2. Secara praktis:
a. Bagi masyarakat luas.
Memberitahukan kepada masyarakat dan melihat kenyataan di masyarakat apakah pihak penyedia jasa telekomunikasi sudah melaksanakan bentuk
tanggungjawabnya kepada konsumen atas ketidakpuasannya menggunakan telepon seluler.
b. Bagi Pemerintah.
Pemerintah mendapatkan masukan guna meningkatkan pengawasan dan penegakkan atas pelaksanaan hukum perlindungan konsumen.
c. Bagi Penyedia Jasa Telekomunikasi.
Pengusaha jasa telekomunikasi mendapatkan masukan untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan terhadap perusahaan miliknya,
sehingga konsumen percaya dan loyal terhadap jasa telekomunikasi yang digunakannya.
E. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Pengelompokan jenis-jenis penelitian tergantung pada pedoman dari sudut pandang mana pengelompokan itu ditinjau. Ditinjau dari jenis penelitian ini
termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan sebuah kondisifenomena hukum dengan legalitas secara lebih mendalamlengkap
mengenai status sosial dan hubungan antar fenomena. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok,
menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha
menggambarkan secara lengkap perlindungan hukum bagi konsumen telepon seluler akibat itikad buruk layanan jasa telekomunikasi.
10
2. Sumber Data.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Dalam perspektif yuridis dimaksudkan untuk
menjelaskan dan memahami makna dan legalitas peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi konsumen telepon seluler akibat
itikad buruk layanan jasa telekomunikasi.
Data yang kemudian diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah :
a. Data primer
Data primer, adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain. Untuk memperoleh data
primer peneliti melakukan analisis kasus putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah diolah orang lain. Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan ini, sebagai bahan referensi
untuk menunjang keberhasilan penelitian. Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan bahan hukum dasar yang dalam ilmu penelitian
10
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003, hal.16.
digolongkan sebagai bahan hukum sekunder. Bahan Hukum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 golongan:
11
1 Bahan hukum primer, terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-ketentuan
hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan dan website. 2
Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan Secondary data yang antara lain mencakup di dalamnya:
a Kepustakaanbuku literatur yang berhubungan dengan perlindungan
hukum bagi konsumen telepon seluler akibat itikad buruk layanan jasa telekomunikasi.
b Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.
c Referensi-referensi yang relevan dengan perlindungan hukum bagi
konsumen telepon seluler akibat itikad buruk layanan jasa
telekomunikasi.
3 Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ekslopedia, Kamus umum dan lain sebagainya.
Bahan-bahan hukum sebagai kajian normatif sebagian besar dapat diperoleh melalui penelusuran terhadap berbagai dokumen hukum.
12
3. Alat Pengumpul Data.