Penggunaan fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut yang diberi bahan amelioran tanah mineral dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman padi
PENGGUNAAN FOSFAT ALAM DAN
SP36 PADA TANAH GAMBUT YANG DlBERl BAHAN
AMELIORAN TANAH MINERAL D A U M KAITANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PAD1
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2003
ABSTRACT
W1WIK HARTATIK. The U s e of Rock Phosphates and SF36 on Peat Added with
Mineral Soil Ameliorant in Relation to the Growth of Rice (Under supervision of
KOMARUDOIN IDRIS as Chairman, and ABDUL RACHIM (deceased), SUPlANDl
SABIHAM, SR1 DJUNIWATI and J. SRI ADlNlNGSlH as Members).
Low productivity of peat is caused by some limiting factors, such as high
content of phenolic acids that can be toxic for plant growth, iow pH, very high cation
exchange capacity (CEC), very !ow base saturation, and low level of available P.
These problems must be s o w in order to improve peat productivity.
The aims of the experiment were to study (a) the contribution of Fe contained
in rock phosphates in relation to the affect of the increasing P retention; (b) the
different forms of P in peat; (c) the effectivity of P fertilizer application on the growth
of rice and P uptake by rice grown in peat added wlth mineral soil ameliorant. The
experiment was conducted in the laboratory and greenhouse of the Centre for Soil
and Agroclimate Research and Development, Bogor.
The results showed that the application of Maroko and Ciamis rock
phosphates on peat added with mineral soil ameliorant increased P retention that
reduced P loss. High Fe in Christmast rock phosphate, however, did not contribute
to the increase P retention.
The application of Maroko and Ciamis rock phosphates on peat added with
mineral soil ameliorant increased P availabilrty. Based on observation results of the
form of P in peat show that most of P on the peat are in the form of organic P around
77 up to 95 % and in a small amount inorganic P around 5 up to 24 %. Organic P
distribution show that the moderately labile form was higher than non-labile and
readily labile forms. Non-labile inorganic P form in Chrismast was higher than those
in Maroko and Ciamis rock phosphates.
The application of rock phosphates on peat added with mineral soil
ameliorant at the level of 7.5 % of Fe maximum sorption was not able to decrease
the reactivity of p-hydroxybenzoic and p-coumaric that toxic to rice crop.
The application of Ciamis rock phosphate at the level of 50 % of P sorption to
the peat added with mineral soil ameliorant increased crop dry weight of rice up to
82% and P uptake up to 106%. it also gave a higher value for the relative agronomic
effectiveness. The highest percentage of P uptake was attained from SP-36 and
Ciamis' rock phosphate at the level of 50 % of P sorption.
Rock phosphate with high content of Cu and Zn and high reactivity can be
used on peat added with high iron mineral soil ameliorant on the field to improve the
productivity of peat.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
Penggunaan Fosfat Alam dan SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan
Amelioran Tanah Mineral Dalam Kaitannya dengan Pertumbuhan Tanaman
Padi.
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenatannya.
Bogor, 25 Agustus 2003
PENGGUNAAN FOSFAT ALAM DAN
SP-36 PADA TANAH GAMBUT YANG D1BERI BAHAN
AMELIORAN TANAH MINERAL DALAM KAITANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PAD1
Oleh:
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Hmu Tanah
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2003
PENGGUNAAN FOSFAT ALAM DAN SP-36 PADA
TANAH GAMBUT YANG DIBER1 BAHAN AMELIORAN
TANAH MINERAL DALAM KAITANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PAD1
Judul
:
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
: WlWlK HARTATIK
: 995199
: ILMU TANAH
Menyetujui
Dr. Ir. ~okaruddinIdris, M.S.
Ketua
Dr.lr. H. Abdul Rachim, M.S.
alm.
Dr. Ir. Sri Diun'wati. M.Sc.
Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham. M.Anr.
Anggota
A
Dr. Ir. J. Sri Adinin sih APU
Anggota
2. Ketua Program Studi Hmu Tan
Tanggal lulus: 5 Agustus 2003
--
Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 16 April 1962 dari ayah Moch.
Dja'far (alm.) dan ibu Sri Sunarti. Penulis merupakan putri kedua dari enam
bersaudara.
Pada tahun 1973 Penulis tulus dari SD Negeri Praja Mukti V, Surabaya; pada
tahun 1976 lulus dari SMP lndrajaya II, Surabaya; dan pada tahun 1980 lulus dari
SMA negeri IV Surabaya. Pada tahun 1980 itu pula Penulis diterima di lnstitut
Pertanian Bogor melalui Proyek Perintis II, dan pada tahun 1981 terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan llmu Tanah, Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor, dan
mernperoleh gelar sarjana perbnian pada tahun 1984. Selanjutnya tahun 1995
Penulis mengikuti program 52 pada Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor
lulus tahun 1998. Pada tahun 2000 Penulis melanjutkan program 53 pada Program
Pascasajana lnstitut Pertanian Bogor.
Sejak tahun 1985 sampai sekarang Penulis bekeja sebagai staf peneliti
Kesuburan Tanah
pada
Balai Penelitian Tanah,
Pusat
Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Pada tahun 1987 Penuiis menikah dengan Ir. E.D.Taufik, dan hingga kini
dikaruniai seorang putri bemama Amanda Putri Permatasari dan seorang putra
bemama Agam Bhaskoro.
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah S W Penulis panjatkan atas segala limpahan
rahrnat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaiksn perkuliahan,
penelitian dan penulisan disertasi ini dengan baik.
Oalam kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada D r . Komaruddin Idris, M.S. selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam
perencanaan, pelaksanaan hingga penulisan disertasi ini. Penghargaan yang sama
disampaikan kepada Dr. Ir. H. AMul Rachim, M.S. (alm.) yang sebelumnya sebagai
Ketua Komisi atas bimbingan dan saran selama perencanaan dan pelaksanaan
penelitian hingga Bapak menghadap Allah S.W.T, semoga amal kebaikan Bapak
diterima disisinya. Penghargaan yang sama disampaikan pula kepada Prof. Dr. Lr. H.
Supiandi Sabiham, M.Agr., Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc., Dr. Ir. J. Sri Adiningsih, APU,
masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing atas saran-saran dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga penulisan disertasi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sarnpaikan kepada Penguji Luar
Kornisi Dr. Ir. A. Syarifuddin Karama, APU dan Dr. Ir. Bambang Setiadi atas saran
dan perbaikannya.
Penghargaan dan ucapan terima kasih disarnpaikan:
1.
Kepada Dr. Ir. A.M. Fagi, M.Sc selaku Ketua Komisi dan Komisi Pembinaan
Tenaga Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atas pemberian
kesernpatan belajar dan beasiswa on going pada Program Pascasajana
lnstitut Pertanian Bogor.
2.
Kepada Pimpinan Proyek PPATP beserta staf, atas kesernpatan untuk
memperoleh bantuan biaya hidup, buku dan penelitian.
3.
Kepada Direktur Program Pascasajana lnstitut Pertanian Bqor dan Ketua
Program Studi llmu Tanah yang telah memberikan kesempatan belajar, serta
kepada Staf pengajar yang telah membekali ilmu agar dapat berkembang lebih
jauh.
4.
Kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan tanah dan AgroHimat
atas izin tugas belajar pada Program Pascasajana tPB.
5. Kepada Dr. Ir. H. Didi Ardi, M.Sc, Ketua Kelompok Peneliti kesuburan Tanah
Dr.lr. DiaR Setyodni M.S. dan Staf peneliti Dr. Ir. Agus Sofyan, MS., Ir. L.R.
Widowati, M.Sc, lr. Husnaen, M.P., Ir. A-Kasno, M.Si., Ir. Ojoko Purnomo, M.Si.,
Dr. H. Subagyo, Oedi Kusnandar dan Yati atas segala dukungan, bantuan dan
fasilitas yang diberikan hingga selesainya disertasi ini.
6.
Kepada Kepala Laboratorium Kimia Puslitbangtanak Bapak Sutaeman, M.Sc
beserta Staf tenrtama Mbak Isni, Dr. Mappaona dan Sutono, SP atas bantuan
dan fasilibs yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Kepada Ibu Ir. Elsje L. Sisworo, M.S. dan Staf Laboratorium bagian pertanian
PSTIR, BATAN.
8.
Kepada Kepala Rumah kaca Puslingtanak beserta Staf, tenrtama 8apak
Mardjuki, Gunamawan, S.P dan Mansyur Djayusman atas bantuan yang
diberikan dalam petaksanaan penelitian ini.
9.
Kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasajana IPB, terutama Dr. Ir. Muljadi. 0.
Mario,lr. Hanum, M.S., If. S i Zahra, M.P, Ir. Nelvia, M.S, Ir. I.M. Wayan
Swastika, lr- Lilik Tri Indrawati, M.Agr, It. Afra Makalew, M.Sc. Ir. D.
Subardja,M.Sc, Ir. Teti Arabia, MS., Ir. Ai Dariah, Ir. Neneng, tr. Umi Hariyati,
Ir. Nugroho, M.S., Ir. Sukarman, M.S., lr. Budi Nugroho, M.S. dan semuanya
yang tidak dapat disebut satu persatu atas segala kerjasarna dan
persahababnnya selama studi di Program Pascasajana IPB.
10. Kepada kedua orang tua terutama Ibu Sri Sunarti, Om lmron Syahiw, Mbak
Tiik, adik-adik Lilik, Totok, Juning dan lta dan seluruh keluatga atas segala
dorongan, semangat, dan doa selama mengikuti pendidikan hingga
penyelesaian disertasi.
11. Kepada suami dan ananda Amanda Putri Permatasan dan Agam Bhaskoro
tersayang atas segala dorongan semangat. kesabaran, perhatian, pengertian
serh pengorbanan yang telah diberikan dengan tulus hingga selesainya studi
program doktor.
12. Kepada semua pihak yang telah banyak rnembant'u baik material maupun
spiritual sehingga penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.
Penulis memohon maaf dan penwrtian yang sedalam-dalamnya jib ada
ketidak sempumaan dalam tulisan ini, serta mengharapkan saran yang membangun.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan para
pengambil kebijakan dalam pengembangan pertanian di lahan gambut.
Bogor, Agustus, 2003
Wiwik Hartatik
...................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
4
.................................................................................................
5
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan Penelitian
Hipohis
nN3AUAN PUSTAKA
Komposisi Kimia Gambut
Kesuburan Tanah Gambut
1
1
........................................................................
.........................
.
.
..........................................
..............................
.
.
....................................
..........................................
..................... .
Kernasaman Tanah ........................................................................
Kapasitas Tukar Kation dan Basa-basa
....................................
.................................................................
Fosfor ........................ .
.
.
Unsur Mikro ....................................................................................
Asam-asam Fendat datam Tanah Gambut ....................
.
........................
Bahan Tanah Mineral sebagai Amdioran ...................................................
Pengertian dan Pembentukan Oxisol ...............................................
Sifat Mineral Oxisol ...........................................................................
Sumber Fosfat alam ...................................................................................
Susunan Kimia Fosfat Alam ........................................................................
Sifat Mineral Batuan Fosfat ......................................................................
............................................................
Kelarubn Kimia Mineral Fosfat
Pembentukan Senyawa Kompleks Organo-Kation ....................................
Sifat KimiaTanah Gambut
Pembentukan Senyawa Kompleks
........................
.
.
..................
Erapan Kation pada Tanah Gambut dan Stabilitas Kompleks ............
........................................................................
29
Tempat dan WaMu Penelitian........................................................................
29
BAHAN DAN M m D E
Pengambilan k h a n Tanah Gambut
............................................................
