Model Pemberdayaan Nelayan Berbasis Penggunaan Media Komunikasi Di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung

MODEL PEMBERDAYAAN NELAYAN BERBASIS
PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI DI PULAU
PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG

SERLY SILVIYANTI SOEPRATIKNO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pemberdayaan
Nelayan berbasis Penggunaan Media Komunikasi di Pulau Pasaran Kota Bandar
Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Serly Silviyanti S
NIM I362100011

RINGKASAN
SERLY SILVIYANTI SOEPRATIKNO. Model Pemberdayaan Nelayan berbasis
Penggunaan Media Komunikasi di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung.
Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH, MUSA HUBEIS dan NINUK
PURNANINGSIH.
Sumber penghasilan utama nelayan sangat tergantung pada hasil melaut.
Pekerjaan ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun, namun demikian produksi
yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki nelayan. Cara meningkatkan kemampuan nelayan
dilakukan pemberdayaan, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dalam mengakses informasi untuk mengubah pengetahuan dan perilaku menjadi
lebih baik. Masyarakat membutuhkan sarana untuk mengakses informasi,
ketersediaan media komunikasi dapat membantu mendiseminasikan informasi.
Media komunikasi adalah suatu alat yang mempermudah dalam menyampaikan
informasi dari seseorang kepada orang lain. Media komunikasi sering juga disebut

sebagai saluran komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis
karakteristik sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pulau Pasaran; (2)
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan media
komunikasi di Pulau Pasaran; (3) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
dengan keberdayaan nelayan di Pulau Pasaran; dan (4) merumuskan model
keberdayaan nelayan di Pulau Pasaran melalui penggunaan media komunikasi.
Metode penelitian survai dengan unit analisis yang berjumlah 125 orang.
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret
2014. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner yang sebelumnya diuji
validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas kuesioner dengan koefisien
korelasi product moment Pearson pada 30 responden ujicoba menunjukkan bahwa
parameter yang digunakan tergolong valid, dan hasil uji reliabilitas kuesioner
menyatakan kategori terandal, dengan nilai koefisien alpha Cronbach’s berkisar
antara 0,667 sampai 0,777. Data utama dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan kuesioner, dilanjutkan dengan wawancara mendalam terhadap
nelayan dan para informan, yaitu: pemuka masyarakat, petugas dinas terkait,
pengurus kelompok dan pengurus koperasi. Analisis data menggunakan: analisis
deskriptif, analisis korelasi, analisis regresi berganda dan analisis jalur (path
analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Usia nelayan merupakan usia

produktif untuk bekerja dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, pendidikan
formal yang rendah, sehingga masih dibutuhkan pendidikan non formal berupa
pelatihan-pelatihan ataupun penyuluhan untuk menunjang pekerjaan responden;
(2) Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan penggunaan media komunikasi
adalah: karakteristik nelayan yang terdiri dari umur dan tingkat pendidikan
formal, dukungan lingkungan yang terdiri dari ketersediaan media komunikasi
dan ketersediaan tenaga penyuluh; (3) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata
dengan tingkat keberdayaan nelayan adalah pengalaman bekerja, jumlah
tanggungan keluarga, tingkat pendapatan rumah tangga nelayan (RTN), dukungan
lingkungan dan efektivitas fungsi media komunikasi; (4) Strategi keberdayaan
nelayan dalam penggunaan media komunikasi menjadi fungsi yang efektif adalah

dengan pengembangan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan
komunikasi sesama nelayan, terutama kepada mereka yang memiliki kemampuan
dan aksesibilitas yang lebih baik, yaitu ketua koperasi dan ketua kelompok
nelayan. Tahapan-tahapan dalam pengembangan pembelajaran di awali oleh ketua
kelompok atau ketua koperasi yang mendapatkan informasi melalui lembaga
pemerintah yang akan diberikan kepada sesama nelayan, mengenai informasi
teknologi pengolahan perikanan serta penggunaan media komunikasi seperti
internet.

Kata-kata kunci: keberdayaan, media komunikasi, nelayan

SUMMARY
SERLY SILVIYANTI, 2015. Fishermen Empowerment Model Based on
The Use of Media Communications in Pasaran Island Bandar Lampung City.
Supervised by AMIRUDDIN SALEH, MUSA HUBEIS and NINUK
PURNANINGSIH.
Fishermen own source of income which depends on the fish catch. This is
caused by their poor sailing knowledge and skills. This condition put them in
poverty line. Improving fishermen's skills can be done by empowering, improving
the quality of human resources in accessing the information to enrich their
knowledge and to make them have a better attitude. People need the platform to
access the information, therefore the availability of communication media can
help them to disseminate the information. Communication media is a tool that
eases them to share the information from one to another. Communication media is
also called as communication channel. The number of available communication
media requires consideration and planning in establishment and the use of
appropriate communication media to help disseminate the information.
Communication media is one of communication elements which has a role in the
success of the communication. Communication media is often referred as a

communication channel. This research aims to: (1) analyze the socioeconomic
characteristics of fishermen in Pasaran Island; (2) analyze the factors related to
the use of communication media in Pasaran Island; (3) analyze the factors
associated with the empowerment of fishermen in Pasaran island and (4)
analyze the factors that influence and formulate empowerment model of fishermen
in Pasaran Island through the use of communication media. The research method
applied is by survey using an analysis unit which consists of 125 people. The
research data collection was conducted in June to March 2014. The primary data
was collected by using a questionnaire which previously tested for validity and
reliability. The result of questionnaire validity with the correlation coefficient
Pearson 'product moment' to 30 try-out respondents shows the parameter used is
considered valid, and the result of questionnaire reliability test status states that it
is in an outstanding category, with its alpha Cronbach's coefficient level is
approximately between 0.667 to 0.777. The main data was collected from the
respondents using a questionnaire, continued with a profound interview with the
fishermen and the informants, such as: society leaders, related department
officers, board of communities and managers of the cooperative. In analyzing the
data, the writer use: a descriptive analysis, correlation analysis, multiple
regression analysis and path analysis.
The results show that: (1) fishermen’s age is productive age for working in

