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Knutson, A., 2007. The Trichogramma Manual. The Texas A & M University

System, New York. Diakses dari

Lim,G.T., and Pan, Y.C., 1979. the Biology of Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trchogrammatidae) a Parasitoid of Sugarcane Giant Borer

Phragmatoecia gumata Swinhoe. Diakses dari

http://olericulture.org/000/329/000329167.html. Tanggal akses 04 Mei 2007.

Macfarlane, R., 2002. Arthropod. Diakses dari

Mewrtins, J.W., and Coppel, H.C., 1977. Biological Insect Pest Suppression. Springer-Verleg, New York.

Mubyarto dan Daryanti, 1991. Gula : Kajian Sosial-Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta.

Mudefar, Suprapto dan Rifal, A., 1999. Intensitas Serangan dan Sebaran Hama Penyakit di Kebun Bibit PG Jatitujuh dan Subag. Berita P3GI. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan.Hal 37.


(48)

PTP IX, 1992. Rencana Perluasan Kebun Tebu Inokulasi Untuk Pengembangan Larva Phragmatoecia castaneae Media Pengembangan Parasit Larva, Medan.

Purnama, A., 1990. Pengendalian Hama Penggerek Batang Tebu (Phragmatoecia castaneae).P.T. Perkebunan Nusantara II, Medan.

P3GI, 1979 a. Hama dan Penyakit Tebu, Pasuruan.

____, 1979b. Laporan Penelitian Pengendalian Hama Penggerek Raksasa Phragmaoecia castaneae Hubner di Medan. Deptan RI, Pasuruan.

Roberts, L.S., and Jovany, J., 2004. Foundations of Parasitology. Mc Graw Hill. Seventh Edition, New York.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Wirioatmodjo, B., 1980. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner Penggerek Raksasa di Sumatera Utara, Indonesia, Medan.

Lampiran 1. Bagan Penelitian

U1T1 U1T2 U1T3 U1T4 U1T5

U2T1 U2T2 U2T3 U2T4 U2T5

U3T1 U3T2 U3T3 U3T4 U3T5


(49)

U6T1 U6T2 U6T3 U6T4 U6T5

U7T1 U7T2 U7T3 U7T4 U7T5

U8T1 U8T2 U8T3 U8T4 U8T5

Keterangan : Ulangan = 3

U1 : Telur Ph. castaneae yang berumur 1 hari

U2 : Telur Ph. castaneae yang berumur 2 hari

U3 : Telur Ph. castaneae yang berumur 3 hari

U4 : Telur Ph. castaneae yang berumur 4 hari

U5 : Telur Ph. castaneae yang berumur 5 hari

U6 : Telur Ph. castaneae yang berumur 6 hari

U7 : Telur Ph. castaneae yang berumur 7 hari

U8 : Telur Ph. castaneae yang berumur 8 hari

T1 : Waktu penginfeksian 1 jam

T2 : Waktu penginfeksian 2 jam

T3 : Waktu penginfeksian 3 jam

T4 : Waktu penginfeksian 4 jam

T5 : Waktu penginfeksian 5 jam

Lampiran 2 : Data Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

U1T1 50 50 48 148 49.33

U1T2 47 47 46 140 46.67

U1T3 45 40 49 134 44.67

U1T4 44 45 50 139 46.33


(50)

