EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL SISWA

Oleh
MARDIANA JUWITA PASARIBU

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL SISWA

Oleh
MARDIANA JUWITA PASARIBU

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI
MIA SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini yaitu
kelas XI MIA5 dan XI MIA3. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan Non Equivalent (Pretest and Postest) Control-Group Design. Efektivitas
model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan oleh adanya perbedaan ratarata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,58 dan 0,62. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

Kata kunci: keterampilan berpikir orisinil, laju reaksi, model pembelajaran inkuiri
terbimbing


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Gajah pada tanggal 17 Januari 1993 sebagai putri
pertama dari tiga bersaudara buah hati Bapak Maslan Pasaribu dan Ibu Dewi
Nababan.

Pada tahun 1998 menyelesaikan pendidikan formal pertama di TK Pamerdisiwi
Terbanggi Besar, SD Kristen 3 Terbanggi Besar tahun 2004, SMP Negeri 3
Terbanggi Besar tahun 2007, SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun 2010.

Tahun 2010 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui seleksi jalur Ujian
Mandiri. Selama perkuliahan penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi
internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta)
FKIP Unila dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-K) Unila serta
organisasi eksternal kampus yaitu Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Cab. Bandar Lampung, Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen (POMK) FKIP
Unila dan Ikatan Mahasiswa Batak Toba Bandar Lampung (IMABATOBA).
Tahun 2013 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi di

SMA Negeri 1 Ngambur dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi
(KKN-KT) di desa Negeri Ratu, kec. Ngambur, kab. Pesisir Barat.

PERSEMBAHAN
Salam Damai Kasih Kristus bagi Kita Semua…
Puji syukur kepada Allah Bapa dan Anak-Nya Tuhan Yesus untuk
berkat yang selalu berlimpah dan kasih-Nya yang tak
berkesudahan di dalam hidupku.

Dengan penuh rasa syukur, Ku persembahkan karya ini
kepada:
 Bapak dan Ibu tercinta atas segala kasih sayang dan
pengertian untuk membesarkan, mendidik, menasehati dan
selalu membawaku di dalam doa untuk semua kebahagiaan
dan keberhasilanku. Tak mungkin aku mampu membalas
semua kasih yang telah diberikan hanya usaha, harapan
dan semangat untuk selalu membahagiakan kalianlah yang
bisa kuberikan, maaf untuk semua kesalahan yang
kulakukan.
 Adikku yang kukasihi Johanes dan Getri untuk tawa, canda

dan semangat yang selalu kalian berikan kepadaku. Terima
kasih atas harapan dan tali persaudaraan yang kudapatkan
dalam hidupku. Aku sangat menyayangi kalian.
 Keluarga besarku, untuk Nenek tercinta, paman bibi
dan sepupu-sepupu yang luar biasa terima kasih untuk
semangat, harapan besar dan juga penantian kalian
untuk aku dapat meraih keberhasilanku menyelesaikan
studi dan gelar ini.

Terima kasih kepada Almamater Tercinta atas pelajaranpelajaran hidup yang telah kudapat sebagai langkah awal
bagi kehidupan mandiri.

MOTO

“Pemberani adalah pemegang ¾ dari seluruh Dunia”
(R.A Kartini)
“Lakukanlah yang terbaik darimu, selebihnya biarkan Tuhan yang
bekerja untukmu”
(Penulis)
“Hal yang paling unik dari kehidupan adalah Bahwa Ia Dapat

Dimengerti”
(Albert Einstein)
“Kesalahan adalah refleksi diri yang bernilai tinggi”
(Penulis)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan
anugerah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Efektivitas
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Sepenuhnya disadari bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung


2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.

4.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I, yang telah berkenan
memberikan bimbingan, kesabaran dan motivasinya untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.

5.

Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku pembimbing II terima kasih atas
kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi seputar skripsi ini.


6.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku pembahas terima kasih telah memberikan kritik dan saran yang berarti untuk perbaikan skripsi ini agar lebih baik.

7.

Seluruh Dosen Pendidikan Kimia yang telah mengajar dan membimbing
selama ini, juga staf administrasi P. MIPA Unila atas segala bantuannya.

8.

Bapak Kepala SMAN 5 Bandar Lampung, staf TU, siswa kelas XI MIA 3 dan
MIA 5 SMAN 5 Bandar Lampung dan Ibu Puji Astuti, S. Si. sebagai Guru
Mitra yang sudi membantu selama penelitian.

