Perubahan Beberapa Sifat Fisika Tanah Sawah Melalui Pemberian Bahan Organik Pada Lahan Pertanaman Semangka

LAMPIRAN

1.

HASIL ANALISIS
(C) ORGANIK

SIDIK

RAGAM

KARBON

Sk

db

JK

KT


F-hit

F 5%

Ulangan

2

0,072

0,036

6,401

4,740

*

Perlakuan


3

0,489

0,163

28,987

4,350

*

Galat

7

0,039

0,006


Total

12

0,600

KK= 5,898 %

RP

Rataan

RataanRp

Notasi

O3 (Petroganik dan mulsa
0,066 3,35
jerami 0,5 ton/ha)


0,221

1,46

1,237

a

O2
(Pupuk kandang
0,066 3,47
kambing 2,5 ton/ha)

0,229

1,38

1,151

a


O0 (kontrol)

0,066 3,54

0,234

1,31

1,078

a

O1 (Jerami padi 5 ton/ha)

0,066 3,58 0,0237 0,93

0,697

b


Perlakuan

SD

rp

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 2. HASIL ANALISIS SIDIK RAGAM BULK DENSITY

Sk

db

JK

KT

F-hit


F 5%

Ulangan

2

0,003514 0,001757 3,995424 4,74

tn

Perlakuan

3

0,292786 0,097595 221,9635 4,35

*

Galat


7

0,003078 0,00044

Total

12

0,299377

KK = 1,376 %

RP

Rataan

RataanRp

Notasi


0,018 3,35

0,06

1,76

1,70

a

O3 (Petroganik dan mulsa 0,018 3,47
jerami 0,5 ton/ha)

0,06

1,52

1,46


b

O0 (kontrol)

0,018 3,54

0,07

1,49

1,43

b

O2
(Pupuk
kandang 0,018 3,58
kambing 2,5 ton/ha)

0,07


1,32

1,25

c

Perlakuan

SD

O1 (Jerami padi 5 ton/ha)

rp

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS SIDIK RAGAM PARTIKEL
DENSITY

Sk

Db

JK

KT

F-hit

F 5%

Ulangan

2

0,1613

0,081

1,927

4,74

tn

Perlakuan

3

0,3675

0,123

2,927

4,35

tn

Galat

7

0,2930

0,042

Total

12

0,821893

KK = 8,054 %

RP

Rataan

RataanNotasi
Rp

0,180 3,35

0,60

2,68

2,08

a

0,180 3,47

0,63

2,68

2,06

a

O2
(Pupuk
kandang 0,180 3,54
kambing 2,5 ton/ha)

0,64

2,54

1,90

a

O3 (Petroganik dan mulsa 0,180 3,58
jerami 0,5 ton/ha)

0,65

2,25

1,61

a

Perlakuan

SD

O0 (kontrol)
O1 (Jerami padi 5 ton/ha)

rp

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 4. HASIL ANALISIS SIDIK RAGAM KADAR AIR

Sk

db

JK

KT

F-hit

F 5%

Ulangan

2

33,21232 16,606

2,572

4,74

tn

Perlakuan

3

548,6183 182,873 28,323

4,35

*

Galat

7

45,19605 6,457

Total

12

627,0266

KK = 10,624 %

RP

Rataan

RataanNotasi
Rp

2,241 3,35

7,51

30,85

23,34

a

O1 (Jerami padi 5 2,241 3,47
ton/ha)

7,78

29,36

21,58

a

O2 (Pupuk kandang 2,241 3,54
kambing 2,5 ton/ha)

7,93

21,51

13,58

b

O3 (Petroganik dan 2,241 3,58
mulsa jerami 0,5
ton/ha)

8,02

13,95

5,92

c

Perlakuan

SD

O0 (kontrol)

rp

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 5. HASIL ANALISIS SIDIK RAGAM TOTAL RUANG
PORI

Sk

db

JK

KT

F-hit

F 5%

Ulangan

2

187,454 93,727

3,484

4,74

tn

Perlakuan

3

585,052 195,017 7,250

4,35

*

Galat

7

188,302 26,900

Total

12

960,808

KK= 13,237

Perlakuan

SD

rp

RP

Rataan

RataanRp

Notasi

O0 (kontrol)

4,574

3,35

15,32

50,63

35,31

a

5 4,574

3,47

15,87

38,97

23,10

b

O2 (Pupuk Kndang 4,574
kambing 2,5 ton/ha)

