Model persamaan struktural evaluasi diri sekolah (studi kasus: smp provinsi jawa barat tahun 2013)

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL
EVALUASI DIRI SEKOLAH
(Studi Kasus: SMP Provinsi Jawa Barat Tahun 2013)

DEWI ANDARI

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Persamaan
Struktural Evaluasi Diri Sekolah (Studi Kasus: SMP Provinsi Jawa Barat Tahun
2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Dewi Andari
NIM G14100029

ABSTRAK
DEWI ANDARI. Model Persamaan Struktural Evaluasi Diri Sekolah (Studi
Kasus: SMP Provinsi Jawa Barat Tahun 2013). Dibimbing oleh YENNI
ANGRAINI dan I MADE SUMERTAJAYA.
Provinsi Jawa Barat menempati posisi teratas dalam hal jumlah sekolah
yang terakreditasi pada periode tahun 2007-2012 untuk jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk terus meningkatkan jumlah sekolah
yang terakreditasi upaya yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). Tindaklanjut dari EDS memberikan efek positif terhadap
akreditasi sekolah. Instrumen yang digunakan dalam EDS tidak dapat diukur
secara langsung (peubah laten), sehingga analisis statistika yang digunakan adalah
model persamaan struktural. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh model
persamaan struktural yang dapat menggambarkan hubungan antar Standar
Nasional Pendidikan (peubah laten) serta dengan peubah indikatornya. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil EDS SMP Provinsi Jawa Barat
tahun 2013. Model persamaan struktural menunjukkan bahwa pengaruh paling
besar diberikan oleh perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan (Standar Pengelolaan) terhadap kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Tinggi rendahnya
kompetensi siswa dan lulusan (Standar Kompetensi Lulusan) dipengaruhi paling
besar oleh kesesuaian materi ajar yang digunakan sekolah dengan kurikulum yang
ditetapkan (Standar Isi). Terdapat satu hubungan yang tidak berpengaruh nyata
yaitu antara Standar Penilaian dengan Standar Kompetensi Lulusan. Semua
peubah indikator sudah sah dan handal dalam mengukur peubah latennya setelah
modifikasi.
Kata kunci: akreditasi sekolah, Evaluasi Diri Sekolah, model persamaan
struktural, peubah indikator , peubah laten

ABSTRACT
DEWI ANDARI. Structural Equation Model of School Self Evaluation (Case
Study : Junior High School at West Java Province in 2013). Advised by YENNI
ANGRAINI and I MADE SUMERTAJAYA.
West Java Province has the most accredited junior high school in 2007-2012.
To increase the number of school accredited, it need some efforts. The effort that

can be done is carry out a School Self Evaluation which can bring positive effect
to school accreditation. Instrument that can be used on School Self Evaluation can
not be measured directly (latent variable), so the statistics analysis that used on
this research was structural equation model. The objective of this research were to
get structural equation model that can describe the connection within National
Education Standards (latent variable) and National Education Standards (latent
variable) with manifest variable. The data used on this research was the result of
School Self Evaluation from West Java Province in 2013. Structural equation
model showed that planning, implementation, and supervising on educational

activity (Standard of the management) gave the most significant influence toward
educators and educational personnel (Standard of the Educational Personnel). The
level of competency of the students and graduates (Standard of the Graduate
Outcomes) got the most influence from suitability of teaching materials and
curriculum (Standard of the Content) that the school used. The connection
between Standard of the Educational Assessment with Standard of the Graduate
Outcomes was not significant. All of manifest variables that used on this research
was valid and reliable to measure latent variable after modification.
Keywords: school accreditation, School Self Evaluation, structural equation
model , manifest variable, latent variable


MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL
EVALUASI DIRI SEKOLAH
(Studi Kasus: SMP Provinsi Jawa Barat tahun 2013)

DEWI ANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Model Persamaan Struktural Evaluasi Diri Sekolah (Studi Kasus:

SMP Provinsi Jawa Barat Tahun 2013)
Nama
: Dewi Andari
NIM
: G14100029

Disetujui oleh

Yenni Angraini, MSi
Pembimbing I

Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Anang Kurnia, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
pendidikan, dengan judul “Model Persamaan Struktural Evaluasi Diri Sekolah
(Studi Kasus: SMP Provinsi Jawa Barat Tahun 2013)”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yenni Angraini dan Bapak I
Made Sumertajaya selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada keluarga dan teman satu bimbingan (Siti Nur Azizah dan Anissa
Rahmayanti) serta teman-teman lainnya atas segala doa, semangat, dan
bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Dewi Andari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii


DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


METODOLOGI

2

Data

2

Prosedur Analisis Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Deskripsi Peubah Indikator

6


Analisis Model Persamaan Struktural

8

Modifikasi Model

10

KESIMPULAN

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17


RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Evaluasi kebaikan model sebelum modifikasi
Evaluasi kebaikan model sesudah modifikasi
Nilai koefisien CR dan VE
Persamaan model struktural
Pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap peubah laten SKL
Pengaruh langsung dan tidak langsung antar peubah laten


8
11
12
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram jalur model persamaan struktural berdasarkan teori
2 Diagram rata-rata dan kotak garis peubah indikator yang mengukur
peubah laten SKL
3 Diagram rata-rata dan kotak garis peubah indikator yang mengukur
peubah laten SPR
4 Diagram model pengukuran sebelum modifikasi
5 Diagram model struktural sebelum modifikasi
6 Diagram model persamaan struktural sebelum modifikasi
7 Diagram model pengukuran setelah modifikasi
8 Diagram model struktural setelah modifikasi
9 Diagram model persamaan struktural setelah modifikasi

3
6
7
9
9
10
11
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Daftar nama peubah laten dan peubah indikator
Model struktural dan model pengukuran
Rincian analisis deskriptif setiap peubah indikator
Diagram rata-rata dan kotak garis peubah indikator yang mengukur
peubah laten SI, SPN, SPT, dan SPL
5 Bobot faktor terstandarisasi sebelum dan sesudah modifikasi
6 Koefisien jalur terstandarisasi antar peubah laten sebelum dan
sesudah modifikasi
7 Matriks korelasi antar peubah indikator pada tiap peubah laten