order to improve family prosperity and to improve poor formal education,
therefore non-formal education such as giving the respondents trainings or
elucidations to support their jobs is still needed. (2) The factors positively closely
related with the use of communication media are: the characteristics of fishermen
consisting of age and level of formal education; environmental supports that
consist of the availability of communication media and trainers; (3) factors
significantly with fishermen’s empower level are working experience in fishery
field, the number of family dependents, the household income level (RTN), the

support of the environment and the effective functions of the communication
media. (4) The strategy of fishermen in using communication media becoming an
effective function is by developing learning activities by functioning
communication networks among the fishermen, especially to those who have
better ability and accessibility, such as the managers of the cooperative and
board of communities. The steps in improving the learning process are started by
the group leader or the manager of cooperative who get the information through
the government institutions in the first place, and the information is supposed to
be shared to all fishermen about the fishery processing technology and also the
use of communication media like the internet.
Keywords: communication media, empowerment, fishermen


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MODEL PEMBERDAYAAN NELAYAN BERBASIS
PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI DI PULAU
PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG

SERLY SILVIYANTI SOEPRATIKNO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor

pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA
2. Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si

Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si
2. Dr Dyah Gandasari, S.P., M.M.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan, dengan judul
Model Pemberdayaan Nelayan Berbasis Penggunaan Media Komunikasi di Pulau
Pasaran.
Selesainya karya ilmiah ini tak lepas dari bimbingan dan motivasi bapak

dan ibu dosen pembimbing. Kepada Bapak Dr Ir H. Amiruddin Saleh, MS selaku
ketua komisi pembimbing, Bapak Prof Dr Ir H. Musa Hubeis dan Ibu Dr Ir Ninuk
Purnaningsih M.Si, selaku anggota komisi pembimbing, terima kasih atas nasehat
dan kesabaran selama membimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Dr Ir Djuara P Lubis MS, selaku ketua Mayor
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dan Bapak Dr Ir Arif Satria,
M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekologi Manusia yang telah memfasilitasi dan
memberi pelayanan yang sangat baik selama penulis menjadi mahasiswa di KMP.
Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak Dikti Kemendiknas sebagai
pemberi dana beasiswa studi bagi penulis. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada
Bapak Toto Heriyanto Ketua Koperasi Pulau Pasaran dan seluruh responden serta
enumerator yang telah membantu sehingga data penelitian dapat dikumpulkan.
Kepada teman-teman, Ibu Dr Riko Bintari, Ibu Rita, Bapak Dr Edi Puspito, Bapak
Dr Iwan Setiaji A, Bapak Dr Djoko Rahardjo, Ibu Dr Dyah Gandasari, Ibu
Firdanianti, Ibu DameTrully Gultom, Dedeh Kurniasih M.Si, dan Riana Putri
Dahlan M.Si serta sekretariat KMP yang setia melayani Mbak Lia dan Mbak Hetti.
Ungkapan terima kasih atas dukungan dan doa yang tiada lelah bagi
keberhasilan penulis Papa Bambang Soepratikno dan Mama Surtinalia Alamsyah.
Terima kasih untuk Bapak Damsjik Udjang yang mendoakan kelancaran
penyelesaian pendidikan penulis. Terimakasih tak hingga kepada semua saudara

dan keluarga besar yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis dalam
penyelesaian studi. Kepada suami tercinta August Thryanda S.P, M.P yang penuh
pengertian, kesabaran dan terus mendoakan dengan kasih sayang yang tulus untuk
keberhasilan penulis menyelesaikan disertasi ini.
Penulis tetap membuka diri untuk semua saran dan kritik yang membangun
untuk menambah makna disertasi ini. Harapan penulis, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Serly Silviyanti S

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian

Kebaruan
Ruang Lingkup Penelitian

vi
vi
vii
1
1
2
24
24
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Dimensi Komunikasi
Dimensi Media
Dimensi Pemberdayaan
Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan

7
7
9
19
24

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Hipotesis

40
40
42

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi danWaktu Penelitian
Unit Analisis Penelitian
Data dan Instrumentasi
Definisi Operasional
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data

44
44
44
44
44
46
49
51
50

PROFIL UMUM MASYARAKAT NELAYAN DI PULAU PASARAN
Abstrak

53
53

Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI PADA MASYARAKAT
NELAYAN PULAU PASARAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

53
54
55
66
69
69
69
70
71
77

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERDAYAAN
NELAYAN DI PULAU PASARAN
79
Abstrak
79
Pendahuluan
79
Metode Penelitian
80
Hasil dan Pembahasan
81
Simpulan
87
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERDAYAAN
NELAYAN
89
Abstrak
89
Pendahuluan
89
Metode Penelitian
90
Hasil dan Pembahasan
90
Simpulan
103
PEMBAHASAN UMUM
105
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