30
Analisis Pendahuluan .........................
.
.
.........
...............................
Metode Peneiitian
.
........................................................................
Pembaan 1 Penentuan Takaran 6ahan Amelioran Tanah Mineral
Penetapan Kuwa Erapan Fe .............................................................
Kelarutan Fe Bahan Tanah Mineral
.................................................
.
Percobaan 2 Kelarutan Bebwapa MISm a t Alam dalam
........................................................................
Tanah Gambut
Permban 3. Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Fosfat Alam
atau SP-36 pada Tanah Gambut yang Mberi Bahan Ameliwan
Tanah Mineral krhadap P larutan dan Beberapa Ciri Kimia Tanah ...
Percobaan 4 . Wepasan Fosfat dari Kompleks Organo-Kation
.................
..
..
Logam- M a. . .t ...........................
Percobaan 5. Fraksionasi Kimia Ekntuk-bentuk Fafat Tanah
Gambut
.......................................................................................
Percobaan 6. Pengaruh Penggunaan kberapa Jenis Fasfat Alam
atau SP-36pada Tanah Gambut yang Diberi 8ahan Amelioran
Tanah Mineral terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman
Padi ...............................................
.
.
.
..........................................
Pengolahan Data
...................
..............................................................
.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
..................................................................................................
..............................................................
Ciri Kimia k h a n Tanah Gambut
Jenis Tanah
Ciri Kimia Oxisol Tugumulyo Sumatera Selatan sebagai
Bahan Amelioran
......................................................................................
Penentuan Takaran k h a n Amdioran Tanah Mineral
.................................
Kelarutan Fe dari Bahan Amelioran Tanah Mineral .....................
Takaran Ba han Arnelioran Tanah Mineral yang Dibutuhkan..............
Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral terhadap
Asam-asam Fenolat ...............................
.
.
.
................................
Pengaruh Pemberian k h a n Amelioran Tanah Mineral terhadap
Beberap Ciri Kimia Tanah Gambut .................................................
Kadar dan Serapan P Tanaman.....................................................................
Fraksi Serapan P Tanaman................................................................
Persentase Serapan Fosfat Alam dengan Metode Isow............................
PEMBAHASAN UMUM.................................................................................
KfSIMPUUN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................
No.
Teks
1. Komposisi Gambut Hutan Tropika T i p Sangat Masam
(Hardon dan Polak, I941 &lam Pdak, 1975)................... ,
.
.
.......
2. Kandungan Hara pada Tga Xngkat Kesuburan Gambut
(Polak, 1949)................ ............................................................
.
.
3. Kompasisi Gambut Ombrogen di Indonesia dan Kapasitas
Tukar Kation (Driessen, 1978)..........................................................
4. Ciri Kimia Bahan Tanah Gamblrt dari Air Sugihan Kiri, Sumatera
Selatan
....................................................................................
5. Ciri Kimia Oxisol Tugurnuiyo, Sumatera Selatan sebagai
Bahan Amelioran
........................................................................
6. Kelarutan Fe dari Bahan Amelioran Tanah Mineral dalam
Tanah Gambut pada lnkubasi 4 Minggu ....................................
7. Kebutuhan Bahan Amelioran Tanah Mineral untuk Pet-baikan
Tanah Gambut dari Air Sugihan Kin ................................................
8. Pengaruh Pemberian Sahan Amelioran Tanah Mineral krhadap
Asam-asam Fenolat
......................................................................
dan Hidrolisis Fe +3
dalam tarutan Tanah Akibat Penambahan Katjon ~ e + ~
(Salampak, 1999) ............................................................................
9. Efek Penurunan pH, Pembebasan H' (mM)
10. Nilai pH Tanah Setelah lnkubasi 1 Bulan, 4 dan 8 Minggu
Setelah Tanam
........................................................................
II.
Pengaruh Pemkrian Bahan Amelioran Tanah Mineral terhadap
P-Bray I dan Kapasitas Tukar Kation ...............................................
12. Rata-rata Tinggi Tanaman akibat Pemberian Bahan Amelioran
Tanah Mineral
........................................................................
13. Hasil Analisis Beberapa Jenis Fosfat Alam yang Oigunakan ..........
14. Persen Kelarutan P206dalam Asam Sitrat 2 % terhadap P a s
Total .........................................................................................
d 5. Konsentrasi Cd dalam Pupuk Fosfat Alam di Bebefapa Negara
(McLaughlin et al., 1996a &lam Laegreid et al.,'1999) ............
t 6. Persentase Kelarutan Fosfat Alam dalam Gambut
........................
17. Nilai Tengah Ciri Kimia Tanah Gambut Akibat Pemberian
Beberapa Jenis Fosfat ALam atau SP-36 pada Tanah Gambut
yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral ...........................
18. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan Tidak Labil pada
Pengamatan 2 Minggu ......................,. ,.............. ,.,.......,..................
.
19. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan Tidak Labil pada
Pengamatan 4 Minggu ........................,.......,.,.........,..................,.....
20. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan T i a k Labil pada
Pengarnatan 8 Minggu ......+...........,.......,................,.,.......................
21. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan Tidak Labil pada
Pengamatan 10 Minggu.....................,.......,................,.,..................
22. Distribusi P Organik dengan bberapa Fraksi yang Berbeda
Stabilitas pada Pengamatan 2 Minggu...............................
.........
23.Distribusi P Organik dengan Beberapa Fraksi yang Berbeda
Stabilitas pada Pengamatan 4 Minggu...........................,.......,......
24. Distribusi P Organik dengan Beberapa fraksi yang 6 e M a
Stabilitas pada Pengamatan 8 Minggu................................
.
.
..... .
25. Disttibusi P Organik dengan Beberapa Fraksi yang Berbeda
Stablitas pada Pengamatan 10 Minggu............ ...........................
26. Koef~ienKorelasi (r) antara Fraksi-fraksi P Inorganik........,...........
27. Koefisien Korelasi (r) antara Fraksi-fraksi P Organik......................
28. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alam atau
SP-36 pada Tanah Garnbut yang diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral terhadap Asam-asam Fenoiat......................................,....
29. Rataan Tinggi Tanaman Padi IR 64 akibat Pemberian
Beberapa Jenis Fosfat Alam atau SP-36 pada Tanah Gambut
yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral.......,.......
..........
.
.
.
30. Rataan Bobot Kering Tanaman dan Gabah kering Padi IR 64
akibat Pemberian Bekrapa Jenis fosfat Alam atau SP-36 pada
Tanah Gambut yang Dikri Bahan Amelimran Tanah Mineral......
121
31. Koefisien Korelasi (r) antara Bobot Kering Tanaman dengan
Asamasam Fenolat.........................................................................
123
32.Pengaruh Pemberian Beberapa JenisFosfat Alam atau SP-36
pada Tanah Gambut yang Oiberi Bahan Amelioran Tanah Mineral
terhadap Nilai Efektiitas Agronomi Relati .............................. ..
128
33. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alam atau
SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral Terhadap Kadar P dan Serapan P Total.............................
34. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alam ahu
SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan Amelmran Tanah
Mineral temadap Serapan P dan Persentase Serapan P yang
Berasal dad Fosfat Alam atau SP-36 dan Tanah Gambut............
137
No.
Halaman
Tekb
1. Contoh Dua Tipe Reaksi Pengkelatan (Tan, 1993)
2. Lokasi Pengambilan Conboh Tanah Permban
3. Skelsa m
a
n Penadan &lam Kdom Tanah
.....................
........................
........................
24
32
40
4. Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Penurunan
Asam Fenolat (%) .............................................................---..
60
5. Pengaruh Pernberian Bahan Amelioran Tanah Mineral
Terhadap Ca Dapat Diukar dan Kejenuhan Basa.........................
63
6. Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral
Terhadap Aluminium Dapat Dipertukarkan, Al dan f e 0ksalat,
Al dan Fe Pirofosfat
.....................
64
7. Penganrh Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral tefhadap
Bobot Kering Tanaman Padi, pH dan Asam-asam Fenolat pada
umur 8 MST ..........................................................................
66
8. Pola Kelanrtan Fosfat Alam Maroko, Chrismas dan Ciamis
.
.
.
.
...........................
72
9. Pola P Larutan Akibat Pemberian Fosfat Alam Maroko, Setetah
lnkubasi 4 Minggu padaTanah Gambut yang Diberi Bahan Amelioran
Tanah Mineral ..........................................................................
77
daiam Gambut ....................................
10.Pola P Larutan Akibat Pemberian Fosfat Alam Chrismas, Setelah
lnkubasi 4 Minggu padaTanah Gambut yang Diberi 8ahan Amelioran
Tanah Mineral ...........................
.................................................
78
11. Pola P Larutan Akibat Pemberian Fosfat Alam Ciamis, Setelah
lnkubasi 4 Minggu pada Tanah Gambut yang Diberi Bahsn Amelioran
Tanah Mineral ........................... .....................................................
79
12.Pola P Larutan Akibat Pemberian SP-36 pada Tanah Gambut
yang Diberi Bahan Amdioran Tanah Mineral ........................................
80
.
.
.
.
.
13. Pola Distribusi Fosfat dalam Kolom Tanah
.....................
.
...............
85
14. Poia Oistribusi Besi dalam Kolom Tanah
........................................
87
28. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis F&at Alam atau SP-36
pada Tanah Gambut ymg Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral Terhadap Proporsi Serapan P Oleh
Tanaman Padi.................................................................................
29. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alarn atau SP-36
pada Tanah Garnbut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral terhadap Persentase Serapan P ....................... ........
.
.
No.
Halaman
Teks
1. Metode Analisis Beberapa Ciri Kimia Tanah...............................
166
2. Bagan Alur Fraksionasi Kimia Fosfat Tanah Gambut (IvanM etal.,
1998) .............................................................................................
167
3. Deskripsi Profil Tanah Gambut Air Sugihan Kiri..............................
168
.
.
........
169
4. Karakteristik Kimia Profil Tanah Gambut ...........................
5. Kriteria Penilaian Kandungan Unsur dan Kernasaman Tanah
Daerah Pasang Surut........................................................................
169
6. Deskripsi Profil Tanah Mineral Tugumulyo Sumatera Selatan.........
170
.
.
.......
171
.....................
172
7. Kriteria Penilaian Angka-Angka Hasil Analisis....................
8. Syarat Mutu Pupuk Fosfat Aiam (SNI 02-3776-1995)
9. Konsentrasi P Larutan kberapa knis Fosfat Alam dalam
Gambut.............................................................................................
172
10. Rataan P brutan Akibat Pemberian Bekrapa Jenis -fat
Alam
atau SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan Adioran
Tanah Mineral.................................................................................
173
11. Kandungan P Dalam Kolom Tanah dan Air Cuaan Akibat
Pemberian Bekrapa Jenis Fosfat Alam atau 9 - 3 6 pada Tanah
Gambut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral .....................
174
12. Kandungan Fe Dalam Kolorn Tanah dan Air Cucian Akibat
Pemberian Beberap Jenis m a t AIam atau SP-36 pada Tanah
Gambut
yang
Diberi
Bahan
Amelioran
Tanah
Mineral......................
.... ...........................................................
176
.. .
.
13. Kandungan Al Dalam Kolom Tanah dan Air Cucian Akibat
Pemberian Bekrapa Jenis Fosfat Alam atau SP-36 pada Tanah
- Gambut
yang
Dikri
6ahan
Arnelioran
Tanah
Mineral..........................................................................................