17
19
20
21
22
23
24

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bangsa yang memiliki sistem pendidikan bermutu dapat diperkirakan akan
menjadi bangsa yang kuat dan berdaya saing tinggi (Sirozi 2013). Upaya yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pendidikan nasional diantaranya dengan dikeluarkannya Permendiknas No. 63
tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Komponen
sumber data dalam SPMP terdiri dari Evaluasi Diri Sekolah (EDS), Monitoring
Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD), Evaluasi Diri Kabupaten (EDK),
pengumpulan data padati, Ujian Nasional (UN), akreditasi sekolah, sertifikasi
guru dan peningkatan kompetensi profesional (Kemendiknas 2010).
Akreditasi Sekolah sebagai salah satu komponen dalam SPMP adalah
kegiatan pengakuan dan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan
oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) yang kemudian
hasilnya berbentuk pengakuan peringkat kelayakan. Pada periode tahun 20072012 untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Provinsi Jawa Barat menempati posisi teratas dalam hal
jumlah sekolah yang terakreditasi. Sebanyak 2314 SMP/MTs terakreditasi A
(Amat Baik), 2244 SMP/MTs terakreditasi B (Baik), dan 454 SMP/MTs
terakreditasi C (Cukup) (Litbang Kemdikbud 2013). Demi meningkatkan jumlah
SMP yang terakreditasi agar terciptanya kelayakan mutu pendidikan di Provinsi
Jawa Barat, upaya yang dapat dilakukan sekolah adalah meningkatkan kinerja dan
menyusun Rencana Pembangunan Sekolah (RPS) yang tepat (Kemendiknas
2010).
Evaluasi Diri Sekolah merupakan proses evaluasi yang bersifat internal
untuk melihat kinerja sekolah dan menjadi dasar penyusunan RPS. Evaluasi Diri
Sekolah mendorong sekolah untuk menetapkan prioritas peningkatan mutu
sekolah dan kegiatan tindaklanjutnya akan mempunyai efek positif bagi sekolah
dalam kegiatan evaluasi eksternal seperti akreditasi sekolah (Kemendiknas 2010).
Instrumen EDS terdiri dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Delapan
instrumen tersebut adalah Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
Proses, Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana, dan Standar Pembiayaan.
Instrumen yang digunakan dalam mengkaji EDS disebut peubah laten
karena tidak dapat diukur secara langsung. Peubah laten dapat diukur melalui
peubah-peubah indikatornya. Hubungan antar peubah laten dan hubungan antar
peubah laten dengan peubah indikatornya dapat dianalisis dengan menggunakan
model persamaan struktural. Dengan mengetahui hubungan tersebut diharapkan
akan menjadi masukan yang berguna bagi pelaksanaan EDS selanjutnya dan
peningkatan mutu sekolah di Provinsi Jawa Barat.

2
Tujuan Penelitian
Memperoleh model persamaan struktural yang dapat menggambarkan
hubungan antar Standar Nasional Pendidikan (peubah laten) serta dengan peubah
indikatornya.

METODOLOGI

Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2878 adalah data
sekunder hasil EDS untuk tingkat SMP Provinsi Jawa Barat tahun 2013 yang
dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
(BPSDMPK) dan Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP), Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Indonesia. Data yang digunakan terdiri dari 31 peubah indikator
yang menyusun enam peubah laten. Peubah laten Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) terdiri dari lima peubah indikator, Standar Isi (SI) terdiri dari empat peubah
indikator, Standar Proses (SPR) terdiri dari delapan peubah indikator, Standar
Penilaian (SPN) terdiri dari lima peubah indikator, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (SPT) terdiri dari dua peubah indikator, dan Standar Pengelolaan
(SPL) terdiri dari tujuh peubah indikator. Daftar nama peubah indikator untuk tiap
peubah laten dapat dilihat pada Lampiran 1. Data ini dianalisis menggunakan
perangkat lunak R 2.15.0 dengan paket Open Mx.

Prosedur Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis deskriptif untuk melihat karakteristik peubah indikator.
Analisis deskriptif yang dilakukan adalah melihat rata-rata dan diagram kotak
garis setiap peubah indikator.
2. Spesifikasi model persamaan struktural berdasarkan teori yang ada.
Instrumen EDS yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari SKL, SI, SPR,
SPN, SPT, dan SPL. Sedangkan Standar Sarana dan Prasarana serta Standar
Pembiayaan tidak digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan teori yang
didapat dari ahli (Gambar 1), SPL mempengaruhi SPT secara langsung.
Selanjutnya, SPT mempengaruhi SI, SPR, dan SPN secara langsung. Peubah
laten SPR dipengaruhi SI secara langsung dan peubah laten SPN dipengaruhi
SPR secara langsung. Sedangkan SKL dipengaruhi secara langsung oleh SI,
SPR, dan SPN.
3. Penyusunan diagram jalur berdasarkan peubah laten dan indikator yang sudah
ditentukan.

3

Gambar 1 Diagram jalur model persamaan struktural berdasarkan teori
Menurut Bollen (1989), model persamaan struktural secara umum
menganalisis secara bersama-sama model pengukuran dan model struktural.
Model persamaan struktural dari penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
Model pengukuran menjelaskan keterkaitan hubungan antara peubah laten
dengan indikatornya. Konversi diagram jalur kedalam bentuk persamaan model
pengukuran secara umum yaitu:

dimana,
: vektor peubah indikator bagi peubah laten endogen berukuran px1
: vektor peubah indikator bagi peubah laten eksogen berukuran qx1
: matriks koefisien y terhadap endogen berukuran pxm
: matriks koefisien x terhadap eksogen berukuran qxn
ε : vektor sisaan pengukuran dari y berukuran px1
: vektor sisaan pengukuran dari x berukuran qxl
dengan,
p : banyaknya peubah indikator bagi peubah laten endogen
q : banyaknya peubah indikator bagi peubah laten eksogen
Model struktural menjelaskan keterkaitan hubungan antar peubah laten,
terdapat dua jenis peubah laten yaitu peubah laten terikat dikenal dengan
peubah laten endogen dan peubah laten bebas dikenal dengan peubah laten
eksogen. Konversi diagram jalur kedalam bentuk persamaan model struktural
secara umum yaitu:
dimana,
: vektor peubah laten endogen berukuran mx1
: matriks koefisien eksogen terhadap endogen berukuran mxn
: matriks koefisien endogen terhadap endogen berukuran mxm
: vektor peubah laten eksogen berukuran nx1
:vektor sisaan acak hubungan antara endogen dan eksogen berukuran mx1
dengan,
m : banyaknya peubah laten endogen

4
n : banyaknya peubah laten eksogen
4. Identifikasi model dengan t-rule, yaitu jumlah parameter yang diduga harus
lebih kecil atau sama dengan jumlah elemen dari matriks masukan. Persamaan
t-rule adalah:

dimana (p+q) adalah jumlah peubah indikator dan t adalah jumlah parameter
yang diduga (Bollen 1989).
5. Menentukan matriks masukan.
Matriks masukan yang digunakan adalah matriks ragam peragam karena skala
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki skala yang sama.
6. Melakukan pendugaan parameter.
Metode pendugaan yang digunakan adalah penduga kemungkinan maksimum.
Fungsi kemungkinan untuk model persamaan struktural sebagai berikut:
Penduga kemungkinan maksimum secara iteratif akan meminimumkan fungsi
F(S,
) dengan formula sebagai berikut:
F(S,