109
109
109
111
117
125

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Tinjauan penelitian terdahulu yang relevan
Indikator, definisi operasional dan parameter pengukuran
karakteristik nelayan
Indikator, definisi operasional dan parameter pengukuran dukungan
lingkungan
Indikator, definisi operasional dan parameter pengukuran moda
komunikasi
Indikator, definisi operasional dan parameter pengukuran efektivitas
fungsi media
Indikator, definisi operasional dan parameter pengukuran keberdayaan
nelayan
Nilai uji reliabilitas instrumen penelitian
Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Pulau Pasaran Kecamatan
teluk betung barat kota bandar lampung tahun 2013
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
Sebaran masyarakat berdasarkan karakteristik nelayan, 2014
Sebaran responden berdasarkan rataan karakteristik nelayan, 2014
Rataan skor responden berdasarkan dukungan lingkungan
Sebaran moda komunikasi di pulau pasaran, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik nelayan dengan moda
komunikasi

25
46
47
48
49
50
51
57
57
64
71
71
73
75

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Nilai koefisien korelasi antara dukungan lingkungan dengan moda
komunikasi
Rataan skor responden berdasarkan efektivitas fungsi media
Rataan skor responden berdasarkan tingkat keberdayaan nelayan
Hubungan antara karakteristik nelayan dengan keberdayaan nelayan
Hubungan antara efektivitas fungsi media dengan keberdayaan nelayan
Hubungan antara moda media komunikasi dengan keberdayaan nelayan
Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang
memengaruhi keberdayaan nelayan
Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang
memengaruhi penggunaan media komunikasi
Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang
memengaruhi efektivitas fungsi media komunikasi
Matrik SWOT kualitatif untuk penentuan strategi pemberdayaan
nelayan di Pulau Pasaran

77
82
83
84
85
86
93
95
97
100

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran Penelitian
44
2, Sketsa Provinsi Lampung
55
3. Sketsa Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung
56
4. Hubungan antar peubah penelitian faktor yang berhubungan dengan moda
komunikasi
70
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan
81
6. Diagram antar peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan
91
7. Faktor yang memengaruhi keberdayaan nelayan secara nyata, 2014
98
8. Rancangan strategi peningkatan keberdayaan nelayan
103

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan sumber daya alam (SDA) pesisir, dewasa ini semakin disadari
oleh banyak orang dan pemerintah bahwa sumber daya ini merupakan suatu
potensi yang sangat menjanjikan dalam mendukung tingkat perekonomian
masyarakat Indonesia, terutama bagi nelayan. Konsekuensi logis dari sumber daya
pesisir sebagai sumber daya milik bersama (common property) dan terbuka untuk
umum (open acces), maka pemanfaatan SDA pesisir dan laut semakin meningkat
di hampir semua wilayah. Di samping itu, berbagai aktivitas manusia, baik di
wilayah pesisir dan laut, serta kegiatan di daratan (upland) yang juga dapat
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Kondisi ini menimbulkan tekanan
lingkungan bahkan cenderung merusak SDA pesisir dan laut yang cenderung
meningkat intensitasnya dari waktu ke waktu, sehingga pada akhirnya
menimbulkan menurunnya daya dukung sumber daya. Namun demikian, hingga
saat ini tingkat pemanfaatan sumber daya pesisir masih jauh dari tingkat optimal
dan berkelanjutan, sehingga diperlukan upaya yang secara terus-menerus dalam
rangka pengelolaan dan pemanfaatan yang lebih optimal.
Salah satu provinsi yang terus berusaha meningkatkan hasil di bidang
kelautan adalah Provinsi Lampung. Salah satu wilayah penghasil sumber daya
perikanan di Provinsi Lampung adalah Kota Bandar Lampung. Luas kawasan
pesisir Kota Bandar Lampung memiliki daratan seluas 192,21 km2 dengan
panjang garis pantai 27,01 km dan luas desa pesisir 56,57 km2. Sepanjang
kawasan pesisir Kota Bandar Lampung yang merupakan bagian dari Teluk
Lampung terus berupaya untuk dikembangkan (BPN 2008). Kota Bandar
Lampung memiliki dua pulau yang diberi nama Pulau Kubur dan Pulau Pasaran.
Pulau Kubur relatif kecil dengan luas mencapai lima hektar, pulau ini tidak
berpenghuni dan memiliki topografi berupa pasir putih landai, daratan datar
dengan vegetasi berupa tanaman tingkat tinggi, pohon kelapa dan semak belukar.
Pulau Pasaran sendiri memiliki luas mencapai 11,7 ha, yang sebagian wilayahnya
merupakan hasil reklamasi. Pulau Pasaran merupakan pulau yang berpenghuni
padat dengan 254 Kepala Keluarga (KK). Pulau ini merupakan suatu desa nelayan
yang memiliki usaha dominan, yaitu pengeringan ikan asin dan pengeringan teri
kering.
Saat ini Pulau Pasaran dikenal luas sebagai salah satu wilayah penghasil
ikan teri terbesar di Provinsi Lampung. Produk ikan teri kering yang menjadi
prioritas pengolah di Pulau Pasaran adalah ikan jenis teri yang terdiri dari teri
nasi, teri nilon (nasi-nasian) dan teri jengki. Namun, selain itu pengolah juga
mengusahakan ikan kering jenis lainnya. Produk teri nasi di pulau ini mempunyai
potensi ekspor yang cukup besar, karena dalam satu siklus produksi dapat
menghasilkan ± 20 ton teri kering. Saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) juga akan
menggalakkan program pengembangan komoditi dengan pola yang berbasis
klaster. Program ini sangat cocok dilaksanakan di Pulau Pasaran mengingat
produk ikan teri sudah menjadi produk utama di pulau tersebut. Usaha ini
menjadi andalan sumber pekerjaan dan pendapatan masyarakat yang tinggal di
pulau maupun pekerja dari luar pulau.