U2T2 44 47 40 131 43.67

U2T3 40 48 40 128 42.67

U2T4 48 38 47 133 44.33

U2T5 43 38 38 119 39.67

U3T1 48 42 37 127 42.33

U3T2 48 38 40 126 42.00

U3T3 47 48 46 141 47.00

U3T4 40 41 36 117 39.00

U3T5 34 37 44 115 38.33

U4T1 28 25 32 85 28.33

U4T2 30 28 30 88 29.33

U4T3 27 26 25 78 26.00

U4T4 31 26 31 88 29.33

U4T5 31 30 28 89 29.67

U5T1 15 18 13 46 15.33

U5T2 18 16 17 51 17.00

U5T3 17 13 12 42 14.00

U5T4 12 17 15 44 14.67

U5T5 19 18 16 53 17.67

U6T1 10 9 0 19 6.33

U6T2 12 0 0 12 4.00

U6T3 8 11 10 29 9.67

U6T4 13 10 12 35 11.67

U6T5 0 7 10 17 5.67

U7T1 4 0 3 7 2.33

U7T2 5 0 3 8 2.67

U7T3 2 5 0 7 2.33

U7T4 0 0 8 8 2.67

UT75 0 0 7 7 2.33

U8T1 2 0 0 2 0.67

U8T2 5 0 6 11 3.67

U8T3 0 0 0 0 0.00

U8T4 5 3 0 8 2.67

U8T5 2 0 0 2 0.67

Total 964 910 921 2795

Rataan 24.10 22.75 23.03 23.29

Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 148 140 134 139 134 695 46.33

U2 127 131 128 133 119 638 42.53

U3 127 126 141 117 115 626 208.67

U4 85 88 78 88 89 428 28.53


(51)

U6 19 12 29 35 17 112 7.47

U7 7 8 7 8 7 37 2.47

U8 2 11 0 8 2 23 1.53

Total 561 567 559 572 536 2795

Rataan 23.38 23.63 23.29 23.83 22.33 23.29

Data Transformasi Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp. Dengan √x + 0.5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III


(52)

U1T3 6.75 6.36 7.04 20.14 6.71

U1T4 6.67 6.75 7.11 20.52 6.84

U1T5 6.75 6.89 6.52 20.16 6.72

U2T1 6.75 6.52 6.36 19.63 6.54

U2T2 6.67 6.89 6.36 19.93 6.64

U2T3 6.36 6.96 6.36 19.69 6.56

U2T4 6.96 6.20 6.89 20.06 6.69

U2T5 6.60 6.20 6.20 19.01 6.34

U3T1 6.96 6.52 6.12 19.61 6.54

U3T2 6.96 6.20 6.36 19.53 6.51

U3T3 6.89 6.96 6.82 20.68 6.89

U3T4 6.36 6.44 6.04 18.85 6.28

U3T5 5.87 6.12 6.67 18.67 6.22

U4T1 5.34 5.05 5.70 16.09 5.36

U4T2 5.52 5.34 5.52 16.38 5.46

U4T3 5.24 5.15 5.05 15.44 5.15

U4T4 5.61 5.15 5.61 16.37 5.46

U4T5 5.61 5.52 5.34 16.47 5.49

U5T1 3.94 4.30 3.67 11.91 3.97

U5T2 4.30 4.06 4.18 12.55 4.18

U5T3 4.18 3.67 3.54 11.39 3.80

U5T4 3.54 4.18 3.94 11.66 3.89

U5T5 4.42 4.30 4.06 12.78 4.26

U6T1 3.24 3.08 0.71 7.03 2.34

U6T2 3.54 0.71 0.71 4.95 1.65

U6T3 2.92 3.39 3.24 9.55 3.18

U6T4 3.67 3.24 3.54 10.45 3.48

U6T5 0.71 2.74 3.24 6.69 2.23

U7T1 2.12 0.71 1.87 4.70 1.57

U7T2 2.35 0.71 1.87 4.92 1.64

U7T3 1.58 2.35 0.71 4.63 1.54

U7T4 0.71 0.71 2.92 4.33 1.44

UT75 0.71 0.71 2.74 4.15 1.38

U8T1 1.58 0.71 0.71 3.00 1.00

U8T2 2.35 0.71 2.55 5.60 1.87

U8T3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

U8T4 2.35 1.87 0.71 4.92 1.64

U8T5 1.58 0.71 0.71 3.00 1.00

Total 178.36 168.82 172.19 519.34

Rataan 4.46 4.22 4.30 4.33

Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 21.18 20.6 20.14 20.52 20.16 102.60 6.84


(53)