3,54

16,19

34,16

17,96

b

O3(Petroganik
mulsa
jerami
ton/ha)

3,58

16,38

32,96

16,59

b

O1 (Jerami
ton/ha)

padi

dan 4,574
0,5

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 6. DATA PRODUKSI TANAMAN

Perlakuan

Berat buah Jumlah
(kg/plot)
buah

O0 (kontrol)

15,93 a

8

Diameter
buah
(cm)
13,73 a

O1 (Jerami Padi 5 ton/ha)

21,90 a

8

14,26 a

O2 (Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha)

20,10 a

9

14,01 a

O3 (Petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha)

15,23 ab

7

12,78 c

Simamora (2016)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J. S dan F. Agus. 2005. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji
Tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit) Versi 1.0. Balai Besar Penelitian
& Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Agus . F.,A. Adimihardja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., dan W. Hartatik.
2004.
Tanah

Sawah
dan
Pengelolaanya.
PengembanganPertanian. Bogor.

Badan

Penelitian

dan

Agrica., 2008. Bahan Organik. http://www.situshijau.co.id. Diakses pada
tanggal 5 Februari 2009. Medan.
Anonymus.2014.http://www.zonaorganik.com/. Diakses pada tanggal 29 Juni
2016.Medan.
Arsyad, S. 2005. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Balittan. 2009. Jerami Dapat Mensubstitusi Pupuk KCl. Warta Penelitian dan
Pengembangan Vol 31. No. 1. 2009, Bogor.
Damanik , M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., dan H. Hanum.
2010.Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
danPelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan
Soenartono Adisoemarto. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hairah, K., Widianto, S.R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, S.M. Sitompul, B.
Lusiana, R. Mulia, M. Van Noordwijk, dan G. Cadisch. 2000.
Pengelolaan Tanah Masan secara Biologi. Refleksi Pengalaman dari
Lampung Utara. ICRAF
Hanafiah K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo
Persada.Jakarta
Handayani, S. Dan B. H. Sunarminto. 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis
Olah. I. Pengaruh Pembahasan Dan Pelarutan Selektif Terhadap
Agihan Agregat Dan Dispersitas Agregat. Agrosains 16: 10-17.

Universitas Sumatera Utara

Hakim , N,M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha,
G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah.
Universitas
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo. Jakarta
Hardjowigeno, S., H. Subagyo, dan M. L. Rayes. 2004. Morfologi dan
KlasifikasiTanah.
Dalam
Tanah
Sawah
dan
Teknologi
Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanahdan
Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.
Hardjowigeno, S dan Rayes, L, 2005. Tanah Sawah :Karakteristik,Kondisi
dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing,
Malang, JawaTimur.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Hillel,D.1980.Fundamental
Orlando,Florida.

of

Soil

Physics.Academic

Press,

Inc.

Jaya, I.N.2000.budidaya semangka dengan teknologi embung.Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar.Bali
Kononova, M.M. 1961. Soil Organic Matter. Oxford: Pergamon Press
Kurniawan, S.2010.Pupuk Kandang:Definisi, Bahan Baku, Pembuatan, dan
Aplikasi. Disajikan Sebagai Bahan Ajaran Mata Kuliah Pupuk dan
Teknologi Pemupukan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, Malang.
Mariano, A.S.A. 2003. Pengaruh Pupuk Foska dan Mulsa Jerami terhadap
Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta Produksi Kedelai
(Glycine L. Merr). Program Studi Ilmu Tanah Departemen Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hal. 11-12.
Munif, A. 2000. Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ
untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Kimia dan Subsidi Pupuk.
Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Musa, L dan Mukhlis, 2006. Kimia Tanah. Departemen Ilmu tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung., A.G. Amrah., A. Munawar., Go
Bann Hong., dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit
Universitas Lampung, Lampung.