)

-

-

-

dengan S adalah matriks ragam peragam dari data dan
adalah matriks
ragam peragam dari model persamaan struktural. Sedangkan (p+q) adalah
banyaknya peubah indikator untuk peubah laten endogen dan eksogen (Bollen
1989).
7. Mengevaluasi kebaikan model dengan uji khi-kuadrat, RMSEA, CFI, TLI.
7a.Uji khi-kuadrat
Hipotesis uji khi-kuadrat adalah:

dimana S adalah matriks ragam peragam dari data dan
adalah matriks
ragam peragam dugaan dari model persamaan struktural. Kecocokan antara
matriks ragam peragam dugaan model persamaan struktural dengan matriks
ragam peragam dari data dapat dilihat dari nilai p > 0.1 atau tidak tolak
(Hair et al 2009).
7b. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
Nilai RMSEA merupakan ukuran ketidakcocokan suatu model sehingga
diharapkan nilainya kecil. RMSEA dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana adalah nilai khi-kuadrat, db adalah derajat bebas model, dan n
adalah jumlah ukuran contoh (Hair et al 2009). Indikasi dapat diterimanya
sebuah m de di unjukkan eh ni ai
≤ . ( ine
).
7c. Comparative Fit Index (CFI)
Hair et al. (2010) merekomendasikan penggunaan CFI bersama-sama
dengan uji khi-kuadrat dan RMSEA sebagai uji ukuran utama pengujian
kesesuaian model. Formula bagi CFI:

5
sed
nu

nu

adalah nilai khi-kuadrat dari model yang dihipotesiskan dan nu
adalah nilai khi-kuadrat dari model dasar.
sed adalah derajat bebas
dari model yang dihipotesiskan dan nu adalah derajat bebas dari model
dasar. Nilai CFI berkisar antara 0 sampai 1. Model yang baik adalah model
yang memiliki nilai CFI semakin mendekati 1 (Kusnendi 2008). Model
disim u kan cuku baik ke ika .8 ≤ CFI ≤ .9 (Wijan
8).
7d. Tucker -Lewis Index (TLI)
Tucker -Lewis Index merupakan ukuran kesesuaian model yang bersifat
komparatif atau membandingkan sebuah model yang diuji dengan model
dasar (Kunendi 2008).
de disim u kan cuku baik ke ika .8 ≤ TL ≤
0.9 (Wijanto 2008). Rumus untuk TLI yaitu:
TL

nu

sed

nu

nu

sed

nu

8. Modifikasi model
Modifikasi model dilakukan karena hasil evaluasi kebaikan model belum
memenuhi kriteria nilai yang disarankan. Modifikasi model dalam peneltian ini
dilakukan dengan cara membuang peubah indikator. Salahsatu alasan
dibuangnya peubah indikator karena peubah indikator tersebut tidak sah dalam
mengukur peubah latennya. Suatu peubah indikator dikatakan sah dalam
mengukur peubah latennya jika secara statistik bobot faktornya signifikan dan
atau melihat bobot faktor terstandarisasi yang memiliki nilai tidak kurang dari
0.4 atau 0.5 (Kusnendi 2008).
9. Evaluasi kehandalan konstruk.
Evaluasi kehandalan konstruk dapat dilihat dari koefisien Construct Reliability
(CR) dan koefisien Variance Extracted (VE) yang didefinisikan sebagai
berikut:
e

dimana,
= bobot faktor terstandarisasi untuk setiap indikator i sampai ke-k
= koefisien kesalahan pengukuran untuk setiap indikator i sampai ke-k
= banyaknya indikator dalam model pengukuran
Jika hasil estimasi koefisien CR
0.70 atau
≥ .5 dika akan m de
pengukuran secara komposit handal dalam mengukur peubah latennya
(Kusnendi 2008).
10. Melakukan interpretasi model.
Interpretasi model dilakukan terhadap bobot faktor terstandarisasi, koefisien
jalur terstandarisasi, dan pengaruh langsung dan tidak langsung antar peubah
laten.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Peubah Indikator
Berdasarkan Gambar 2, peubah indikator Y1 yang merupakan prestasi siswa
atau lulusan memiliki sebaran data yang tidak simetris dan keragaman data yang
tinggi dibandingkan empat peubah indikator lain yang mengukur SKL. Peubah
indikator Y1 juga memiliki rata-rata terendah dibandingkan dengan rata-rata
indikator lainnya dan 50% SMP mendapatkan nilai diantara 2.888 dan 5. Dengan
demikian prestasi siswa atau lulusan perlu menjadi prioritas dalam upaya
peningkatan mutu SKL. Rata-rata peubah indikator sebesar 6.681 merupakan ratarata tertinggi dari peubah laten SKL yaitu lulusan memiliki kemampuan mencoba,
mengolah, dan menyajikan pemikiran serta tindakan produktif dan kreatif.
Keragaman data terendah dimiliki oleh Y2 dengan 50% data berada diantara nilai
5.074 dan 6.119 dan sisanya menyebar diantara nilai 3 sampai 10. Rincian nilai
rata-rata, nilai maksimum dan minimum, serta kuartil setiap peubah indikator
dapat dilihat pada Lampiran 3.

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

rata-rata

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Gambar 2 Diagram rata-rata dan kotak garis peubah indikator yang
mengukur peubah laten SKL
Gambar 3 menunjukkan, Proses Belajar Mengajar (PBM) mengembangkan
karakter jujur, disiplin, bertanggungjawab, dan menghargai orang lain yang
merupakan peubah indikator Y12 memiliki rata-rata tertinggi. Sebesar 50% data
indikator Y12 berada diantara nilai 6.268 dan 8.202. Peran PBM dalam
mengembangkan kreatifitas peserta didik yang merupakan peubah indikator Y14
perlu ditingkatkan karena memiliki rata-rata terendah dibandingkan peubah
indikator lain yang mengukur SPR. Peran PBM dalam mengembangkan budaya
dan kemandirian belajar atau Y15 juga perlu ditingkatkan karena memiliki ratarata sebesar 3.069 dan distribusi data yang tidak simetris. Peubah indikator
interaksi guru dengan siswa mendukung efektifitas PBM atau Y16 memiliki

7
keragaman data paling tinggi dengan nilai minimum 0, nilai maksimum 10, dan
50% data berada diantara nilai 5.007 dan 8.173.
10
9
8
7
6
rata-rata
5
4
3
2
1
0
Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17