9.

Terspecial untuk Suparno Mangisi Tua Sihotang, S.H. terima kasih untuk
motivasi, canda tawa, semangat dan doa yang selalu diberikan selama ini.


10. Sahabat Himaterku Betty Sirait, S.IP. Hixkia Marpaung, S.P. Evi Nababan,
S.Hut. Hotmauli Situmorang, S.Pd untuk motivasi, kebersamaan dan ilmu
yang saling dibagi dalam perkuliahan dan organisasi selama ini.
11. Saudara-saudara terkasih Jamilaku Amijoyo Nababan, Virgo Nababan,
Dosma Nababan dan Irawati Nababan untuk dukungan dan kebersamaannya.
12. Rekan seperjuangan di Pendidikan kimia 2010 serta kakak dan adik tingkat
Pendidikan Kimia, UKM-K Unila, GMKI cab. Bandar Lampung, Imabatoba
Bandar Lampung, POMK FKIP UNILA dan di tempat lain.

Penulis bersyukur dan berdoa, semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 17 April 2015
Penulis,

Mardiana Juwita Pasaribu

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

x

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................


5

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ...........................................................

8

B. Model Inkuiri Terbimbing ..................................................................

9


C. Keterampilan Berpikir Kreatif ............................................................

13

D. Analisis Konsep Laju Reaksi ..............................................................

16

E. Kerangka Pemikiran ............................................................................

22

F. Anggapan Dasar ..................................................................................

23

G. Hipotesis Umum .................................................................................

23

vi

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................

24

B. Data Penelitian ....................................................................................

25

C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................

25

D. Variabel Penelitian ..............................................................................

26

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ....................................

26

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.........................................................

27

G. Teknik Analisis Data ...........................................................................

29

H. Uji Hipotesis .......................................................................................

30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian dan Analisis Data .......................................................

36

B. Pembahasan ..........................................................................................

41

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................

52

B. Saran .....................................................................................................

52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ...........................................................
2. Silabus (Eksperimen) ...........................................................................
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Eksperimen) ..............................
4. Lembar Kerja Siswa (Eksperimen) ......................................................
5. Kisi-kisi Pretes dan Postes Laju Reaksi ...............................................
6. Soal Pretes-Postes ................................................................................
7. Rubrikasi Soal Pretes- Postes ...............................................................
8. Lembar Observasi Kinerja Guru (Eksperimen) ...................................
9. Lembar Observasi Afektif Siswa Kelas Eksperimen ...........................
10. Rubrik Observasi Afektif Siswa ..........................................................
11. Lembar Observasi Psikomotor Siswa (Eksperimen)............................

55
64
81
118
126
136
141
154
164
169
171

vii

12. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa (Eksperimen) ................................. 173
13. Perolehan Nilai Pretes, Nilai Postes, dan n-Gain Keterampilan
Berpikir Luwes Siswa pada Materi Laju Reaksi .................................. 177
14. Perhitungan Nilai Pretes, Nilai Postes, dan n-Gain ............................. 181

viii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ........................................................... 11
2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ......................................... 14
3. Indikator kemampuan berpikir kreatif .............................................................. 15
4. Analisis konsep materi laju reaksi ................................................................... 17
5. Desain penelitian .............................................................................................. 25
6. Hasil uji normalitas nilai pretes siswa ............................................................. 37
7. Hasil uji homogenitas nilai pretes siswa ......................................................... 38
8. Hasil uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa ......................................... 38
9. Hasil uji normalitas n-Gain siswa ................................................................... 40
10. Hasil uji homogenitas n-Gain siswa ............................................................. 40
11. Hasil uji perbedaan dua rata-rata n-Gain siswa ............................................ 41

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian ...................................................................... 29
2. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes keterampilan berpikir orisinil kelas
kontrol dan kelas eksperimen ........................................................................... 36
3. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil kelas kontrol dan kelas
eksperimen ....................................................................................................... 39

x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia
yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati, mengidentifikasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data,
meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Kimia sebagai produk dapat berupa fakta, konsep,
prinsip hukum dan teori. Sedangkan kimia sebagai sikap meliputi keterampilan
berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena. Oleh sebab itu
pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai produk,
proses dan sikap (Tim Penyusun, 2006).