Universitas Sumatera Utara

Pramono, J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah.
Agrosains 6 (1): 11-14, 2004.
Prasetyo, H.P., J.S. Adiningsih, K. Subagyono, dan R. D.M.
Simanungkalit.2004. Mineralogi,Kimia, Fisika, dan Biologi Lahan
Sawah. dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang
Pertanian.Saptana., I.W. Rusastra., H.P. Saliem., Supriati.2004.
Prospek Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman
Pangan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Bogor.
Simamora, J.A.2016. Perbaikan beberapa sifat kimia tanah sawah akibat
pemberian bahan organik pada pertanaman semangka (citrullus
lanatus). Universitas Sumater Utara. Medan
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian IPB. Bogor
Souri ,S., 2001, Penggunaan Pupuk Kandang Meningkatkan Produksi Padi.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram,
Mataram.
Suhartina, T. dan Adisarwanto. 1996. Manfaat jerami padi pada budidaya
kedelai di lahan sawah. Balitkabi. Malang. p : 41-44
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Syukur, M.2009. SEMANGKA (Citrullus Lanatus (Thunberg) Matsum &
Nakai). Jawa Barat
Thomas, R.S., R.L. Franson, & G.J. Bethlenfalvay. 1993. Separation of VAM
Fungus and Root Effects on Soil Agregation. Soil Sci. Am. J. Edition:
57: 77-31.
Walker, J.P and ,R.H. Paul.2002. Evaluation of the Ohmapper instrument for
Soil Measurement. Soil Science Society of America. Journal, Vol 66

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara dengan ketinggian tempat ± 18 m diatas permukaan
laut.

Analisis

tanah

di Laboratorium Fisika Tanah, Kimia Tanah dan

Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 sampai denganJuni 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih semangka, NPK Yara, NPK
Cantik, Pestisida (Prepaton, Antranol, Gramokson),jerami padi, pupuk
kandang kambing, dan petroganik.
Alat yang digunakan adalah GPS, cangkul untuk pengambilan sampel
tanah, karung goni, jerami padi, pupuk kandang kambing, dan ring sample,
timbangan serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non
Faktorial. Faktor perlakuannya adalah Bahan Organik (O) dengan 4 macam
bahan organik, dengan 3 ulangan sehingga diperoleh unit percobaan 4 x3 =
12 unit percobaan.

Universitas Sumatera Utara

Faktor Perlakuan Bahan Organik (O) :
O0 = Tanpa Bahan Organik

(Kontrol)

O1 = Jerami Padi

(5 ton/ha)

O2 = Pupuk Kandang Kambing

(2,5 ton/ha)

O3 = Pupuk Petroganik dan mulsa jerami

( 0,5 ton/ha)

Model linier Rancangan Acak Kelompok:
Yij = µ + αi + єij
Dimana :
Yij = Respon tanaman yang diamati
µ

= Nilai tengah umum

αi

= Pengaruh jenis bahan organik ke-i

єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji
dengan uji BNJ pada taraf 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Tanah Awal
Sampeltanah yang telah diambil sebelumnya dilakukan analisis awal
untuk mengetahui sifaf fisika tanah seperti bulk density, partikel
density,kadar air tanah, total ruang pori, dan kandungan C-organik tanah.

Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Bedengan dan Olah Tanah
Terlebih dahulu lahan yang akan diolah dibersihkan kemudian lahan
dicangkul. Setelah dicangkul dengan halus, selanjutnya pembuatan bedengan
dengan panjang 64m, lebar 3,5 m untuk satiap perlakuan, sehingga total
bedengan ada 12 bedengan.
Aplikasi Bahan Organik
Pemberian bahan organik jerami padi dan pupuk kandang kambing
dilakukan seminggu sebelum tanam. Sedangkan pupuk petroganik diberikan
saat penanaman dengan cara dimasukkan kedalam lubang tanam dan mulsa
jerami di letakkan di sekitar tanaman hingga menutupi seluruh permukaan
tanah.
Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemanenan
Sebelumditanam benih disemai terlebih dahulu dalam pot plastik atau
polybag dengan media tanah yang steril. Dilakukan pemupukan supaya cepat
berkembang. Setelah bibit memiliki daun 2 lembar atau berumur empat
minggu, maka bibit sudah siap ditanam di lahan terbuka atau kebun dengan
jarak tanam antar bibit 1 m.Penanaman bibit dilakukan pada lubang tanam
yang sudah dipersiapkan seminggu sebelumnya. Aplikasi pupuk dilakukan
dengan mencairkan pupuk YARA dan CANTIK dengan perbandingan 1:1
dan di campur dengan 25L air. Pengaplikasian pupuk diberikan setiap 5 hari
sekali sampai masa panen. Pemeliharaan dilakukan dengan penggunaan
pestisida Prepaton untuk ulat, Antracol untuk jamur, dan Gramokson Untuk
gulma. Pemanenan dilakukan70 hari setelah penanaman. Ciri-ciri nya : telah

Universitas Sumatera Utara

terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah
tersebut bisa dipanen.
Analisis Akhir Tanah
Analisis akhir tanah dilakukan untuk mengetahui beberapa sifat fisika
tanah akibat pemberian bahan organik.Adapun parameter yang dianalisis
adalah tekstur tanah,bulk density,partikel densiti,dan porositas tanah.
Parameter tanah yang diukur :
a.