2
Total omset penjualan yang diperoleh oleh pengolah dari kelima jenis ikan
kering (teri nasi, teri nilon, teri jengki, ikan tanjan dan cumi kering) mencapai
Rp.713.947.500 per siklus produksi. Bergeraknya perekonomian di Pulau Pasaran
dapat dilihat dari perkembangan beberapa indikator selama periode tahun 20102011 terjadi peningkatan volume penjualan 68,49 persen dari kapasitas produksi
2.047 ton pada tahun 2010 menjadi 3.449 ton pada tahun 2011. Nilai penjualan
meningkat 52,08 persen dari omset Rp713.947.500 pada tahun 2010 menjadi
Rp1.086.873.661 pada tahun 2011. Posisi Pulau Pasaran yang berada di daerah
teluk membuat ikan teri di Pulau Pasaran tersedia sepanjang tahun, hal ini berbeda
dengan ikan teri di kawasan Labuhan Maringgai Lampung Timur, yang juga
masyarakatnya berusaha pengeringan ikan asin. Pengolah ikan teri asin di
Labuhan Maringgai hanya dapat menangkap tujuh ton teri per hari dalam satu
siklus produksi.
Sebagai sumber kehidupan masyarakat, kegiatan usaha pengolahan ikan
teri juga dihadapkan pada berbagai kendala. Sarana dan prasarana pengolahan
yang digunakan masih sangat sederhana dan tradisional. Alat yang sederhana
ini sangat memengaruhi mutu produksi ikan teri yang dihasilkan sehingga
harga jualnya kurang kompetitif. Saat ini bahan baku untuk memproduksi ikan
asin cukup sulit didapatkan, dikarenakan cuaca belum stabil. Tingkat turunnya
hujan yang tidak menentu juga turut memengaruhi penjemuran ikan asin secara
konvensional atau membutuhkan panas matahari yang cukup terik. Rendahnya
pendidikan dan pengetahuan nelayan di Pulau Pasaran juga diduga menjadi faktor
penyebab para nelayan belum bisa berkembang untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya sehingga keberdayaan nelayan masih terlihat rendah.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Pulau Pasaran menyebabkan
kemampuannya dalam menyerap informasi dan mengadopsi teknologi relatif
sangat terbatas. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan berakibat pada
rendahnya kemampuan dalam mengelola usahanya, sehingga tidak dapat
berkembang dengan baik dan rataan pendapatan menjadi rendah (Cahyono 2012).
Hasil penelitian Pingkan (2007), menyatakan bahwa keberdayaan nelayan dapat
dilakukan melalui peningkatan kompetensi nelayan dengan satu strategi internal
melalui peningkatan, penyesuaian, dan pengembangan kompetensi yang dilakukan
pada diri nelayan. Pengembangan kompetensi nelayan dengan memperkaya
wawasan pengetahuan yang diperoleh melalui media komunikasi yang menjadi
saluran informasi.
Rumusan Masalah
Semakin tinggi mutu sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, maka
akan semakin besar kemampuan masyarakat pesisir dalam memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk mendapatkan penghasilan yang
memadai. Persaingan usaha di bidang perikanan, menuntut masyarakat pesisir
harus mampu mengembangkan dirinya menjadi masyarakat yang lebih mampu
menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan usahanya saat ini. Namun, melihat mutu
sumber daya masyarakat pesisir yang belum sepenuhnya adaptif dengan
perubahan lingkungan yang cepat, maka perubahan kondisi masyarakat pesisir
tradisional menjadi masyarakat pesisir yang lebih maju membutuhkan proses
perubahan yang terencana dengan baik.