Dimasa mendatang, Indonesia sangat membutuhkan generasi yang kreatif agar
bangsa Indonesia tidak hanya menjadi negara yang hanya menikmati hasil
kreativitas negara lain. Untuk itu diperlukan pendidikan yang mengarahkan pada
penguatan keterampilan berpikir kreatif, karena banyak penelitian menunjukkan
bahwa kreativitas dapat dipelajari dan dapat diterapkan dimana saja, sehingga
pendidikan harus diarahkan pada penguatan keterampilan berpikir kreatif. Secara

2

eksplisit, keterampilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar
Kompetensi Lulusan kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yakni siswa
diharapkan memiliki keterampilan berpikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di
sekolah secara mandiri (Tim Penyusun, 2013).

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih dominan menggunakan metode
ceramah dan cenderung hanya membelajarkan kimia sebagai produk saja sehingga
tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Hal tersebut diperkuat oleh hasil
observasi dan wawancara di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, diperoleh informasi
bahwa pembelajaran kimia di sekolah tersebut masih dominan menggunakan
metode ceramah. Kegiatan praktikum hanya dilakukan pada materi tertentu saja
untuk membuktikan konsep kimia yang didapat. Pada saat proses pembelajaran,
guru berperan sebagai pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima
informasi dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari informasi lainnya. Akibatnya, pembelajaran kimia cenderung hanya sebagai produk
saja dan keterampilan berpikir orisinil siswa dalam memikirkan masalah-masalah
atau hal yang tidak terpikirkan orang lain belum terlatih dengan baik sehingga
dapat disimpulkan keterampilan berpikir kreatif siswa masih rendah khususnya
keterampilan berpikir orisinil siswa.

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan mental yang terkait dengan
kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang
tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Keterampilan berpikir kreatif ini ter-

3

masuk dalam kategori berpikir tingkat tinggi yang bertujuan untuk merangsang
keingintahuan dan berpikir kreatif siswa yang dituntut untuk menciptakan sesuatu
yang baru (Munandar, 2012). Keterampilan berpikir kreatif menjadi lima macam,
yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil
(originality), berpikir elaboratif (elaboration) dan berpikir evaluatif (evaluation)
(Munandar, 2008).

Salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir
orisinil. Keterampilan berpikir orisinil adalah keterampilan yang mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri, serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim
dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Indikator perilaku yang terdapat pada keterampilan berpikir orisinil adalah memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak
terpikirkan orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru serta memilih cara berpikir lain dari pada yang lain
(Munandar, 2008).

Berdasarkan kurikulum 2013, laju reaksi merupakan salah satu materi dalam pembelajaran kimia di kelas XI IPA yang terdapat pada kompetensi dasar 3.7 adalah
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde
reaksi berdasarkan data hasil percobaan. Dan kompetensi dasar 4.7 adalah merancang, melakukan dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

Dalam mempelajari materi laju reaksi, siswa diajak untuk mempelajari keeratan
hubungan antara konsep yang dipelajari dengan fenomena laju reaksi yang terjadi

4

dalam kehidupan sehari-hari misalnya, pembakaran kertas, peledakan bom, penggunaan kembang api atau petasan, proses perkaratan besi, apel teroksidasi dan terbentuknya bahan bakar fosil (minyak bumi). Dengan cara tersebut siswa akan terpacu untuk berpikir kreatif dan mendapat banyak pengalaman secara langsung.
Tetapi yang terjadi dalam pembelajaran kimia di SMA selama ini pada materi laju
reaksi siswa terbiasa untuk menghafal materi tersebut. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep kimia
yang dipelajari dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikir orisinil dengan
indikator memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain
tidak terlatih. Jadi dapat disimpulkan dalam kegiatan pembelajaran yang
berlangsung selama ini terutama pada materi laju reaksi siswa tidak merasakan
manfaat yang ada.

Salah satu model pembelajaran konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model inkuiri terbimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan atau permasalahan. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan
diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan
melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah
terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam
Trianto, 2010).

5

Hasil penelitian sebelumnya yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu hasil penelitian Wulandari (2014) yang meneliti efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa SMA Negeri 2 Metro. Dari hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju
Reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektivitas model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan
keterampilan berpikir orisinil siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan
berpikir orisinil siswa.

