Gambaran Perkara Cerai Gugat dari Tahun 2006-2008

BAB IV PENINGKATAN ANGKA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

A. Gambaran Perkara Cerai Gugat dari Tahun 2006-2008

Bertambahnya pemahaman perempuan akan hak-hak mereka yang dilindungi dalam Undang-Undang perkawinan membuat perempuan kini tidak lagi merasakan enggan untuk melaporkan kekerasan maupun ketidakadilan yang terjadi dalam rumah tangganya. Pada perkembangannya cerai gugat kini menjadi trend baru seseorang dalam melepaskan dari riuhnya permasalahan yang ada didalam rumah tangga, sehingga penilaian akan penyelesaian masalah dimudahkan dengan bercerai. Banyak hal yang menjadi pemicunya mulai dari kuranya pengertian diantara kedua belah pihak, komunikasi, ekonomi dll selanjutnya akan dibahas pada poin C pada bab ini. Di Jakarta dari 5. 193 kasus, sebanyak 3. 105 60 adalah kasus isteri gugat cerai suami dan sebaliknya suami gugat cerai isteri 1. 462 kasus. Di Surabaya dari 48. 374 kasus sebanyak 27. 805 80 adalah kasus isteri gugat cerai suami, sedangkan suami gugat cerai isteri mencapai 17. 728 kasus. 55 Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ditjen Badan Peradilan Agama Makamah Agung, pada tahun 2007 penceraian di DKI Jakarta mencapai 6.218 kasus, terdiri atas istri gugat cerai suami 3.482 kasus, dan suami gugat cerai istri 2.115 kasus. Sedangkan pada tahun 2008 tercatat 5.193 kasus, terdiri atas istri gugat cerai suami 3.105 kasus, dan suami gugat cerai istri 1.462 kasus. Direktur Urusan Agama Islam Departeman Agama, Mochtar Ilyas, mengakui masih tingginya angka perceraian di DKI Jakarta. Faktornya bervariasi, mulai dari masalah ekonomi hingga politik. Dan kasus tertinggi perceraian atas permintaan istri, yaitu mencapai 60 persen. “Walaupun ada penurunan dibandingkan tahun 2007 lalu, tetapi angka itu masih terbilang cukup tinggi. Dan jumlah itu telah menghasilkan ikhwat atau tebusan perempuan terhadap laki-laki sekitar Rp 600 juta. Padahal seharusnya, lebih besar bila tebusannya dari laki- laki ,” ujar Mochtar Ilyas. 56 Dari 157.771 kasus perceraian yang diputus pengadilan agama pada tahun 2007, 77.528 kasus dipicu oleh salah satu pihak meninggalkan kewajiban. Meninggalkan kewajiban ini disebabkan oleh karena salah satu pihak tidak bertanggung jawab 48.623 kasus, faktor ekonomi di rumah tangga para pihak 55 http:www.eramuslim.comberitanasionaldalam-satu-dasawarsa-kasus-isteri-gugat-cerai- suami-makin-meningkat.htm 26 Juni 2009 56 http:202.57.16.352008idberita_print.asp?nNewsId=33470 26 Juni 2009 26.510 kasus, dan dikarenakan pula sejarah perkawinan para pihak yang dipaksa oleh orang tua 2.395 kasus. Pemicu kedua adalah perselisihan terus-menerus. Faktor ini terjadi sebanyak 65.818 kasus. Perselisihan dalam perkawinan yang berujung pada peristiswa perceraian ini disebabkan oleh ketidak harmonisan pribadi 55.095 kasus, gangguan pihak ketiga 10.444 kasus dan faktor politis 281 kasus. Persoalan moral pun memberikan andil untuk memantik krisis keharmonisan rumah tangga. Faktor moral menampati urutan ketiga yang menyebabkan pasangan suami isteri berujung di persidangan pengadilan agama. Grafik diatas menyebutkan bahwa 10.090 kasus perceraian disebabkan oleh persoalan moral. Modusnya mengambil tiga bentuk, suami melakukan poligami tidak sesuai aturan poligami tidak sehat, 937 kasus, krisis akhlak 4.269 kasus dan cemburu yang berlebihan 4.884 kasus. Pemicu ke empat rusaknya simpul perkawinan adalah kekerasan dalam rumah tangga. Terdapat 1.845 kasus perkawinan putus karena faktor ini. Sedangkan pemicu lainnya adalah karena salah satu pasangan mengalami cacat biologis yang menyebabkan tidak bisa melaksanakan kewajiban 1.621 kasus, perkawinan di bawah umur 513 kasus, dan salah satu pihak dijatuhi pidana oleh pengadilan 356 kasus. 57 57 http:www.badilag.netindex.php?option=com_contenttask=viewid=2139Itemid=429 28 Juni 2009 Secara detil grafik faktor penyebab perceraian adalah seperti gambar berikut ini : Gambar Grafik 1

B. Jumlah Peningkatan Angka Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jakarta