Hasil Wawancara Ibu Lusi Informan 3

Universitas Sumatera Utara si Fani juga seperti itu. Kalau Elsa, dia mau bantu kerjaan temannya. Cuma dia lalai sama tugasnya sendiri. Kan ga bagus seperti itu. Apakah Ibu memiliki saran terkait dengan pengasuhan anak-anak terkhusus anak panti asuhan ? Kalau saran ya, jangan bicara sembarangan. Hargai orang tua. Harus mengenal diri, siapa kita, bagaimana kita, bagaimana keadaan asal kita sehingga datang kesini. Berarti karena kita kurang mampu kan ? Jadi disini memang harus betul- betul mandiri, supaya dia bisa berhasil di masa depannya kan. Saran ke pengasuh diluar panti ? Kalau saya sih, selagi bisa memberikan ilmu kepada mereka untuk mempelajari yang bisa menghasilkanlah ya. Seperti membuat usaha-usaha, saya berbagi kasih dengan mereka itu memberikan ilmu, membuat sesuatu. Gimana caranya bisa menghasilkan sesuatu, berupa uanglah begitu. Biar mereka nanti suatu saat, ataupun berumah tangga. Walaupun suaminya nanti ntah gimana-gimana, mereka udah bisa tahu usaha apa yang bisa mereka lakukan. Jangan mengharapkan dari orang kita meminta-minta. Misalnya suaminya sakit, mereka sudah punya bekal sendiri yaitu ilmu yang sudah saya berikan itu. Sehingga bisa berkembang gitu. Buat anak-anak disini gitu juga, baik yang keterampilan, baik yang seni musiknya, yang lain-lain jugalah, karena itu juga ilmu kan. Jadi bisa membuat mereka berkembang. Jadi kalo saya bilang, pokoknya harus bisa mandiri mereka.

3. Hasil Wawancara Ibu Lusi Informan 3

Secara teratur kita memberi tahu, itu kan anak belum bisa mungkin dulu sebelum masuk disini. Itu dia hidupnya tidak teratur. Jadi setelah dia masuk disini, semuakan ada aturan. Nah, jadikan sudah diatur bagaimana makan, jam berapa makan-minum. Lalu bangun tidur pagi dan tidur siang, dan pagi lagi itukan sudah ada aturannya, jadwal. Jam kerja juga seperti itu. Jadi waktu main juga kita punya waktu, ada aturan waktunya, memang itu ada kesulitan karena adanya peraturan, anak sedikit memberontak. Akan tetapi, kami menjelaskan mengapa hidup itu punya aturan. Karena manusia itu, kalo nggak diatur, itu liar. Nah jadi hidupnya nggak jelas, Universitas Sumatera Utara nggak tentu. Lalu suka-sukanya. Akan tetapi, dengan ada peraturan itu, kita bisa berkembang lalu terdidik dia. Jadi kualitas kita nampak, mental kita itu pun kelihatan. Lalu dalam hal keterampilan ya. Kalau dalam hal keterampilan itu saya jelaskan, pertama memang semua anak ikut keterampilan. Lalu dari keseluruhan itu saya lihat yang ada bakat, yang tidak bakat tapi ada kemauan untuk belajar. Lalu dari situ saya lihat ada beberapa anak. Ada beberapa, saya ambil dulu yang besar itu anak SMA. Ada beberapa anak itu berbakat keterampilan. Akan tetapi mereka merasa jenuh. Memang betul itu keterampilan yang seperti ini sedikit jenuh. Ak an tetapi, kejenuhan itu bisa menghasilkan sesuatu. “Coba kamu, kalau kamu rasa jenuh. Kamu pegang karya kamu sambil jalan. Lihat, tatap yang hijau- hijau. Pasti kamukan, hilang sudah rasa jenuhmu itu. Karena kamu itu capek apa ? Capek mata” Makanya saya bilang kalo kamu tidak fokus dengan ini, merasa sedikit capek mata. Lihat keluar, jalan-jalan keluar. Lalu itu ada beberapa anaknya meningkat, lalu dari situ pun tamat dia kuliah. Kuliahnya diluar Sumatera. Lalu yang SMP dia tidak berbakat memang, tetapi kepengen ikut. Lalu saya cari tahum dia tidak berbakat tapi ada keinginannya mau ikut. Akan tetapi, setelah sambil jalan saya lihat barulah terbongkar. Anak ini mau lari dari tugasnya untuk kerja. Lalu saya arahkan untuk keterampilan jangan