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1.

Bagi siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan
belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
khususnya keterampilan berpikir orisinil.

2.

Bagi guru
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

3.

Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa apabila secara statistik ada perbedaan n-Gain
yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing dimana menurut Gulo (Trianto, 2010) model
pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 fase. Fase 1 yaitu mengajukan
pertanyaan atau permasalahan, fase 2 yaitu merumuskan hipotesis, fase 3

7

yaitu mengumpulkan data, fase 4 yaitu menganalisis data, dan fase 5 yaitu
menarik kesimpulan.
3.

Keterampilan berpikir orisinil merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kreatif yang akan diteliti, meliputi memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tidak terpikirkan orang lain (Munandar, 2008).

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan
Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh
adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer
pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Menurut Trianto (2010) konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.

Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman
mereka sebelumnya. Pengalaman ini tidak harus berupa pengalaman fisik semata
namun termasuk juga pengalaman kognitif dan pengalaman mental. Banyaknya
siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan

9

bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih
harus mengkonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam
dirinya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006).

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai (Nur dalam
Trianto, 2010). Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori
pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang
anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian
stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali
yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan
bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

10

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah :
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Membuat hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,
siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa

11

yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan
yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak
memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang baik.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda,
2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. Jujur terhadap data,
2. Rasa ingin tahu yang tinggi,
3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. Ulet dan tidak cepat putus asa,
5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa
adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
siswa.

Pada penelitian ini, tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan
oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut
dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.
No.
1.

Fase
Mengajukan
pertanyaan atau
permasalahan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Guru membagi siswa
dalam kelompok.

Siswa mengidentifikasi masalah dan
siswa duduk dalam
kelompoknya
masing-masing.

12
Tabel 1. (lanjutan)
2.

Membuat hipotesis

3.

Mengumpulkan
data

4.

Menganalisis data

5.

Membuat
kesimpulan

Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis.
Guru membimbing siswa
dalam menentukan
hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi
atau data-data melalui
percobaan maupun telaah
literatur.
Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
Guru membimbing siswa
dalam membuat
kesimpulan.

Siswa memberikan
pendapat dan menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan.

Siswa melakukan
percobaan maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan datadata atau informasi.
Siswa mengumpulkan dan menganalisis data serta
menyampaikan hasil
pengolahan data
yang terkumpul.
Siswa membuat
kesimpulan.

Menurut (Roestiyah, 1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih
baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

13

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu
siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.

Kelemahan model pembelajaran inquiry tersebut dapat diatasi dengan cara:
1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa
terdorong mengajukan dugaan awal
2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi
3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan
meskipun gagasan tersebut belum tepat.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan persoalan,
mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu
persoalan atau gagasan lama. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kreativitas,
namun hal ini sering dilupakan dalam proses pembelajaran sehingga kreativitas
tersebut tersembunyi dalam perilaku siswa yang lebih memilih untuk diam saja.
Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.
Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan
menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan
yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.

14

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.
Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)
2) Berpikir Luwes
(fleksibel)

a.
b.
a.
b.
c.

3) Berpikir Orisinil
(originality)

4) Berpikir Terperinci
(elaborasi)

a.
b.
c.

Arti
Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan;
Arus pemikiran lancar.
Menghasilkan gagasan-gagasan
yang beragam;
Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang
tidak lazim, yang lain dari yang
lain, yang jarang diberikan
kebanyakan orang.
Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
Memperinci detail-detail;
Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau
masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

15

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif.
Pengertian
Berpikir Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.
2) Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.

Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi.
2) Dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda.
3) Mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pendekatan
atau pemikiran.
Berpikir Orisinil (Originality)
1) Mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik.
2) Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.
3) Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1)

2)

Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk.
Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi lebih

Perilaku
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu
objek atau situasi.
a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau
asas dengan cara yang berbedabeda.
c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk menyelesaikannya.
a. Memikirkan masalah-masalah
atau hal yang tidak terpikirkan
orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari
pada yang lain.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang
terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-

16
Tabel 3. (lanjutan)
menarik.

Berpikir Evaluatif (Evaluation)

a.

1) Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2) Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.
3) Tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi juga melaksanakannya.

b.
c.
d.

warna, dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambarannya
sendiri atau gambar orang lain.
Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
Mencetuskan pandangan sendiri
mengenai suatu hal.
Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif
adalah keterampilan berpikir orisinil.

