Ketrampilan Skill Petani dalam Usahatani Padi Organik

Tabel 4.10 Sikap Petani Setelah Pemberdayaan Oleh Penyuluh Sikap petani Petani inovator Petani pelopor Petani biasa kognitif Perhatian pada pengetahuan, ditunjukan dengan diterapkan dalam pelaksanaan, dan keberanian mengambil resiko Perhatian terhadap pengetahuan ditunjukan pada pengelolaan tanah saja, dengan menggunakan sebagian kecil pupuk organik kandang dan sebagian besar pupuk kimia semi organik. Mau memperhatikan saat diberikan penyuluhan, dan sebagian kecil petani yang telah menerapkan pengelolaan tanah dengan menggunakan pupuk organik kandang dan sebagian besar pupuk kimia semi organik. afektif Ketertarikan petani pada pelaksanaan seluruh proses usahatani padi organik Ketertarikan petani pada pelatihan ketrampilan pembuatan pupuk kandang organik yang diberikan oleh penyuluh. konasi Kesiapan menanggung resiko, dalam usahatani padi organik Kesiapan untuk menanggung resiko belum tumbuh. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil proses usahatani padi organik. Sumber data : wawancara

7. Ketrampilan Skill Petani dalam Usahatani Padi Organik

Dalam penelitian ini ketrampilan skill petani dalam usahatani padi organik, yang dipaparkan adalah ketrampilan petani setelah pemberdayaan oleh penyuluh. Ketrampilan petani dalam usahatani padi organik memang diberikandiajarkan oleh para penyuluh. Ketrampilan membuat perencanaan, dalam pelaksanaan maupun pengolahan pasca panen. Untuk menunjang pelaksanaan usahatani padi organik, pembuatan pupuk kandang atau biasa disebut pupuk organik menjadi fokus utama. Pupuk yang berbahan mudah didapat dan mampu memperbaiki struktur tanah, serta menyuburkan dan mengemburkan tanah. Tabel 4.11. Ketrampilan Skill Petani setelah Pemberdayaan oleh Penyuluh Ketrampilan yang dimiliki petani Jenis Petani Perencanaan Pelaksanaan Pengolahan pasca panen Penjualan Inovator Perencanaan mulai pengolahan tanah sampai pasca panen Dilakukan sesuai dengan yang diberikan penyuluh Diolah sampai menjadi beras kering Melalui jaringan antar mitra Pelopor Biasa Perencanaan pengolahan tanah : Penyiapan lahan Penyiapan tenaga kerja Penyiapan pupuk kandang Penyiapan waktu pengolahan tanah Pengolahan tanah ; Diluku dibalik Dicampur pupuk kandang Diratakandihalus kan Tidak melakukan pengolahan pasca panen Sistem tebasan dengan harga yang ditentukan oleh penebas Sumber data : hasil wawancara Ketrampilan yang dimiliki petani inovator, telah menyeluruh, dalam pelaksanaan usahatani padi organik. Mulai dari penyiapan lahan sampai pengolahan pasca panen telah dilaksanakan sesuai dengan yang diberikan dalam penyuluhan, bahkan telah menjadi percontohan bagi petani lain. Untuk pupuk organik, telah dipenuhi sendiri, karena bahan baku pupuk adalah kotoran hewan yang dimilikinya sendiri. Pembuatan pupuk juga dilakukan sendiri, baik pupuk yang berbahan baku kotoran sapi, maupun berbahan baku urine sapi. Urine sapi sangat membantu untuk mengusir hama tikus. Sedangkan kotoran sapi sangat membantu menyuburkan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memperbanyak akar padi. Adapun tahapan untuk mengubah sistem usahatani padi an-organik ke padi organik diikuti dalam waktu 10 kali tanam. Petani inovator dalam hal ini telah mampu memanfaatkan ketrampilan yang diperoleh, sehingga terjadi kesesuaian hasil dengan ketrampilan yang dipunyai. Adapun dampaknya adalah, penghasilan yang meningkat, saat padi organik dijual. Ketrampilan yang dimiliki petani pelopor dan petani biasa, hanya sebatas pengolahan tanah saja. Penggunaan pupuk organik hanya digunakan sekali saja, yaitu pada saat pengolahan tanah. Hal ini sangat berbeda dengan petani inovator yang menggunakan pupuk organik, yaitu pupuk kandang 2 kali, pada saat pengolahan tanah dan pada saat tanaman telah tumbuh akarnya. Keterbatasan ketrampilan ini bukan disebabkan sedikitnya ketrampilan yang diberikan oleh penyuluh. Petani sendiri membatasi ketrampilan yang diperoleh dalam pelaksanaan usahatani padi organik, karena mereka tidak mau menanggung resiko kerugian saat hasil panen menurun, karena peralihan usahatani padi an-organik ke usahatani padi organik. Hal ini menunda dampak peningkatan harga penjualan padi, karena padi tidak sesuai dengan padi dari usahatani padi organik.

8. Partisipasi Petani Penerima Pemberdayaan