Kandungan C-organik tanah dengan metode Walkley and Black

b.

Bulk Density (g/cm3) dengan metode ring sampel.

c.

Partikel Density (g/cm3) dengan metode perendaman (submersion).

d.

Kadar air tanah dengan metode gravimetrik

e.

Porositas Tanah (%) dengan rumus : Porositas = 1- (BD/PD) X 100%

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
C-Organik
Pemberian bahan organik secara nyata mempengaruhi kandungan
karbon (C) organik tanah. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1 yaitu pada
analisis sidik ragam.
Pada pengujian selanjutnya yang dapat dilihat pada Tabel 1,
pemberian jerami padi sebesar 5 ton /ha secara nyata menurunkan kandungan
C organik tanah. Pemberian pupuk petroganik dan mulsa jerami padi sebesar
0,5 ton/ha menambah kandungan C-organik tanah menjadi sebesar 1,46 %
tetapi penambahan ini tidak nyata. Demikian pula pemberian pupuk kandang
kambing tidak nyata menambah kandungan C organik tanah dibandingkan
kontrol.
Tabel 1. Rataan C – Organik pada pemberian berbagai jenis bahan organik (%)
Perlakuan

Rataan

O0 (kontrol)

1,31

a

O1 (jerami padi 5 ton/ha)

0,93

b

O2 (pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha)

1,38

a

O3 (petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha)

1,46

a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang berbeda tidak nyata
pada uji Duncan taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

Bulk Density
Pemberian bahan organik berpengaruh nyata dalam mempengaruhi
bulk density tanah seperti terlihat pada Lampiran 2. Hasil analisis sidik ragam
bulk density yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bahan organik
dapat memberikan pengaruh terhadap bulk density tanah.
Tabel 2. Rataan Bulk Density (g/cm3) pada pemberian berbagai jenis bahan
organik
Perlakuan

Rataan

O0 (kontrol)

1,49

b

O1 (jerami padi 5 ton/ha)

1,76

a

O2 (pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha)

1,32

c

O3 (petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha)

1,52

b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang berbeda tidak nyata
pada uji Duncan taraf 5%

Dari Tabel 2 dapat kita lihat bahwa pemberian jerami padi sebanyak 5
ton/ha merupakan perlakuan dengan bulk density tertinggi yaitu 1,76 g/cm3
yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Bulk density terendah
adalah pada perlakuan pupuk kandang kambing sebanyak 2,5 ton/ha. Pada
perlakuan kontrol bulk density sebesar 1,49 g/cm3, sedangkan pada
pemberian pupuk kandang kambing sebanyak 2,5 ton/ha terjadi penurunan
nilai bulk density secara nyata menjadi 1,32 g/cm3. Pemberian petroganik dan
mulsa jerami sebanyak 0,5 ton/ha bulk density tanah bertambah menjadi 1,52
g/cm3akan tetapi nilai ini tidak nyata dibandingkan kontrol.

Universitas Sumatera Utara

Partikel Density
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian bahan
organik tidak berpengaruh nyata terhadap partikel density tanah. Hal ini
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tanpa pemberian bahan organik
partikel density tanah adalah sebesar 2,25. Pada perlakuan jerami padi
sebanyak 5 ton/ha nilai dan pada perlakuan pupuk kandang kambing 2,5
ton/ha partikel density bertambah menjadi 2,68 tetapi tidak nyata. Pada
perlakuan petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha nilai rataan partikel density
juga bertambah dibanding kontrol menjadi 2,54 tetapi tidak nyata.
Tabel 3. Rataan Partikel Density (g/cm3) pada pemberian berbagai jenis
bahan organik

Perlakuan

Rataan

O0 (kontrol)

2,25

O1 (jerami padi 5 ton/ha)

2,68

O2 (pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha)

2,68

O3 (petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha)

2,54

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang berbeda tidak nyata
pada uji Duncan taraf 5%

Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang dapat menambah nilai
partikel density yang tertinggi adalah pada perlakuan jerami padi dengan taraf
5 ton/ha dan perlakuan pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