D. Analisis Konsep Laju Reaksi

Herron, dkk. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang
konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan
dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep
sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

Lebih lanjut lagi, Herron, dkk. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis
konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru
dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur
ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.
Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau
label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi
konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep pada materi laju reaksi ditampilkan pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. (lanjutan)
Tabel 4. Analisis konsep materi laju reaksi
No

Nama /
Label

Definisi
Konsep

Jenis
Konsep

Atribut
Kritis

Posisi Konsep

Variabel

Super
ordinat

Ordinat
Laju reaksi
kimia

Contoh

Non Contoh

Sub
Ordinat

1

Laju reaksi

Laju
berkurangnya
pereaksi atau
laju terbentuknya produk
tiap satuan
waktu

Abstrak

 Laju ber Perubahan
kurang
laju reaksi
nya
pereaksi
 Laju bertambah
nya produk

Teori
tumbukan

 Reaksi
cepat
 Reaksi
lambat

 Pita Mg dengan
larutan HCl
 Logam Zn
dengan larutan
HCl
 Kebakaran
hutan

2

Faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi

Semua faktor
yang dapat
mengendalikan laju reaksi
baik
melambatkan
reaksi maupun
mempercepat
laju reaksi

Abstrak

 Mengendali
kan laju
reaksi
 Mempercepat
reaksi
 Memperlambat
reaksi

Komposisi

Pengaruh  Kecepatan
Perubahan
reaksi
reaksi
 Waktu
perubahan

 Luas
 Makanan dalam  Laju meluruhnya batu pualam
permukaan
kulkas lebih awet dalam HCl
 Konsentrasi  Bahan makanan
pereaksi
yang dipotongpotong lebih
 Suhu
cepat matang
 Katalis

3

Luas
permukaan

Semakin besar
luas
permukaan
suatu zat,
maka laju
reaksinya
semakin cepat
dan sebaliknya

Konkrit

 Luas
permukaan
makin besar
 Laju reaksi
makin cepat
 Luas
permukaan
kecil

Besar
kecilnya luas
permukaan

Faktor yang  Suhu
mempeng-  Konsentrasi
aruhi laju
pereaksi
reaksi
 Katalis

 Laju
berlansung
cepat
 Laju berlangsung
lambat

 Mengunyah
makanan
 Sayur yang
dipotong kecil
lebih cepat
matang

 Laju meluruhnya batu pualam
dalam HCl

17

Tabel 4. (lanjutan)
No

Nama /
Label

Definisi
Konsep

Jenis
Konsep

Atribut
Kritis

Variabel

Posisi Konsep
Super
ordinat

Contoh

Ordinat

Sub
Ordinat

Non Contoh

 Laju reaksi
semakin
lambat

makin kecil
luas
permukaan
suatu zat, lajunya semakin
lambat
4

Konsentrasi
pereaksi

Semakin besar
konsentrasi
pereaksi, maka
laju reaksinya
semakin cepat
dan sebaliknya
makin kecil
konsentrasi
pereaksi, lajunya semakin
lambat

Konkrit

 Konsentrasi
makin besar
 Laju reaksi
makin cepat
 Konsentrasi
makin kecil
 Laju reaksi
semakin
lambat

Komposisi
konsentrasi

Faktor yang  Suhu
mempeng-  Luas
aruhi laju
permukaan
reaksi
 Katalis

 Laju
berlansung
cepat
 Laju berlangsung
lambat

5

Suhu

Makin tinggi
suhu makin
cepat laju
reaksi,
sebalik-nya
makin rendah
suhu makin
lambat laju
reaksinya

Konkrit

 Suhu tinggi
 Laju reaksi
cepat
 Suhu
rendah
 Laju reaksi
lambat

Perubahan
suhu

Faktor yang  Konsentrasi
mempengpereaksi
aruhi laju  Luas
reaksi
permukaan
 Katalis

 Laju
berlansung
cepat
 Laju berlangsung
lambat

 0,06 g Mg dalam HCl 1M lebih
cepat meluruh dibandingkan
dengan 0,06 g
Mg dalam 0,5 M larutan HCl