3
Terdapat kondisi yang telah berubah pada masyarakat pesisir yang sejak
turun-temurun telah menjadikan kegiatan melaut sebagai mata pencaharian utama.
Saat ini pekerjaan melaut tidak lagi dilakukan sekedar berorientasi memenuhi
kebutuhan keluarga. Nelayan telah menyadari nilai ekonomis yang tinggi dari
sumber daya laut, khususnya sumber daya perikanan. Namun, masih banyak
hambatan yang dihadapi masyarakat pesisir untuk maju dan memanfaatkan
peluang pasar perikanan. Kebutuhan konsumen akan hasil-hasil perikanan kini
tidak murni bergantung pada masyarakat pesisir tradisional. Pengusaha-pengusaha
perikanan telah menjadi pesaing utama masyarakat pesisir dalam mengisi pasar
hasil-hasil perikanan dan kelautan. Dengan peralatan tangkap yang canggih, para
pengusaha perikanan dapat melaut hingga laut lepas dan mencari area yang
potensial sumber daya perikanannya tanpa terlalu tergantung pada musim. Harga
jual hasil tangkapan para pengusaha perikanan juga tidak tergantung pada
tengkulak ataupun perantara, tetapi nelayan dapat menentukan harga pasar.
Masyarakat pesisir perlu membenahi sistem usahanya, dan memiliki
kompetensi yang sesuai untuk dapat memanfaatkan peluang usaha yang terbuka.
Masyarakat pesisir tradisional harus menjadi masyarakat pesisir yang maju dalam
menjalankan usahanya, sehingga dapat memainkan peran aktif dan ikut
menentukan dalam pasar perikanan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dengan sistem usaha yang tepat dan kesempatan yang terbuka luas, serta
kompetensi yang memadai, diharapkan masyarakat pesisir dapat menjalankan
usahanya dengan baik, sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumennya.
Pulau Pasaran sebagai wilayah penghasil ikan kering di Kota Bandar
Lampung, memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pengolah ikan
kering di wilayah lainnya, setelah nelayan mendapatkan ikan di bagan miliknya,
mereka menghubungi para pengolah ikan. Pengolah ikan akan datang dengan
perahunya untuk langsung membeli ikan di tengah laut dan dilakukan perebusan
menggunakan garam untuk mengasinkan ikan. Perebusan ikan teri dilakukan di
laut dalam agar mutunya bagus, bebas dari pencemaran.
Produk hasil olahan Pulau Pasaran dijual dalam bentuk barang setengah jadi
dan dipasarkan tanpa ada pengemasan lebih lanjut, hanya dikemas dengan
menggunakan kardus ukuran besar yang bertuliskan “Pulau Pasaran.” Hal ini
berdampak pada nilai jual produk yang rendah dan kekuatan merek dari Pulau
Pasaran menjadi lemah. Produk olahan tersebut akan dikemas ulang oleh pembeli
yang ada di Jakarta dengan kemasan yang lebih menarik tanpa mencantumkan
produk olahan ini berasal dari Pulau Pasaran, melainkan menggunakan merek
dagang miliknya sendiri, sehingga produk olahan yang berasal dari Pulau Pasaran
menjadi kurang terkenal. Ini semua terjadi karena kurangnya keterampilan yang
dimiliki oleh masyarakat yang ada di Pulau Pasaran.
Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan Pulau Pasaran tergolong
rendah karena kurangnya perhatian Dinas Kelautan dan Perikanan dalam
memberikan informasi terbaru terkait dengan teknologi, harga, pemasaran dan
pengelolaan dalam kelompok. Masyarakat Pulau Pasaran mengetahui harga jual
produk olahannya hanya dari para pembeli yang ada di Jakarta melalui handphone
dan masyarakat kurang mendapatkan informasi harga pasaran yang berlaku saat
ini, karena keterbatasan informasi dan sarana prasarana yang sangat minim.
Masyarakat Pulau Pasaran pada umumnya belum banyak tersentuh teknologi
modern, kualitas masyarakat yang rendah dan tingkat produktivitas hasil

4
tangkapannya juga sangat rendah. Pengembangan potensi Pulau Pasaran dimulai
pada pencerdasan masyarakat Pulau Pasaran itu sendiri agar mereka paham dan
mengerti bagaimana memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan dan mata
pencahariannya dapat dipandang sebagai mata pencaharian unggulan.
Setiap nelayan ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui
usahanya, dan untuk membuka seluruh wawasan pengetahuannya, maka
diperlukan sarana komunikasi untuk menjembatani usaha nelayan agar dapat
membantu membuka cara berpikir, cara bekerja, dan cara berusaha agar terjadi
pengembangan usahanya. Media komunikasi menjadi penting dalam penyebaran
informasi-informasi pembangunan, dampaknya adalah perlu adanya praktek
pemanfaatan teknologi komunikasi yang dapat mendukung penyebarluasan
informasi-informasi pembangunan. Potensi yang ada di Pulau Pasaran ini
tergolong banyak dan perlu dikembangkan, serta tidak dapat lepas dari peran
penting penggunaan media komunikasi yang telah terjangkau di Pulau Pasaran.
Hanya saja SDM yang belum bisa memanfaatkan media yang ada, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan untuk menggunakannya, sehingga masyarakat sulit
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Memperhatikan gejala-gejala di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pulau Pasaran?
2. Faktor-faktor apakah yang berhubungan dalam penggunaan media komunikasi
oleh nelayan di Pulau Pasaran?
3. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi keberdayaan nelayan di Pulau
Pasaran melalui penggunaan media komunikasi?
4. Bagaimana model yang tepat dalam penggunaan media komunikasi guna
meningkatkan keberdayaan nelayan di Pulau Pasaran?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka
penelitian bertujuan untuk:
1. Menganalisis karakteristik sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pulau
Pasaran.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan media
komunikasi di Pulau Pasaran.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keberdayaan nelayan di Pulau
Pasaran melalui penggunaan media komunikasi
4. Mendesain model penggunaan media komunikasi dalam hubungannya dengan
keberdayaan nelayan di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung
Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran bagi upaya pemberdayaan nelayan, yaitu:
1. Pemerintah Daerah, sebagai kontribusi pemikiran dan masukan dalam
merumuskan kebijakan dalam penggunaan media dalam program
pemberdayaan masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
keberhasilan pembangunan.

5
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian diharapkan menjadi tambahan informasi
tentang bagaimana memanfaatkan media komunikasi untuk kemajuan taraf
hidupnya.
3. Bagi dunia keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi pembangunan
pertanian dan pedesaan dalam merumuskan strategi media komunikasi yang
tepat untuk meningkatkan kompetensi masyarakat pesisir dalam
pengembangan potensi wilayah.
Kebaruan
Penelitian yang terkait dengan media komunikasi dan keberdayaan
nelayan banyak dilakukan, dengan hanya melihat pemanfaatan media massa dan
komunikasi interpersonal. Penelitian ini memodifikasi peubah-peubah dari
penelitian komunikasi penelitian terdahulu dan disesuaikan dengan daerah
penelitian yaitu memasukkan indikator komunikasi kelompok dan media hybrid,
serta fungsi media komunikasi sebagai salah satu peubah yang memengaruhi
keberdayaan nelayan. Penelitian ini lebih fokus pada aspek pemanfaatan media
komunikasi untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan nelayan agar
keberdayaan nelayan dapat meningkat.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian komunikasi, yaitu
mengenai moda komunikasi di tingkat individu nelayan untuk mencari informasi
sesuai dengan teori komunikasi bermedia.

