40
2.1.4 Teory Capital Asset Pricing Models
2.1.4.1 Pengertian Theory Capital Asset Pricing Models
Capital Asset Pricing Model CAPM yang dipelopori oleh sharpe, Litner dan Mossin mengasumsikan bahwa individu melakuan investasi
berdasarkan portofolio, yaitu setiap individu akan memaksimumkan tingkat keuntungan pada sesuatu tahap resiko.
CAPM mempunyai tiga asumsi, yaitu Othman dan Rahman,2002:161: 1. Investor boleh memilih yang ingin memilih antarab dua portofolio
yang diharapkan dan resiko. Seorang invetsor, hanya ingin memilih antara dua portofolio
sebagai investasi, hanya perlu mengetahui keuntungan diharapkan dan varianya. Investor boleh memilih portofolio berdasarkan asas
ini jika keuntungan portofolio adalah berdistribusi normal. Oleh karena itu, model ini mengasumsikan keuntungan portofolio
adalah berdidtribusi normal.
2. Semua Inevestor diasumsikan mempunyai jangka waktu perencanaan investasi dan distribusi keuntungan yang sama.
Semua investor merencanakan investasi mereka dalam satu jangka waktu yang sama. Pengharapan mereka adalah homogen,
yaitu semua investor setuju dengan jumlah input yang diperlukan dalam model portofolio Makowitz. Investor juga setuju dengan
keuntungan diharapkan dan jumlah matrik kovarians yang sama bagi setiap sekuritas.
3. Tidak ada halangan apa pun atau rintangan dalam pasaran modal. Ini berarti modal dan informasi bergerak dengan bebas dalam
pasaran. Oleh karena itu, tidak ada biaya perdagangan yang berkaitan dengan pembelian dan penjulan sekuritas. Model ini
mengasumsikan tidak wujudnya pajak terhadap divien. Bunga dan pendapatan atau laba modal.
2.1.5 Risiko Sistematis
Risiko sistematis syatematic risk atau risiko pasar, berhubungan dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis
atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi dihindarkan, disebut juga dengan
41
risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko
politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. P
parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur fluktuasi dari return suatu sekuritas
dalam periode tertentu. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif.
Menurut Husnan 2001:168 penilaian terhadap Beta β sendiri dapat
dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu: a. Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara
proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.
b. Apabila β 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai
saham agresif.
c. Apabila β 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai
saham defensif.
Pengukuran beta suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan Single Index Model Husnan 2001:46. Model ini berasumsi bahwa return saham
berkorelasi dengan perubahan return pasar, dan untuk mengukur korelasi tersebut bisa dilakukan dengan menghubungkan return saham individual Rit dengan return
indeks pasar Rmt.
42
Tingkat return saham ini dihitung dengan rumus berikut:
Di mana: Rt = Return saham pada akhir bulan ke t
Pt = Clossing price pada akhir bulan ke t Pt-1 = Clossing price pada akhir bulan sebelumnya t-1
Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat tergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam perubahan
harga saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi pasar
dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaana pasar modal di Indonesia yang dalam penelitian ini diwakili oleh IHSG.Untuk menghitung return pasar
market return pada periode ke-t dengan menggunakan IHSG dapat dihitung sebagai berikut:
Dimana: Rmt = Return pasar pada akhir bulan ke t
IHSGt = IHSG pada akhir bulan ke t IHSGt-1 = IHSG pada akhir bulan sebelumnya t-1
43
Sehingga rumus mencari beta dengan metode indeks tunggal adalah sebagai berikut:
Dimana: β = Beta Rmt = Retrun pasar IHSG
n = Periode Jumlah data Rit = Return Sekuritas IHSI
2.1. 6 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan perbandingan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan
dibandingkan dengan suatu waktu tertentu Anoraga, 2001 : 101. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak naik atau turun, banyak orang
melihatnya dari sisi indeks yang dicapai saat itu. Bahkan saat ini, kegiatan politik juga dihubungkan dengan harga saham yang terjadi dan terlihat dari indeks harga
saham. Indeks Harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend.
Menurut Fakhruddin 2001 : 201, indeks harga saham merupakan salah satu leading indikator bagi perekonomian. Seringkali indeks harga saham yang
mengalami kenaikan dijadikan sebagai indikator yang menandai kebangkitan