U3 19.61 19.53 20.68 18.85 18.67 97.34 6.49

U4 16.09 16.38 15.44 16.37 16.47 80.75 5.38

U5 11.91 12.55 11.39 11.66 12.78 60.29 4.02

U6 7.03 4.95 9.55 10.45 6.69 38.67 2.58

U7 4.70 4.92 4.63 4.33 4.15 22.73 1.52

U8 3.00 5.60 2.12 4.92 3.00 18.64 1.24

Total 103.2 104.46 103.64 107.16 100.93 519.34

Rataan 4.30 4.35 4.32 4.47 4.21 4.33

Daftar Sidik Ragam Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Sk DB JK KT Fhit F tabel

5% 1%

Perlakuan 39 575.75 14.76

U 7 564.11 80.59 230.26** 2.12 2.87

T 4 0.85 0.21 0.61tn 2.48 3.56

U x T 28 10.79 0.39 1.11tn 1.6 1.94

Galat 80 28.39 0.35

Total 119 604.14

FK = 2247.62 KK = 16.89 %

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata

tn = tidak nyata

Uji Jarak Duncan Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Sy = 0.12

P 2 3 4 5 6 7 8 SSR 0.05 2.83 2.98 3.08 3.14 3.20 3.24 3.28


(54)

LSR 0.05 0.34 0.36 0.37 0.38 0.38 0.39 0.39 Perlakuan U8 U7 U6 U5 U4 U3 U2 U1 Rataan 1.24 1.52 2.58 4.02 5.38 6.49 6.55 6.84

=0.05 a

.

b

.

c

.

d e

Perlakuan Rataan Notasi

U1 6.84 a

U2 6.55 a

U3 6.49 a

U4 5.38 b

U5 4.02 c

U6 2.58 d

U7 1.52 e

U8 1.24 e

Lampiran 3 : Data Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit


(55)

I II III

U1T1 453 466 413 1332 444.00

U1T2 413 415 415 1243 414.33

U1T3 402 409 424 1235 411.67

U1T4 391 427 435 1253 417.67

U1T5 389 430 395 1214 404.67

U2T1 413 311 387 1111 370.33

U2T2 398 422 366 1186 395.33

U2T3 317 309 334 960 320.00

U2T4 359 405 405 1169 389.67

U2T5 417 340 331 1088 362.67

U3T1 317 302 298 917 305.67

U3T2 301 305 287 893 297.67

U3T3 298 326 302 926 308.67

U3T4 325 317 276 918 306.00

U3T5 256 275 302 833 277.67

U4T1 202 196 212 610 203.33

U4T2 208 184 196 588 196.00

U4T3 198 221 184 603 201.00

U4T4 206 195 217 618 206.00

U4T5 217 207 211 635 211.67

U5T1 102 111 101 314 104.67

U5T2 96 98 120 314 104.67

U5T3 100 89 96 285 95.00

U5T4 96 107 99 302 100.67

U5T5 112 113 112 337 112.33

U6T1 56 41 0 97 32.33

U6T2 62 0 0 62 20.67

U6T3 54 48 42 144 48.00

U6T4 62 51 52 165 55.00

U6T5 0 42 61 103 34.33

U7T1 19 0 15 34 11.33

U7T2 21 0 14 35 11.67

U7T3 7 23 0 30 10.00

U7T4 0 0 33 33 11.00

UT75 0 0 28 28 9.33

U8T1 5 0 0 5 1.67

U8T2 21 0 17 38 12.67

U8T3 0 0 0 0 0.00

U8T4 19 10 0 29 9.67

U8T5 7 0 0 7 2.33

Total 7319 7195 7180 21694

Rataan 182..98 179.88 179.50 180.78

Tabel Dwikasta Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur


(56)

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 1332 1243 1235 1253 1214 6277 418.47