178
q4. Kandungan Ca Dalam Kolom Tanah dan Air Cucian Akibat
Pemberian Bebrapa Jenis Fusfat Alam atau SP-36 pada Tanah
Gambut
yang
Diberi
Bahan
Amelioran
Tanah
Mineral..........................................................................................
....
180
1S.Kandungan Mg Dalarn Kdom Tanah dan Air Cuaan Akibat
Pemberian Beberapa ]enis Fasfat Alam atau SP-36 pada Tanah
Gambut
yang
Diberi
Bahan
Amelioran
Tanah
Mineral..................... .
.
.
...............................................................
16. Fraksi P Inorganik pada Pengamatan 2 Minggu...................
.
.
.....
.
.
.......
17. Fraksi P Znorganik pada Pengamatan 4 Minggu.................
18. Fraksi P Inoqanik pada Pengamatan 8 Minggu................ ,
.
.
.....
19. fraksi P Inorganik pada Pmgamatan 10 Minggu ...........................
20.Fraksi
P Organik pada Pengamabn 2 Minggu ............................
21. Fraksi P Organik pada Pengarnatan 4 Minggu ...............................
22. Fraksi P Organik pada Pengamatan 8 Minggu ..............................
23. Fraksi P Organik pada Pengamatan 10 Minggu ............................
PENDAHULUAN
Luas lahan tawa sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri dari 20,1 juta ha lahan
rawa pasang sumt dan 13,3 juta ha lahan non pasang surut atau lebak. Oari 20,1
juta ha khan pasang surut, 2 juta ha tergolong tipologi potensial, 6,7 juta ha lahan
sulfat masam, 11 jub ha lahan gambut, dan 0,4 juta ha lahan salin. Lahan gambut
dibedakan kedalam gambut dangkal, sedang, dalam, dan sangat dalam (Widjaja-
Adhi et al., 1992). Lahan gambut pada umumnya dimanfaatkan untuk tanaman
pangan maupun pekebunan, walaupun tingkat produksinya masih rendah. Tanah
gambut digolongkan kedalam tanah marginal yang dicirikan oleh dengan reaksi
tanah yang masam hingga sangat masam, ketersediaan ham dan kejenuhan basa
yang rendah dan kandungan asamasam organik yang tinggi, terutama derivat
asam fenolat yang bersifat racun bagi tanaman (Tadano et
al., 1990; Rachim,
1995; Prasetyo, 1996; Salampak, 1999). Asam-asam fenolat tersebut merupakan
hasil biodegradasi anaerob dari
senyawa lignin dalam bahan asal kayu-kayuan
(Tsutsuki dan Kondo, 1995).
Pengawh buruk dari derivat asarn-asam fenolat dapat dikurangi dengan
pemberian kation-kation polivalen seperti Al, Fe, Cu, Zn {Rachim, 1995; Prasetyo,
1996; Saragih t 996). Penurunan asam-asam fenblat disebabkan oleh adanya
erapan kation-kation polivalen oleh tapak reaktif tanah gambut sehingga
membentuk senyawa kompleks (Stevenson, 1994). Tapak-tapak reaMi di dalam
tanah gambut berasal dari gugus fungsional asam organik yang mengandung
oksigen (C=O, -OH dan -COOH), terutama dari gugus 4 H asam fenolat.
Penelitian Saragih (1996) menunjukkan bshwa kation ~ e + 'kbih efelrtif dan stabil
berikatan dengan senyawa-senyawa organik dalam gambut dibandingkan dengan
,
~ e ' ~ Penggunaan
..
kation Fe sangat baik bagi pengikatan P
kation A'~,~ a ' ?cut=,
sehingga dapat mengkonservasi dan meningkahn ketersediaan P (Rachim,
1995).
Upaya
peningkatan prduktiiitas
lahan gambut
melalui teknologi
pencampuran dengan tanah mineral telah lama dipraktekkan di lahan gambut.
Halim (1987) melakukan pencampuran dengan tanah mineral berasal dan' tanggui
sungai (levee) dan Rachim et a/., (1991) menggunakan bahan tanah sulfat masam
untuk meningkatkan basil dan dapat diaplikasikan secara baik.
Pemberian tanah mineral berkadar besi tinggi sampai takaran 7 3 % erapan
maksimurn besi mampu menurunkan konsentrasi asam-asam fenolat sekitar 30%
dan meningkatkan produksi padi (Salampak, 1999). Pemberian tanah mineral juga
dapat memperkuat ikatan-ikatan kation dan anion sehingga konservasi terhadap
unsur hara yang k r a a l dari pupuk menjadi tebih baik. Disamping itu, ikatan
dengan koloid inorganik menyebabkan degradasi bahan gambut menjadi ternambat
(Alexander, 1977) sehingga gambut sebagai sumber daya alam dapat digunakan
dalarn jangka waMu yang lama.
Kation besi dari amelioran tanah mineral dapat menimbutkan tapak erapan
baru pada gambut sehingga ikatan fosfat menjadi lebih kuat dan tidak mudah
lepas. Kation besi berperan sebagai jembatan pengikat fosfat pada tapak erapan
ream gambut sehingga hara P dari tapak reaktii gambut dapat dilepaskan secara
lambat dan kebutuhan tanaman dapat dipenuhi secara baik. Selain itu, adanya
kadar besi yang tinggi dalam fosfat alam diharaplran dapat memberikan kontribusi
dalam meningkatkan pengikatan P pada tanah gambut.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ikatan
P pada tanah
gambut memiliki keterkaitan dengan kadar abu, total Fe dan Al (Miller, 1979), Al
dan Fe dapat ditukar (Fox dan Kamprath, 1971; Miller, 1979) dan kandungan
kapur. Porter dan Sanchez (1992) menunjukkan bahwa indeks efapan P
berkorelasi linear positif dengan COJ bebas, pH, Ca-, FP, AMapat ditukar.
Tanah gambut mengandung P sebagian besar dadam bentuk P organik,
yang kemudian akan mengalami proses rnineralisasi menjadi P inorganik oleh jasad
mikro. Umurnnya bentuk-bentuk P organik ditemukan di dalam bentuk inositol fosfat
terutarna hexafosfat (diatas 60 % dari total
P organik) {Anderson 1967; Halstead
dan McKercher 1975). Bentuk-bentuk lain, seperti fosfolipid, asam nukbat, glukosa1-fosfat, gliserotfosfat, dan protein fosfat dalam tanah hanya s e k i r 2% dari total P
organik (Stewart dan Tiesen, 1987).
Untuk mengidentifikasi senyawa P-organik,beberapa peneliti menggunakan
liquid chromatography dan resonansi mag netik
3 2 ~ .Cross
dan Schlesinger (1995)
rnetapotkan hampir tidak ada data fraksionasi P organik untuk Histosol. lvanoff et
at. (1998) mengembangkan metode fraksionasi kimia P organik dengan ekstraksi
asam dan basa, mendapatkan fraksi P organik tidak labil dominan pada gambut
Everglades. Dalam penelitian ini digunakan metode yang sama untuk rnernpelajari
distribusi fraksi-fraksi P inorganik dan P organik pada gambut dari Air Sugihan Kiri
Sumatera Selatan.
Prospek penggunaan fosfat alam sebagai sumber P pada tanah gambut
diharapkan cukup baik, karena mudah larut dalam kondisi masam serta dapat
melepaskan fosfat secara lambat (slow mhase), namun infomsi penggunaan
fosfat alam pada tanah gambut masih sangat terbatas.
Kualitas pupuk fosfat alam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat
mineralogi, kelarutan, besar butir, kadar kamnat bebas, kadar Pa5 total dan jenis
deposit batuan fosfat. Efektivitas penggunoan fosfat alam sangat ditentukan oleh
reaktivitas kimia, ukuran butir, sifat+ifat tanah, waktu dan cara aplikasi, takaran
fosfat alam, jenis tanaman dan pola tanam (Lehr dan Wlellan, 1972; Chien,
1995; Rajan et aL,1996).
Berdasarkan kemampuan kation Fe dalam bahan amelioran tanah mineral
dalarn menurunkan reaMivitas asam-asam fenotat dan sebagai jembatan pengikat
fosfat serta penggunaan fosfat alam yang berkadar besi tinggi, mudah larut dalam
kondisi masam dan tambat tersedia, maka dalam penelitian ini dipelajari
penggunaan bekrapa jenis fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut dari
Somatera Selatan yang diberi bahan amelioran tanah mineral dalam kaitannya
dengan pertumbuhan tanaman padi.
Tujuan
Peneltian bertujuan untuk mempelajari (1) kontribusi kadar Fe dalam fosfat
alam terhadap pengikatan P pada tanah gambut yang telah diberi bahan amelioran
tanah mineral; (2) bentuk-bentuk fosfat pada tanah garnbut; (3) efeMivitas
pemberian pupuk P tehadap pertumbuhan dan serapan P tanaman padi pada
tanah gambut yang diberi bahan amelioran tanah mineral.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) penggunaan fosfat
alam berkadar Fe tinggi (> 5 %) pada tanah gambut yang diberi bahan amelioran
tanah mineral mampu meningkatkan ikatan fosfat dalam tanah gambut ; (2)
penggunaan fosfat alam pada tanah gambut yang diberi tiahan amelioran tanah
mineral meningkatkan P inorganik mudah labil ; (3) penggunaan fosfat atam pada
tanah garnbut yang diberi bahan amelioran tanah mineral dapat meningkatkan
pertumbuhan dan serapan P tanaman padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi Khnia Gambut
Tanah gambut tebal di Indonesia umumnya mengandung kurang dari 5 %
fraksi inorganik dan sisanya ftaksi organik yaitu lebih dari 95 %. Fraksi organik terdiri
senyawaaenyawa humat sekitar 10 hingga 20 94, sebagian besar terditi dari
senyawa-senyawa non humat yang meliputi senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa,
lilin, tannin, resin, suberin, sejurnlah kecil protein dan lain-lain. Sedangkan senyawa-
senyawa humat terdiri dari asam humat, himatomelanat dan humin (Stevenson,
1994; Tan, 1993). Sebagian besar gambut tropika mempunyai kemassman yang
relatif tinggi (pH 3
- 5) dan umumnya mengandung kurang dari 5 % fraksi inorganik
(Driessen, 1978).
Polak (1975) mengemukakan bahwa gambut yang ada di Sumatera dan
Kalimantan umumnya didominasi oleh bahan kayu-kayuan. OLeh karena itu
komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin yang umumnya mebbihi
60 % dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen lainnya seperti selulosa,
hemiselulosa dan protein umumnya tidak melebihi 11% (Tabel 1).
Tabel I . Komposisi Gambut Hutan Tropika Tipe Sangat Masam (Hardon dan
Polak, 1941 dalam Polak, 1975)
Asal gambut
Komponen
Komponen gambut
Larut dalam:
Eter
Alkohol
Air
Hemiselulosa
Setulosa
Lignin
Protein
Sumatera
4,67
4,75
1,87
1,95
10,61
63,99
4,41
Kalimantan
% bahan kering
2,50
6,65
0,87
1,95
3,61
73,67
3,85
Kesuburan Tanah Gambut
Kesuburan alamiah tanah gambut sangat beragam, tergantung pada
bebempa faktor. (a) ketebalan lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi, (b)
komposisi tanaman penyusunan gambut, (c) tanah mineral yang berada dibawah
lapisan tanah gambut (Andriesse, 1974). Polak (1949) menggolongkan gambut
kedalarn tiga tingkat kesuburan yang didasarkan pada kandungan P a a CaO, K20
dan kadar abunya, yaitu: (1) gambut eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi,
(2) gambut mesotrofik dengan tingkat kesuburan yang sedang dan (3) gambut
oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang rendah (Tabel 2).