Gambar 3 Diagram rata-rata dan kotak garis peubah indikator yang
mengukur peubah laten SPR
Gambar diagram rata-rata dan sebaran data peubah indikator yang
mengukur peubah laten SI, SPN, SPT, dan SPL dapat dilihat pada Lampiran 4.
Peubah indikator Y8 memiliki rata-rata dan keragaman data paling rendah
dibandingkan indikator lain yang mengukur SI. Sebanyak 50% SMP mendapatkan
skor diantara 8.167 dan 9.167 untuk peubah indikator Y8. Skor yang cukup tinggi
ini menunjukkan bahwa materi ajar yang diberikan pada setiap SMP dianggap
sudah sesuai dengan SKL. Sedangkan peubah indikator yang memiliki rata-rata
terendah dalam mengukur SI adalah materi ajar yang relevan dengan kebutuhan
siswa atau Y9. Peubah indikator Y22 yaitu guru menganalisis hasil penilaian
untuk perbaikan PBM memiliki rata-rata tertinggi sebesar 8.186 dengan distribusi
data yang menjulur ke arah kiri. Peubah indikator Y21 yaitu penilaian dengan
menerapkan aspek keadilan, transparansi dan akuntabilitas perlu ditingkatkan
kinerjanya agar mutu SPN semakin baik karena memiliki rata-rata terendah
dengan distribusi data yang tidak simetris atau cenderung menjulur ke kanan,
dengan 50% data berada diantara nilai 1.250 dan 3.750.
Peubah laten SPT dibangun oleh dua peubah indikator, peubah indikator
guru dan tenaga pendidikan yang profesional dalam bidangnya atau Y23 memiliki
rata-rata lebih besar daripada peubah indikator guru dan kepala sekolah dapat
dijadikan teladan oleh siswa atau Y24. Sedangkan untuk keragaman data, peubah
indikator Y24 memiliki keragaman data yang lebih rendah dibandingkan peubah
indikator Y23. Peubah indikator komite berkontribusi efektif terhadap
peningkatan mutu sekolah atau X7 memiliki rata-rata paling rendah dalam
mengukur SPL yaitu sebesar 2.979 dengan 50% data berada diantara 2.381 dan
3.385. Hal ini menunjukkan bahwa komite belum berkontribusi efektif terhadap
peningkatan mutu sekolah. Sedangkan peubah indikator X2 atau pengelolaan
dokumen perencanaan yang berkualitas mencakup peningkatan PBM, tenaga
kependidikan, dan sarana prasarana sudah dianggap dijalankan sekolah secara
konsisten karena rata-ratanya lebih besar dibanding rata-rata peubah indikator lain
yang membangun SPL dengan 50% data berada diantara nilai 8.264 dan 10.

8
Analisis Model Persamaan Struktural
Berdasarkan identifikasi model dengan t-rule, jumlah parameter yang akan
diduga dalam penelitian ini sebanyak 71 atau lebih kecil dari jumlah elemen
matriks masukan sebanyak 496 sehingga model dapat diduga. Metode pendugaan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penduga kemungkinan maksimum
dengan matriks masukan berupa matriks ragam peragam. Tabel 1 kolom ketiga
menunjukkan bahwa model persamaan struktural awal yang terbentuk kurang baik
karena nilai evaluasi kebaikan model tidak memenuhi nilai yang disarankan.
RMSEA yang dihasilkan sebesar 0.139, CFI sebesar 0.744, dan TLI sebesar 0.720.
Tabel 1 Evaluasi kebaikan model sebelum modifikasi
Evaluasi kebaikan
model
Nilai p uji khi kuadrat
RMSEA
CFI
TLI

Nilai yang disarankan

Nilai sebelum modifikasi

> 0.1
≤ .
≥ .8
≥ .8

0.000
0.139
0.744
0.720

Suatu indikator dikatakan sah dan handal mengukur peubah latennya apabila
secara statistik bobot faktornya signifikan dan atau melihat bobot faktor
terstandarisasi yang memiliki nilai tidak kurang dari 0.4 atau 0.5 (Kusnendi 2008).
Dalam penelitian ini bobot faktor signifikan pada taraf nyata 0.1. Untuk bobot
faktor terstandarisasi dan t-hitung semua peubah indikator dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Berdasarkan Gambar 4, terdapat satu peubah indikator yang tidak sah
mengukur SPL. Peubah indikator yang tidak sah adalah X7 yaitu komite
berkontribusi efektif terhadap peningkatan mutu sekolah dengan bobot faktor
terstandarisasi sebesar 0.334. Selanjutnya, untuk SKL juga terdapat satu peubah
indikator yang tidak sah yaitu Y1 dengan bobot faktor terstandarisasi sebesar
0.139. Semua peubah indikator dari peubah laten SI sudah sah dalam mengukur SI.
Peubah indikator yang memiliki ketepatan paling rendah dalam mengukur SI
adalah penyusunan kurikulum secara logis dan sistematis atau Y6. Delapan
peubah indikator yang mengukur peubah laten SPR sah dalam mengukur peubah
laten tersebut. Peubah indikator dengan ketepatan terendah dalam mengukur SPR
yaitu suasana akademik disekolah kondusif atau Y17.
Peubah indikator Y21 yang menggambarkan penilaian dengan menerapkan
aspek keadilan, transparaansi dan akuntabilitas dinyatakan belum sah dalam
mengukur SPN karena memiliki bobot faktor terstandarisasi sebesar 0.299. Empat
peubah indikator lainnya sah dalam mengukur peubah laten SPN. Dua peubah
indikator yang mengukur peubah laten SPT dinyatakan sah, dengan bobot faktor
terstandarisasi sebesar 0.469 untuk guru dan tenaga pendidikan yang profesional
di bidangnya dan sebesar 0.793 untuk guru dan kepala sekolah yang dapat
dijadikan teladan oleh siswa.

9

Gambar 4 Diagram model pengukuran sebelum modifikasi
Jadi secara keseluruhan terdapat tiga peubah indikator yang tidak sah dalam
mengukur peubah latennya. Pertama, peubah indikator X7 atau komite
berkontribusi efektif terhadap peningkatan mutu SKL yang merupakan peubah
indikator dari peubah laten SPL. Kedua, peubah indikator Y1 atau prestasi
siswa/lulusan yang merupakan peubah indikator dari peubah laten SKL. Ketiga,
peubah indikator Y21 atau penilaian dengan menerapkan aspek keadilan,
transparansi, dan akuntabilitas yang merupakan peubah indikator dari peubah
laten SPN.