U2 1111 1186 960 1169 1088 5514 367.60

U3 917 893 926 918 833 4487 299.13

U4 610 588 603 618 635 3054 203.60

U5 314 314 285 302 337 1552 103.47

U6 97 62 144 165 103 571 38.07

U7 34 35 30 33 28 160 10.67

U8 5 38 0 29 7 79 5.27

Total 4420 4359 4183 4487 4245 21694

Rataan 184.17 181.63 174.29 186.96 176.88 180.78

Data Transformasi Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur


(57)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

U1T1 21.30 21.60 20.33 63.23 21.08

U1T2 20.33 20.38 20.38 61.10 20.37

U1T3 20.06 20.24 20.60 60.90 20.30

U1T4 19.79 20.68 20.87 61.33 20.44

U1T5 19.74 20.75 19.89 60.37 20.12

U2T1 20.33 17.65 19.69 57.67 19.22

U2T2 19.96 20.55 19.14 59.66 19.89

U2T3 17.82 17.59 18.29 53.70 17.90

U2T4 18.96 20.14 20.14 59.23 19.74

U2T5 20.43 18.45 18.21 57.09 19.03

U3T1 17.82 17.39 17.28 52.49 17.50

U3T2 17.36 17.48 16.96 51.80 17.27

U3T3 17.28 18.07 17.39 52.74 17.58

U3T4 18.04 17.82 16.63 52.49 17.50

U3T5 16.02 16.60 17.39 50.01 16.67

U4T1 14.23 14.02 14.58 42.83 14.28

U4T2 14.44 13.58 14.02 42.04 14.01

U4T3 14.09 14.88 13.58 42.55 14.18

U4T4 14.37 13.98 14.75 43.10 14.37

U4T5 14.75 14.40 14.54 43.70 14.57

U5T1 10.12 10.56 10.07 30.76 10.25

U5T2 9.82 9.92 10.98 30.73 10.24

U5T3 10.02 9.46 9.82 29.31 9.77

U5T4 9.82 10.37 9.97 30.17 10.06

U5T5 10.61 10.65 10.61 31.87 10.62

U6T1 7.52 6.44 0.71 14.67 4.89

U6T2 7.91 0.71 0.71 9.32 3.11

U6T3 7.38 6.96 6.52 20.87 6.96

U6T4 7.91 7.18 7.25 22.33 7.44

U6T5 0.71 6.52 7.84 15.07 5.02

U7T1 4.42 0.71 3.94 9.06 3.02

U7T2 4.64 0.71 3.81 9.15 3.05

U7T3 2.74 4.85 0.71 8.29 2.76

U7T4 0.71 0.71 5.79 7.20 2.40

UT75 0.71 0.71 5.34 6.75 2.25

U8T1 2.35 0.71 0.71 3.76 1.25

U8T2 4.64 0.71 4.18 9.53 3.18

U8T3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

U8T4 4.42 3.24 0.71 8.36 2.79

U8T5 2.74 0.71 0.71 4.15 1.38

Total 467.00 448.79 455.74 1371.49


(58)

Tabel Dwikasta Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 63.23 61.1 60.90 61.33 60.37 306.93 20.46

U2 57.67 59.66 53.70 59.23 57.09 287.35 19.16

U3 52.49 51.80 52.74 52.49 50.01 228.12 17.30

U4 42.83 42.04 42.55 43.10 43.70 214.22 14.28

U5 30.76 30.73 29.31 30.17 31.87 152.84 10.19

U6 14.67 9.32 20.87 22.33 15.07 82.26 5.48

U7 9.06 9.15 8.29 7.20 6.75 40.45 2.70

U8 3.76 9.53 2.12 8.36 4.15 27.92 1.86

Total 274.47 273.33 270.48 224.98 269.01 1371.49

Rataan 11.44 11.39 11.27 9.37 11.21 11.43

Tabel Daftar Sidik Ragam Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

SK DB JK KT Fhit F tabel

5% 1%

Perlakuan 39 5891.5 151.06

U 7 5827.39 832.48 387.2** 2.12 2.87

T 4 5.92 1.48 0.69tn 2.48 3.56

U x T 28 58.19 2.08 0.98tn 1.6 1.94

Galat 80 171.68 2.15

Total 119 6063.18

FK = 15676.54 KK = 5.39 %

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata


(59)

Uji Jarak Duncan Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

Sy = 0.12

P 2 3 4 5 6 7 8 SSR 0.05 2.83 2.98 3.08 3.14 3.20 3.24 3.28 LSR 0.05 1.08 1.13 1.17 1.19 1.22 1.23 1.25 Perlakuan U8 U7 U6 U5 U4 U3 U2 U1 Rataan 1.86 2.70 5.48 10.19 14.28 17.30 19.16 20.46

