Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Dalam penelitian ini, media cetak tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah siswa SMA Negeri 2 Medan. Hal ini disebabkan media cetak saat ini lebih
selektif dalam menampilkan informasi seksual, walaupun diakui masih ada media yang menampilkan informasi seksual secara vulgar. Selain itu remaja juga takut
ketahuan keluarga jika mempunyai majalah, koran atau buku-buku yang dapat membangkitkan birahi mereka. Kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual
pranikah lebih banyak pada remaja yang kurang mendapatkan pengawasan dari orang tua sehingga mereka berani menyimpan atau memiliki gambar-gambar seronok yang
diperoleh dari media massa.
5.3.2 Pengaruh Media Elektronik terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA Negeri 2 Medan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa media elektronik sebagai sumber informasi seksual sebagian besar dalam kategori terpapar ringan yaitu 150
orang 58,4, dan selebihnya dalam kategori terpapar berat yaitu 107 orang 41,6. Tabel silang pengaruh media elektronik sebagai sumber informasi seksual
terhadap perilaku seksual pranikah remaja menunjukkan bahwa dari 150 responden dengan kategori terpapar ringan oleh media elektronik sebagian besar perilaku
seksual pranikah dalam kategori ringan yaitu 107 orang 71,3. Dari 107 responden dengan kategori terpapar berat oleh media elektronik sebagian besar perilaku seksual
pranikah dalam kategori berat yaitu 63 orang 58,9.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan ada pengaruh yang signifikan media elektronik sebagai sumber informasi seksual terhadap perilaku
seksual pranikah remaja, nilai probabilitas p = 0,000. Media elektronik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual
pranikah, diperoleh nilai OR sebesar 3,619, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa atau remaja yang terpapar berat media elektronik berpeluang untuk berperilaku
seksual pranikah sebesar 3,619 kali dibanding siswa yang terpapar ringan media elektronik.
Banyak remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa dibekali oleh pengetahuan yang memadai tentang seksual. Hal ini disebabkan orang tua merasa
tabu membicarakan masalah seksual kepada anaknya dan hubungan orang tua dengan anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat
khususnya media elektronik seperti internet Sarwono, 2011. Menurut Soetjiningsih 2004, hubungan seksual remaja dipengaruhi oleh
banyak faktor salah satunya pengaruh media massa yang menampilkan perilaku seks bebas. Informasi seksual dari media cetak seperti gambar dan cerita menjurus porno
di majalah, koran. Sedangkan informasi pornografi media elektronik seperti menonton film porno, melihat gambar porno, dan cerita-cerita porno di internet,
menonton film di VCD DVD, melalui hand phone. Rasa ingin tahu dari remaja terutama dalam hal seks kurang disertai dengan
pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup tentang akibat yang didapat dari perbuatan yang dilakukannya. Selain itu rasa ingin tahu dianggap sebagai manusia
Universitas Sumatera Utara
dewasa, kaburnya nilai-nilai yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua berkembangnya naluri seks akibat berkembangnya alat-alat kelamin sekunder,
kurangnya informasi seks menyebabkan para remaja sering mengambil keputusan- keputusan yang kurang tepat. Hal ini pulalah yang mendorong remaja melakukan hal-
hal yang tidak seharusnya dilakukan pada masa remaja Asfriyati, 2005. Penelitian Suharsa 2006 mendapatkan hasil bahwa sebanyak 72,5 remaja
telah terpajan informasi seksual dari media informasi elektronik, selebihnya sebanyak 27,5 tidak terpajan informasi seksual dari media informasi elektronik. Hasil uji
statistik diperoleh p=0,001, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan keterpaparan antara media informasi dengan perilaku seksual remaja.
Kenneavy et.al. 2006 menyebutkan bahwa pada usia remaja, pencarian informasi merupakan salah satu hal yang paling penting, terutama informasi
mengenai seks dan aturan orang dewasa. Media elektronik merupakan sumber pencarian informasi yang paling banyak digunakan oleh remaja karena media ini
sangat mudah diakses dan pesan yang disampaikan oleh media elektronik juga sangat efektif dan atraktif. Selain memberikan informasi mengenai seks secara
bebas, media elektronik juga memberikan contoh perilaku kekerasan bagi remaja Ghozaly, 2011.
Sudah menjadi rahasia umum kalau di internet dengan mudah didapatkan materi porno baik itu berupa cerita, gambar, film atau chatting. Materi ini semakin
tersebar melalui situs-situs dan ada juga yang melalui mailing-list. Erotika di internet bukan saja berkembang menjadi sebuah kebutuhan pribadi tapi juga menjadi
Universitas Sumatera Utara
komoditi yang diperjualbelikan secara komersil dan dilakukan secara profesional Asfriyati, 2005.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa media elektronik merupakan media yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah. Saat ini, mudahnya
setiap orang termasuk remaja mengakses pornografi atau informasi seksual melalui media elektronik seperti internet dan handphone HP. Internet sebagai
media elektronik yang paling luas jangkauannya dan paling mudah diakses baik gambar maupun video porno menjadi pilihan banyak remaja untuk memuaskan
rasa ingin tahunya tentang seksual. Banyaknya warnet-warnet yang menyediakan fasilitas akses pornografi dalam bilik-bilik yang tertutup dan memperbolehkan
remaja termasuk siswa yang berpakaian sekolah menyebabkan semakin maraknya kasus-kasus perilaku seksual pranikah. Media elektronik lainnya seperti
handphone saat ini juga menjadi cara mudah remaja mengakses pornografi. Kurangnya kontrol dari orang tua menyebabkan banyak film atau video porno di
dalam handphone membuat remaja dapat menonton video tersebut di dalam kamar tanpa sepengetahuan orang lain. Selain itu, banyaknya VCD dan DVD porno yang
murah dan dijual secara bebas menyebabkan remaja dapat menonton VCDDVD tersebut tanpa kontrol orang tua.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Keterbatasan Penelitian