6

7
TINJAUAN PUSTAKA
Dimensi Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan lebih dari makhluk hidup
lainnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yang artinya manusia tidak
dapat terlepas dari individu yang lain dan untuk mendukung jalannya interaksi
tersebut maka diperlukan suatu komunikasi sebagai media atau jembatan antara
individu satu dengan individu lainnya. Komunikasi bukan hanya sebuah
percakapan yang terjadi dengan orang lain, tetapi komunikasi adalah sebuah
proses pengiriman pesan yang dikirim oleh pihak yang mengirim kepada pihak
yang menerima. Komunikasi memiliki berbagai macam tingkatan, mulai dari
komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi
interpersonal (komunikasi perorangan), komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi, komunikasi publik, komunikasi massa, komunikasi antar budaya dan
komunikasi internasional.
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, yang terlibat dalam komunikasi itu
adalah manusia dan komunikasinya yang disebut komunikasi sosial atau social
communication. Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan
tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media,
baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media
nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan
sebagainya. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional
(intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan
perencanaan. Dalam hal ini kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang
akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan bisa disarikan bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu, atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam hal ini, para
peminat komunikasi sering sekali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh
Lasswell (2007), dalam karyanya The Structure and Function Communication in
Society, guna memahami komunikasi, sehingga dapat dilancarkan secara efektif.
Lasswell (2007) mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says What in
Channel to Whom What in Effect? Paradigma Lasswell ini menunjukkan pada
komunikasi ini meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Berdasarkan
paradigma tersebut, maka pengertian komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dan menimbulkan efek
tertentu (Effendy 2007).
Pengertian dan Peran Komunikasi Pembangunan
Gumilar (2008) mengemukakan bahwa konsep komunikasi pembangunan
dapat dilihat dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, komunikasi
pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas

8
pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam
usaha pembangunan; terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari
proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan.
Dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara,
serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan
yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan, serta ditujukan kepada
masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat
memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan
yang disampaikan.
Komunikasi dipandang sebagai sarana, alat atau saluran penyampaian ide
dan gagasan pembangunan. Pada konteks ini, proses pembangunan melibatkan
komunikasi sebagai salah satu unsur penting yang terdapat tiga komponen, yakni
komunikator pembangunan, bisa aparat pemerintah, penyuluh, Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM), ataupun masyarakat termasuk lembaga-lembaga di lokal
hingga internasional. Pesan pembangunan berisi ide-ide ataupun programprogram pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat yang
menjadi sasaran pembangunan. Media yang digunakan bisa bermacam-macam di
antaranya televisi (TV), radio, koran dan lain sebagainya.
Peran komunikasi pembangunan untuk berbagi pengetahuan (knowledgesharing model) secara setara memusatkan perhatian kepada posisi yang setara
antara pemberi dan penerima manfaat pembangunan (benefactors and
beneficiaries). Dalam posisi setara ini keduanya saling memengaruhi dan berbagi
pengetahuan. Komunikasi berperan penting dalam mempercepat pembangunan.
Schramm dalam Nasution (2002) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam
suatu perubahan sosial untuk pembangunan nasional, yaitu:
1. Menyampaikan informasi tentang pembangunan nasional kepada masyarakat
agar dapat memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan
dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan dan membangkitkan
aspirasi nasional.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara
aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan
semua pihak yang membuat keputusan mengenai perubahan, memberi
kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan
mendengarkan pendapat rakyat kecil, serta menciptakan arus informasi yang
berjalan lancar dari bawah ke atas.
3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan yang mendukung
proses untuk mengubah hidup masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas, Rogers (2003) merangkum peran utama
komunikasi dalam pembangunan sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi teknis mengenai berbagai masalah dan kemungkinan
pembangunan serta berbagai inovasi yang tepat untuk menjawab berbagai
permintaan lokal.
2. Menyebarkan informasi tentang pencapaian-pencapaian pembangunan dari
kelompok-kelompok lokal, sehingga kelompok lain dapat memperoleh
keuntungan dari pengalaman kelompok lain dan dapat menjadi motivasi untuk
meraih pencapaian sempurna.
Tidak diragukan lagi, peran komunikasi dalam proses pembangunan adalah untuk
mengubah sikap dan perilaku masyarakat sebagai subyek dan obyek