Kadar Air
Pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah.
Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Hasil uji selanjutnya menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
kambing sebanyak 2,5 ton/ha menambah kadar air tanah yang tertinggi
menjadi 30,85 %, akan tetapi pertambahan ini tidak nyata. sedangkan yang
terendah adalah pada perlakuan jerami padi 5 ton/ha. Pada perlakuan jerami
padi sebanyak 5 ton/ha persentase kadar air mengalami penurunan secara
nyata menjadi 13,95 %. Pada perlakuan petroganik dan mulsa jerami 5 ton/ha
kadar air sebesar 21,51 % yaitu secara nyata menurunkan kadar air dibanding
kontrol.
Tabel 4. Rataan Kadar air (%) pada pemberian berbagai jenis bahan organik
Perlakuan

Rataan

O0 (kontrol)

29,36

a

O1 (jerami padi 5 ton/ha)

13,95

c

O2 (pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha)

30,85

a

O3 (petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha)

21,51

b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang berbeda tidak nyata
pada uji Duncan taraf 5%

Perlakuan tertinggi adalah pada perlakuan pupuk kandang kambing
sebanyak 2,5 ton/ha , sedangkan yang terendah pada perlakuan jerami padi
sebanyak 5 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

Total Ruang Pori
Pemberian bahan organik secara nyata dapat meningkatkan porositas
tanah. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa pemberian bahan
organik pupuk kandang kambing sebanyak 2,5 ton / ha dapat meningkatkan
porositas tanah secara nyata menjadi sebesar 50,63% yang berbeda nyata
dengan semua perlakuan lainnya. Nilai rataan total ruang pori tanah yang
semakin tinggi akan semakin baik untuk pertumbuhan tanaman.
Perlakuan terendah adalah pada tanpa pemberian bahan organik yang
mengakibatkan nilai porositas sebesar 32,97 %.
Tabel 5. Rataan Total Ruang Pori (%) pada pemberian berbagai jenis bahan
organik
Perlakuan

Rataan

O0 (kontrol)

32,97

b

O1 (jerami padi 5 ton/ha)

34,16

b

O2 (pupuk kandang kambing 2,5 ton/ha)

50,63

a

O3 (petroganik dan mulsa jerami 0,5 ton/ha)

38,97

b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang berbeda tidak nyata
pada uji Duncan taraf 5%

Pada perlakuan jerami padi 5 ton/ha porositas tanah mengalami
pertambahan menjadi 34,16 % dan pada perlakuan perlakuan petroganik dan
mulsa jerami sebanyak 0,5 ton/ha porositas tanah mengalami pertambahan
menjadi 38,97 % ; akan tetapi kedua pertambahan porositas tanah ini tidak
nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
yang paling baik meningkatkan porositas tanah adalah perlakuan pupuk
kandang kambing sebanyak 2,5 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap C-organik tanah
Pada perlakuan tanpa pemberian bahan organik rataan C-organik
tanah sebesar 1,31 %, sedangkan pada perlakuan jerami padi 5 ton/ha rataan
C-organik tanah mengalami penurunan secara nyata menjadi 0,93 %. Pada
perlakuan

pupuk kandang kambingsebanyak 2,5 ton/ha dan

perlakuan

petroganik dan mulsa jerami sebesar 0,5 ton/ha rataan C-organik tanah
kembali meningkat. Pemberian jerami padi sebanyak 5 ton/ha berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, karena pada perlakuan jerami padi dengan
pemberian sebanyak 5 ton/ha kemungkinan bahan organik yang diberikan
belum terurai seluruhnya sehingga tidak terukur karena saat pengambilan
sampel serasah yang ada di atas disingkirkan.

Perbedaan jumlah bahan

organik yang diberikan dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlahCorganik dalam tanah, hal ini dikarenakan karbon merupakan komponen
terbesar dalam bahan organik. Nurhayani dan Handayani (2002) menyatakan
bahwa bahan organik yang diberikan kedalam tanah setelah mengalami
dekomposisi, dapat meningkatkan kandungan karbon tanah dan juga
kandungan asam-asam H2SO4 dan HNO3 yang berasal dari pelapukan bahan
organik. Peningkatan nilai C-organik dalam tanah, dapat memperbaiki sifat
fisik tanah menjadi lebih baik.Pada perlakuan pupuk kandang kambing
sebanyak 2,5 ton/ha dan perlakuan petroganik dan mulsa jerami sebesar 0,5
ton/ha rataan C-organik tanah kembali meningkat, hal ini membuktikan
bahwa kotoran kambing merupakan bahan organik yang berkualitas tinggi.
Akan tetapi karena dosis bahan organik yang diberikan terlalu rendah maka
pengaruhnya terhadap peningkatan kandungan C organik pun rendah.