 Air yang direbus  Reaksi antara Na2S2O3
lebih cepat
dengan HCl
Mendidih pada
akan lebih
suhu tinggi
cepat bereaksi menghasilkan
dibandingkan
endapan belerang pada
dengan suhu
suhu tinggi dibandingkan
rendah
dengan padasuhu rendah
 Makanan yang
dimasak pada
suhu tinggi akan
lebih cepat

18

No

Nama /
Label

Definisi
Konsep

Jenis
Konsep

Atribut
Kritis

Variabel

Posisi Konsep
Super
ordinat

Ordinat

Contoh

Non Contoh

Sub
Ordinat
matang
dibandingkan
dengan suhu
rendah

6

Katalis

Penambahan
katalis dapat
mempercepat
laju reaksi

Abstrak

 Katalis
ditambahkan
 Laju reaksi
makin cepat

8

Persamaan
lajureaksi

Hubungan
kuantitatif
antara
konsentrasi
pereaksi
dengan laju
reaksi yang
dinyatakan
dalam suatu
persamaan

 Abstrak

 Hubungan  Tetapan
kuantitatif
laju reaksi
antara
(k)
konsentrasi  Orde reaksi
dan pereaksi (x/y)
 Dinyatakan  Laju reaksi
dalam suatu
persamaan

Pengaruh  Pengaruh
 Orde reaksi
kuantitatif
kualitatif
 Tetapan
konsentrasi konsentrasi
laju reaksi
terhadap
terhadap laju  Laju reaksi
laju reaksi
reaksi

9

Orde reaksi

Besarnya
pengaruh
konsentrasi
pereaksi
terhadap laju

 Abstrak

 Besarnya
 Penentuan
pengaruh
orde reaksi
konsentrasi
pereaksi
terhadap laju

Persamaan  Tetapan laju  Orde Nol
laju reksi
reaksi
 Orde satu
 Orde dua
 Orde
negatif

Zat yang
ditambahkan
dalam
pereaksi

Faktor yang  Konsentrasi
mempengpereaksi
aruhi laju  Luas
reaksi
permukaan
 Suhu

 Laju
berlansung
cepat
 Laju berlangsung
lambat

 Reaksi
H2O2
H2O + O2
berlangsung sangat lambat pada
suhu kamar hingga sulit teramati
sehingga ditambahkan FeCl3
sebagai kalatalis
 H2(g)+I2(g)
V= k [H2][I2]

2HI(g)

19

Tabel 4. (lanjutan)
No

Nama /
Label

Definisi
Konsep

Jenis
Konsep

Atribut
Kritis

reaksi
ditentukan
melalui
percobaan

Variabel

Posisi Konsep
Super
ordinat

Ordinat

Contoh

Non Contoh

Sub
Ordinat

reaksi

10

Orde Nol

Reaksi
dikatakan
berorde nol
terhadap salah
satu pereaksinya apabila
tidak ada
hubungan
antara
konsentrasi
pereaksi
terhadap laju
reaksinya

 Abstrak

 Tidak ada
 Perubahan
hubungan
konsentrasi
antara
pereaksi
konsentrasi
pereaksi
dengan laju
reaksi

Orde
reaksi

 Orde Satu
 Orde dua
 Orde negatif

11

Orde satu

Reaksi
dikatakan
berorde nol
terhadap salah
satu pereaksinya apabila
laju reaksi
berbanding
lurus dengan
konsentrasi

 Abstrak

 Berbanding  Perubahan
lurus antara
konsentrasi
laju reaksi
pereaksi
dengan
konsentrasi
pereaksi

Orde
reaksi

 Orde nol
 Orde dua
 Orde negatif

20

No

Nama /
Label

Definisi
Konsep

Jenis
Konsep

Atribut
Kritis

Variabel

Posisi Konsep
Super
ordinat

Ordinat

Contoh

Non Contoh

Sub
Ordinat

pereaksi
12

Orde dua

Reaksi
dikatakan
berorde nol
terhadap salah
satu pereaksinya apabila
laju reaksi
merupakan
pangkat dua
dari
konsentrasi
pereaksi

 Abstrak

 Pangkat dua  Perubahan
dari
konsentrasi
konsentrasi
pereaksi
pereaksi

Orde
reaksi

 Orde nol
 Orde satu
 Orde negatif

13

Orde negatif

Reaksi
dikatakan
berorde nol
terhadap salah
satu pereaksinya apabila
laju reaksi
berbanding
terbalik
dengan
konsentrasi
pereaksi