=0.05

.

a

b c

d

Perlakuan Rataan Notasi

U1 20.46 a

U2 17.30 b

U3 15.21 b

U4 14.28 b

U5 10.19 c

U6 5.48 c

U7 2.70 d


(60)

(1)

I II III

U1T1 453 466 413 1332 444.00

U1T2 413 415 415 1243 414.33

U1T3 402 409 424 1235 411.67

U1T4 391 427 435 1253 417.67

U1T5 389 430 395 1214 404.67

U2T1 413 311 387 1111 370.33

U2T2 398 422 366 1186 395.33

U2T3 317 309 334 960 320.00

U2T4 359 405 405 1169 389.67

U2T5 417 340 331 1088 362.67

U3T1 317 302 298 917 305.67

U3T2 301 305 287 893 297.67

U3T3 298 326 302 926 308.67

U3T4 325 317 276 918 306.00

U3T5 256 275 302 833 277.67

U4T1 202 196 212 610 203.33

U4T2 208 184 196 588 196.00

U4T3 198 221 184 603 201.00

U4T4 206 195 217 618 206.00

U4T5 217 207 211 635 211.67

U5T1 102 111 101 314 104.67

U5T2 96 98 120 314 104.67

U5T3 100 89 96 285 95.00

U5T4 96 107 99 302 100.67

U5T5 112 113 112 337 112.33

U6T1 56 41 0 97 32.33

U6T2 62 0 0 62 20.67

U6T3 54 48 42 144 48.00

U6T4 62 51 52 165 55.00

U6T5 0 42 61 103 34.33

U7T1 19 0 15 34 11.33

U7T2 21 0 14 35 11.67

U7T3 7 23 0 30 10.00

U7T4 0 0 33 33 11.00

UT75 0 0 28 28 9.33

U8T1 5 0 0 5 1.67

U8T2 21 0 17 38 12.67

U8T3 0 0 0 0 0.00

U8T4 19 10 0 29 9.67

U8T5 7 0 0 7 2.33

Total 7319 7195 7180 21694

Rataan 182..98 179.88 179.50 180.78

Tabel Dwikasta Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur


(2)

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 1332 1243 1235 1253 1214 6277 418.47