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh pemberian bahan organik terhadap Bulk Density tanah
Bulk density merupakan kerapatan tanah yang dikeringkan per satuan
volume.

Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan

produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit
disimpan dan ketersediaannya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan
terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki
unsur hara yang rendah dan aktivitas mikroorganismenya juga rendah. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa pada perlakuan jerami padi sebanyak 5
ton/ha menunjukkan nilai rataan tertinggi dan masih belum efektif dalam
menurunkan nilai bulk density tanah , karena tidak melalui proses
pengomposan. Perlakuan yang efektif untuk memperbaikibulk density tanah
adalah pada perlakuan pupuk kandang kambingsebanyak 2,5 ton/ha. Hal ini
sesuai dengan literatur Hakim,dkk (1986) yang menyatakan bahwa bahan
organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik
secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah. Bahan organik adalah
bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya.

Disamping itu bahan

organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap partikel density tanah
Partikel density adalahperbandingan antara massa total fase padat
tanah dan volume fase padat. Partikel density berhubungan langsung dengan
berat volume tanah.

Volume udara tanah, serta kecepatan sedimentasi

partikel didalam zat cair.

Ukuran tanah mineral partikel density sering

diasumsikan sekitar 2,65 g/cm3. Akan tetapi, sebenarnya partikel density

Universitas Sumatera Utara

tanah sangat bervariasi tergantung pada komposisi mineral tanah. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa pemberian bahan organik jerami padi, pupuk
kandang kambing, mulsa jerami, dan pupuk petroganik tidak berpengaruh
nyata terhadap perubahan partikel density tanah.
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap Kadar Air tanah
Kadar air tanah merupakan kandungan air yang terdapat dalam pori
tanah. Satuan untuk menyatakan kadar air tanah dapat berupa persen berat
atau persen volume. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan yang
efektif untuk meningkatkan kadar air tanah adalah pada perlakuan pupuk
kandang kambingsebanyak 2,5 ton/ha, dan yang terendah pada perlakuan
jerami sebesar 5 ton/ha. Hal ini sesuai dengan literatur Walker and Paul
(2002) yang menyatakan bahwa faktor yang memperngaruhi kadar air dalam
tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung
tanah, dan topografi. Aplikasi jerami padi sebanyak 5 ton/ha pada permukaan
tanah pertanaman semangka di lahan bekas sawah menurunkan kadar air
tanah sebesar 16 % dibandingkan pada perlakuan kontrol.

Hal ini

menunjukkan bahwa air penyiraman dan air hujan tidak mampu masuk ke
dalam tanah yang dikenal dengan istilah water repellency.
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap Porositas Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat
tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori
kasar dan pori halus. Pori kasar berisi udara atau air gravitasi yang mudah
hilang karena gaya gravitasi, sedang pori halus berisi air kapiler dan udara.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa porositas tertinggi adalah pada
perlakuan pupuk kandang kambingsebanyak 2,5 ton/ha.

Hal ini sesuai

dengan literatur Agrica (2008) yang menyatakan bahwa melalui penambahan
bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang
relatif lebih ringan.

Pergerakan air secara vertikal atau filtrasi dapat

diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan erosi diperkecil. Demikian pula aerasi tanah yang menjadi lebih
baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya
agregat.
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap Produksi buah
Dari hasil penelitian Simamora (2016) bahwapemberian bahan organik jerami
padi, pupuk kandang kambing, dan pupuk petroganik seperti penelitian pada
skripsi ini berpengaruh nyata dalam meningkatkan produksi tanaman.
Peningkatan nilai produksi secara nyata dapat dilihat pada peningkatan nilai
rataan berat buah dan diameter buah.