9
pembangunan. Khusus untuk pembangunan daerah, komunikasi sebagai sarana
untuk menciptakan lingkungan manusiawi yang diperlukan untuk berhasilnya
program pembangunan di daerah. Kurang pengetahuan dan pemahaman aparat
dapat memperlemah penerimaan mereka terhadap suatu perubahan.
Dimensi Media
Pengertian Media dan Penggunaan Media
Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau
pengantar. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997), media adalah segala
bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi, sedangkan
pengertian media menurut Djamarah (1995) adalah alat bantu yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya ditegaskan oleh Arsyad (2002), media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar. Jadi, media merupakan alat perantara yang
diciptakan untuk menyalurkan pesan dengan tujuan agar pemakai dapat lebih
mudah dalam mencapai suatu tujuan. Media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Fungsi Media
Media adalah benda yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan
baik dalam bentuk sebuah data, gelombang frekwensi, gambar, suara atau tulisan
yang memiliki makna tertentu. Secara sederhana, media komunikasi ialah
perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan
yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut.
Sedangkan fungsi media komunikasi (Burgon & Huffner 2002) ialah untuk:
1. Efisiensi penyebaran informasi; dengan adanya media komunikasi akan lebih
membuat penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di
sini ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran dan waktu. Misalnya
memberikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri cukup melalui Short Message
Service (SMS), Multimedia Messaging Service (MMS), e-mail, mailist dan
media canggih lainnya. Hal ini lebih disukai karena nilai praktisnya jika
dibandingkan dengan mengirimkan kartu lebaran.
2. Memperkuat eksistensi informasi; dengan adanya media komunikasi, dapat
membuat informasi atau pesan lebih kuat berkesan terhadap audience/
komunikan. Suatu contoh, dosen yang mengajar dengan multimedia akan lebih
efektif berkesan daripada dosen yang mengajar secara konvensional.
3. Mendidik/mengarahkan/persuasi; media komunikasi dapat lebih menarik
audience tentunya mempermudah komunikator dalam mempersuasi, mendidik
dan mengarahkan karena adanya efek emosi positif.
4. Menghibur/entertain/joyfull; media komunikasi tentunya lebih menyenangkan
(bagi yang familiar) dan dapat memberikan hiburan tersendiri bagi audience.
5. Kontrol sosial; media komunikasi akan lebih mempunyai fungsi pengawasan
terhadap kebijakan sosial. Seperti misalnya, informasi yang disampaikan
melalui TV dan internet akan lebih mempunyai kontrol sosial terhadap

10
kebijakan pemerintah, sehingga pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap
dampak kebijakan tersebut.
Pengertian Media Komunikasi
Media merupakan alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk
menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan, seperti dikemukakan oleh
McQuail dalam Littlejohn dan Foss (2008) yang mengatakan bahwa media
merupakan penerjemah yang membantu memahami, landasan atau pembawa yang
menyajikan informasi, penyaring yang menyaring bagian-bagian dari pengalaman.
Secara lebih rinci McLuhan dalam Anwas et al. (2009) membagi media ke dalam
tiga kategori, yaitu: (1) presentation media adalah bentuk komunikasi yang
sifatnya face-to face, seperti pidato, ceramah, atau bentuk-bentuk komunikasi
dengan lebih dari dua orang tetapi masih face to face; (2) representation media
adalah media yang pesan-pesannya diwujudkan dalam bentuk simbol yang
dicetak, disampaikan melalui jarak jauh dan menggunakan teknologi untuk
memproduksi pesan-pesannya, misalnya: surat kabar, majalah, dan media lainnya;
dan (3) electronic atau mechanical media adalah media yang penggunaannya
hampir sama dengan representation media akan tetapi ada proses encoding dan
decoding pesan pada saat penerimaan dan pengiriman pesan, misalnya: telepon,
radio, TV, dan media lainnya.
Di sisi lain, suatu media akan digunakan dan dimanfaatkan tergantung
kepada (1) ketersediaan media, (2) kualitas media dan (3) kesesuaian media (Eko
et al. 2000). Penggunaan informasi tergantung pada kredibilitas suatu media
informasi. Tingkat kredibilitas media tersebut sangat bergantung pada tingkat
kemanfaatan informasi bagi pengguna, mampu memecahkan masalah dan
disampaikan tepat waktu dan tepat sasaran. Efektivitas dan efisiensi penggunaan
media tergantung dari komunikasi yang dilakukan. Media yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah media komunikasi.
Media komunikasi sangat memengaruhi dalam proses komunikasi. Media
komunikasi merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mempermudah
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan, untuk mencapai
tujuan yang ditentukan. Media komunikasi sangat berperan dalam memengaruhi
perubahan masyarakat.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi
terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Efektivitas dalam
komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan positif antara
teman, keluarga, masyarakat, maupun pihak-pihak yang saling berkomunikasi.
Hal tersebut memberikan manfaat dan memelihara hubungan antarpribadi.
Media Kelompok
Untuk Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan,
maka proses penyuluhan tidak hanya dapat dilakukan langsung kepada pelaku
utama/pelaku usaha selaku sasaran utama penyuluhan perikanan, tetapi juga dapat
dilakukan melalui sasaran antara penyuluhan sebagaimana tercantum dalam UU
Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan, yakni kelompok atau lembaga pemerhati perikanan, serta generasi

11
muda dan tokoh masyarakat. Kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan
individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama, sedangkan yang
dimaksud dengan kelompok perikanan atau dapat juga disebut dengan
kelembagaan pelaku utama perikanan sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP. 14/MEN/2012 adalah kumpulan
para pelaku utama yang terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan
yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di
dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan (KKP 2013).
Suatu ciri esensial kelompok adalah bahwa anggota-anggotanya mempunyai
sesuatu yang dianggap sebagai milik bersama. Anggota kelompok menyadari
bahwa apa yang dimiliki bersama mengakibatkan adanya perbedaan dengan
kelompok lain. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan yang
ditujukan kepada sasaran antara dalam hal ini kelompok, sangat dipengaruhi oleh
proses penumbuhan dan pengembangan dari kelompok itu sendiri. Umumnya,
penumbuhan kelompok pelaku utama perikanan lebih didasarkan pada hal-hal
yang bersifat fisik atau lebih berorientasi pada homogenitas atau kesamaankesamaan secara fisik yang dimiliki oleh setiap anggota seperti usia, jenis
kelamin, agama, usaha dan sifat-sifat fisik lainnya.
Kelompok tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan komunikasi. Komunikasi
merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi kelompok.
Burgoon dan Huffner (2002) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai
interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau
tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah, sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Menurut Burgoon dan
Huffner (2002) empat unsur yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :
1. Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud
atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya.
2. Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap
anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan
juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal, maupun non verbal dari
setiap anggotanya.
3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai unsur ketiga dari definisi di atas,
bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe
identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi,
maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan
pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki
tujuan pemeliharaan diri (self maintenance), biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri.
Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi,
kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari
kelompok itu sendiri. Apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan
masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe
pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
4. Unsur terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan
karakteristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti

12
bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan
satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas.
Di samping itu, identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil
dan permanen.
Media Massa
Media massa merupakan media komunikasi masyarakat yang mampu
menimbulkan keserempakan khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak
secara bersama-sama mengenai pesan yang dikomunikasikan melalui media
tersebut, misalnya radio, TV, surat kabar, dan majalah. Media massa berfungsi
untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum mengenai suatu hal.
Media juga mempunyai kemampuan institusi yang dapat membentuk opini, antara
lain karena media berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide, atau
gagasan dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang direpresentasikan dalam
konteks kehidupan yang lebih empiris (Sobur 2001).
Media dalam komunikasi massa mempunyai peranan yang sangat penting
dalam memberitahu dan memengaruhi khalayak. Pemilihan media yang tepat
tentunya akan membantu komunikator menyampaikan pesannya dengan jelas dan
mudah dimengerti sehingga akan tercipta persepsi yang sama. Media massa
dengan berbagai karakteristiknya memiliki potensi besar untuk menyampaikan
informasi secara berkelanjutan. Dalam penelitian ini media massa yang
dimaksudkan adalah surat kabar, leaflet, majalah, brosur, TV dan radio. Jenis
media massa dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Media Cetak
Media cetak dapat berpengaruh besar bagi masyarakat, bisa berpengaruh
positif, yaitu dapat menambah pengetahuan, atau wawasan dan bisa mempelajari
hal-hal yang belum diketahui, kemudian media cetak juga dapat berpengaruh
negatif, yaitu tidak semua masyarakat, khususnya nelayan bisa membaca. Media
cetak (seperti brosur, leaflet, surat kabar dan majalah pertanian merupakan visual
aid) berfungsi sebagai bahan publikasi untuk menyebarluaskan informasi
pertanian, khususnya kepada masyarakat tani dan masyarakat ramai yang menaruh
minat terhadap pembangunan pertanian (Samsudin 1994). Leaflet dan folder
dimaksudkan untuk memengaruhi pengetahuan dan keterampilan sasaran pada
tahap menilai, mencoba dan menerapkan (Mardikanto 1993).
Selanjutnya menurut Kelsey dan Hearne dalam Kushartanti (2007)
menyatakan bahwa untuk meningkatkan keefektivan media cetak disarankan agar
media (a) menyajikan topik yang sesuai dengan kebutuhan yang dianggap penting
dan mendesak, serta dapat diterapkan oleh masyarakat; (b) menyajikan materi
yang sesuai dengan masalah, minat dan tingkat pendidikan pembaca; (c)
menghindari konsep yang sukar; (d) menyusun fakta secara logis sehingga
pembaca dapat mengikuti secara bertahap; (e) menggunakan ilustrasi foto dan
gambar yang sesuai.
Menurut van Den Ban dan Hawkins (1999), agar publikasi teknis media
cetak yang diterbitkan oleh dinas-dinas penyuluhan efektif bagi sasaran/
penggunanya, maka media tersebut harus dikemas dalam bentuk mudah
dimengerti (comprehensive), artinya dengan menggunakan bahasa sederhana,
menyusun dan merangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas dan hal-hal pokok
dinyatakan dengan singkat dan jelas. Isi pesan ditulis sesuai dengan kemampuan

13
daya serap pembaca, bahasa yang setingkat dengan pengertiannya, dengan pilihan
pesan yang diminati dan menggunakan media yang dikenal dan menarik pesan.
Berkaitan dengan efek dari media cetak akan sangat tergantung dari sasaran
atau penggunaannya, sebab efek tidak ada seandainya sasaran atau pengguna tidak
menyukai media tersebut, meskipun media itu sarat dengan informasi dan
pengetahuan. Karakteristik media cetak (bahasa yang mudah dipahami, sesuai
kebutuhan, dan penyajian yang menarik) merupakan faktor yang dapat
memengaruhi perubahan perilaku petani (Syafruddin 2003). Banyak berbagai
surat kabar yang beredar di masyarakat yang kaya akan berbagai informasi yang
bermanfaat, namun kata kuncinya adalah membaca. Berbagai penelitian
mengungkapkan bahwa minat baca dalam masyarakat kita masih lemah.
Lemahnya minat baca dapat memengaruhi terhadap perkembangan dan efektivitas
surat kabar sebagai media informasi.
2. Media elektronik
Media elektronik adalah suatu alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber ke khalayak dengan menggunakan alat yang mengandung
listrik dan disiarkan melalui media massa modern seperti TV, radio dan film
(Muda 2003). Media elektronik dalam penerimaan informasi terhadap khalayak
memerlukan indera penglihatan dan pendengaran. Di masa sekarang komunikasi
sangatlah dibutuhkan masyarakat dan dengan adanya media elektronik tentunya
akan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Menurut Anwas et
al. (2009), jenis media elektronik, yaitu:
a. Radio, yaitu teknologi yang diguna