Tabel 2. Kandungan Hara pada Tiga Tingkat Kesuburan Gambut (Polak, 1949)
Kandungan ( % bobot Icering gambut)
Tingkat
Kesuburan
P205
CaO
K20
Abu
> 0,25
>4
> 0,l
> 10
Mesotrofik
0,20- 0,25
1-4
0,1
5 - 10
Oligotrofik
0,05 - 0,20
0,25 - 1
0,03 - 0,1
2-5
Eutrofik
Tingginya
kandungan
basa-basa
gambut
eutrofik
disebabkan
pernbentukannya dipengaruhi oleh air payau (campuran air iaut dan air sungai).
Gambut mesotrofik pembentukannya dipenganrhi okh air sungai, sedangkan
gambut oligotrofik pernbentukannya dipngaruhi oleh air hujan (Leiwakabessy,
f 978).
Gambut di Indonesia umumnya merupakan gambut ombrogen, tenrtama
gambut pedalaman yang terdiri dari gambut tebal dan miskin akan unsur ham,
digolongkan ke dalam tingkat oligotrofik (Radjaguguk, 1997). Sedangkan pada
gambut pantai pada umumnya tergolong ke dalam gambut eutrofik karena adanya
penganrh air pasang sumt. Air pasang sumt mengandung bahan-bahan halus dan
bahan terlarut lain yang berasal dari daratan karena terbawa oleh aliran air sungai
pada waMu banjir atau berasal dari lautan karma naiknya air laut pada saat
terjadinya pasang (Andriesse, 1974; Leiwakabessy, 1978).
Sifat Kimia Tanah Gambut
Kernasaman Tanah
Tingkat kernasaman tanah gambut bemubungan erat dengan kandungan
asamasam organiknya, yaitu asam humat dan asam fulvat (Andriesse, 1974; Miller
dan Donahue, 1990). Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mempunyai
gugus reaMif seperti karboksil (-COOH) dan fenot (GhOH) yaflg mendominasi
kompleks pertukaran dan dapat bersifat sebagai asam lemah sehingga dapat
terdisosiasi dan menghasilkan ion H dalam jumlah banyak. Diperkirakan bahwa 85
sampai 95 persen muabn pada bahan organik disebabkan kamna kedua gugus
karboksil dan fenol tersebut.
Tanah gambut di Indonesia sebagian besar bereaksi masam hingga sangat
masam dengan pH kurang dad 4,O. Hasil penelitian Halim (1987) dan Salarnpak
(1999) dipemleh nilai kisaran pH H a (1:s) yaitu tanah gambut pedalaman
Berengbengkel Kalimantan Tengah sebesar 3,25 hingga 3,75. Sedangkan pH H20
tanah gambut dari Air Sugihan Kiri Sumatera Selatsn kbih tinggi yaitu sebesar 4,l
4,3 (Hartatik ef at., 2000).
-
Kapasitas Tukar Kation dan Basa&asa
Nilai kapasitas tukar kation tanah gambut berkisar antara 100 hingga 300
me1100 g tanah, ha1 ini disebabkan oleh muatan negatif bergantung pH yang
sebagian besar dari gugus karboksil dan gugus hidroksil dari fenol (Driessen dan
Soepraptohardjo, 1974). Menurut Andriesse (1974) dan Driessen (1978), KTK tanah
gambut ombrogen di Indonesia sebagian b s a r ditentukan oleh fraksi lignin dan
senyawa humat (Tabel 3). Tanah gambut di Indonesia, terutama tanah gambut
ombrogen mempunyai komposisi vegetasi penyusun gambut yang didominasi oleh
tumbuhan yang berasal dari bahan kayu-kayuan. Bahan kayu-kayuan umumnya
banyak rnengandung senyawa lignin yang dalam proses degradasinya akan
menghasilkan asam-asam fenolat (Stevenson, 1994).
Tabel 3. Komposisi Gambut Ombrogen di Indonesia dan Kapasitas Tukar Kation
(Driessen,1978)
Komposisi
Lignin
Bobot (84)
64-74
KTK (me11OOg)
150-180
Senyawa homat
10-20
40-80
Selulosa
Hemiselulosa
0,2-10
1-2
7
1-2
Lainnya
Total gambut
O,1 mM menufunkan bobot kering tanaman
bagian atas dan biji pada saat panen (Tadano et al., 1992). Wang et al. (1967)
mendapatkan pada konsentrasi asam phidroksibenzoat sebesar 7-70 mM dapat
menekan pertumbuhan tanaman jagung, gandum, dan kacang-kacangan.
Sedangkan pada konsentrasi 180 mM tidak berpengaruh terhadap tanarnan tebu,
tetapi pada konsentrasi asarn phidroksibenzoat 360 mM berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar tanaman tebu.
Hartley dan Whitehead (1984) mengemukakan bahwa asamasam fenolat
pada konsentrasi 250 pM menurunkan sangat nyata serapan kalium oleh tanaman
barley. Asam salisilat dan ferulat menyebabkan terhambatnya serapan kalium dan
fosfor oleh tanaman gandum serta asam ferulat pada konsentrasi 500 hingga 1000
phi menurunkan serapan fosfor pada tanaman kedelai.
Bahan-bahan fitotoksik hasil dekomposisi bahan organik berpengatuh
terhadap perubahan permeabilitas sel tanarnan, sehingga asam-asam amino dan
bahan lain mengalir keluar dari sel, nekrosis pada sel akar, menghambat dan
menunda perkecarnbahan. Disamping bahan fitotoksik ini dapat mematikan biji,
menghambat pertumbuhan akar, pertumbuhan tanaman kerdl, mengganggu
serapan hara, klorosis layu dan akhirnya dapat mernatikan tanaman (Patrick, 1971).
Bahan Tanah Mineral sebagat Ameiioran
Pengertian dan Pernbentukan O x h l
Bahan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah
mineral yang mengandung besi tinggi dad odo Oxisol. Umumnya Oxisol mempunyai
tingkat kesuburan tanah yang rendah dan digolongkan sebagai tanah-tanah yang
marginal dengan tingkat pmduktias yang rendah (Hardjowigeno, 1993).
Penyebaran Oxisot di Indonesia menempati k 15.446 juta ha atau 8,4 % dari Luas
daratan Indonesia (Soekardi, 1993).
Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan seskuioksida, telah mengalami
pelapukan lanjut, dan banyak terdapat di daerah sekitar khatulistiwa (intertropical
region), Oxisol meliputi sebagian ksar dad tanah-tanah yang dulu disebut Laterit,
Ground Water Lateflte (Laterit Air Tanah) dan Latosol (Hardjowigeno, 1993). Tanah
ini dicirikan adanya horison oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m atau
mempunyai horison bndik yang jumlah mineral mudah lapuk memenuhi syarat
horison oksik, yaitu < 10 % dan tidak mempunyai horison spodik atau argilik di atas
horison oksik (Soil Sutvey Staff, 1994).
Oxisol umumnya terdapat di daerah upland tua yang stabil, teras alluvial tua,
benrmur tua, karena pelapuksn sangat lanjut maka cadangan mineral sangat sediki,
unsur hara sangat rendah, kandungan aluminium dapat ditukar tinggi, perrneabilitas
baik, sifat yang baik dari tanah ini adatah gembur dan mempunyai agregat cukup
stabil sehingga lebih tahan terhadap erosi (Hardjowigeno, 1983).
Menurut Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1994), yang dimaksud dengan
Oxisol adalah tanah yang mempunyai salah satu:
1. Horison oksik yang batas atasnya berada pada kedalaman 150 cm atau
kurang dari pemurkaan tanah mineral, dan tidak mempunyai hodson kandik
yang batas atasnya berada pada kedalaman tersebut, atau
2. Pada fraksi tanah halus antara permukaan tanah dan kedalaman 18
cm
(setelah dicampur) kadar liatnya 40 % atau bbih (berdasar berat) dan
horizon kandik yang mempunyai mineral mudah lapuk memenuhi syarat
horison oksik dan batas atasnya b m d a pada kedalaman 100 cm atau
kurang dari permukaan tanah mineral.
Berdasarkan batasan yang tebh disebutkan diatas horison penciri tanah
Oxisol ialah horison oksik atau kandik. Proses pembentukan tanah yang Mama pada
Oxisol adalah proses desilikasi dan konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang
gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis mineral dominan pada tanah tersebut.
Proses desilikasi merupakan proses pencucian silika dad profil tanah, dirnulai sejak
permulaan dekomposisi mineral dipermukaan batuan induk, dan terus berlanjut
selama proses pembentukan tanah berjalan. Silika dapat tercuci dari tanah karena
suhu yang tinggi seperti yang terdapat di daerah tmpika dapat meningkatkan daya
larut silika, disamping itu karena curah hujan yang tinggi penwcian bejalan cepat
sehingga lamtan tanah tidak pemah jenuh silika, akibatnya daya lanrt siiika tetap
tinggi (Hardjowigena, 1993). Akibat proses ini tejadi dekomposisi hampir seluruh
mineral mudah lapuk termasuk mineral liat 2 : 1, fraksi liatnya ddominasi muatan
variable, kapasitas tukar kation rendah, kapasitasjerapan fosfat tinggi (Sanchez dan
Logan, 1992).
Sifat Mineral Oxisol
Oksida besi di dalam tanah dapat dibagi menjadi oksida besi yang bersifat
amorf dan kristalin. Oksida besi yang bersifat kristalin terdiri atas hidroksida besi,
yaitu goetit (a -FeOOH) dan lepidokrasit (y -FeOOH) dan oksia besi yaitu hematit
(a-Fef13}dan maghemit (y -Fe203).Sedangkan ferihiirit (FesHOe4Hfl) menrpakan
hidroksida besi amorf (Tan, 1993). Khusus pada tanabtanah berliat aMivitas rendah
seperti Oxisol, oksia besi yang banyak dijumpai adalah goetii dan hematit
(Segalen, 1971).
Besi yang terikat dalam struktur mineral silikat, pelepasannya selama proses
pelapukan melalui proses protolisis dan oksiiasi. Selanjutnya b s i yang dibebaskan
metalui protolisis dapat segera teroksdasi bila ada oksigen, atau terangkut sampai
mencapai daerah yang mengandung oksigen (Schwettmann dan Taylor, 1989).
Oksidasi besi dapat terjadi di dalam struMur silikat sendid. Karena perubahan
ukuran dan muatan dari fern rnenjadi feri, maka mineral tersebut menjadi hancur.
Jika Fet3terlepas, segera terhidrolisis membentuk oksiida bita kontak dengan air.
Pengangkutan besi lebih mudah dalam keadaan reduktif, karma besi fero lebih
mudah larut, kemudian besi dapat teroksidasi kembali diempat tersebut atau dapat
diangkut dan mengalami oksidasi pada Ungkungan baru, mungkin membentuk fase
mineral baru. Jadi besi dalam suatu oksida dapat mengalami psriode mobilisasi dan
imobilisasi yang beheda-beda, yang dapat metupakan oildus dalam waktu yang
cukup pendek (Bemer dan Scot, 1982).