Gambar 5 Diagram model struktural sebelum modifikasi
Hubungan antara peubah laten dapat dilihat melalui Gambar 5, terdapat satu
hubungan yang memiliki arah negatif yaitu antara peubah laten SPT terhadap SPN
dengan koefisien jalur sebesar -4.554 dan t-hitung -7.892. Untuk t-hitung antar
peubah laten dapat dilihat pada Lampiran 6. Peubah laten SI memberikan
pengaruh positif yang kecil terhadap SPR dapat dilihat dari koefisien jalur sebesar
0.038, pengaruh positif yang kecil juga diberikan oleh SPR terhadap SKL dengan
koefisien jalur sebesar 0.059. Selanjutnya, pengaruh positif diberikan SPN
terhadap SKL dengan koefisien jalur sebesar 0.091. Hubungan antar peubah laten

10
SPR terhadap SPL memiliki koefisien jalur sebesar 5.496. Pengaruh positif yang
besar diberikan oleh SPT terhadap SI dengan koefisien jalur sebesar 0.853. SPL
mempengaruhi SPT dengan koefisien jalur sebesar 0.758. Pengaruh positif
terbesar diberikan oleh SPT terhadap SPR. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi penilaian responden terhadap SPT maka akan meningkatkan SPR.
Diagram model persamaan struktural sebelum modifikasi dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6 Diagram model persamaan struktural sebelum modifikasi
Modifikasi Model
Hasil evaluasi kebaikan model menunjukkan bahwa model yang dihasilkan
belum memenuhi kriteria kebaikan yang disarankan, sehingga diperlukan
modifikasi model. Modifikasi model dilakukan untuk menciptakan model yang
lebih baik dan rasional. Hal pertama yang dilakukan dalam modifikasi model
adalah mengeluarkan peubah indikator yang tidak sah. Peubah indikator tidak sah
jika nilai statistik t-hitung peubah indikator yang kurang dari nilai t pada taraf
nyata 0.10. Peubah indikator Y1, Y21, dan X7 dikeluarkan karena peubah
indikator tersebut tidak sah dalam mengukur peubah latennya. Setelah ketiga
peubah indikator tersebut dikeluarkan dari model ternyata hasil evaluasi kebaikan
model masih belum memenuhi kriteria kebaikan yang disarankan. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan korelasi antar peubah indikator dalam peubah laten yang
sama. Hal ini dilakukan untuk menemukan peubah-peubah indikator yang
memiliki korelasi relatif kecil dengan peubah indikator lainnya dalam peubah
laten yang sama. Korelasi yang relatif kecil antar peubah indikator
mengindikasikan bahwa peubah indikator tersebut kurang baik dalam mengukur
peubah latennya secara bersamaan. Peubah indikator yang memiliki korelasi yang
relatif kecil bisa dikeluarkan dari model agar kinerja model menjadi lebih baik.
Korelasi antar peubah indikator dapat dilihat pada Lampiran 7. Peubah indikator
Y6 dikeluarkan karena memiliki korelasi yang rendah diantara peubah indikator
lain yang mengukur SI. Selain itu, Y6 memiliki bobot faktor terstandarisasi paling
kecil diantar peubah indikator lain yang mengukur SI. Selanjutnya peubah

11
indikator Y15 dikeluarkan dari model karena dapat meningkatkan kebaikan model
yang dilihat dari kriteria kebaikan yang disarankan. Peubah indikator Y16
dikeluarkan dari model karena memiliki korelasi relatif rendah dengan peubah
lain yang mengukur SPR dan dapat meningkatkan kebaikan model. Peubah
indikator Y20 dikeluarkan dari model juga karena memiliki korelasi relatif rendah
dengan peubah lain yang mengukur SPN dan dapat meningkatkan kebaikan model.
Peubah indikator Y23 memiliki bobot faktor terstandarisasi yang lebih kecil
dibanding Y24, namun peubah yang dipilih untuk dikeluarkan dari model adalah
Y24 karena dapat meningkatkan kebaikan model.
Evaluasi kebaikan model setelah dilakukan modifikasi dapat dilihat pada
Tabel 2, evaluasi kebaikan model sudah hampir memenuhi nilai yang disarankan.
Nilai RMSEA mengalami penurunan menjadi 0.113. Nilai CFI dan TLI secara
berurut mengalami peningkatan menjadi 0.874 dan 0.855. Sedangkan untuk nilai
khi kuadrat masih tidak berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
dari nilai khi kuadrat yang sangat sensitif terhadap ukuran contoh. Semakin besar
ukuran contoh maka nilai khi kuadrat yang diperoleh cenderung akan semakin
besar dengan nilai p yang semakin kecil (Kusnendi 2008).
Tabel 2 Evaluasi kebaikan model sesudah modifikasi
Evaluasi kebaikan
model
Nilai p uji khi kuadrat
RMSEA
CFI
TLI

Nilai yang disarankan

Nilai sesudah modifikasi

> 0.1
≤ .
≥ .8
≥ .8

0.000
0.113
0.874
0.855

Gambar 7 Diagram model pengukuran setelah modifikasi
Diagram model pengukuran pada Gambar 7 dapat dikonversikan kedalam
bentuk persamaan model pengukuran. Terdapat empat persamaan model
pengukuran untuk peubah laten SKL yaitu Y2 = 0.798SKL + , Y3 = 0.943SKL

12
+ , Y4 = 0.936SKL + , dan Y5 = 0.705SKL + . Setelah dilakukan
modifikasi tersisa enam peubah indikator yang mengukur SPL. Peubah indikator
X2 yaitu sekolah memiliki dokumen perencanaan yang berkualitas, mencakup
peningkatan PBM, tenaga kependidikan, dan sarana prasarana yang dijalankan
secara konsisten mengalami peningkatan bobot faktor yang paling besar dibanding
peubah indikator lain. Peubah indikator X6 memiliki bobot faktor terstandarisasi
paling besar dalam mengukur SPL. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah
melaksanakan pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien untuk peningkatan
mutu sekolah memiliki ketepatan yang tinggi dalam mengukur peubah laten SPL.
Semua peubah indikator yang mengukur SKL dinyatakan sah setelah dilakukan
modifikasi. Peubah indikator lulusan memiliki kemampuan berpikir logis dan
sistematis atau Y3 merupakan peubah indikator yang meiliki ketepatan paling
tinggi dalam mengukur SKL. Peubah indikator yang mengukur SI menjadi empat
peubah indikator setelah Y6 dihilangkan dari model. Berdasarkan nilai rata-rata,
peubah indikator Y9 paling rendah dibandingkan peubah indikator lain yang
mengukur SI tetapi Y9 atau materi ajar yang relevan dengan kebutuhan siswa
memiliki ketepatan yang paling tinggi dalam mengukur SI.
Peubah indikator Y11 atau PBM dilakukan secara efektif dan efisien
memiliki bobot faktor terstandarisasi terbesar dalam mengukur SPR yaitu sebesar
0.955. Selanjutnya, tiga peubah indikator yang mengukur SPN semuanya sah dan
mengalami peningkatan bobot faktor terstandarisasi. Peningkatan ketepatan yang
paling tinggi dalam mengukur SPN adalah peubah indikator Y22 yang
menggambarkan guru menganalisis hasil penilaian untuk perbaikan PBM. Peubah
laten SPT diukur oleh satu peubah indikator setelah Y24 dibuang yaitu Y23 yang
mengalami peningkatan bobot faktor terstandarisasi dari 0.469 menjadi 0.715.
Selanjutnya, peubah indikator dikatakan handal secara bersamaan dalam
mengukur peubah latennya dilihat dari nilai koefisien Construct Reliability (CR)
yang lebih besar dari 0.7 atau nilai Variance Extracted (VE) yang lebih besar dari
0.5. Tabel 3 menunjukkan bahwa peubah laten SKL, SI, SPR, SPN, dan SPL
memiliki koefisien CR yang lebih besar 0.7 dan VE lebih besar dari 0.5. Jadi
peubah indikator handal yang artinya peubah indikator yang membangun peubah
laten tersebut konsisten dalam mengukur peubah latennya secara bersamaan.
Sedangkan untuk peubah laten SPT tidak dilihat kehandalan konstruknya karena
merupakan satu-satunya peubah indikator yang mengukur SPT setelah dilakukan
modifikasi.
Tabel 3 Nilai koefisien CR dan VE
Peubah laten
SKL
SI
SPR
SPN
SPL

