Agribisnis Markisa Sebagai Pendorong Pengembangan Wilayah Propinsi Sumatera Utara

Diana Chalil: Agribisnis markisa sebagai pendorong pengembangan wilayah Propinsi Sumatera Utara, 2000.
USU e-Repository © 2008

Diana Chalil: Agribisnis markisa sebagai pendorong pengembangan wilayah Propinsi Sumatera Utara, 2000.
USU e-Repository © 2008

RINGKASAN
DIANA CHALIL. Agribisnis Markisa Sebagai Pendorong Pengembangan
Wilayah Propinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak langsung maupun dampak
tidak langsung yang ditimbulkan agribisnis markisa terhadap sektor-sektor
perekonomian di Sumatera Utara, efek pendapatan yang ditimbulkannya,
keterkaitan ke belakang dan ke depan terhadap sektor-sektor perekonomian
yang lain serta kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Sumatera Utara
Hal tersebut diangkat sebagai bahan penelitian karena agribisnis markisa
telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan dari daerah Sumatera Utara
namun belum ditemukan suatu kajian yang menunjukkan peranan agribisnis
markisa tersebut terhadap pengembangan wilayah Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan dengan mengambil data sampel petani markisa, industri

pengolahan sirop markisa serta pedagang yang terlibat. Selanjutnya data
diolah dengan menggunakan program excel dengan berpedoman pada tabel
Input-Output Sumatera Utara tahun 1995.
Dar; hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa ternyata dilihat dari proporsi
nilai tambah bruto (NTB) yang diciptakan oleh agribisnis markisa, sebenarnya
dapat dikatakan bahwa sektor markisa memberikan keuntungan bagi pelakupelaku ekonomi yang terkait, terutama bagi pernilik modal baik bagi petani
pada sektor buah markisa maupun bagl penqusaha pada sektor industri sirop
markisa (>50% dari total nilai input). Tetapi masih terdapat kesenjangan yang
cukup besar antara surplus usaha yang diterima di sektor hulu (pertanian
buah markisa) dengan sektor hilir (agroindustri sirop markisa) dengan jumlah
1453,13% lebih besar bagi sektor hilir. Hal tersebut timbul antara lain karena
sektor markisa belum diusahakan secara intensif dan efisien (baik dari segi
budidaya maupun ekonomi) dan dalam kesatuan agribisnis yang baik
(keterkaitan ke depan dan ke belakang masih rendah; dengan nilai
keterkaitan 50% from the total input value). However, there is still quite a big
gap between the profits accepted by the upstream sector (marquisa fruit
agriculture) and the downstream sector (marquisa syrup agroindustry):
1453.13% more for the downstream one. It is caused, among others, by the
fact that marquisa has not been managed intensively and efficiently (either
from the cultivation or economic perspective). It has not been managed yet

in an integrated agribusiness system (the backward and forward linkages is
still low;