U2 1111 1186 960 1169 1088 5514 367.60

U3 917 893 926 918 833 4487 299.13

U4 610 588 603 618 635 3054 203.60

U5 314 314 285 302 337 1552 103.47

U6 97 62 144 165 103 571 38.07

U7 34 35 30 33 28 160 10.67

U8 5 38 0 29 7 79 5.27

Total 4420 4359 4183 4487 4245 21694

Rataan 184.17 181.63 174.29 186.96 176.88 180.78

Data Transformasi Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur


(3)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

U1T1 21.30 21.60 20.33 63.23 21.08

U1T2 20.33 20.38 20.38 61.10 20.37

U1T3 20.06 20.24 20.60 60.90 20.30

U1T4 19.79 20.68 20.87 61.33 20.44

U1T5 19.74 20.75 19.89 60.37 20.12

U2T1 20.33 17.65 19.69 57.67 19.22

U2T2 19.96 20.55 19.14 59.66 19.89

U2T3 17.82 17.59 18.29 53.70 17.90

U2T4 18.96 20.14 20.14 59.23 19.74

U2T5 20.43 18.45 18.21 57.09 19.03

U3T1 17.82 17.39 17.28 52.49 17.50

U3T2 17.36 17.48 16.96 51.80 17.27

U3T3 17.28 18.07 17.39 52.74 17.58

U3T4 18.04 17.82 16.63 52.49 17.50

U3T5 16.02 16.60 17.39 50.01 16.67

U4T1 14.23 14.02 14.58 42.83 14.28

U4T2 14.44 13.58 14.02 42.04 14.01

U4T3 14.09 14.88 13.58 42.55 14.18

U4T4 14.37 13.98 14.75 43.10 14.37

U4T5 14.75 14.40 14.54 43.70 14.57

U5T1 10.12 10.56 10.07 30.76 10.25

U5T2 9.82 9.92 10.98 30.73 10.24

U5T3 10.02 9.46 9.82 29.31 9.77

U5T4 9.82 10.37 9.97 30.17 10.06

U5T5 10.61 10.65 10.61 31.87 10.62

U6T1 7.52 6.44 0.71 14.67 4.89

U6T2 7.91 0.71 0.71 9.32 3.11

U6T3 7.38 6.96 6.52 20.87 6.96

U6T4 7.91 7.18 7.25 22.33 7.44

U6T5 0.71 6.52 7.84 15.07 5.02

U7T1 4.42 0.71 3.94 9.06 3.02

U7T2 4.64 0.71 3.81 9.15 3.05

U7T3 2.74 4.85 0.71 8.29 2.76

U7T4 0.71 0.71 5.79 7.20 2.40

UT75 0.71 0.71 5.34 6.75 2.25

U8T1 2.35 0.71 0.71 3.76 1.25

U8T2 4.64 0.71 4.18 9.53 3.18

U8T3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

U8T4 4.42 3.24 0.71 8.36 2.79

U8T5 2.74 0.71 0.71 4.15 1.38

Total 467.00 448.79 455.74 1371.49


(4)

Tabel Dwikasta Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

Faktor U

Faktor T

Total

Rataan

T1

T2

T3

T4

T5

U1 63.23 61.1 60.90 61.33 60.37 306.93 20.46

U2 57.67 59.66 53.70 59.23 57.09 287.35 19.16

U3 52.49 51.80 52.74 52.49 50.01 228.12 17.30

U4 42.83 42.04 42.55 43.10 43.70 214.22 14.28

U5 30.76 30.73 29.31 30.17 31.87 152.84 10.19

U6 14.67 9.32 20.87 22.33 15.07 82.26 5.48

U7 9.06 9.15 8.29 7.20 6.75 40.45 2.70

U8 3.76 9.53 2.12 8.36 4.15 27.92 1.86

Total 274.47 273.33 270.48 224.98 269.01 1371.49

Rataan 11.44 11.39 11.27 9.37 11.21 11.43

Tabel Daftar Sidik Ragam Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

SK DB JK KT Fhit F tabel

5% 1%

Perlakuan 39 5891.5 151.06

U 7 5827.39 832.48 387.2** 2.12 2.87

T 4 5.92 1.48 0.69tn 2.48 3.56

U x T 28 58.19 2.08 0.98tn 1.6 1.94

Galat 80 171.68 2.15

Total 119 6063.18

FK = 15676.54

KK = 5.39 %

Keterangan : ** = sangat nyata

* = nyata


(5)

Uji Jarak Duncan Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

Sy = 0.12

P

2 3 4 5 6 7 8

SSR 0.05

2.83 2.98 3.08 3.14 3.20 3.24 3.28

LSR 0.05 1.08 1.13 1.17

1.19 1.22 1.23 1.25

Perlakuan U8 U7 U6 U5 U4 U3 U2 U1

Rataan 1.86 2.70 5.48 10.19 14.28 17.30 19.16 20.46

=0.05

.

a

b

c

d

Perlakuan

Rataan

Notasi

U

1

20.46

a

U

2

17.30

b

U

3

15.21

b

U

4

14.28

b

U

5

10.19

c

U

6

5.48

c

U

7

2.70

d


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Bahan Makanan Terhadap Umur Dan Kesuburan Parasitoid Telur Tumidiclava sp Di Laboratorium

2 65 47

Daya Parasitasi Lalat (Sturmiopsis inferens Town) (Diptera:Tachinidae) Turunan Dari Beberapa Hasil Perkawinan Pada Ulat Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium

3 49 36

Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

1 35 53

Parasitoid Anastatus sp. (Hymenoptera: Eupelmidae) pada telur Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae), sebagai inang alternatif di laboratorium

0 3 64

Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

0 2 53

Cover Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

0 0 13

Abstract Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

0 0 2

Chapter II Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

0 0 10

Reference Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

0 1 3

Appendix Pengaruh Lamanya Inokulasi Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatoecia Castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium

0 1 11