CR
0.912
0.924
0.939
0.840
0.880

VE
0.725
0.802
0.721
0.638
0.560

Kehandalan
Handal
Handal
Handal
Handal
Handal

13

Gambar 8 Diagram model struktural setelah modifikasi
Tabel 4 Persamaan model struktural
Model
SPT
SI
SPR
SPN
SKL

Persamaan Model Struktural
SPT = 0.982SPL +
SI = 0.691SPT +
SPR = 0.157SPT + 0.773SI+
SPN = 0.832SPT + 0.198SPR+
SKL = 0.724SI + 0.112SPR + 0.005SPN +

Tabel 4 merupakan konversi kedalam bentuk persamaan model struktural
dari diagram model struktural pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8, koefisien
jalur terbesar dimiliki oleh hubungan SPL terhadap SPT. Hal ini menunjukkan
bahwa SPL yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan berpengaruh besar terhadap kualifikasi SPT. Peubah laten
SPL berpengaruh positif terhadap SPT sebesar 0.982 dari yang tadinya 0.785.
Untuk t-hitung hubungan antar semua peubah laten dapat dilihat pada Lampiran 6.
Hubungan antara SPT dengan SPN yang sebelumnya memiliki arah hubungan
negatif menjadi memiliki hubungan dengan arah positif dengan kenaikan
koefisien jalur terstandarisasi sebesar -4.554 menjadi 0.832 . Hal ini menunjukkan
bahwa kualifikasi SPT berperan penting dalam mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Hubungan antara SI dan SPR juga
mengalami peningkatan koefisien jalur terstandarisasi dari 0.038 menjadi 0.773.
Dapat diartikan bahwa kesesuaian materi dan lingkup kompetensi yang
disampaikan kepada peserta didik memberikan pengaruh yang cukup besar untuk
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah. Peubah laten SI mempengaruhi
SKL dengan koefisien jalur terstandarisasi sebesar 0.724 dari yang sebelumnya
sebesar 0.697. Peubah laten SPT yang diukur oleh guru dan tenaga pendidik yang
profesional dalam bidangnya mempengaruhi SPR yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidik dengan koefisien jalur
terstandarisasi sebesar 0.157. Peubah laten SPR mempengaruhi SPN secara positif
dengan koefisien jalur terstandarisasi sebesar 0.198. Pengaruh yang kecil
diberikan oleh SPR terhadap SKL dengan koefisien jalur sebesar 0.122. Peubah
laten SPN yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik memiliki hubungan positif tetapi tidak mempengaruhi

14
SKL pada taraf nyata 0.1 dengan koefisien jalur terstandarisasi sebesar 0.005. Hal
ini dapat disebabkan oleh guru yang pada umumnya belum menggunakan
penilaian otentik pada kurikulum yang lama. Penilaian otentik adalah penilaian
yang berdasarkan atau sesuai dengan karakteristik kompetensi yang dinilai. Selain
itu tidak berpengaruhnya SPN terhadap SKL dapat disebabkan oleh
dikeluarkannya peubah indikator Y1 yang mengukur SKL serta peubah indikator
Y20 dan Y21 yang mengukur SPN. Diagram model persamaan struktural setelah
modifikasi dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Diagram model persamaan struktural setelah modifikasi
Tabel 5 Pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap peubah laten SKL
Pengaruh antar
peubah laten
SPL
SKL
SPT
SI
SPR
SPN

SKL
SKL
SKL
SKL

Pengaruh
Langsung
0.724
0.112
0.005

Pengaruh tidak
langsung
0.571
0.581
0.088
0.001
-

Pengaruh total
0.571
0.581
0.812
0.113
0.005

Tabel 5 menunjukkan bahwa SKL paling besar dipengaruhi oleh SI.
Materi ajar yang sesuai dengan kurikulum memberikan pengaruh langsung
sebesar 0.724 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.088 terhadap peningkatan
kompetensi siswa dan lulusan. Peubah laten SKL mendapatkan pengaruh secara
tidak langsung paling besar yaitu dari peubah laten SPT karena hubungannya
dengan SI, SPR, dan SPN. Selanjutnya pengaruh tidak langsung terbesar kedua
diberikan oleh peubah laten SPL terhadap SKL. Sedangkan peubah laten SPR
memberikan pengaruh langsung sebesar 0.112 dan pengaruh tidak langsung
sebesar 0.001. Peubah laten yang memberikan pengaruh paling kecil terhadap
SKL yaitu SPR. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar memiliki
pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kompetensi siswa atau lulusan.

