Rancangan Undang-Undang ini dipersiapkan selama kurang lebih 4 bulan oleh Kelompok Kerja Program Legislasi Nasional DPR Bidang
Ekonomi Keuangan dan Industri Pembangunan dengan judul Rancangan Undang-Undang tentang Larangan Praktik Monopoli, tanpa
ada kata-kata Persaingan Tidak Sehat. Sebenarnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Perindustrian dan Perdagangan, telah
mempersiapkan rancangan undang-undang yang mengatur masalah persaingan dengan judul Rancangan Undang-Undang tentang
Persaingan Usaha. Kemudian Pemerintah dan DPR menyepakati Rancangan Undang-Undang yang dipersiapkan oleh DPR itulah yang
digunakan.
66
Menurut Laporan Ketua Pansus untuk mempersiapkan Rancangan Undang-Undang tersebut diperlukan waktu lebih kurang 3,5
bulan dengan meminta pandangan dan masukan dari berbagai pihak.
67
Kemudian, dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Oktober 1998 Rancangan Undang-Undang ini secara resmi dijadikan Rancangan
Undang-Undang Usul Inisiatif DPR. Pembahasan selanjutnya dilakukan oleh suam Panitia Khusus.
68
66
Hikmahanto Juwana, Merger, Konsilidasi, dan Akuisisi dalam Perspektif Hukum Persaingan dan UU No. 51999, Yayasan Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 1999, hal 4.
67
Abdul Hakim G, Nusantara dan Benny K. Harman, Analisa dan Perbandingan Undang- Undang Antimonopoli Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat di Indonesia, PT. Elok Komputindo, Jakarta, 1999 hal 1999 lihat di Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, PT Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 2004, hal 6
68
Ibid, hal 7
d. Azas dan Tujuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
Guna memahami makna suatu aturan perundang-undangan, perlu disimak terlebih dahulu apa asas dan tujuan dibuatnya suatu
aturan. Asas dan tujuan akan memberi refleksi bagi bentuk pengaturan dan norma-norma yang dikandung dalam aturan tersebut. Selanjutnya
pemahaman terhadap norma-norma aturan hukum tersebut akan memberi arahan dan mempengaruhi pelaksanaan dan cara-cara
penegakan hukum yang akan dilakukan. Dalam Bab II UU No. 5 Tahun 1999, pada pasal 2 memuat Asas
dari Hukum Persaingan di Indonesia, yakni: “Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.
69
Dalam konteks ini, yang masih perlu dipertegas sesungguhnya adalah apa yang dimaksud
dengan “keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum”. Tanpa ada penegasan lebih lanjut, bagian kalimat
tersebut terbuka bagi penafsiran yang sangat subjektif, yang selanjutnya akan berakibat dikorbankannya “kepentingan pelaku usaha” atau
“kepentingan umum” dengan dalih “memperhatikan keseimbangan”.
70
Adapun tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 3, yang sesungguhnya
memiliki tujuan akhir yang sama, yakni peningkatan kesejahteraan
69
Lihat Pasal 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
70
Arie Siswono, Op.cit hal. 76
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; c.
Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
Dua hal yang menjadi unsur penting bagi penentuan kebijakan policy objectives yang ideal dalam pengaturan persaingan di negara-
negara yang memiliki undang-undang persaingan adalah kepentingan umum public interest dan efisiensi ekonomi economic efficiency.
Ternyata dua unsur penting tersebut Pasal 3 a juga merupakan bagian dari tujuan diundangkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.
Dalam perkembangan terakhir, fokus peraturan perundangan hukum persaingan lebih mengarah pada conductperilaku pelaku usaha.
Paradigma baru ini lebih memandang conduct, yang selanjutnya disebut
Universitas Sumatera Utara
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sebagai penyebab performansi industri rendah. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa
hukum persaingan lahir berawal dari dalil ekonomi. Dan hukum persaingan berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan
paradigma Structure Conduct Performance serta riset ekonomi dan hukum.
Dari konsiderans menimbang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dapat diketahui falsafah yang melatardepani kelahirannya dan
sekaligus memuat dasar pikiran perlunya disusun undang-undang tersebut. Setidaknya memuat tiga hal, yaitu :
1. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan
kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
2. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki
adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran
barang danatau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar; 3.
Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak
menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada
Universitas Sumatera Utara
pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh Negara Republik Indonesia
terhadap perjanjian-perjanjian internasional. Sementara itu Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 juga menyatakan antara lain Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk mencermati dan menata
kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh serta berkembang secara sehat dan benar, sehingga tercipta iklim
persaingan usaha yang sehat serta terhindarnya pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu, antara lain dalam
bentuk praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan
sosial. Oleh karena itu, perlu disusun undang-undang tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dimaksudkan
untuk menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha di dalam upaya untuk meneiptakan
persaingan usaha yang sehat. Undang-undang ini memberikan jaminan kepastian hukum
untuk lebih mendorong percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum, serta sebagai implementasi dari
semangat dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian kelahiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini dimaksudkan untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan yang sama kepada setiap pelaku usaha dalam berusaha, dengan cara mencegah
timbulnya praktik-praktik monopoli danatau persaingan usaha yang tidak sehat lainnya dengan harapan dapat menciptakan iklim usaha yang
kondusif, di mana setiap pelaku usaha dapat bersaingan seeara wajar dan sehat. Untuk itu diperlukan aturan hukum yang pasti dan jelas yang
mengatur larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat lainnya.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai tool of social control and a tool of social engineering. Sebagai alat control
sosial, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berusaha menjaga kepentingan umum dan meneegah praktik monopoli danatau
persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya sebagai alat rekayasa sosial, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berusaha untuk meningkatkan
efisiensi ekonomi nasional, mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat, dan berusaha
menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
71
Apabila cita-cita ideal tersebut dapat dioperasionalkan dalam kehidupan nyata, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 akan
membawa nilai positif bagi perkembangan iklim usaha di Indonesia, yang selama ini dapat dikatakan jauh dari kondisi ideal. Sekurang-
71
Ayudha D. Prayoga et al. Ed.., Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, Proyek ELIPS, Jakarta, 2000, hal. 52-53
Universitas Sumatera Utara
kurangnya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 secara tidak langsung akan memaksa pelaku usaha untuk lebih efisien dalam
mengelola usahanya, karena Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga menjamin dan memberi peluang yang besar kepada pelaku usaha
yang ingin berusaha sebagai akibat dilarangnya praktik monopoli dalam bentuk penciptaan barrier to entry
72
.Hal ini berarti bahwa hanya pelaku usaha yang efisien-lah yang dapat bertahan di pasar.
73
Dampak positif lain dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah terciptanya pasar yang tidak terdisrorsi, sehingga menciptakan
peluang usaha yang semakin besar bagi para pelaku usaha. Keadaan ini akan memaksa para pelaku usaha untuk lebih inovatif dalam
menciptakan dan memasarkan produk barang dan jasa mereka. Jika hal ini tidak dilakukan, para konsumen akan beralih kepada produk
yang lebih baik dan kompetitif. Ini berarti bahwa, secara tidak langsung Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 akan memberikan keuntungan
bagi konsumen dalam bentuk produk yang lebih berkualitas, harga yang bersaing, dan pelayanan yang lebih baik. Namun perlu diingat bahwa
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 bukan merupakan ancaman bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah berdiri sebelum undang-
undang ini diundangkan, selama perusahaan-perusahaan tersebut tidak
72
Barrier to entry; Legal restrictions e.g. Patents, licensing, requirements on entering the market.
73
Ayudha D. Prayoga et al. Ed, loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
melakukan praktik-praktik yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
74
Di samping mengikat para pelaku usaha, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengikat pemerintah untuk tidak mengeluarkan
peraturan-peraturan yang bersifat memberikan kemudahan dan fasilitas istimewa kepada para pelaku usaha tertentu yang bersifat monopolistik.
Akibatnya, dunia usaha Indonesia menjadi tidak terbiasa dengan iklim kompetisi yang sehat, yang pada akhirnya menimbulkan kerugian yang
harus ditanggung oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kehadiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 diharapkan mampu
mengikat pemerintah untuk lebih objektif dan profesional dalam mengatur dunia usaha di Indonesia. Di samping itu, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia, sehingga mereka akan
terarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kepercayaan ini dikarenakan adanya jaminan untuk berkompetisi secara
sehat.
75
C. Konsep Pendekatan Perse Illegal dan Rule of Reason dalam Persaingan Usaha