kita mau enak. Enggak. Ada tugas yang pertama itu kamu lari dari piketmu. Karena piketmu itu kamu rasa berat, kamu ikut keterampilan melihat teman-temanmu ikut keterampilan. Tapi kalau memang kamu ada keinginan-kemauan untuk belajar, boleh saya bilang. Akan tetapi, piket tetap jalan. Nah, habis piket baru masuk ke ruang keterampilan. Jadi waktu kamu yang kosong bukan hanya untuk main-main atau tidur-tiduran. Tidak. Jadi belajar keterampilan. Sejak itulah anak semakin jelas dia, anak bilang aku mau buk, aku mau buk. Tapi ingat kalau kamu lari karena meninggalkan pekerjaan ibu tidak pulangkan. Tapi kamu harus tau pekerjaan dan tanggung jawab dengan itu. Nah, sejak itu mereka jalankan. Lalu untuk bertanggung jawab itu kadang saya lepas anak. Saya hanya melihat, jalan. Tapi memang perlu dukungan, itu Universitas Sumatera Utara selalu kami dukung. Mereka kami biarkan mencoba idenya sendiri. Silakan kalian coba supaya semakin terampil, kreatif. Rupanya apa yang mereka buat itu para pelanggan senang. Oh berarti, saya berpikir anak berkembang. Saya juga kasih tau, keterampilanmu ini tidak hanya dipampang. Disimpan aja dilemari. Enggak. Coba kamu perlihatkan teman, atau guru, siapapun yang datang. Bilang saya buat ini. Ditunjukkan sama orang lain. Jadi terima baik tidaknya dari orang yang melihat kerajinan kita itu. Kalo baik terima kasih, ya kalau tidak baik ya saya akan perbaiki. Mereka pun menurut. Jadi untuk anak kemandirian ini memang dari pelan-pelan kita ajari. Kita tunjukkan, dia buat ini kurang lengkap kita ajari sama- sama. “Mari seperti ini lho yang benar” begitu. Seperti itulah kemandirian anak, baik dalam keterampilan, berladang, berkebun, ternak bisa tapi terus diawasi. Jadi taulah anak yang mau instan zaman sekarang ya. Kalo tidak ada yang lebih tua disitu ketika mereka kerja, itu bisa suka-sukanya. Asal jadi. Berladang, misalnya nanam ubi itu bisa asal tanam saja, tidak dipikirkan nanti akan bagaimana tumbuhnya ubi itu. Jadi memang harus terus diawasi. Tapi lama-lama juga bisa sendiri. Jadwal Memang sebenarnya jadwal saya itu tidak setiap hari, tapi kalau ada pelajaran keterampilan yang baru sebisa mungkin saya datang sampai mereka bisa untuk bagian itu. Untuk bentuk baru, itu tidak bisa saya lepas. Sampai anak-anak ini mampu. Setelah itu baru kembali lagi ke jadwal saya seminggu 3 kali. Jadi saya tidak asal memberi, siap nggak siap. Tidak, saya mau sampe anak itu mampu sekali. Karena gini, ada nanti beberapa anak itu ada yang bisa ada yang tidak, bisa putus a sa. Karena nggak semua cepat nangkapnya. Itu ada yang ngeluh itu “Kok susah kali lah buk. Nggak bisalah buk”. Nah saya bilang apa. Hidup itu susah, kerja itu susah tapi kalau udah tekad nggak susah. Yang payah bisa menghasilkan yang senang. Makanya coba. Begitulah mereka coba juga, sambil saya temani. Walau capek kita memang, tapi ngelihat anak-anak ini berhasil kita senang. Jadi anak-anak pun senang. Bahkan saya merepet pun dibencandain, dan Universitas Sumatera Utara saya juga senang bisa akrab dengan anak-anak. Jadi tadinya sama-sama capek jadi berkurang. Kadang saya kasih waktu main, istirahat sebentar kalau sudah jenuh. Saya bacalah situasi anak-anak. Nah untuk kepribadian mendalam anak-anak, saya memang tidak bisa lihat setiap hari karena tidak terus bersama. Tapi tetap bisa dilihat dari situasi anak pas buat keterampilan, ada masalahnya bisa kelihatan itu. Yang biasanya mampu, tiba-tiba bilang pusing. Padahal awal masuk ruangan tidak pusing, ada apa. Makanya disitu jadi ada kelihatan tandanya. Kalau soal keterbukaan