 Abstrak

 Laju reaksi  Perubahan
berbanding
konsentrasi
terbalik
pereaksi
dengan
konsentrasi
pereaksi

Orde
reaksi

 Orde nol
 Orde satu
 Orde dua

21

22

E. Kerangka Berpikir

Kegiatan dasar pada model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan
tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Tahap awal
pembelajaran inkuiri terbimbing ialah mengajukan pertanyaan atau masalah.
Siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diberikan tersebut di bawah bimbingan
guru. Pada tahap ini, siswa akan termotivasi untuk bertanya, menemukan berbagai kemungkinan jawaban termasuk jawaban yang tidak lazim, yang lain dari
yang lain dan jarang diberikan oleh kebanyakan orang lain atas permasalahan
yang diberikan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, tahap kedua yang
dilakukan siswa mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan
diuji kebenarannya. Pada tahap ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir
orisinil.

Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah ketiga adalah siswa mengumpulkan data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur seta melengkapi
tabel hasil percobaan untuk membuktikan bahwa hipotesis siswa tersebut benar,
tepat, dan rasional. Pada tahap ini siswa akan terpacu untuk mengajukan banyak
pertanyaan/gagasan/cara berkaitan dengan percobaan yang dilakukan.

Langkah berikutnya adalah menganalisis data hasil percobaan. Pada tahap ini,
siswa dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam menganalisis data dan
memberikan jawaban yang tak lazim dan lain dari yang lain atas pertanyaananalisis. Kemudian guru memberikan kesempatan pada masing-masing tiap

23

kelompok untuk menunjuk perwakilan kelompoknya dalam menyampaikan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan bersama-sama. Pada tahap ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir orisinil.

Tahap terakhir siswa dapat menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa diminta
menyampaikan banyak gagasannya dalam membuat kesimpulan dari masalah
yang telah diberikan pada awal pembelajaran, kemudian guru membimbing siswa
untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan. Dengan diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing pada uraian dan langkah-langkah di atas maka akan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada indikator keterampilan
berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

2.

Faktor-faktor lain di luar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran inkuiri terbimbing
efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil pada materi laju
reaksi.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 148 siswa dan tersebar dalam lima kelas. Dalam pelaksanaan pengajarannya, lima kelas tersebut
diajar dengan kurikulum 2013 dan jumlah jam belajarnya adalah empat jam
pelajaran dalam setiap minggu. Kemudian dari populasi tersebut diambil 2 kelas
yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009).

Berdasarkan masukan guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik
populasi tersebut, dengan pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas XI MIA3 dan XI MIA5 sebagai sampel penelitian. Pemilihan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara pengundian. Kelas XI MIA3
sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri

25
terbimbing, sedangkan kelas XI MIA5 sebagai kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pretes dan postes.
Data pretes adalah data hasil tes keterampilan berpikir orisinil sebelum model
pembelajaran diterapkan dan data postes adalah data hasil tes keterampilan berpikir orisinil setelah model pembelajaran diterapkan. Data ini diperoleh dari seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun data pendukung
penelitian yaitu data psikomotor siswa, data afektif siswa dan data kinerja guru.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Eqiuvalent Pretest-Posttest Control Group Design (Creswell, 1997) yang ditunjukkan
pada Tabel 5.

Tabel 5. Desain penelitian.

Kelas kontrol
Kelas eksperimen

Pretes
O1
O1

Perlakuan
X

Postes
O2
O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1).
Kemudian pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dan pada
kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model inkuiri
terbimbing (X). Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

26
D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berpikir
orisinil siswa pada materi laju reaksi.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
standar kurikulum 2013.
2. LKS Kimia dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
pada materi laju reaksi yang berjumlah 6 LKS.
3. Soal pretes dan postes yang masing-masing berisi 7 butir soal uraian untuk
mengukur keterampilan berpikir orisinil.
4. Lembar observasi psikomotor siswa, lembar observasi afektif siswa dan
lembar observasi kinerja guru.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam kon-

27
teks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara,
yaitu cara judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah
kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali. 1992).
Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara judgment oleh dosen pembimbing.
Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator dan butir-butir pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian maka dapat dinilai
bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data
sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

F. Prosedu