Pada nilai rataan jumlah buah,

pemberian bahan organik tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan nilai
rataan jumlah buah. Pada nilai rataan berat buah, perlakuan yang terbaik
adalah pada perlakuan jerami padi sebesar 5 ton/ha, hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan yang terbaik dalam meningkatkan berat buah adalah pada
pemberian jerami padi sebesar 5 ton/ha, sedangkan pada perlakuan pupuk
petroganik dan mulsa jerami sebesar 0,5 ton/ha belum mampu meningkatkan
nilai rataan berat buah, hal ini dikarenakan jumlah bahan organik yang
diberikan belum efektif untuk meningkatkan nilai rataan berat buah. Pada
nilai rataan diameter buah, pemberian bahan organik yang terbaik adalah pada

Universitas Sumatera Utara

perlakuan jerami padi sebesar 5 ton/ha, sedangkan pada perlakuan pupuk
petroganik dan mulsa jerami sebesar 0,5 ton/ha belum mampu meningkatkan
nilai rataan diameter buah, hal ini dikarenakan jumlah pupuk petroganik
yang diberikan belum efektif dalam meningkatkan nilai rataan diameter buah
(Lampiran 6).

Peningkatan nilai rataan berat buah dan diameter buah

menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dapat meningkatkan produksi
tanaman pada aspek kualitas buah, hal ini terjadi karena pemberian bahan
organik dapat memperbaiki sifat fisika, dan kimia tanah, sehingga tanaman
dapat menyerap unsur hara dengan baik sehingga dapat meningkatkan
produksi tanaman.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pemberian jerami padi tidak mampu memperbaiki sifat tanah (Corganik, bulk desity, dan kadar air).
Pemberian pupuk kandang kambing dapat memperbaiki sifat tanah
(C-organik, bulk density, dan kadar air)
Pemberian petroganik dapat memperbaiki sifat tanah (C-organik),
namun tidak lebih baik dibandingkan pemberian pupuk kandang kambing

Saran
Sebaiknya dilakukan

peningktan taraf

bahan organik untuk

memperoleh nilai sifat fisika tanah yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Sawah
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi
sawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan
tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi,
tetapi merupakan istilah umum seperti halnnya tanah hutan, tanah
perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Sawah yang airnya berasal dari
irigasi disebut sawah irigasi sedang yang menerima langsung dari air hujan
disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang
surut sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah
lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Tanah sawah (paddy soil) merupakan tanah yang dikelola sedemikian
rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana pada umumnya dilakukan
penggenangan selama atau sebahagian dari masa pertumbuhan padi.
Tergolong sebagai tanah tergenang (wetland soil), namun agak berbeda dari
tanah rawa (marsh soils) atau tanah terendam (waterlogged soils) ataupun
tanah subaquatik (subaquatic soils) dalam hal pengelolaannya karena tidak
terus menerus digenangi, disebut juga sebagai wetland rice soils (Musa dan
Mukhlis, 2006).
Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap
pengangkutan udara,panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik
tanah sangat bervariasi pada tanah tropis. Beberapa sifat fisik tanah dapat

Universitas Sumatera Utara

berubah dengan pengolahan seperti temperatur tanah,permeabilitas,kepekaan
terhadap aliran permukaan (run-off), dan erosi, kemampuan mengikat air dan
menyuplai air untuk tanaman (Damanik et al.,2010).

Sistem usaha tani

monokultur pangan pada lahan kering secara terus- menerus akan
mengakibatkan

terganggunya

keseimbangan

biologi

dan

kimianya.

Pergantian aerobik dan anaerobik pada lahan sawah merupakan satu kontrol
alami yang efektif mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi
(Agus et al. , 2004).
Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan
lahan sawah. Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral
memberikan informasi untuk penilaian kesesuaian lahan terutama dalam
hubungannya dengan efisiensi penggunaan air. Jika lahan akan disawahkan
sifat tanah yang penting untuk diperhatikan adalah tekstur, struktur,
permiabilitas, drainase dan tinggimuka air tanah. Sifat-sifat tersebut sangat
berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi penggunaan air (Prasetyo
dkk., 2004).
Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian
disawahkan atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat
saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang dialiri
umumnya berupa sawah irigasi, baik berupa irigasi teknis (dengan bangunan
irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semipermanen),
maupun irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi) (Hardjowigeno,2005).