bercerita. Yah mereka ceritalah, tapi itulah semua anak ini tidak semua jujur. Walaupun kadang malu terbuka, kita tau. Tapi saya ajak cerita kalau di ruang keterampilan, dengan catatan tidak boleh ada yang menjelekkan “Satu orang jelek, kita semua jelek lho. Tapi satu orang baik, semua baik”. Sejak itu anak-anak ini mengerti. Kita tahulah anak perempuan ini biasa cerita tentang teman-teman dekatnya, teman laki-laki. Kalau SD itu butuh perhatian. Karena disini kan ada terus yang baru masuk. Nah anak yang sudah lama disini, merasa perhatian yang didapatkannya itu jadi terbagi. Jadi kami para pengasuh berusaha membagi perhatian yang sama untuk anak-anak ini. Kami juga kasih pengertian untuk mereka, kenapa mereka diperhatikan lebih untuk sementara, karena mereka baru disini mereka belum kenal siapa-siapa. Kan kasihan kalau tidak diperhatikan. Anak-anak yang baru datang kesini itu beda-beda. Ada yang sempat menghilang entah dimana dia sembunyi. Terus ada yang menangis dia dikamar itu. Ya, kita sebagai orang tua kan, ya kita bujuk. Kita tanya maunya apa, rindu sama siapa. Mungkin rindu sama oppungnya, karena selama ini sama oppungnya. Lalu oppungnya udah nggak sanggup lagi, antar kesini. Kan nggak bisa lepas, jadi kita kasih tau pelan- pelan. “Nanti kan ketemu oppung, pasti. Kalau enggak kita telpon oppung ya ? Tapi makan dulu, harus makan. Kayak mana nanti oppung dengar kamu nangis. Lalu nanti seperti kurang makan. Nggak ada tenaga, kan sedih oppung disana. ” Dari situ anak mau turun, makan. Tapi janji kita itu tetap ditepati, supaya anak tidak merasa dibohongi. Jadi begitulah anak-anak kelas 1, 2 Universitas Sumatera Utara 3, 4, itu perlu sekali diberi perhatian lebih. Karena memang masa-masa membutuhkan banyak perhatian. Kelas 5, 6 itu kan umur menuju masa remaja. Itu juga perhatiannya pun kurang penuh jadi kita beri pengetahuan, kalau masa anak- anakmu sudah dikurangi lalu sebentar lagi kamu akan masuk remaja. Memang nanti masih ada aja itu sikap ke-akuannya, masih muncul kekanak-kanakkannya. Jadi kita pengasuhlah berbagi. Kalau untuk disuruh-suruh secara umum mereka sudah mengerti sendiri. Misalnya libur, mereka tetap kerjakan pekerjaan mereka. Kalau akan ada tamu yang datang, mereka itu sudah siap-siap sendiri, yang biasanya masih ada waktu istirahat itu mereka kerjakan itu keterampilan mereka. Malah mereka mau minta diajarkan untuk model baru karena lihat gelang punya teman mereka. Disitu saya tanya saja memang mau buat, bawa contohnya biar nanti saya beli bahan- bahannya. Tapi harus janji memang dikerjakan. Begitu. Setelah itu buat sesukamu, bisa dijual, tapi laporan harus jujur, beri tahu. Jadi memang disitu juga mereka diajarkan mandiri. Kalau misalnya musim hujan, nanam sayur. Mereka yang ajukan sayur apa yang mau ditanam. Tapi tidak semua anak punya inisiatif, karena kan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Anak yang membandel biasanya akan diberi ganjaran dengan diberikan hukuman praktis seperti membersihkan kamar mandi atau mengerjakan pekerjaan lainnya. Sedangkan, untuk anak yang berprestasi pengasuh biasanya akan memberikan pujian dan kadang akan memberikan hadiah berupa perlengkapan belajar, seperti kotak pensil dan beberapa lainnya. Yesenia dalam hal keterampilan dan kemandirian, anak ini memang karena sibuk disekolah merasa lelah, banyak PR. Kadang dia untuk keterampilan merasa bosan dan mengantuk walau memang berminat untuk itu. Yesenia untuk kemandirian secara umum sudah bisa, sedangkan untuk keterampilan seperti belajar sendiri membuat kreasi itu belum. Dia