48
Tabel 4.
Luas lahan fungsi kawasan di wilayah DAS Cimanuk Hulu
No Sub-sub
DAS Luas Lahan menurut Fungsinya
Jumlah Lindung Penyangga Budidaya
tanaman tahunan
Budidaya tanaman
semusim Ha Ha Ha Ha Ha
1 Cimanuk Hulu
4945 3.23 2820 1.84 6662 4.36 1742 1.14 16171 10.57
2 Cibodas
1672 1.09 1294 0.85 1419 0.92 5317 3.48 9703 6.34
3 Cicajur
1450 5.95 1398 0.91 1412 0.92 2577 1.69 6839 4.47
4 Cikawiri
3276 2.14 1183 0.77 799 0.52 4810 3.15 10068 6.58
5 Ciherang
2855 1.87 499 0.33 2251 1.46 7707 5.04 13314 8.7
6 Cibereum
669 0.44 478 0.31 3660 2.39 6808 4.5 11689 7.64
7 Citameng
270 1.77 1844 3.21 2259 1.48 5506 3.59 12320 8.05
8 Cianten
2225 1.45 1216 0.8 9707 6.35 12437 8.31 25587 16.73
9 Cipedes
1689 1.10 1949 1.27 3651 2.39 4381 2.87 11671 7.63
10 Cialing
2075 1.36 2783 1.82 6814 4.45 3128 2.65 14801 9.68
11 Cikujang
289 0.2 3841
2.57 6939 4.54 3544 2.32
14614 9.55
12 Cigarugun
1184 0.77 222 0.15 4134 2.70 657 0.43 6199 4.05
Sumber : Hasil analisis GIS Sub Balai RLKT Cimanuk. 2002.
Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa daerah pertanaman akar wangi terdapat pada wilayah sub DAS Cimanuk Hulu dengan luas 6.662 ha untuk
tanaman tahunan. Sehingga khusus tanaman akar wangi hanya berkisar ± 2.400 ha. Sekitar 36 persen dari luas total lahan tanaman tahunan yang tersedia.
4.4. Kondisi kerusakan lingkungan akibat pertanaman akar wangi
Pengusahaan tanaman akar wangi di daerah Garut berkembang pada wilayah-wilayah bertopografi bergelombang, berbukit sampai bergunung atau
pada 8-15, 15-45 dan 45. Umumnya penanaman akar wangi dilakukan monokultur dan ada yang tumpangsari dengan tanaman semusim seperti kubis,
wortel, kentang, kacang merah, tembakau dan cabe. Kondisi pertanaman akar wangi dengan perilaku petani akar wangi di daerah Garut yang turun-temurun
belum menerapkan upaya-upaya konservasi tanah sehingga menyebabkan timbulnya masalah erosi dan berdampak negatif terhadap kesuburan tanah.
Pengembangan akar wangi dan tanaman kentang sewaktu panen memperburuk kondisi lahan yang akan menyebabkan erosi permukaan semakin tinggi.
49 Kondisi areal pertanaman akar wangi sewaktu selesainya panen tanpa
vegetasi dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9.
Kondisi lingkungan lahan pertanaman akar wangi Kondisi kerusakan lingkungan tanpa vegetasi akibat pertanaman akar
wangi dan tanaman tumpangsari sudah menunjukkan tingkat yang parah atau berat sehingga perlu tindakan yang segera untuk memperbaiki pola usahatani akar
wangi dan teknologi konservasi yang sesuai dengan kemampuan petani. Pengaturan panen akar wangi dan tanaman semusim perlu diterapkan
sehingga kondisi pertanaman yang kosong tanpa vegetasi dapat dihindari disamping juga pengaturan jarak tanam akar wangi. Jarak tanam segi empat lebih
cepat arus air pada run-off di banding dengan jarak tanam segitiga dimana aliran air permukaan dapat lebih ditahan atau diperlambat. Oleh karena itu pada
penelitian ini juga dilakukan pengujian jarak tanam segiempat dan segitiga dari Pola Petani dan pola introduksi. Pengusahaan akar wangi pada wilayah-wilayah
dengan derajat kemiringan tinggi, jenis tanah yang peka erosi disertai penerapan teknik budidaya yang belum berwawasan Konservasi akan mendorong terciptanya
kondisi lingkungan yang semakin rusak dan dapat berakibat fatal terhadap kelestarian sumberdaya lahan yang ada dipertanaman akar wangi khususnya
kabupaten Garut.
50
4.5. Sumber Daya Manusia dan kesempatan kerja