Universitas Sumatera Utara

Selama proses pembentukan sawah, sifat fisik tanah mengalami
banyak perubahan. Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses-proses
utama yang dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia, fisika,
dan biologi tanah (Prasetyo et al. , 2004). Perubahan sifat fisik tanah juga
banyak dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi dan atau eluviasi bahan kimia
atau

partikel

tanah

akibat

proses

pelumpuran

dan

perubahan

drainase(Hardjowigeno et al., 2004).
Penyiapan tanah sawah menyebabkan sifat-sifat fisik, kimia, biologi
dan morfologi tanah berupa nyata. Keadaan tanah alami berubah menjadi
keadaan tanah buatan dan menyimpang dari keadaan yang dikehendaki oleh
pertanaman lain, biasanya palawija, maka sehabis pertanaman padi keadaan
tanah harus diubah kembali sehingga sesuai dengan yang diperlukan
pertanaman palawija. Pengubahan keadaan tanah secara bolak-balik berarti
memanipulasi sumberdaya tanah secara mendalam.
Karakteristik tanah sawah dapat diamati seperti tebal horizon, tekstur,
kadar bahan organik, reaksi tanah, kandungan hara tanaman dan kemampuan
mengikat air.

Tanah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada

masing-masing horizon dalam profil tanah. Kualitas tanah merupakan hasil
interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan tanah dan keadaan
lingkungan. Petani tidak dapat mengubah karakteristik tanah akan tetapi
menyesuaikan prakteknya dengan kemampuan tanah (Darmawijaya, 1997).
Bahan Organik

Universitas Sumatera Utara

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk,
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961).
Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan
sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui
penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur
remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi
dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang
menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat
terbentuknya agregat (Agrica, 2008).
Beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik adalah : (1)
Pengembalian sisa panenan tanaman pangan. Jumlah sisa panenan tanaman
pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2-5 ton per hektar,
sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum.
Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
(2) Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran
hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari
hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk
menambah kandungan bahan organik tanah.

Pengadaan atau penyediaan

kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya
transportasi yang besar.

(3) Pemberian pupuk hijau.

Pupuk hijau bisa

Universitas Sumatera Utara

diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam
selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar.
Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat
memberikan masukan bahan organik sebanyak 1,8-2,9 ton per hektar (umur 3
bulan) dan 2,7-5,9 ton per hektar untuk yang berumur 6 bulan
(Hairah dkk, 2000).
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah.
Bahan organik adalah bahan pemantap

agregat tanah

yang tiada

taranya.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan
organik.Ia merupakan sumber hara tanaman.Disamping itu bahan organik
adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam
memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber
dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya serta hasil dari
dokomposisi itu sendiri (Hakim, dkk., 1986).
Mengingat

begitu

penting

peranan

bahan

organik,

maka

penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi
amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut. Berikut
ini beberapa manfaat dari pupuk organik : Mampu menyediakan unsur hara
makro dan mikro yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pupuk kimia,
Mampu memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan
untuk diolah, dan mudah ditembus akar, dapat meningkatkan daya menahan
air (water holding capacity), sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan
air menjadi lebih banyak.

Kelengasan air tanah lebih terjaga, dapat

Universitas Sumatera Utara

memperbaiki kehidupan biologi tanah, mengandung mikrobia dalam jumlah
cukup yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, aman bagi
lingkungan, dan dapat membantu peningkatan pH tanah (Pramono, 2004).
Jerami padi adalah batang padi yang ditinggalkan termasuk daun
sesudah diambil buahnya yang masak.

Lebih kurang 30% jerami padi

digunakan untuk beberapa kepentingan manusia berupa atap rumah, kandang,
penutup tanah (mulsa), bahkan bahan bakar industri dan untuk pakan ternak
(bila terpaksa) selebihnya dibuang atau dibakar yang tidak jarang akibatnya
mengganggu keseimbangan lingkungan (Munif, 2000).
Pada lahan

sawah dengan pola tanam padi dan palawija,

pengembalian jerami penting untuk memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain
meningkatkan stabilitas agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah sawah
yang memadat akibat penggenangan dan pelumpuran secara terus-menerus.
Tanah menjadi lebih mudah diolah dan cukup baik untuk pertumbuhan akar
tanaman palawija yang ditanam setelah padi (Balittan, 2009).
Jerami merupakan sumber bahan organik utama di lahan sawah yang
kaya unsur kalium (K). Sumber bahan organik lain adalah pupuk hijau yang
ditanam di pematang/galengan seperti orok-orok, turi, sesbania yang
merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk kandang (ayam,
kambing, sapi). Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan,
karena di areal lahan sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung kadar
karbon organik (C-organik) rendah (