mesti diajari pelan-pelan dan dikasih saran warna apa yang bagus, warna apa yang cocok. Begitu. Kalau Fitri ya, kalau Fitri itu sebenarnya juga sudah bisa. Sudah bisa dia mengerjakan tugasnya, rapilah. Tapi untuk sikapnya memang, kadang terlihat seperti kurang perhatian dulunya. Jadi kalau kita mengajar dan fokus ke satu anak lain, dia itu Universitas Sumatera Utara pasti tingkahnya aneh-aneh untuk mendapatkan perhatian kita. Jadi saya juga awalnya bingung tak ada angin, tak ada hujan, bisa tiba-tiba kelakuannya aneh. Seperti jadi ribut, ganggu teman, tidur-tiduran dia nanti. Selain itu kalau ada orang baru dia mau menunjukkan diri, aku yang lebih, ya kan ? Nanti pertama sama dia kita fokus, terus tiba-tiba datang orang kita beralih. Itu dia pasti cemburu. Sehingga saya berusaha untuk berbagi perhatian itu yang adil. Karena dia itu keakuannya besar, makanya kita selalu berusaha bilangin biar tidak semakin membesar keakuannya itu tadi. Kalau Mona, dulu pernah ikut keterampilan tapi dia tidak bisa. Dia itu suka melihat keterampilan yang udah ada, kalau cantik kali dia ambil dan untuk dia. Setelah itu dia membuat keterampilan semaunya dia, dia nggak mau ikuti pengajaran kita. Anaknya mudah bosan, pinginnya main-main, bebas. Kalau Mona belum bisa dikatakan mandiri. Dia itu harus selalu diawasi, karena dia akan berbuat semaunya. Yah sepertinya memang itu sudah terbawa-bawa dari sananya. Selain itu dia manja sekali. Kalau kita dekat sama temannya yang lain, langsung itu buat aneh-aneh, pengen diperhatikan. Tapi kalau disuruh mandi dia bisa, disuruh ambil kain jemuran yang sudah kering dia bisa. Jadi untuk insiatif dia belum. Elsa, ini anaknya supel. Tapi kalau mau dikatakan mandiri, dia belum bisa dikatakan seratus persen. Dia itu kita kasih pekerjaan, tapi diliatnya kawannya nggak beres dia mau bantuin temannya. Nah, dia mau bantu tapi kerjaannya nggak beres. Jadikan dia belum bisa mandiri dengan belajar bertanggung jawab. Lalu kalau sifat anaknya ya terbuka. Dia juga anaknya patuh aja, tapi kalau dibilang kerjain ini dia iya aja. Cuma pas ngerjain itu ya, urusan temannya duluan yang dibantuin. Target untuk di panti sendiri belum ada tertulis. Cuma target saya ini. Kalaulah nanti anak sudah besar keluarlah dari panti. Sekolah diluar, kuliah, dan dia sudah punya modal. Modalnya apa ? keerampilan. Nanti disana anak bisa buat dengan gaya apa pum. Bisa dijual, jadi uang masuk. Kalau nanti sudah tua tetap ada gunanya, untuk mengisi waktu luang. Tujuan jadi pengasuh, kalo saya sih tugas saya untuk mengajari keterampilan itu supaya anak-anak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Jadi Universitas Sumatera Utara mereka tidak menyia-nyiakan masa mudanya dengan yang tidak-tidak. Hanya hiburan-hiburan. Walau hiburan itu perlu, tapi jangan mau enaknya saja. Jadi saya mau anak ini berkembang. Saya bertujuan supaya anak ini menjadi orang yang bergunalah utnuk dirinya, keluarga, dan bangsa. Jadi kita nanti bisa berbagi dengan orang lain. Untuk suka dukanya. Harus jatuh bangun juga kita membentuk pribadi anak. Saya liat anak itu. Kayak harus, harus bisa. Bagaimana pun Tuhan menciptakan semua sama. Jadi pas lagi keterampilan mau saya bilang itu begini, “Kamu akan saya asah terus sampai tajam. Walau nanti menipis”. Begitu saya buat guyon-guyon. Karena kadang anak sulit mengerti, tapi itu tadi saya harus bisa bentuk mereka. Dulu saya diajar sama orang tua saya begini, nah dari situ saya berkaca. Saya pilihlah yang baik-baik untuk diajarkan ke anak-anak ini.

4. Hasil Wawancara Pak Hantoro Informan 4