Pembentukan goetii dan hematit sangat dipenganrhi oleh temperatur dan
kelembaban. Pada daerah dingin dan lembab umumnya tidak dijumpai hematit akan
tetapi hanya goetit, sedangkan pada daerah yang lebih panas banyak dijumpai
tanah merah dan mengandung banyak hematit. Mineral tersebut terbentuk melalui
berbagai proses pernbentulcan tanah, namun memerlukan lingkungan drainase baik
atau agak baik. Terbenhrknya oksida besi dapat melalui proses ferr
SP36 PADA TANAH GAMBUT YANG DlBERl BAHAN
AMELIORAN TANAH MINERAL D A U M KAITANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PAD1
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2003
ABSTRACT
W1WIK HARTATIK. The U s e of Rock Phosphates and SF36 on Peat Added with
Mineral Soil Ameliorant in Relation to the Growth of Rice (Under supervision of
KOMARUDOIN IDRIS as Chairman, and ABDUL RACHIM (deceased), SUPlANDl
SABIHAM, SR1 DJUNIWATI and J. SRI ADlNlNGSlH as Members).
Low productivity of peat is caused by some limiting factors, such as high
content of phenolic acids that can be toxic for plant growth, iow pH, very high cation
exchange capacity (CEC), very !ow base saturation, and low level of available P.
These problems must be s o w in order to improve peat productivity.
The aims of the experiment were to study (a) the contribution of Fe contained
in rock phosphates in relation to the affect of the increasing P retention; (b) the
different forms of P in peat; (c) the effectivity of P fertilizer application on the growth
of rice and P uptake by rice grown in peat added wlth mineral soil ameliorant. The
experiment was conducted in the laboratory and greenhouse of the Centre for Soil
and Agroclimate Research and Development, Bogor.
The results showed that the application of Maroko and Ciamis rock
phosphates on peat added with mineral soil ameliorant increased P retention that
reduced P loss. High Fe in Christmast rock phosphate, however, did not contribute
to the increase P retention.
The application of Maroko and Ciamis rock phosphates on peat added with
mineral soil ameliorant increased P availabilrty. Based on observation results of the
form of P in peat show that most of P on the peat are in the form of organic P around
77 up to 95 % and in a small amount inorganic P around 5 up to 24 %. Organic P
distribution show that the moderately labile form was higher than non-labile and
readily labile forms. Non-labile inorganic P form in Chrismast was higher than those
in Maroko and Ciamis rock phosphates.
The application of rock phosphates on peat added with mineral soil
ameliorant at the level of 7.5 % of Fe maximum sorption was not able to decrease
the reactivity of p-hydroxybenzoic and p-coumaric that toxic to rice crop.
The application of Ciamis rock phosphate at the level of 50 % of P sorption to
the peat added with mineral soil ameliorant increased crop dry weight of rice up to
82% and P uptake up to 106%. it also gave a higher value for the relative agronomic
effectiveness. The highest percentage of P uptake was attained from SP-36 and
Ciamis' rock phosphate at the level of 50 % of P sorption.
Rock phosphate with high content of Cu and Zn and high reactivity can be
used on peat added with high iron mineral soil ameliorant on the field to improve the
productivity of peat.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
Penggunaan Fosfat Alam dan SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan
Amelioran Tanah Mineral Dalam Kaitannya dengan Pertumbuhan Tanaman
Padi.
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenatannya.
Bogor, 25 Agustus 2003
PENGGUNAAN FOSFAT ALAM DAN
SP-36 PADA TANAH GAMBUT YANG D1BERI BAHAN
AMELIORAN TANAH MINERAL DALAM KAITANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PAD1
Oleh:
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Hmu Tanah
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2003
PENGGUNAAN FOSFAT ALAM DAN SP-36 PADA
TANAH GAMBUT YANG DIBER1 BAHAN AMELIORAN
TANAH MINERAL DALAM KAITANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PAD1
Judul
:
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
: WlWlK HARTATIK
: 995199
: ILMU TANAH
Menyetujui
Dr. Ir. ~okaruddinIdris, M.S.
Ketua
Dr.lr. H. Abdul Rachim, M.S.
alm.
Dr. Ir. Sri Diun'wati. M.Sc.
Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham. M.Anr.
Anggota
A
Dr. Ir. J. Sri Adinin sih APU
Anggota
2. Ketua Program Studi Hmu Tan
Tanggal lulus: 5 Agustus 2003
--
Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 16 April 1962 dari ayah Moch.
Dja'far (alm.) dan ibu Sri Sunarti. Penulis merupakan putri kedua dari enam
bersaudara.
Pada tahun 1973 Penulis tulus dari SD Negeri Praja Mukti V, Surabaya; pada
tahun 1976 lulus dari SMP lndrajaya II, Surabaya; dan pada tahun 1980 lulus dari
SMA negeri IV Surabaya. Pada tahun 1980 itu pula Penulis diterima di lnstitut
Pertanian Bogor melalui Proyek Perintis II, dan pada tahun 1981 terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan llmu Tanah, Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor, dan
mernperoleh gelar sarjana perbnian pada tahun 1984. Selanjutnya tahun 1995
Penulis mengikuti program 52 pada Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor
lulus tahun 1998. Pada tahun 2000 Penulis melanjutkan program 53 pada Program
Pascasajana lnstitut Pertanian Bogor.
Sejak tahun 1985 sampai sekarang Penulis bekeja sebagai staf peneliti
Kesuburan Tanah
pada
Balai Penelitian Tanah,
Pusat
Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Pada tahun 1987 Penuiis menikah dengan Ir. E.D.Taufik, dan hingga kini
dikaruniai seorang putri bemama Amanda Putri Permatasari dan seorang putra
bemama Agam Bhaskoro.
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah S W Penulis panjatkan atas segala limpahan
rahrnat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaiksn perkuliahan,
penelitian dan penulisan disertasi ini dengan baik.
Oalam kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada D r . Komaruddin Idris, M.S. selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam
perencanaan, pelaksanaan hingga penulisan disertasi ini. Penghargaan yang sama
disampaikan kepada Dr. Ir. H. AMul Rachim, M.S. (alm.) yang sebelumnya sebagai
Ketua Komisi atas bimbingan dan saran selama perencanaan dan pelaksanaan
penelitian hingga Bapak menghadap Allah S.W.T, semoga amal kebaikan Bapak
diterima disisinya. Penghargaan yang sama disampaikan pula kepada Prof. Dr. Lr. H.
Supiandi Sabiham, M.Agr., Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc., Dr. Ir. J. Sri Adiningsih, APU,
masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing atas saran-saran dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga penulisan disertasi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sarnpaikan kepada Penguji Luar
Kornisi Dr. Ir. A. Syarifuddin Karama, APU dan Dr. Ir. Bambang Setiadi atas saran
dan perbaikannya.
Penghargaan dan ucapan terima kasih disarnpaikan:
1.
Kepada Dr. Ir. A.M. Fagi, M.Sc selaku Ketua Komisi dan Komisi Pembinaan
Tenaga Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atas pemberian
kesernpatan belajar dan beasiswa on going pada Program Pascasajana
lnstitut Pertanian Bogor.
2.
Kepada Pimpinan Proyek PPATP beserta staf, atas kesernpatan untuk
memperoleh bantuan biaya hidup, buku dan penelitian.
3.
Kepada Direktur Program Pascasajana lnstitut Pertanian Bqor dan Ketua
Program Studi llmu Tanah yang telah memberikan kesempatan belajar, serta
kepada Staf pengajar yang telah membekali ilmu agar dapat berkembang lebih
jauh.
4.
Kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan tanah dan AgroHimat
atas izin tugas belajar pada Program Pascasajana tPB.
5. Kepada Dr. Ir. H. Didi Ardi, M.Sc, Ketua Kelompok Peneliti kesuburan Tanah
Dr.lr. DiaR Setyodni M.S. dan Staf peneliti Dr. Ir. Agus Sofyan, MS., Ir. L.R.
Widowati, M.Sc, lr. Husnaen, M.P., Ir. A-Kasno, M.Si., Ir. Ojoko Purnomo, M.Si.,
Dr. H. Subagyo, Oedi Kusnandar dan Yati atas segala dukungan, bantuan dan
fasilitas yang diberikan hingga selesainya disertasi ini.
6.
Kepada Kepala Laboratorium Kimia Puslitbangtanak Bapak Sutaeman, M.Sc
beserta Staf tenrtama Mbak Isni, Dr. Mappaona dan Sutono, SP atas bantuan
dan fasilibs yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Kepada Ibu Ir. Elsje L. Sisworo, M.S. dan Staf Laboratorium bagian pertanian
PSTIR, BATAN.
8.
Kepada Kepala Rumah kaca Puslingtanak beserta Staf, tenrtama 8apak
Mardjuki, Gunamawan, S.P dan Mansyur Djayusman atas bantuan yang
diberikan dalam petaksanaan penelitian ini.
9.
Kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasajana IPB, terutama Dr. Ir. Muljadi. 0.
Mario,lr. Hanum, M.S., If. S i Zahra, M.P, Ir. Nelvia, M.S, Ir. I.M. Wayan
Swastika, lr- Lilik Tri Indrawati, M.Agr, It. Afra Makalew, M.Sc. Ir. D.
Subardja,M.Sc, Ir. Teti Arabia, MS., Ir. Ai Dariah, Ir. Neneng, tr. Umi Hariyati,
Ir. Nugroho, M.S., Ir. Sukarman, M.S., lr. Budi Nugroho, M.S. dan semuanya
yang tidak dapat disebut satu persatu atas segala kerjasarna dan
persahababnnya selama studi di Program Pascasajana IPB.
10. Kepada kedua orang tua terutama Ibu Sri Sunarti, Om lmron Syahiw, Mbak
Tiik, adik-adik Lilik, Totok, Juning dan lta dan seluruh keluatga atas segala
dorongan, semangat, dan doa selama mengikuti pendidikan hingga
penyelesaian disertasi.
11. Kepada suami dan ananda Amanda Putri Permatasan dan Agam Bhaskoro
tersayang atas segala dorongan semangat. kesabaran, perhatian, pengertian
serh pengorbanan yang telah diberikan dengan tulus hingga selesainya studi
program doktor.
12. Kepada semua pihak yang telah banyak rnembant'u baik material maupun
spiritual sehingga penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.
Penulis memohon maaf dan penwrtian yang sedalam-dalamnya jib ada
ketidak sempumaan dalam tulisan ini, serta mengharapkan saran yang membangun.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan para
pengambil kebijakan dalam pengembangan pertanian di lahan gambut.
Bogor, Agustus, 2003
Wiwik Hartatik
...................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
4
.................................................................................................
5
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan Penelitian
Hipohis
nN3AUAN PUSTAKA
Komposisi Kimia Gambut
Kesuburan Tanah Gambut
1
1
........................................................................
.........................
.
.
..........................................
..............................
.
.
....................................
..........................................
..................... .
Kernasaman Tanah ........................................................................
Kapasitas Tukar Kation dan Basa-basa
....................................
.................................................................
Fosfor ........................ .
.
.
Unsur Mikro ....................................................................................
Asam-asam Fendat datam Tanah Gambut ....................
.
........................
Bahan Tanah Mineral sebagai Amdioran ...................................................
Pengertian dan Pembentukan Oxisol ...............................................
Sifat Mineral Oxisol ...........................................................................
Sumber Fosfat alam ...................................................................................
Susunan Kimia Fosfat Alam ........................................................................
Sifat Mineral Batuan Fosfat ......................................................................
............................................................
Kelarubn Kimia Mineral Fosfat
Pembentukan Senyawa Kompleks Organo-Kation ....................................
Sifat KimiaTanah Gambut
Pembentukan Senyawa Kompleks
........................
.
.
..................
Erapan Kation pada Tanah Gambut dan Stabilitas Kompleks ............
........................................................................
29
Tempat dan WaMu Penelitian........................................................................
29
BAHAN DAN M m D E
Pengambilan k h a n Tanah Gambut
............................................................
30
Analisis Pendahuluan .........................
.
.
.........
...............................
Metode Peneiitian
.