15
Sedangkan sistem penilaian yang dilakukan sekolah (SPN) tidak berpengaruh
terhadap kompetensi siswa atau lulusan (SKL).
Tabel 6 Pengaruh langsung dan tidak langsung antar peubah laten
Pengaruh antar
peubah laten
SPL
SPT
SPL
SPT
SPL
SPT
SI
SPL
SPT
SPR

SI
SI
SPR
SPR
SPR
SPN
SPN
SPN

Pengaruh
Langsung
0.982
0.691
0.157
0.773
0.832
0.198

Pengaruh tidak
langsung
0.678
0.678
0.534
0.951
0.137
-

Pengaruh total
0.982
0.678
0.691
0.678
0.691
0.773
0.951
0.969
0.198

Pengaruh total paling besar diberikan oleh SPL terhadap SPT dengan
pengaruh langsung sebesar 0.982 (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa SPL
yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan berpengaruh besar terhadap kualifikasi SPT. Peubah laten SPL juga
mempengaruhi SI secara tidak langsung sebesar 0.678. Peubah laten SI
dipengaruhi secara langsung oleh SPT sebesar 0.691. Peubah laten SPR paling
besar dipengaruhi oleh SI secara langsung. Sedangkan pengaruh total terbesar
kedua diberikan oleh SPT terhadap SPN sebesar 0.969 dengan pengaruh langsung
sebesar 0.832 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.137. Pengaruh tidak
langsung diberikan oleh SPT terhadap SPN karena hubungannya dengan SI dan
SPR. Jadi untuk meningkatkan kinerja SPN selain SPT yang harus ditingkatkan
kinerja SI dan SPR juga harus ditingkatkan. Pengaruh terbesar ketiga diberikan
oleh SPL secara tidak langsung terhadap SPN karena hubungannya dengan SPT,
SI, dan SPR.

KESIMPULAN
Pengaruh paling besar diberikan oleh SPL terhadap SPT yang artinya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan memiliki
pengaruh yang besar terhadap kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. Semua
Standar Nasional Pendidikan (peubah laten) memiliki arah hubungan yang positif
terhadap SKL setelah dilakukan modifikasi. Peubah laten SKL paling besar
dipengaruhi oleh SI. Hal ini menunjukkan tinggi rendahnya kompetensi siswa dan
lulusan dari sekolah dipengaruhi cukup besar oleh kesesuaian materi ajar yang
digunakan sekolah dengan kurikulum yang ditetapkan. Peubah laten SKL paling
kecil dipengaruhi oleh SPR. Terdapat satu hubungan yang tidak signifikan yaitu
antara SPN dengan SKL. Semua peubah indikator sudah sah dan handal dalam
mengukur peubah latennya setelah modifikasi.

16

DAFTAR PUSTAKA
Bollen KA. 1989. Structural Equation With Latent Variables. New York (US):
John Willey and Sons.
Hair JF, Anderson RF, Tatham RL, Black WC. 2009. Multivariate Data Analysis
7th ed. New Jersey (US): Pretince Hall, inc.
[Kemendiknas] Kementrian Pendidikan Nasional, Kementrian Agama. 2010.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan: Panduan Teknis Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). Jakarta (ID): Kemendiknas.
[Litbang Kemdikbud] Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Akreditasi sekolah/madrasah. [Internet].
Bogor(ID).
[diunduh
2014
Jun
20].
Tersedia
pada:
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/statplanet-balitbang/akreditasisekolah-madrasah
Kline, Rex B. 2011. Principles and Practice of Structural Equation Modeling 3rd
ed. New York (US): The Guilford Press.
Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel
dengan Lisrel. Bandung(ID): ALFABETA, cv.
Sirozi M. 2013. Sistem pendidikan dan masa depan bangsa. [Internet]. Bogor(ID).
[diunduh 2014 Feb 14]. Tersedia pada: http://www.radenfatah.ac.id/artikel154-sistem-pendidikan-dan-masa-depan-bangsa.html
Wijanto SH. 2008. Structural Equation Modelling dengan Lisrel 8.8 (Konsep dan
Tutorial). Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

17
Lampiran 1 Daftar nama peubah laten dan peubah indikator
Peubah Laten

Standar
Kompetensi
Lulusan
(SKL)

Standar Isi
(SI)

Standar Proses
(SPR)

Standar
Penilaian
(SPN)

Standar
Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
(SPT)

Notasi
Laten

Peubah Indikator
1. Prestasi siswa/lulusan
2. Lulusan menghargai dan menunjukkan
karakter jujur, disiplin, bertanggungjawab,
dan menghargai orang lain
3. Lulusan mampu berpikir logis dan sistematis
4. Lulusan mampu berkomunikasi efektif dan
santun
5. Lulusan memiliki kemampuan mencoba,
mengolah, dan menyajikan pemikiran serta
tindakan produktif dan kreatif
1. Kurikulum disusun secara logis dan
sistematis
2. Materiajar sesuai dengan kurikulum nasional
3. Materi ajar sesuai dengan SKL
4. Materi ajar relevan dengan kebutuhan siswa
1. RPP sesuai dengan SKL dan standar isi serta
memenuhi aspek kualitas
2. PBM dilakukan secara efisien dan efektif
3. PBM mengembangkan karakter jujur,
disiplin, bertanggungjawab, dan menghargai
orang lain
4. PBM
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi efektif dan santun
5. PBM mengembangkan kreatifitas peserta
didik
6. PBM
mengembangkan
budaya
dan
kemandirian belajar
7. Interaksi guru dan siswa mendukung
efektifitas PBM
8. Suasana akademik di sekolah kondusif
1. Penilaian dilakukan secara holistik dan
berkesinambungan untuk efisiensi PBM
2. Evaluasi berdasarkan penjaminan mutu
3. Penilaian sesuai dengan kompetensi yang
diukur
4. Penilaian dengan menerapkan aspek keadilan,
transparansi dan akuntabilitas
5. Guru menganalisis hasil penilaian untuk
perbaikan PBM
1. Guru dan tenaga pendidikan profesional
dalam bidangnya
2. Guru dan kepala sekolah dapat dijadikan
teladan oleh siswa

Notasi
Indikator
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Y19
Y20
Y21
Y22
Y23
Y24

18
Lampiran 1 Daftar nama peubah laten dan peubah indikator (lanjutan)
Peubah Laten

Standar
Pengelolaan
(SPL)

Notasi
Laten

Peubah indikator
1. Sekolah memiliki rumusan visi dan misi
yang dipahami oleh semua komponen
sekolah
2. Sekolah memiliki dokumen perencanaan
yang berkualitas, mencakup peningkatan
PBM, tenaga kependidikan, dan sarpras;
yang dijalankan secara konsisten
3. Semua guru dan komponen sekolah ikut
terlibat dalam pelaksanaan program
sekolah yang dimuat dalam perencanaan
4. Pelaksanaan
perencanaan
sekolah
dievaluasi berdasarkan capaian indikator
5. Kepala sekolah melakukan supervisi
kualitas PBM dan memberikan saran
perbaikan
6. Kepala sekolah melaksanakan pengelolaan
sekolah secara efektif dan efisien untuk
peningkatan mutu sekolah
7. Komite berkontribusi efektif terhadap
peningkatan mutu sekolah

