Pemisahan secara Partisi Pemisahan Cair-cair Penapisan Fitokimia Kromatografi Lapis Tipis KLT

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pengadukan continue pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang umumnya 25-30 C. Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang digunakan selama proses ekstraksi Tiwari, et al., 2011.

2.4 Pemisahan secara Partisi Pemisahan Cair-cair

Pemisahan dengan cara partisi atau dikenal juga dengan pemisahan cair-cair pelarut merupakan metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan tingkat kelarutannya di dalam campuran dua pelarut yang tidak bercampur. Dalam proses isolasi kandungan kimia dari bahan alam, penggunaan metode partisi dimaksudkan untuk memisahkan campuran komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak dengan menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur. Komponen kimia yang ada pada ekstrak tumbuhan akan larut ke dalam pelarut yang sesuai dengan tingkat kepolaran yang dimiliki oleh senyawa tersebut Hostettmann, 2007. Satu hal yang penting dalam proses memisahkan senyawa dengan menggunakan metode partisi ini adalah langkah dalam pemilihan pelarutnya. Dimana pelarut yang dipilih merupakan campuran dua pelarut yang tidak saling bercampur. Beberapa contoh campuran pelarut yang digunakan adalah air-diklorometana, air-eter, air-heksana Hostettmann, 2007.

2.5 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitiain fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan untuk melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal yang paling berperan penting dalam penapisan fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi Kristianti et al., 2008. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Kromatografi Lapis Tipis KLT

Kromatografi lapis tipis KLT merupakan salah satu metode pilihan kromatografi secara fisikokimia Gandjar dan Rohman, 2007. Kromatografi lapis tipis KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada KLT fase diamnya berupa lapisan yang seragam uniform pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium atau plat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini merupakan bentuk terbuka dari kromatografi kolom Gritter, et al., 1991. Kromatografi lapis tipis KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom Gritter, et al., 1991. Kromatografi lapis tipis KLT dapat digunakan untuk tujuan analitik dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya Townshend, 1995. Kromatografi lapis tipis KLT merupakan teknik yang benar-benar menguntungkan karena tingkat sensitivitasnya sangat besar dan konsekuensinya jumlah sampel lebih sedikit. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau cairan pengelusi akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara mekanik ascending, atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan menurun descending Gritter, et al., 1991. Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terelusi, dilakukan deteksi bercak Gandjar dan Rohman, 2007. Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai retardation farctor Rf. Nilai Rf diperoleh dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak Gandjar dan Rohman, 2007. Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap. Adsorben umumnya digunakan dalam KLT meliputi partikel silika gel ukuran 12 µm, alumina, mineral oksida, silika gel dengan ikatan kimia, selulosa, poliamida, polimer penukar ion, silika gel, dan fase kiral Gritter, et al., 1991. Ada beberapa cara untuk mendeteksi senyawa yang tidak berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek radiasi utama kira-kira 254 nm atau jika senyawa itu dapat dieksitasi pada radiasi UV gelombang pendek dan gelombang panjang 365 nm. Pada senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap atau lebih dan senyawa aromatik seperti turunan benzena, mempunyai serapan kuat ± di daerah 230-300 nm Stahl, 1985. Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan tipis menggunakan nilai Rf. Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa dengan KLT, sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin. Campuran pelarut yang baik memberikan fase gerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam yang polar akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang kurang sifat kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan polar Gritter, et al., 1991. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Radikal Bebas

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK KULIT BUAH KIWI (Actinidia deliciosa) DENGAN METODE 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)

4 28 24

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum Linn) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil)

16 96 83

Potensi antioksidan filtrat dan biomassa hasil fermentasi kapang endofit colletotrichum spp. dari tanaman kina (cinchona calisaya wedd.)

2 23 82

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2- Difenil-1-Pikrilhidrazil).

11 52 78

Isolasi dan Skrining Fitokimia Bakteri Endofit Dari Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Yang Berpotensi Sebagai Antibakteri

18 134 81

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ASAM LINOLEAT TERKONJUGASI HASIL SITESIS DARI RISINOLEATMINYAK JARAK DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL).

2 6 18

AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL 2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) OLEH KURKUMIN DAN TURUNAN 4-FENILKURKUMIN AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL 2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) OLEH KURKUMIN DAN TURUNAN 4-FENILKURKUMIN.

0 2 9

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN EKSTRAK AIR BUAH PALA (Myristica Fragan Houtt) DENGAN METODE DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).

0 11 89

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN CEPLIKAN (Ruellia tuberosa L.) DENGAN METODE DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl).

0 1 2

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN DEWA (Gynura procumbens) DENGAN METODE DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) - Repository Universitas Ahmad Dahlan

0 0 8