........................................................................
Pembaan 1 Penentuan Takaran 6ahan Amelioran Tanah Mineral
Penetapan Kuwa Erapan Fe .............................................................
Kelarutan Fe Bahan Tanah Mineral
.................................................
.
Percobaan 2 Kelarutan Bebwapa MISm a t Alam dalam
........................................................................
Tanah Gambut
Permban 3. Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Fosfat Alam
atau SP-36 pada Tanah Gambut yang Mberi Bahan Ameliwan
Tanah Mineral krhadap P larutan dan Beberapa Ciri Kimia Tanah ...
Percobaan 4 . Wepasan Fosfat dari Kompleks Organo-Kation
.................
..
..
Logam- M a. . .t ...........................
Percobaan 5. Fraksionasi Kimia Ekntuk-bentuk Fafat Tanah
Gambut
.......................................................................................
Percobaan 6. Pengaruh Penggunaan kberapa Jenis Fasfat Alam
atau SP-36pada Tanah Gambut yang Diberi 8ahan Amelioran
Tanah Mineral terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman
Padi ...............................................
.
.
.
..........................................
Pengolahan Data
...................
..............................................................
.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
..................................................................................................
..............................................................
Ciri Kimia k h a n Tanah Gambut
Jenis Tanah
Ciri Kimia Oxisol Tugumulyo Sumatera Selatan sebagai
Bahan Amelioran
......................................................................................
Penentuan Takaran k h a n Amdioran Tanah Mineral
.................................
Kelarutan Fe dari Bahan Amelioran Tanah Mineral .....................
Takaran Ba han Arnelioran Tanah Mineral yang Dibutuhkan..............
Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral terhadap
Asam-asam Fenolat ...............................
.
.
.
................................
Pengaruh Pemberian k h a n Amelioran Tanah Mineral terhadap
Beberap Ciri Kimia Tanah Gambut .................................................
Kadar dan Serapan P Tanaman.....................................................................
Fraksi Serapan P Tanaman................................................................
Persentase Serapan Fosfat Alam dengan Metode Isow............................
PEMBAHASAN UMUM.................................................................................
KfSIMPUUN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................
No.
Teks
1. Komposisi Gambut Hutan Tropika T i p Sangat Masam
(Hardon dan Polak, I941 &lam Pdak, 1975)................... ,
.
.
.......
2. Kandungan Hara pada Tga Xngkat Kesuburan Gambut
(Polak, 1949)................ ............................................................
.
.
3. Kompasisi Gambut Ombrogen di Indonesia dan Kapasitas
Tukar Kation (Driessen, 1978)..........................................................
4. Ciri Kimia Bahan Tanah Gamblrt dari Air Sugihan Kiri, Sumatera
Selatan
....................................................................................
5. Ciri Kimia Oxisol Tugurnuiyo, Sumatera Selatan sebagai
Bahan Amelioran
........................................................................
6. Kelarutan Fe dari Bahan Amelioran Tanah Mineral dalam
Tanah Gambut pada lnkubasi 4 Minggu ....................................
7. Kebutuhan Bahan Amelioran Tanah Mineral untuk Pet-baikan
Tanah Gambut dari Air Sugihan Kin ................................................
8. Pengaruh Pemberian Sahan Amelioran Tanah Mineral krhadap
Asam-asam Fenolat
......................................................................
dan Hidrolisis Fe +3
dalam tarutan Tanah Akibat Penambahan Katjon ~ e + ~
(Salampak, 1999) ............................................................................
9. Efek Penurunan pH, Pembebasan H' (mM)
10. Nilai pH Tanah Setelah lnkubasi 1 Bulan, 4 dan 8 Minggu
Setelah Tanam
........................................................................
II.
Pengaruh Pemkrian Bahan Amelioran Tanah Mineral terhadap
P-Bray I dan Kapasitas Tukar Kation ...............................................
12. Rata-rata Tinggi Tanaman akibat Pemberian Bahan Amelioran
Tanah Mineral
........................................................................
13. Hasil Analisis Beberapa Jenis Fosfat Alam yang Oigunakan ..........
14. Persen Kelarutan P206dalam Asam Sitrat 2 % terhadap P a s
Total .........................................................................................
d 5. Konsentrasi Cd dalam Pupuk Fosfat Alam di Bebefapa Negara
(McLaughlin et al., 1996a &lam Laegreid et al.,'1999) ............
t 6. Persentase Kelarutan Fosfat Alam dalam Gambut
........................
17. Nilai Tengah Ciri Kimia Tanah Gambut Akibat Pemberian
Beberapa Jenis Fosfat ALam atau SP-36 pada Tanah Gambut
yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral ...........................
18. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan Tidak Labil pada
Pengamatan 2 Minggu ......................,. ,.............. ,.,.......,..................
.
19. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan Tidak Labil pada
Pengamatan 4 Minggu ........................,.......,.,.........,..................,.....
20. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan T i a k Labil pada
Pengarnatan 8 Minggu ......+...........,.......,................,.,.......................
21. Distribusi P lnorganik Mudah Labil dan Tidak Labil pada
Pengamatan 10 Minggu.....................,.......,................,.,..................
22. Distribusi P Organik dengan bberapa Fraksi yang Berbeda
Stabilitas pada Pengamatan 2 Minggu...............................
.........
23.Distribusi P Organik dengan Beberapa Fraksi yang Berbeda
Stabilitas pada Pengamatan 4 Minggu...........................,.......,......
24. Distribusi P Organik dengan Beberapa fraksi yang 6 e M a
Stabilitas pada Pengamatan 8 Minggu................................
.
.
..... .
25. Disttibusi P Organik dengan Beberapa Fraksi yang Berbeda
Stablitas pada Pengamatan 10 Minggu............ ...........................
26. Koef~ienKorelasi (r) antara Fraksi-fraksi P Inorganik........,...........
27. Koefisien Korelasi (r) antara Fraksi-fraksi P Organik......................
28. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alam atau
SP-36 pada Tanah Garnbut yang diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral terhadap Asam-asam Fenoiat......................................,....
29. Rataan Tinggi Tanaman Padi IR 64 akibat Pemberian
Beberapa Jenis Fosfat Alam atau SP-36 pada Tanah Gambut
yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral.......,.......
..........
.
.
.
30. Rataan Bobot Kering Tanaman dan Gabah kering Padi IR 64
akibat Pemberian Bekrapa Jenis fosfat Alam atau SP-36 pada
Tanah Gambut yang Dikri Bahan Amelimran Tanah Mineral......
121
31. Koefisien Korelasi (r) antara Bobot Kering Tanaman dengan
Asamasam Fenolat.........................................................................
123
32.Pengaruh Pemberian Beberapa JenisFosfat Alam atau SP-36
pada Tanah Gambut yang Oiberi Bahan Amelioran Tanah Mineral
terhadap Nilai Efektiitas Agronomi Relati .............................. ..
128
33. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alam atau
SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral Terhadap Kadar P dan Serapan P Total.............................
34. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alam ahu
SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan Amelmran Tanah
Mineral temadap Serapan P dan Persentase Serapan P yang
Berasal dad Fosfat Alam atau SP-36 dan Tanah Gambut............
137
No.
Halaman
Tekb
1. Contoh Dua Tipe Reaksi Pengkelatan (Tan, 1993)
2. Lokasi Pengambilan Conboh Tanah Permban
3. Skelsa m
a
n Penadan &lam Kdom Tanah
.....................
........................
........................
24
32
40
4. Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Penurunan
Asam Fenolat (%) .............................................................---..
60
5. Pengaruh Pernberian Bahan Amelioran Tanah Mineral
Terhadap Ca Dapat Diukar dan Kejenuhan Basa.........................
63
6. Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral
Terhadap Aluminium Dapat Dipertukarkan, Al dan f e 0ksalat,
Al dan Fe Pirofosfat
.....................
64
7. Penganrh Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral tefhadap
Bobot Kering Tanaman Padi, pH dan Asam-asam Fenolat pada
umur 8 MST ..........................................................................
66
8. Pola Kelanrtan Fosfat Alam Maroko, Chrismas dan Ciamis
.
.
.
.
...........................
72
9. Pola P Larutan Akibat Pemberian Fosfat Alam Maroko, Setetah
lnkubasi 4 Minggu padaTanah Gambut yang Diberi Bahan Amelioran
Tanah Mineral ..........................................................................
77
daiam Gambut ....................................
10.Pola P Larutan Akibat Pemberian Fosfat Alam Chrismas, Setelah
lnkubasi 4 Minggu padaTanah Gambut yang Diberi 8ahan Amelioran
Tanah Mineral ...........................
.................................................
78
11. Pola P Larutan Akibat Pemberian Fosfat Alam Ciamis, Setelah
lnkubasi 4 Minggu pada Tanah Gambut yang Diberi Bahsn Amelioran
Tanah Mineral ........................... .....................................................
79
12.Pola P Larutan Akibat Pemberian SP-36 pada Tanah Gambut
yang Diberi Bahan Amdioran Tanah Mineral ........................................
80
.
.
.
.
.
13. Pola Distribusi Fosfat dalam Kolom Tanah
.....................
.
...............
85
14. Poia Oistribusi Besi dalam Kolom Tanah
........................................
87
28. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis F&at Alam atau SP-36
pada Tanah Gambut ymg Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral Terhadap Proporsi Serapan P Oleh
Tanaman Padi.................................................................................
29. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Fosfat Alarn atau SP-36
pada Tanah Garnbut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral terhadap Persentase Serapan P ....................... ........
.
.
No.
Halaman
Teks
1. Metode Analisis Beberapa Ciri Kimia Tanah...............................
166
2. Bagan Alur Fraksionasi Kimia Fosfat Tanah Gambut (IvanM etal.,
1998) .............................................................................................
167
3. Deskripsi Profil Tanah Gambut Air Sugihan Kiri..............................
168
.
.
........
169
4. Karakteristik Kimia Profil Tanah Gambut ...........................
5. Kriteria Penilaian Kandungan Unsur dan Kernasaman Tanah
Daerah Pasang Surut........................................................................
169
6. Deskripsi Profil Tanah Mineral Tugumulyo Sumatera Selatan.........
170
.
.
.......
171
.....................
172
7. Kriteria Penilaian Angka-Angka Hasil Analisis....................
8. Syarat Mutu Pupuk Fosfat Aiam (SNI 02-3776-1995)
9. Konsentrasi P Larutan kberapa knis Fosfat Alam dalam
Gambut.............................................................................................
172
10. Rataan P brutan Akibat Pemberian Bekrapa Jenis -fat
Alam
atau SP-36 pada Tanah Gambut yang Diberi Bahan Adioran
Tanah Mineral.................................................................................
173
11. Kandungan P Dalam Kolom Tanah dan Air Cuaan Akibat
Pemberian Bekrapa Jenis Fosfat Alam atau 9 - 3 6 pada Tanah
Gambut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral .....................
174
12. Kandungan Fe Dalam Kolorn Tanah dan Air Cucian Akibat
Pemberian Beberap Jenis m a t AIam atau SP-36 pada Tanah
Gambut
yang
Diberi
Bahan
Amelioran
Tanah
Mineral......................
.... ...........................................................
176
.. .
.
13. Kandungan Al Dalam Kolom Tanah dan Air Cucian Akibat
Pemberian Bekrapa Jenis Fosfat Alam atau SP-36 pada Tanah
- Gambut
yang
Dikri
6ahan
Arnelioran
Tanah
Mineral..........................................................................................