Notasi
Peubah
indikator
X1

X2

X3
X4
X5

X6
X7

19
Lampiran 2 Model struktural dan model pengukuran
a. Model Struktural

=

+

+

b. Model Pengukuran

=

+

=

+

20
Lampiran 3 Rincian analisis deskriptif setiap peubah indikator
Peubah Peubah
laten indikator
SKL
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
SI
Y6
Y7
Y8
Y9
SPR
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
SPN
Y18
Y19
Y20
Y21
Y22
SPT
Y23
Y24
SPL
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7

RataNilai
Kuartil
rata
Minimum pertama
2.888
0.000
0.000
5.635
3.000
5.074
4.990
0.000
4.000
4.992
0.000
4.000
6.681
0.667
5.962
7.007
1.673
6.216
7.132
0.667
6.075
8.645
5.556
8.167
5.780
0.952
4.665
6.911
0.722
5.919
5.377
1.562
4.610
7.150
0.000
6.268
5.924
0.278
4.806
2.806
0.556
2.297
3.069
0.556
2.500
6.478
0.000
5.007
6.418
2.043
5.633
7.289
0.917
6.521
7.759
1.020
7.100
6.103
1.065
5.330
4.562
1.250
3.750
8.186
0.833
7.333
7.762
0.000
6.250
5.568
0.500
4.636
6.798
0.333
5.939
8.765
0.000
8.264
5.972
0.856
5.183
7.465
0.000
6.667
8.382
0.000
7.625
7.972
0.324
7.324
2.979
0.000
2.381

Kuartil
kedua
2.500
5.586
4.889
4.897
6.764
7.194
7.333
8.718
5.844
7.193
5.415
7.276
5.897
2.800
3.095
6.493
6.509
7.658
7.925
6.111
5.000
8.500
8.750
5.615
7.000
9.167
5.946
7.500
8.750
8.225
2.816

Kuartil
Nilai
ketiga
Maksimum
5.000
10.000
6.119
10.000
6.000
10.000
5.857
10.000
7.515
10.000
7.997
10.000
8.438
10.000
9.167
10.000
6.912
10.000
8.200
10.000
6.223
8.596
8.202
10.000
7.057
10.000
3.290
5.375
3.680
6.000
8.173
10.000
7.291
9.670
8.361
10.000
8.595
10.000
6.867
10.000
5.000
9.333
9.333
10.000
10.000
10.000
6.672
9.978
7.849
10.000
10.000
10.000
6.799
9.628
8.333
10.000
9.375
10.000
8.947
10.000
3.385
9.333

21

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

rata-rata

Y6
Y7
Y8
Y9
Y18
Y19
Y20
Y21
Y22
Y23
Y24
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7

Skor Peubah Indikator

Lampiran 4 Diagram rata-rata dan kotak garis peubah indikator yang mengukur
peubah laten SI, SPN, SPT, dan SPL

SI

SPN

SPT

SPL

Peubah Indikator tiap peubah laten

22
Lampiran 5 Bobot faktor terstandarisasi sebelum dan sesudah modifikasi
Peubah
Indikator
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Y19
Y20
Y21
Y22
Y23
Y24
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7

Sebelum modifikasi
Bobot faktor
t-hitung
terstandarisasi
0.139
7.306
0.797
45.551
0.943
54.770
0.935
54.232
0.706
39.338
0.760
33.081
0.900
35.738
0.859
34.926
0.914
36.183
0.832
10.404
0.959
10.579
0.910
10.528
0.904
10.547
0.782
10.361
0.814
10.385
0.762
10.469
0.685
10.271
0.830
8.834
0.671
8.671
0.818
9.064
0.299
7.634
0.772
8.686
0.469
26.986
0.793
41.217
0.838
54.188
0.764
47.108
0.764
47.372
0.408
22.012
0.683
40.398
0.905
61.482
0.334
17.727

Sesudah modifikasi
Bobot faktor
t-hitung
terstandarisasi
0.798
45.429
0.943
54.314
0.936
53.833
0.705
39.088
0.904
53.472
0.859
50.289
0.921
54.634
0.850
43.242
0.955
41.861
0.895
39.799
0.895
39.942
0.797
40.721
0.675
32.911
0.837
7.090
0.715
7.063
0.839
7.121
0.733
5.987
0.843
55.180
0.798
50.384
0.742
45.573
0.424
23.072
0.708
42.613
0.884
59.420
-

*t hitung lebih besar dari t tabel (1.645). Hal ini menunjukkan bahwa peubah indikator sah
mengukur peubah latennya pada taraf nyata 0.1.

23
Lampiran 6 Koefisien jalur terstandarisasi antar peubah laten sebelum dan
sesudah modifikasi
Antar peubah laten
SPL
SPT
SPT
SPT
SI
SI
SPR
SPR
SPN

SPT
SI
SPR
SPN
SKL
SPR
SKL
SPN
SKL

Sebelum modifikasi
Koefisien
t-hitung
jalur
0.758
32.588
0.853
30.473
0.977
10.842
-4.554
-7.892
0.697
16.332
0.038
3.013
0.059
1.988
5.496
139.770
0.091
2.484

Sesudah modifikasi
Koefisien
t-hitung
jalur
0.982
5.837
0.691
5.766
0.157
5.153
0.832
3.425
0.724
18.750
0.773
26.771
0.112
3.389
0.198
7.566
0.005
0.235

*t hitung lebih besar dari t tabel (1.645) menunjukkan bahwa hubungan antar peubah laten
berpengaruh nyata pada taraf nyata 0.1.

24
Lampiran 7 Matriks korelasi antar peubah indikator pada tiap peubah laten
a. Matriks korelasi antar peubah indikator pada peubah laten SKL
5

5
b. Matriks korelasi antar peubah indikator pada peubah laten SI
8
9
8
9
c. Matriks korelasi antar peubah indikator pada peubah laten SPR
5

5
d. Matriks korelasi antar peubah indikator pada peubah laten SPN
8
9
8
9

e. Matriks korelasi antar peubah indikator pada peubah laten SPT

f. Matriks korelasi antar peubah indikator pada peubah laten SPL
5

5

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1993 sebagai anak tunggal
dari pasangan Bapak Khalimi dan Ibu Sondang Sibarani. Tahun 2004 penulis
lulus dari Sekolah Dasar Negeri Rawaterate 03 Jakarta Timur. Tahun 2007 penulis
lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 255 Jakarta Timur. Tahun 2010
penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur dan pada
tahun yang sama penulis diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan
seleksi masuk IPB (USMI).
Penulis aktif pada organisasi Himpunan Profesi Gamma Sigma Beta sebagai
staf Departemen Human Resource Development periode 2012 dan 2013. Penulis
pernah mengikuti beberapa kepanitian seperti Statistika Ria 2011 dan 2012,
welcome ceremony of statistics (WCS) 2013, Pesta Sains 2013. Penulis
melaksanakan praktik lapang di QASA Strategic Consulting bulan Juli–Agustus
2013.