178
q4. Kandungan Ca Dalam Kolom Tanah dan Air Cucian Akibat
Pemberian Bebrapa Jenis Fusfat Alam atau SP-36 pada Tanah
Gambut
yang
Diberi
Bahan
Amelioran
Tanah
Mineral..........................................................................................
....
180
1S.Kandungan Mg Dalarn Kdom Tanah dan Air Cuaan Akibat
Pemberian Beberapa ]enis Fasfat Alam atau SP-36 pada Tanah
Gambut
yang
Diberi
Bahan
Amelioran
Tanah
Mineral..................... .
.
.
...............................................................
16. Fraksi P Inorganik pada Pengamatan 2 Minggu...................
.
.
.....
.
.
.......
17. Fraksi P Znorganik pada Pengamatan 4 Minggu.................
18. Fraksi P Inoqanik pada Pengamatan 8 Minggu................ ,
.
.
.....
19. fraksi P Inorganik pada Pmgamatan 10 Minggu ...........................
20.Fraksi
P Organik pada Pengamabn 2 Minggu ............................
21. Fraksi P Organik pada Pengarnatan 4 Minggu ...............................
22. Fraksi P Organik pada Pengamatan 8 Minggu ..............................
23. Fraksi P Organik pada Pengamatan 10 Minggu ............................
PENDAHULUAN
Luas lahan tawa sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri dari 20,1 juta ha lahan
rawa pasang sumt dan 13,3 juta ha lahan non pasang surut atau lebak. Oari 20,1
juta ha khan pasang surut, 2 juta ha tergolong tipologi potensial, 6,7 juta ha lahan
sulfat masam, 11 jub ha lahan gambut, dan 0,4 juta ha lahan salin. Lahan gambut
dibedakan kedalam gambut dangkal, sedang, dalam, dan sangat dalam (Widjaja-
Adhi et al., 1992). Lahan gambut pada umumnya dimanfaatkan untuk tanaman
pangan maupun pekebunan, walaupun tingkat produksinya masih rendah. Tanah
gambut digolongkan kedalam tanah marginal yang dicirikan oleh dengan reaksi
tanah yang masam hingga sangat masam, ketersediaan ham dan kejenuhan basa
yang rendah dan kandungan asamasam organik yang tinggi, terutama derivat
asam fenolat yang bersifat racun bagi tanaman (Tadano et
al., 1990; Rachim,
1995; Prasetyo, 1996; Salampak, 1999). Asam-asam fenolat tersebut merupakan
hasil biodegradasi anaerob dari
senyawa lignin dalam bahan asal kayu-kayuan
(Tsutsuki dan Kondo, 1995).
Pengawh buruk dari derivat asarn-asam fenolat dapat dikurangi dengan
pemberian kation-kation polivalen seperti Al, Fe, Cu, Zn {Rachim, 1995; Prasetyo,
1996; Saragih t 996). Penurunan asam-asam fenblat disebabkan oleh adanya
erapan kation-kation polivalen oleh tapak reaktif tanah gambut sehingga
membentuk senyawa kompleks (Stevenson, 1994). Tapak-tapak reaMi di dalam
tanah gambut berasal dari gugus fungsional asam organik yang mengandung
oksigen (C=O, -OH dan -COOH), terutama dari gugus 4 H asam fenolat.
Penelitian Saragih (1996) menunjukkan bshwa kation ~ e + 'kbih efelrtif dan stabil
berikatan dengan senyawa-senyawa organik dalam gambut dibandingkan dengan
,
~ e ' ~ Penggunaan
..
kation Fe sangat baik bagi pengikatan P
kation A'~,~ a ' ?cut=,
sehingga dapat mengkonservasi dan meningkahn ketersediaan P (Rachim,
1995).
Upaya
peningkatan prduktiiitas
lahan gambut
melalui teknologi
pencampuran dengan tanah mineral telah lama dipraktekkan di lahan gambut.
Halim (1987) melakukan pencampuran dengan tanah mineral berasal dan' tanggui
sungai (levee) dan Rachim et a/., (1991) menggunakan bahan tanah sulfat masam
untuk meningkatkan basil dan dapat diaplikasikan secara baik.
Pemberian tanah mineral berkadar besi tinggi sampai takaran 7 3 % erapan
maksimurn besi mampu menurunkan konsentrasi asam-asam fenolat sekitar 30%
dan meningkatkan produksi padi (Salampak, 1999). Pemberian tanah mineral juga
dapat memperkuat ikatan-ikatan kation dan anion sehingga konservasi terhadap
unsur hara yang k r a a l dari pupuk menjadi tebih baik. Disamping itu, ikatan
dengan koloid inorganik menyebabkan degradasi bahan gambut menjadi ternambat
(Alexander, 1977) sehingga gambut sebagai sumber daya alam dapat digunakan
dalarn jangka waMu yang lama.
Kation besi dari amelioran tanah mineral dapat menimbutkan tapak erapan
baru pada gambut sehingga ikatan fosfat menjadi lebih kuat dan tidak mudah
lepas. Kation besi berperan sebagai jembatan pengikat fosfat pada tapak erapan
ream gambut sehingga hara P dari tapak reaktii gambut dapat dilepaskan secara
lambat dan kebutuhan tanaman dapat dipenuhi secara baik. Selain itu, adanya
kadar besi yang tinggi dalam fosfat alam diharaplran dapat memberikan kontribusi
dalam meningkatkan pengikatan P pada tanah gambut.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ikatan
P pada tanah
gambut memiliki keterkaitan dengan kadar abu, total Fe dan Al (Miller, 1979), Al
dan Fe dapat ditukar (Fox dan Kamprath, 1971; Miller, 1979) dan kandungan
kapur. Porter dan Sanchez (1992) menunjukkan bahwa indeks efapan P
berkorelasi linear positif dengan COJ bebas, pH, Ca-, FP, AMapat ditukar.
Tanah gambut mengandung P sebagian besar dadam bentuk P organik,
yang kemudian akan mengalami proses rnineralisasi menjadi P inorganik oleh jasad
mikro. Umurnnya bentuk-bentuk P organik ditemukan di dalam bentuk inositol fosfat
terutarna hexafosfat (diatas 60 % dari total
P organik) {Anderson 1967; Halstead
dan McKercher 1975). Bentuk-bentuk lain, seperti fosfolipid, asam nukbat, glukosa1-fosfat, gliserotfosfat, dan protein fosfat dalam tanah hanya s e k i r 2% dari total P
organik (Stewart dan Tiesen, 1987).
Untuk mengidentifikasi senyawa P-organik,beberapa peneliti menggunakan
liquid chromatography dan resonansi mag netik
3 2 ~ .Cross
dan Schlesinger (1995)
rnetapotkan hampir tidak ada data fraksionasi P organik untuk Histosol. lvanoff et
at. (1998) mengembangkan metode fraksionasi kimia P organik dengan ekstraksi
asam dan basa, mendapatkan fraksi P organik tidak labil dominan pada gambut
Everglades. Dalam penelitian ini digunakan metode yang sama untuk rnernpelajari
distribusi fraksi-fraksi P inorganik dan P organik pada gambut dari Air Sugihan Kiri
Sumatera Selatan.
Prospek penggunaan fosfat alam sebagai sumber P pada tanah gambut
diharapkan cukup baik, karena mudah larut dalam kondisi masam serta dapat
melepaskan fosfat secara lambat (slow mhase), namun infomsi penggunaan
fosfat alam pada tanah gambut masih sangat terbatas.
Kualitas pupuk fosfat alam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat
mineralogi, kelarutan, besar butir, kadar kamnat bebas, kadar Pa5 total dan jenis
deposit batuan fosfat. Efektivitas penggunoan fosfat alam sangat ditentukan oleh
reaktivitas kimia, ukuran butir, sifat+ifat tanah, waktu dan cara aplikasi, takaran
fosfat alam, jenis tanaman dan pola tanam (Lehr dan Wlellan, 1972; Chien,
1995; Rajan et aL,1996).
Berdasarkan kemampuan kation Fe dalam bahan amelioran tanah mineral
dalarn menurunkan reaMivitas asam-asam fenotat dan sebagai jembatan pengikat
fosfat serta penggunaan fosfat alam yang berkadar besi tinggi, mudah larut dalam
kondisi masam dan tambat tersedia, maka dalam penelitian ini dipelajari
penggunaan bekrapa jenis fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut dari
Somatera Selatan yang diberi bahan amelioran tanah mineral dalam kaitannya
dengan pertumbuhan tanaman padi.
Tujuan
Peneltian bertujuan untuk mempelajari (1) kontribusi kadar Fe dalam fosfat
alam terhadap pengikatan P pada tanah gambut yang telah diberi bahan amelioran
tanah mineral; (2) bentuk-bentuk fosfat pada tanah garnbut; (3) efeMivitas
pemberian pupuk P tehadap pertumbuhan dan serapan P tanaman padi pada
tanah gambut yang diberi bahan amelioran tanah mineral.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) penggunaan fosfat
alam berkadar Fe tinggi (> 5 %) pada tanah gambut yang diberi bahan amelioran
tanah mineral mampu meningkatkan ikatan fosfat dalam tanah gambut ; (2)
penggunaan fosfat alam pada tanah gambut yang diberi tiahan amelioran tanah
mineral meningkatkan P inorganik mudah labil ; (3) penggunaan fosfat atam pada
tanah garnbut yang diberi bahan amelioran tanah mineral dapat meningkatkan
pertumbuhan dan serapan P tanaman padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi Khnia Gambut
Tanah gambut tebal di Indonesia umumnya mengandung kurang dari 5 %
fraksi inorganik dan sisanya ftaksi organik yaitu lebih dari 95 %. Fraksi organik terdiri
senyawaaenyawa humat sekitar 10 hingga 20 94, sebagian besar terditi dari
senyawa-senyawa non humat yang meliputi senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa,
lilin, tannin, resin, suberin, sejurnlah kecil protein dan lain-lain. Sedangkan senyawa-
senyawa humat terdiri dari asam humat, himatomelanat dan humin (Stevenson,
1994; Tan, 1993). Sebagian besar gambut tropika mempunyai kemassman yang
relatif tinggi (pH 3
- 5) dan umumnya mengandung kurang dari 5 % fraksi inorganik
(Driessen, 1978).
Polak (1975) mengemukakan bahwa gambut yang ada di Sumatera dan
Kalimantan umumnya didominasi oleh bahan kayu-kayuan. OLeh karena itu
komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin yang umumnya mebbihi
60 % dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen lainnya seperti selulosa,
hemiselulosa dan protein umumnya tidak melebihi 11% (Tabel 1).
Tabel I . Komposisi Gambut Hutan Tropika Tipe Sangat Masam (Hardon dan
Polak, 1941 dalam Polak, 1975)
Asal gambut
Komponen
Komponen gambut
Larut dalam:
Eter
Alkohol
Air
Hemiselulosa
Setulosa
Lignin
Protein
Sumatera
4,67
4,75
1,87
1,95
10,61
63,99
4,41
Kalimantan
% bahan kering
2,50
6,65
0,87
1,95
3,61
73,67
3,85
Kesuburan Tanah Gambut
Kesuburan alamiah tanah gambut sangat beragam, tergantung pada
bebempa faktor. (a) ketebalan lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi, (b)
komposisi tanaman penyusunan gambut, (c) tanah mineral yang berada dibawah
lapisan tanah gambut (Andriesse, 1974). Polak (1949) menggolongkan gambut
kedalarn tiga tingkat kesuburan yang didasarkan pada kandungan P a a CaO, K20
dan kadar abunya, yaitu: (1) gambut eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi,
(2) gambut mesotrofik dengan tingkat kesuburan yang sedang dan (3) gambut
oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang rendah (Tabel 2).
Tabel 2. Kandungan Hara pada Tiga Tingkat Kesuburan Gambut (Polak, 1949)
Kandungan ( % bobot Icering gambut)
Tingkat
Kesuburan
P205
CaO
K20
Abu
> 0,25
>4
> 0,l
> 10
Mesotrofik
0,20- 0,25
1-4
0,1
5 - 10
Oligotrofik
0,05 - 0,20
0,25 - 1
0,03 - 0,1
2-5
Eutrofik
Tingginya
kandungan
basa-basa
gambut
eutrofik
disebabkan
pernbentukannya dipengaruhi oleh air payau (campuran air iaut dan air sungai).
Gambut mesotrofik pembentukannya dipenganrhi okh air sungai, sedangkan
gambut oligotrofik pernbentukannya dipngaruhi oleh air hujan (Leiwakabessy,
f 978).
Gambut di Indonesia umumnya merupakan gambut ombrogen, tenrtama
gambut pedalaman yang terdiri dari gambut tebal dan miskin akan unsur ham,
digolongkan ke dalam tingkat oligotrofik (Radjaguguk, 1997). Sedangkan pada
gambut pantai pada umumnya tergolong ke dalam gambut eutrofik karena adanya
penganrh air pasang sumt. Air pasang sumt mengandung bahan-bahan halus dan
bahan terlarut lain yang berasal dari daratan karena terbawa oleh aliran air sungai
pada waMu banjir atau berasal dari lautan karma naiknya air laut pada saat
terjadinya pasang (Andriesse, 1974; Leiwakabessy, 1978).
Sifat Kimia Tanah Gambut
Kernasaman Tanah
Tingkat kernasaman tanah gambut bemubungan erat dengan kandungan
asamasam organiknya, yaitu asam humat dan asam fulvat (Andriesse, 1974; Miller
dan Donahue, 1990). Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mempunyai
gugus reaMif seperti karboksil (-COOH) dan fenot (GhOH) yaflg mendominasi
kompleks pertukaran dan dapat bersifat sebagai asam lemah sehingga dapat
terdisosiasi dan menghasilkan ion H dalam jumlah banyak. Diperkirakan bahwa 85
sampai 95 persen muabn pada bahan organik disebabkan kamna kedua gugus
karboksil dan fenol tersebut.
Tanah gambut di Indonesia sebagian besar bereaksi masam hingga sangat
masam dengan pH kurang dad 4,O. Hasil penelitian Halim (1987) dan Salarnpak
(1999) dipemleh nilai kisaran pH H a (1:s) yaitu tanah gambut pedalaman
Berengbengkel Kalimantan Tengah sebesar 3,25 hingga 3,75. Sedangkan pH H20
tanah gambut dari Air Sugihan Kiri Sumatera Selatsn kbih tinggi yaitu sebesar 4,l
4,3 (Hartatik ef at., 2000).
-
Kapasitas Tukar Kation dan Basa&asa
Nilai kapasitas tukar kation tanah gambut berkisar antara 100 hingga 300
me1100 g tanah, ha1 ini disebabkan oleh muatan negatif bergantung pH yang
sebagian besar dari gugus karboksil dan gugus hidroksil dari fenol (Driessen dan
Soepraptohardjo, 1974). Menurut Andriesse (1974) dan Driessen (1978), KTK tanah
gambut ombrogen di Indonesia sebagian b s a r ditentukan oleh fraksi lignin dan
senyawa humat (Tabel 3). Tanah gambut di Indonesia, terutama tanah gambut
ombrogen mempunyai komposisi vegetasi penyusun gambut yang didominasi oleh
tumbuhan yang berasal dari bahan kayu-kayuan. Bahan kayu-kayuan umumnya
banyak rnengandung senyawa lignin yang dalam proses degradasinya akan
menghasilkan asam-asam fenolat (Stevenson, 1994).
Tabel 3. Komposisi Gambut Ombrogen di Indonesia dan Kapasitas Tukar Kation
(Driessen,1978)
Komposisi
Lignin
Bobot (84)
64-74
KTK (me11OOg)
150-180
Senyawa homat
10-20
40-80
Selulosa
Hemiselulosa
0,2-10
1-2
7
1-2
Lainnya
Total gambut
O,1 mM menufunkan bobot kering tanaman
bagian atas dan biji pada saat panen (Tadano et al., 1992). Wang et al. (1967)
mendapatkan pada konsentrasi asam phidroksibenzoat sebesar 7-70 mM dapat
menekan pertumbuhan tanaman jagung, gandum, dan kacang-kacangan.
Sedangkan pada konsentrasi 180 mM tidak berpengaruh terhadap tanarnan tebu,
tetapi pada konsentrasi asarn phidroksibenzoat 360 mM berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar tanaman tebu.
Hartley dan Whitehead (1984) mengemukakan bahwa asamasam fenolat
pada konsentrasi 250 pM menurunkan sangat nyata serapan kalium oleh tanaman
barley. Asam salisilat dan ferulat menyebabkan terhambatnya serapan kalium dan
fosfor oleh tanaman gandum serta asam ferulat pada konsentrasi 500 hingga 1000
phi menurunkan serapan fosfor pada tanaman kedelai.
Bahan-bahan fitotoksik hasil dekomposisi bahan organik berpengatuh
terhadap perubahan permeabilitas sel tanarnan, sehingga asam-asam amino dan
bahan lain mengalir keluar dari sel, nekrosis pada sel akar, menghambat dan
menunda perkecarnbahan. Disamping bahan fitotoksik ini dapat mematikan biji,
menghambat pertumbuhan akar, pertumbuhan tanaman kerdl, mengganggu
serapan hara, klorosis layu dan akhirnya dapat mernatikan tanaman (Patrick, 1971).
Bahan Tanah Mineral sebagat Ameiioran
Pengertian dan Pernbentukan O x h l
Bahan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah
mineral yang mengandung besi tinggi dad odo Oxisol. Umumnya Oxisol mempunyai
tingkat kesuburan tanah yang rendah dan digolongkan sebagai tanah-tanah yang
marginal dengan tingkat pmduktias yang rendah (Hardjowigeno, 1993).
Penyebaran Oxisot di Indonesia menempati k 15.446 juta ha atau 8,4 % dari Luas
daratan Indonesia (Soekardi, 1993).
Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan seskuioksida, telah mengalami
pelapukan lanjut, dan banyak terdapat di daerah sekitar khatulistiwa (intertropical
region), Oxisol meliputi sebagian ksar dad tanah-tanah yang dulu disebut Laterit,
Ground Water Lateflte (Laterit Air Tanah) dan Latosol (Hardjowigeno, 1993). Tanah
ini dicirikan adanya horison oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m atau
mempunyai horison bndik yang jumlah mineral mudah lapuk memenuhi syarat
horison oksik, yaitu < 10 % dan tidak mempunyai horison spodik atau argilik di atas
horison oksik (Soil Sutvey Staff, 1994).
Oxisol umumnya terdapat di daerah upland tua yang stabil, teras alluvial tua,
benrmur tua, karena pelapuksn sangat lanjut maka cadangan mineral sangat sediki,
unsur hara sangat rendah, kandungan aluminium dapat ditukar tinggi, perrneabilitas
baik, sifat yang baik dari tanah ini adatah gembur dan mempunyai agregat cukup
stabil sehingga lebih tahan terhadap erosi (Hardjowigeno, 1983).
Menurut Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1994), yang dimaksud dengan
Oxisol adalah tanah yang mempunyai salah satu:
1. Horison oksik yang batas atasnya berada pada kedalaman 150 cm atau
kurang dari pemurkaan tanah mineral, dan tidak mempunyai hodson kandik
yang batas atasnya berada pada kedalaman tersebut, atau
2. Pada fraksi tanah halus antara permukaan tanah dan kedalaman 18
cm
(setelah dicampur) kadar liatnya 40 % atau bbih (berdasar berat) dan
horizon kandik yang mempunyai mineral mudah lapuk memenuhi syarat
horison oksik dan batas atasnya b m d a pada kedalaman 100 cm atau
kurang dari permukaan tanah mineral.
Berdasarkan batasan yang tebh disebutkan diatas horison penciri tanah
Oxisol ialah horison oksik atau kandik. Proses pembentukan tanah yang Mama pada
Oxisol adalah proses desilikasi dan konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang
gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis mineral dominan pada tanah tersebut.
Proses desilikasi merupakan proses pencucian silika dad profil tanah, dirnulai sejak
permulaan dekomposisi mineral dipermukaan batuan induk, dan terus berlanjut
selama proses pembentukan tanah berjalan. Silika dapat tercuci dari tanah karena
suhu yang tinggi seperti yang terdapat di daerah tmpika dapat meningkatkan daya
larut silika, disamping itu karena curah hujan yang tinggi penwcian bejalan cepat
sehingga lamtan tanah tidak pemah jenuh silika, akibatnya daya lanrt siiika tetap
tinggi (Hardjowigena, 1993). Akibat proses ini tejadi dekomposisi hampir seluruh
mineral mudah lapuk termasuk mineral liat 2 : 1, fraksi liatnya ddominasi muatan
variable, kapasitas tukar kation rendah, kapasitasjerapan fosfat tinggi (Sanchez dan
Logan, 1992).
Sifat Mineral Oxisol
Oksida besi di dalam tanah dapat dibagi menjadi oksida besi yang bersifat
amorf dan kristalin. Oksida besi yang bersifat kristalin terdiri atas hidroksida besi,
yaitu goetit (a -FeOOH) dan lepidokrasit (y -FeOOH) dan oksia besi yaitu hematit
(a-Fef13}dan maghemit (y -Fe203).Sedangkan ferihiirit (FesHOe4Hfl) menrpakan
hidroksida besi amorf (Tan, 1993). Khusus pada tanabtanah berliat aMivitas rendah
seperti Oxisol, oksia besi yang banyak dijumpai adalah goetii dan hematit
(Segalen, 1971).
Besi yang terikat dalam struktur mineral silikat, pelepasannya selama proses
pelapukan melalui proses protolisis dan oksiiasi. Selanjutnya b s i yang dibebaskan
metalui protolisis dapat segera teroksdasi bila ada oksigen, atau terangkut sampai
mencapai daerah yang mengandung oksigen (Schwettmann dan Taylor, 1989).
Oksidasi besi dapat terjadi di dalam struMur silikat sendid. Karena perubahan
ukuran dan muatan dari fern rnenjadi feri, maka mineral tersebut menjadi hancur.
Jika Fet3terlepas, segera terhidrolisis membentuk oksiida bita kontak dengan air.
Pengangkutan besi lebih mudah dalam keadaan reduktif, karma besi fero lebih
mudah larut, kemudian besi dapat teroksidasi kembali diempat tersebut atau dapat
diangkut dan mengalami oksidasi pada Ungkungan baru, mungkin membentuk fase
mineral baru. Jadi besi dalam suatu oksida dapat mengalami psriode mobilisasi dan
imobilisasi yang beheda-beda, yang dapat metupakan oildus dalam waktu yang
cukup pendek (Bemer dan Scot, 1982).
Pembentukan goetii dan hematit sangat dipenganrhi oleh temperatur dan
kelembaban. Pada daerah dingin dan lembab umumnya tidak dijumpai hematit akan
tetapi hanya goetit, sedangkan pada daerah yang lebih panas banyak dijumpai
tanah merah dan mengandung banyak hematit. Mineral tersebut terbentuk melalui
berbagai proses pernbentulcan tanah, namun memerlukan lingkungan drainase baik
atau agak baik. Terbenhrknya oksida besi dapat melalui proses ferr